pendahuluan
Wabah pes disebabkan oleh bakteri yang disebut Yersinia Pestis. Bakteri ini dibawa oleh
kutu yang hidup pada tubuh tikus. Kutu menyebarkan penyakit ketika mengisap darah tikus atau
manusia. Wabah pes dikenal dengan black death karena menyebabkan tiga jenis wabah, yaitu
bubonik, pneumonik dan septikemia. Ketiganya menyerang sistem limfe tubuh, menyebabkan
pembesaran kelenjar getah bening, panas tinggi, sakit kepala, muntah dan nyeri pada persendian.
Wabah pneumonik juga menyebabkan batuk lendir berdarah, wabah septikemia menyebabkan
warna kulit berubah menjadi merah lembayung. Dalam semua kasus, kematian datang dengan
cepat dan tingkat kematian bervariasi dari 30-75% bagi bubonik, 90-95% bagi pneumonik dan
100% bagi Septikemik.
Penyakit pes menyerang pada daerah-daerah yang udaranya sejuk. Daerah daerah yang
udaranya sejuk adalah daerah pegunungan. Hal ini disebabkan karena penyakit pes bersumber
pada pinjal (kutu). Pinjal lebih aktif bergerak dan lebih tahan hidup di daerah yang berhawa
sejuk 170 – 230 C. Pinjal hidup dan berkembangbiak pada tubuh tikus. Tikus yang berada di kota
lebih suka tinggal di bawah tembok dengan membuat liang yang dangkal sebagai tempat
tinggalnya.
Ketika tikus mati di liangnya, pinjal yang ada di tubuhnya mengalami kesulitan Untuk
masuk ke dalam rumah, baik karena jaraknya maupun disebabkan mereka Mati dimakan semut
sebagai predator alaminya. Sementara tikus yang ada di Pedesaan, biasanya tinggal dibalik atap
atau langit-langit rumah penduduk.Ketika tikus mati, pinjal dengan mudah dapat jatuh kebawah
atau meloncat ke Badan manusia yang ada di bawahnya. Pinjal kemudian menggigit pada tubuh
dan Menimbulkan infeksi. Infeksi tersebut menyebabkan bakteri Yersinia Pestis Masuk dan
berkembang di dalam tubuh manusia sehingga menimbulkan penyakit Pes. Penyakit pes terdapat
pada hewan rodent dan dapat menularkan ke Manusia melalui gigitan pinjal. Penyakit ini
merupakan penyakit yang Terdaftar dalam karantina nasional, dan masih merupakan masalah
kesehatan Yang dapat menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) atau wabah, sehingga Penyakit
pes di Indonesia termasuk penyakit yang dicantumkan dalam Undang-undang Karantina dan
Epidemi (Undang-undang RI. No. 2 Tahun 1962) karena dapat menimbulkan wabah yang
berbahaya.
Pertama kali wabah Penyakit pes menyerang Eropa, kemudian India dan sampai ke
Indonesia Pada tahun 1910 (Depkes RI,1998).Penyakit pes sampai saat ini masih terdapat di
Indonesia pada manusia (secara serologis), sampai saat ini di Indonesia khususnya di Pulau
Jawa. Terdapat 3 daerah yang masih aktif, yaitu di Kecamatan Selo dan Cepogo, Boyolali, Jawa
Tengah, di Kecamatan Tosari dan Nongkojajar, Pasuruan, Jawa Timur dan di Kecamatan
Cangkringan, Sleman. Penyakit pes (sampar) masuk ke Indonesia pertama kali melalui
pelabuhan Surabaya, pada Tahun 1910. Penyakit tersebut ke Indonesia dibawa oleh tikus yang
Ditubuhnya ada pinjal dari pelabuhan Rangoon. Tikus – tikus berada di dalam Kapal yang
mengangkut beras kebutuhan buruh perkebunan milik Belanda Dan berlabuh di Pelabuhan
Tanjung Perak Surabaya.
