Anda di halaman 1dari 4

Faktor Penyebab Keberadaan Tikus dan Pinjal

Kehidupan tikus (untuk spesies tertentu) sudah sangat tergantung pada


kehidupan manusia. Tikus merupakan hewan liar yang sudah beradaptasi dengan
manusia, seperti halnya kecoa (untuk serangga). Salah satu ciri terpenting dari tikus
sebagai ordo Rodentia (hewan pengerat) adalah kemampuannya untuk mengerat
benda-benda yang keras. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi pertumbuhan gigi
serinya yang tumbuh terus-menerus. Beberapa faktor penyebab keberadaan tikus pada
suatu tempat yakni :
1. Jenis Makanan
Tikus memiliki kecenderungan untuk makan makanan yang disenangi
manusia yaitu, karbohidrat, protein, lemak, serta akan membuat sarang yang tidak
jauh dari sumber makanan dan sumber air.
2. Konstruksi Bangunan
Konstruksi bangunan atau gedung, sangat penting peranannya dalam
perkembangbiakan tikus. Bangunan yang tidak memenuhi syarat (tidak rat proof),
akan mempermudah masuknya tikus untuk mencari makanan dan membuat sarang
di dalamnya. Syarat konstruksi bangunan atau gedung adalah lantai terbuat dari
beton, dinding dari batu bata yang kuat dan tidak retak, ventilasi dipasang kawat
atau kasa.
3. Susunan Barang
Barang yang tidak tersusun dengan rapi, akan menyebabkan tikus mudah
untuk mambuat sarang atau tempat persembunyian. Barang-barang harus disusun
pada rak-rak dengan ketinggian 30 cm dari permukaan lantai.
4. Suhu dan Kelembaban
Pinjal sangat menyenangi tempat yang gelap dan lembab karena pinjal
mempunyai sifat menghindari cahaya, seperti halnya tikus. Suhu dan kelembaban
yang paling disenangi tikus berkisar anatara 20ºC-30ºC sedang untuk kelembaban
80%-90%.

Pinjal merupakan serangga Holometabolaus atau metamorfosis sempurna


karena daur hidupnya melalui 4 staduim yaitu: telur-larva-pupa-dewasa. Pinjal betina
bertelur diantara rambut inang. Jumlah telur yang di keluarkan oleh pinjal betina
berkisar antara 3-18 butir. Pinjal betina dapat bertelur 2-6 kali sebanyak 300-400 butir
selama hidupnya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pinjal yaitu :
1. Suhu dan Kelembaban
Perubahan periodik kondisi cuaca atau iklim biasanya diikuti fluktuasi suhu
dan kelembaban udara. Perkembangan jenis setiap pinjal mempunyai variasi
musiman yang berbeda. Udara yang kering mempunyai pengaruh yang tidak
menguntungkan bagi kelangsungan hidup pinjal. Suhu dalam sarang tikus lebih
tinggi selama musim dingin dan lebih rendah selama musim panas daripada suhu
luar. Suhu di luar dan dalam sarang memperlihatkan bahwa suhu di dalam sarang
cenderung berbeda dengan suhu luar.
2. Cahaya
Beberapa jenis pinjal menghindari cahaya (fototaksis negatif). Pinjal jenis
ini biasanya tidak mempunyai mata, sebaliknya pinjal yang bersifat fototaksis
positif mempunyai mata. Pada sarang tikus yang kedalamannya dangkal populasi
pinjal tidak akan ditemukan karena sinar matahari dapat menembus sampai dasar
sarang. Pada sarang tikus yang kedalamannya lebih dalam dan mempunyai jalan
yang berkelok, sinar matahari tidak dapat menembus sampai ke dasar sarang.
Sehingga pada tikus ini akan dapat ditemukan banyak pinjal.
3. Parasit
Bakteri Yersinia pestis di dalam tubuh pinjal merupakan parasit pinjal.
Pinjal yang mengandung bakteri pes pada suhu 10ºC-15ºC dapat bertahan hidup
selama 50 hari, sedangkan pada suhu 27ºC hanya dapat bertahan hidup selama 23
hari. Pada suhu normal bakteri pes akan berkembang cepat, kemudian akan
menyumbat mulut pinjal sehingga pinjal tidak bisa menghisap darah dan akhirnya
mati.
4. Predator
Predator pinjal alami merupakan faktor penting dalam menekan populasi
pinjal pada tikus. Beberapa predator pinjal seperti semut dan kumbang kecil telah
diketahui memakan pinjal pradewasa dan pinjal dewasa.

Aspek Kesehatan
Tikus merupakan jembatan penularan penyakit dari hewan ke hewan maupun ke
manusia. Berbagai jenis ektoparasit dikenal sebagai vektor zoonosis yang berakibat fatal bagi
manusia. Contoh-contoh penyakit yang dapat ditularkan oleh ektoparasit tikus antara lain pes,
murine typhus, Q fever, dan sebagainya.

a. Infeksi Hantavirus

Infeksi Hantavirus menyebabkan dua macam penyakit pada manusia. Penyakit


pertama dikenal sebagai penyakit demam berdarah dengan sindrom renal (haemorrhagic fever
with renal syndrom = HFRS). Penyebab penyakit ini adalah beberapa virus yang termasuk
dalam genus Hantavirus dari famili Bunyaviridae. HFRS ditandai dengan gejala klinis
demam, sakit kepala, nyeri perut, gagal ginjal dan berbagai penampakan pendarahan. Spesies
virus diatas disebarluaskan oleh rodensia yang penularannya terutama melalui droplet udara
yang tercemar urin, ludah dan/atau feses rodensia terinfeksi.

