N I M : 25010116120053
Epidemiologi dan Penyakit Tropik 2019
TUGAS RODENTOLOGI
Pak Sopian, SP., MSc
2. Data terkait penyebaran vektor penyakit yang disebabkan oleh tikus (daerah mana saja di
Indonesia) dan penyakit yang terbesar itu apa?
Beberapa penyakit di Indonesia yang disebabkan oleh tikus diantaranya adalah Pes,
Leptospirosis, dan hantavirus. Penyakit ini pernah menjadi wabah di Indonesia, wilayah
persebarannya antara lain:
a. Pes
Pada tahun 1910an penyakit pes pernah menjadi wabah di Indonesia tepatnya di
Kabupaten Malang, Jawa Timur. Kemudian penyakit ini menewaskan ribuan orang di
wilayah Jawa Timur. Kemudian pada tahun 2007 wabah pes kembali terjadi di
Indonesia yaitu pada daerah Pasuruan, Jawa Timur sebanyak 82 kasus. Selain di
Pasuruan, kasus ini juga terjadi di Boyolali, Jawa Tengah; Sleman, Yogyakarta; dan
Ciwidey, Jawa Barat. Keempat wilayah ini menjadi daerah pengawasan pes di
Indonesia dan masih tetap melakukan surveilans pes. (Adong I,1989)
b. Leptospirosis
Leptospirosis merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah di dunia
karena angka kejadian yang dilaporkan cukup rendah di sebagian besar negara,
sehingga kejadiannya tidak dapat diketahui secara pasti, walaupun demikian didaerah
tropis yang lembab diperkirakan terdapat kasus leptospirosis sebesar 10–30 per
100.000 penduduk per tahun (WHO 2003). Indonesia merupakan salah satu negara
tropis dengan kasus kematian penyakit leptospirosis yang cukup tinggi, yaitu sekitar
2,5% - 16,45% atau rata-rata 7,1% dan menduduki peringkat tiga di dunia
(International Leptospirosis Society, 2005 dalam Rusmini, 2011).
Pada tahun 2011 telah terjadi 690 kasus leptospirosis dengan 62 orang meninggal.
Hal ini jika dibandingkan tujuh tahun sebelumnya Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta yaitu sekitar 539 kasus dengan 40 kematian dan di Provinsi Jawa Tengah
dengan 143 Kasus dengan 20 kematian. Untuk di Provinsi Yogyakarta khususnya di
Kabupaten Bantul telah dinyatakan KLB (Kasus Luar Biasa) leptospirosis sejak
tanggal 24 Januari 2011 hal ini berdasarkan Surat Bupati Bantul Nomor 31/ Tahun
2011. KLB ini ditetapkan karena Wabah penyakit ini dalam beberapa tahun telah
menyerang warga dikabupaten Bantul. Kurun waktu tahun 2010 hingga awal bulan
November 2014 sudah ada 466 kasus, 38 diantaranya meninggal dunia karena
terjangkit leptospirosis. Jumlah penderita penyakit leptospirosis di Indonesia dari
tahun 2004 sampai tahun 2011 cenderung meningkat.
Leptospirosis di Indonesia tersebar antara lain di Propinsi Jawa Barat, Jawa
Tengah, DI Yogyakarta, Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu, Riau, Sumatera
Barat, Sumatera Utara, Bali, NTB, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Kalimantan
Timur dan Kalimantan Barat.
c. Hantavirus
Laporan hantavirus pada manusia di Indonesia belum banyak dilaporkan, namun
diketahui bahwa kasus hantavirus pertama di Indonesia dilaporkan pada tahun 2002,
dengan 11 kasus yang mulanya dikira Demam Berdarah Dengue (DBD). Di Semarang
kejadian infeksi virus Hanta pada manusia dilaporkan oleh Suharti dkk (2002), dari
94 sediaan darah kasus yang suspek demam berdarah dengue (DBD), terdapat 10
kasus hasilnya bukan DBD melainkan Demam Berdarah Hanta, dengan pemeriksaan
serologik virus Hanta yang spesifik. Milanti dkk (2005) di Bandung melaporkan dua
penderita demam berdarah yang disangka Demam Berdarah Dengue, ternyata
pemeriksaan antibodi anti-HTV (HantaVirus) menunjukkan hasil yang positif.
Hantavirus di Indonesia tersebar antara lain di wilayah Jawa Timur dan DI
Yogyakarta.
Dari ketiga penyakit yang tersebar di wilayah Indonesia, penyakit yang terbesar
adalah penyakit leptospirosis karena kasusnya masih tinggi dan penyebarannya meliputi
banyak wilayah di Indonesia.
Referensi:
1. Ristiyanto, Wibawa T, Budiharta S, Supargiono. PREVALENSI TIKUS TERINFEKSI
Leptospira interogans DI KOTA SEMARANG, JAWA TENGAH PREVALENCE OF
INFECTED RATS WITH Leptospira interrogans IN SEMARANG CITY, CENTRAL
JAVA. Vektora [Internet]. 2015;7(2):85–92. Available from: ejournal.litbang.depkes.go.id
2. Adong I. Pemberantasan Serangga Dan Binatang Pengganggu. Jakarta: Departemen
Kesehatan; 1989.
3. Priyambodo Swastiko, 2003, Pengendalian Hama Tikus Terpadu, Jakarta: Swadaya.
4. Armando R. 2016. Pengaruh kondisi habitat kelapa sawit (Elaeis guineensis JACQ)
terhadap artropoda dan hama tikus [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
5. http://eprints.ums.ac.id/37635/2/4.%20BAB%20I_E100130091.pdf
6. Anonim. Penyakit Pes, Salah Satu Penyakit Akibat Tikus. [internet] 2012. Diakses pada
25 Desember 2013. Ditelusuri dari http://www.pengusir Tikuextro.com//penyakit-pes-
salahsatu-penyakit-akibat-tikus/.
7. Sendow I, Dharmayanti. Infeksi Hantavirus: Penyakit Zoonosis yang Perlu Diantisipasi
Keberadaannya di Indonesia.2016. Bogor: Balai Besar Penelitian Veteriner