Beberapa penyebab yang juga mempengaruhi cepat menjalarnya penyakit pes adalah
kurang mengertinya masyarakat tentang syarat-syarat hidup sehat, gizi yang buruk dan keadaan
lingkungan yang tidak bersih serta sanitasi yang kurang baik. Kondisi lingkungan rumah
penduduk yang masih tergolong tradisional dan minim ruang bagi udara dan sinar matahari untuk
dapat masuk kedalam rumah. Rumah-rumah jarang memiliki ventilasi. Sanitasi rumah yang tidak
layak Membuat tikus-tikus berdampingan hidup dengan mereka, sedangkan tikus-tikus Yang
hidup di rumah mereka terinfeksi penyakit pes. Keadaan rumah mereka yang Kecil, berlantai
tanah serta berdinding kayu atau bambu, dan kepadatan jumlah Penghuni dalam rumah membuat
penyakit ini dapat menyebar dengan mudahnya.Keadaan tempat tinggal yang kurang baik,
ditambah dengan rendahnya Tingkat perekonomian serta tingkat kesehatan penduduk menjadi
faktor utama Yang menimbulkan penyakit pes. Keadaan ekonomi penduduk yang rendah
Menyebabkan penduduk tidak dapat mencukupi kebutuhan pangan sehari hari.Dengan tidak
tercukupinya makanan menyebabkan nilai gizi menjadi rendah yang Mempengaruhi sistem imun
dalam tubuh menjadi berkurang.
Patofisiologi
Di cek lagi cara penulisan simbul
Yersinia pestis merupakan bakteri coccobacillus gram negative anggota
enterobacteriacceae. Yersinia pestis adalah parasite obligat yang tidak dapat bertahan hidup tanpa
inang. Yersinia pestis penyebab penyakit pes berbentuk batang pendek gemuk dengan ujung
membulat dan badan mencembung berukuran 1,5µ x 5,7µ dan brisifat gram negative. Yersinia
pestis memiliki sifat pleomorfisme dengan bentuk yang bermacam-macam. Pewarnaan dibawah
mikroskop bakteri Yersinia pestis memiliki tampak bentuk bipolar atau memiliki dua kutub mirip
peniti tertutup. Bakteri Yersinia pestis tidak bergerak, tidak membentuk spora dan selalu
diselubui lender dapat tumbuh secara optimum pada suhu 270C dengan pH optimum 7,2 (Prof.
Dr. Soedarto, DTM&H, PhD, 2009). Yersinia pestis sebelumnya telah diklasifikasikan dalam
keluarga Pasteurellaceae, tetapi berdasarkan kesamaan dengan Escherichia coli (E. coli), maka
Yersinia grup reclassified sebagai anggota dari keluarga Enterobacteriaceae. Walaupun terdapat
11 nama spesies dalam genus Yersinia, hanya tiga patogen yang dianggap penting bagi manusia:
Yersinia pestis,Yersinia pseudotuberculosis, Yersinia enterocolitica.
Nama genus dari spesies agen yang di maksud, jika sudah di tulis lengkap satu di atas,
dibawanya di singkat dan penulisannya secara miring
Manifestasi klinis Pes (plague) pada Hewan dan Manusia
Konfirmasi wabah memerlukan pengujian laboratorium. Penyakit pes di identifikasi pada
Yersinia pestis dari sampel nanah dari bubo, darah, atau dahak. Antigen Yersinia pestis tertentu
dapat dideteksi dengan teknik yang berbeda. Salah satunya adalah tes dipstick cepat yang
tervalidasi laboratorium dan kini banyak digunakan di Afrika dan Amerika Selatan, dengan
dukungan WHO. Masa inkubasi penyakit pes berlangsung rata-rata 1-7 hari, yang dapat
diperpanjang beberapa hari pada individu yang divaksinasi.