b. Rickettsiosis

Rickettsiosis atau penyakit rickettsial adalah penyakit demam akut yang spesifik,
disebabkan oleh berbagai rickettsiae, suatu organisme mirip bakteri yang ditularkan kepada
manusia oleh vektor arthropoda seperti kutu, pinjal, caplak dan tungau. Gejala penyakit
biasanya mendadak dengan manifestasi klinis seperti menggigil, sakit kepala, lemas dan
demam yang berakhir kira-kira dua minggu serta bercak kemerahan yang khas terlihat.
c. Murine thypus
Murine thypus aalah jenis penyakit yang jarang dikenal oleh masyarakat luas.
Penyakit ini disebut juga Tipus Endemik. Penyebabnya yaitu bakteri Rickettsia typhi yang
ditularkan melakui kotoran kuku pada tikus yang kemudian masuk ke dalam luka gigitan kutu
atau luka lain yang ada di kulit kita. Kutu dari tikus yang sudah terinspirasi virus ini bisa
ditemukan sepanjang tahun di lingkungan tropis yang lembab seperti kondisi di Indonesia.
Gejala atau ciri-ciri jika terkena penyakit ini antara lain demam dan nyeri otot biasanya
disertai ruam atau bintik kemerahan.

d. Pes
Penyakit pes merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Yersinia
pesti, sering dibawa oleh hewan pengerat (tikus-red) dan kutu. Pada abad pertengahan, jutaan
orang di seluruh Eropa meninggal karena wabah yang diakibatkan oleh kutu tikus yang
banyak terdapat di rumah-rumah dan perkantoran. Di negara-negara Asia Tenggara kutu
carrier plague (pes) adalah Xenophylla astia. Penyakit ini menular lewat gigitan kutu tikus,
gigitan/cakaran binatang yang terinfeksi plague, dan kontak dengan tubuh binatang yang
terinfeksi. Gejala yang dialami oleh penderita antara lain demam tinggi dan nyeri pada lipat
paha atau ketiak. Pada penderita yang sudah parah dapat pula mengalami gangguan
pernafasan hingga menimbulkan kematian
.
e. Rat-bite fever (RBF)
Penyakit ini disebabkan bakteri Streptobacillus Moniliformis yang ditularkan melalu
gigitan atau cakaran tikus. RBF juga bisa menular karena konsumsi akanan yang sudah
tercemar kotoran tikus. Gejala klinis penyakit ini berupa suatu serangan yang mendadak
berupa demam dan menggigigil, sakit kepala dan nyeri otot dalam kurun waktu 1-3 hari
diikuti dengan ruam makulopapuler yang umumnya tampak jelas pada anggota badan. Ruam
ini dapat pula berbentuk petechial, purpuric atau pustular. Satu atau lebih persendian besar
kemudianmenjadi bengkak, merah dan sakit. Biasanya ada riwayat gigitan tikus, dalam 10
hari sembuh secara normal.

f. Leptospirosis
Penyakit ini lebih dikenal dengan nama penyakit kencing tikus. Penyebabnya adalah
bakteri leptospira. Bakteri leptospira menyebabkan penyakit leptospirosis terutama pada
tikus, cecurut, anjing, kucing, maupun hewan ternak seperti kambing, sapi dan kuda. Akan
tetapi penyakit ini juga dapat menular ke manusia. Cara penularannya melalui kencing hewan
yang terkena penyakit, masuk ke dalam genangan air yang ada di lingkungan sekitar, dan jika
terdapat luka di kaki atau tangan kita, sedangkan kondisi tubuh kita sedang tidak fit, maka
kita bakteri tersebut akan masuk ke dalam tubuh kita dan kita akan tertular penyakit ini.
Gejala atau ciri-ciri jika terkena penyakit ini biasanya timbul seperti demam tinggi, pusing-
pusing, mengigil, kejang otot, muntah, mata merah, sakit pada otot perut, diare serta ruam
kulit. Jika tidak ditangani bisa menimbulkan kerusakan ginjal, meningitis, kegagalan fungsi
hati serta gangguan pernapasan.

g. Salmonellosis
Salmonellosis secara umum merupakan penyakit pada manusia atau hewan yang
disebabkan oleh bakteri dari genus Salmonella yang biasa meracuni makanan. penularan
penyakit ini akibat kontaminasi dari feses dan urine tikus pada makanan atau minuman yang
dikonsumsi oleh manusia. Gejala yang timbul pada manusia akibat infeksi bakteri ini adalah
sakit perut, gastroenteritis (sakit perut) akut, diare, rasa mual, muntah dan demam yang
diikuti dengan dehigrasi.

Sumber :
Nurisa, Ima & Ristiyanto. 2005. Penyakit Bersumber Rodensia (Tikus dan Mencit) di
Indonesia. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol 4 No 3. Puslitbang Ekologi Kesehatan
Tissor Indonesia. 2016. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh Tikus.
http://tissorindonesia.com/penyakit-penyakit-yang-ditularkan-melalui-tikus.
Prastomo, Irawan. 2005. Serangan Hama Tikus Sawah. Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret.

Anda mungkin juga menyukai