Wabah pes terkenal dengan nama black death terdiri dari tiga bentuk, yaitu pes bubonik,
pes pneumonik dan pes septikemik. Gejala dan masa inkubasi penyakit pes (Plague) berdasarkan
jenisnya yaitu :
Pes Bubonik
Penularan pes yang paling khas dan umum terjadi adalah melalui gigitan pinjal yang
terkontaminasi Yersinia pestis pada kulit dengan luka terbuka. Pes bubonik merupakan pes yang
paling banyak terjadi. Dalam waktu beberapa jam sampai 12 hari setelah paparan bakteri gejala
pes dapat muncul (biasanya setelah 2-5 hari). Penderita tiba-tiba menggigil dan demam tinggi
hingga mencapai 41o C. Biasanya penderita merasa kedinginan, badan tidak enak, myalgia, mual
(nausea), prostration, tenggorokan sakit dan sakit kepala. Selain itu detak jantung menjadi cepat
dan lemah, tekanan darah dapat turun.
Penderita kebanyakan gelisah dan mengigau. Bersamaan atau sesaat sebelum timbulnya
demam, biasanya terjadi pembesaran kelenjar getah bening (bubo) sebesar buah duku pada
selangkangan, ketiak, atau leher. Kelenjar getah bening (bubo) terasa lunak, tegas, hangat,
berwarna merah, dan dengan pembengkakan di jaringan sekitarnya. Pada anakanak bubo dapat
ditemui di ketiak atau leher. Pada minggu kedua secara spontan nanah dapat keluar dari bubo
tersebut. Disekitar pembengkakan dapat ditemui bekas gigitan pinjal berupa lesi merah, luka
dalam atau seperti bisul yang disertai jaringan mat berwarna kehitaman. Pada beberapa penderita
juga muncul gejala gastrointestinal yaitu gejala seperti nyeri perut, mual, muntah dan diare
(Dirjen P2P Kemenkes RI, 2020).
Limpa dan hati dapat membesar. Lebih dari 60% penderita yang tidak diobati meninggal,
biasanya terjadi pada hari ketiga sampai hari kelima 9 sakit. Pes bubonic yang sampai ke otak
dan menyebabkan radang selaput otak disebut pes meningitis dengan gejala sakit kepala, kejang,
kaku leher dan koma. Plague Pestis Minor merupakan bentuk pes bubonik yang ringan. Biasanya
terjadi di daerah dimana penyakit ini menjadi endemis. Tingkat keparahan klinis bervariasi
dengan gejala yang muncul berupa pembengkakan kelenjar getah bening, sakit kepala dan
kelelahan. Gejala-gejala ini biasanya akan hilang dalam waktu 3-5 hari atau sekitar 1 minggu.
Jika tidak diobati, CRF pes bubonik adalah lebih dari 50%.
Pes Pneumonik
Pes Pneumonik terjadi karena adanya penyebaran bakteri Yersinia pestis pada paru-paru
atau secara sekunder dari penyebaran bakteri melalui aliran darah pada tipe bubonik.
Penggandaan bakteri disertai dengan respon inflamasi tarjadi pada jaringan paru-paru dan ruang
alvcolar tempat bakteri dilepaskan selama batuk. Bakteri Yersinia pestis dapat ditularkan oleh
penderita kepada orang lain yang sehat melalui udara dalam jarak 2 meter dari aliran pernafasan
ataupun cairan yang dikeluarkan dari mulut. Gejala muncul dalam waktu 2-3 hari setelah
terinfeksi, berupa demam tinggi, menggigil, nyeri tubuh, kelemahan, nyeri dada, kesulitan
bernafas, batuk disertai darah, denyut jantung yang cepat dan sakit kepala hebat. Dalam waktu
24 jam muncul batuk. Awalnya dahak tampak jernih, tetapi dengan cepat terdapat bercak-bercak
darah pada dahak, dan akhirnya dahak berwarna merah muda atau merah terang (seperti sirup
rasberi) dan berbusa. Biasanya nafas menjadi cepat dan dangkal. Bila tidak diobati, penderita
akan meninggal pada hari ke empat atau ke lima setelah gejala muncul. CFR pes pneumonik
mencapai 100%.
Pes Septikemik
Plague Septikemik merupakan infeksi Yersinia pestis yang menyebar pada aliran darah
dengan tidak adanya bubo perifer, namun Yersinia pestis pada saluran getah bening dapat sampai
pada aliran darah dan menyebar pada seluruh tubuh. 10 Pes septikemik tidak terdapat
pembesaran kelenjar getah bening. Gejala akan muncul dalam waktu yang cepat seperti demam,
pucat, lemah, bingung, terjadi penurunan kesadaran hingga koma. Toksin yang dihasilkan
Yersinia pestis menyebabkan gumpalan darah kecil-kecil diseluruh tubuh sehingga menyebabkan
hambatan aliran darah yang kemudian menyebabkan kematian jaringan yang ditandai dengan
warna kehitaman. Gumpalan darah ini menghabiskan bahanbahan pembeku darah sehingga
terjadi pendarahan diberbagai tempat seperti pendarahan kulit yang tampak sepert bitnik-bintik
keunguan, batuk berdarah, buang air besar disertai darah bahkan muntah darah. Pes ini sangat
mematikan, penderita dapat meninggal pada hari pertama sampai ketiga setelah munculnya
demam. Angka kematian atau Case Fatality Rate (CFR) kasus pes septikemik mencapai 80-
100%.
Plague Septikemik terdapat Ecchymosis yang berkembang menjadi gangrene di bagian
organ tubuh seperti pada jari-jari tangan. Tanpa terapi akan terjadi gangguan fungsi banyak organ
dan seringkali menyebabkan kematian. Proses terjadinya penularan penyakit pes dari tikus ke
manusia dengan perantara pinjal mempunyai dua kemungkinan. Pertama, pinjal yang dalam
lambungnya terdapat bakteri pes menghisap darah manusia yang dihinggapinya. Darah yang
dihisap amat banyak, sehingga karena kekenyangan, pinjal memuntahkan kembali isi
lambungnya. Bersama dengan muntahnya bakteri itu masuk ke dalam tubuh manusia. Maka
terjadilah penularan. Kedua, sewaktu pinjal menghisap darah manusia, pinjal mengeluarkan
tinjanya yang mengandung bakteri. Hal itu membuat gatal pada bagian yang terkena gigitan dan
digaruk lalu menimbulkan luka kecil. Maka bakteri dengan melalui luka itu dapat masuk ke
dalam tubuh manusia.
Penulisan poen yang seragam dan hirargi ya
Penanganan Kasus penyakit pes.
Penyakit pes adalah penyakit mematikan yang membutuhkan penanganan medis sesegera
mungkin. Jika penyakit ini terdeteksi secara cepat dan ditangani dengan tepat, peluang pasien
untuk sembuh pun semakin besar.
Tanpa pengobatan yang tepat, bakteri pes dapat berkembang biak dan menyebar hingga ke
pembuluh darah (septicemic plague) atau paru-paru (pneumonic plague). Pada kasus yang parah,
pasien bisa meninggal dalam 24 jam setelah gejala pertama kali muncul.
Berikut adalah beberapa pengobatan yang diberikan untuk penyakit pes:
1. Obat-obatan
Pengobatan umumnya berfokus pada konsumsi antibiotik. berikut antibiotik yang termasuk
dalam pengobatan penyakit pes.
Gentamicin
Doxycycline
Ciprofloxacin
Levofloxacin
Moxifloxacin
Chloramphenicol
2. Ruangan isolasi
Dalam perawatan pasien penyakit plague, pasien sebisa mungkin harus diletakkan di
ruangan yang terpisah dari orang lain, mengingat penularannya yang cukup mudah terjadi. Orang
yang melakukan kontak dekat dengan pasien pneumonic plague dapat turut diperiksa dan
ditempatkan di ruang isolasi. Terapi antibiotik sebagai langkah pencegahan juga mungkin
diberikan oleh dokter atau tenaga kesehatan.
Karena anda mhs pertama, ajarkan teman anda ttg pedoman penulisan seperti yang bpk
arahkan kepada anda ini