Anda di halaman 1dari 79

Oleh :

dr. Risal Wintoko


Bag. Ilmu kedokteran komunitas
FK Unila
 Penggunaan bahan kimia di hampir
semua sektor tidak dapat dihindari,
begitu juga di bidang agroindustri
 Pemakaian bahan kimia saat ini sudah
mencapai >100.000 jenis
 Baru < 10.000 yang telah diteliti – efek
terhadap kesehatan
 Pekerja terpajan bahan kimia dalam berbagai
bentuk:
• Gas, Debu, Uap, Asap, Kabut dsb.
 Absorbsibahan kimia ke dalam tubuh di
tempat kerja tersering melalui:
• Inhalasi, kontak kulit dan melalui saluran
pencernaan
 Sumber pajanan:
• Kecelakaan, kebocoran, kerusakan pada alat
ventilasi dan proses kerja yang tidak sesuai standar
 TOKSISITAS:
• Besarnya kemungkinan suatu substansi untuk
menyebabkan cedera pada jaringan biologis
 POTENSI BAHAYA (hazard):
• Kemungkinan suatu substansi menyebabkan
cedera pada jaringan biologis pada lingkungan
atau situasi tertentu
 NILAI AMBANG BATAS:
• Rata-rata besarnya konsentrasi/kadar suatu
substansi yang diperbolehkan berada di
lingkungan kerja, tanpa menyebabkan
gangguan kesehatan pada sebagian besar
pekerja
 BIOLOGIC EXPOSURE INDEKS:
• Batas kadar suatu bahan kimia didalam tubuh,
dimana harus dilakukan intervensi
 MONITORING LINGKUNGAN:
• Mengukur kadar bahan kimia diudara lingkungan
kerja
 MONITORING BIOLOGIS:
• Mengukur konsentrasi bahan kimia atau
metabolitnya dalam tubuh
 MONITORING MEDIS:
• Mengukur perubahan faali/biokimiawi akibat bahan
kimia
 Pajanan terhadap bahan kimia dalam
jumlah yang besar dalam waktu yang
singkat, misalnya akibat kecelakaan,
terperangkap dalam ruang tertutup
Pada umumnya penanganan yang
dilakukan pada pajanan akut:
 Jauhkan pekerja dari pajanan
 Lakukan Resusitasi
 Lakukan Dekontaminasi
 Pengobatan dengan antidote bila ada
atau simtomatis
 Adalah pajanan bahan kimia dengan dosis
lebih kecil namun berlangsung untuk waktu
yang lama
 Biasanya akibat lingkungan kerja
dan/prosedur kerja yang tidak memenuhi
syarat
 Efek sangat beraneka ragam, tergantung
pada jenis bahan kimia
 Biasanya mengakibatkan kerusakan
jaringan tubuh yang ireversibel
 BAHAYA POTENSIAL KIMIA SPESIFIK
PADA AGROINDUSTRI :
1. PESTISIDA
2. PUPUK ANORGANIK DAN ORGANIK
3. HORMON PERTUMBUHAN (HEWAN
DAN TUMBUHAN)
4. ANTIBIOTIK
5. PAKAN TAMBAHAN TERNAK
 Pestisida merupakan terjemahan dari pesticide
(Inggris) yang berasal dari bahasa Latin pestis dan
caedo yang bisa diterjemahkan secara bebas menjadi
racun untuk jasad pengganggu.
 Menurut “United States Federal Environment Pesticide
Control Act,” pestisida merupakan semua zat atau
campuran zat yang khusus untuk memberantas atau
mencegah gangguan serangga, binatang pengerat,
nematoda, cendawan, gulma, virus, bakteri, jasad renik
yang dianggap hama kecuali virus, bakteri atau jasad
renik yang terdapat pada manusia atau binatang
lainnya, atau semua campuran zat yang digunakan
sebagai pengatur pertumbuhan tanaman atau
pengering tanaman
Peraturan Menteri pertanian Nomor
07/PERMENTAN.140/2/2007 mendefenisikan
bahwa pestisida adalah zat kimia atau bahan
lain dan jasad renik serta virus yang digunakan
untuk:
1)Memberantas atau mencegah hama-hama
tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-
hasil pertanian.
2)Memberantas rerumputan.
3)Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan
tanaman yang tidak diinginkan.
4)Mengatur atau merangsang pertumbuhan
tanaman atau bagianbagian tanaman, tidak
termasuk pupuk.
5) memberantas atau mencegah hama luar pada
hewan-hewan piaraan dan ternak.
6) Memberantas dan mencegah hama-hama air.
7) memberantas atau mencegah binatang-
binatang dan jasad-jasadrenik dalam rumah
tangga, bangunan dan alat-alat pengangkutan.
8) Memberantas atau mencegah binatang-
binatang yang dapat menyebabkan penyakit
pada manusia atau binatang yang perlu
dilindungi dengan penggunaan pada tanaman,
tanah atau air
 Pestisidaadalah substansi yang digunakan
untuk mencegah atau membunuh hama (pest),
yakni organisme yang bersaing untuk
mendapatkan makanan, mengganggu
kenyamanan, atau berbahaya bagi kesehatan
manusia.
 Penggunaan pestisida sudah sangat meluas,
berkaitan dengan dampak positifnya, yaitu
meningkatnya produksi pertanian dan
menurunnya penyakit-penyakit yang
penularannya melalui perantaraan makanan
(food-borne diseases) atau pun vektor (vector-
borne diseases).
 Idealnya, pestisida mempunyai efek toksik
hanya pada organisme targetnya, yaitu hama.
Namun, pada kenyataannya, sebagian besar
bahan aktif yang digunakan sebagai pestisida
tidak cukup spesifik toksisitasnya, sehingga
berdampak negatif terhadap kesehatan
(manusia).
 Sampai saat ini, terdapat sekitar 20.000 jenis
produk pestisida dengan sekitar 900 jenis
bahan aktif yang telah terdaftar, dengan tujuan
pemakaian sebagai insektisida, mitisida,
herbisida, rodentisida, nematosida, fungisida,
fumigan, pengawet kayu, dan pengatur
pertumbuhan tanaman (plant growth regulator).
 Pestisida dapat digolongkan menjadi bermacam-
macam dengan berdasarkan fungsi yaitu :
1. Akarisida/mitesida fungsinya untuk membunuh
tungau atau kutu.
2. Algisida berberfungsi untuk membunuh alge.
3. Avisida berfungsi sebagai pembunuh atau zat
penolak burung serta pengontrol populasi
burung.
4. Bakterisida berfungsi untuk melawan bakteri.
5. Fungisida berfungsi untuk membunuh jamur
atau cendawan.
6. Herbisida berfungsi membunuh gulma
(tumbuhan pengganggu).
7. Insektisida berfungsi untuk membunuh
serangga.
8. Larvisida berfungsi untuk membunuh ulat atau
larva.
8. Molluksisida berfungsi untuk membunuh siput.
9. Nematisida berfungsi untuk membunuh
nematoda
10. Ovisida berfungsi untuk membunuh telur.
11. Pedukulisida berfungsi untuk membunuh kutu
atau tuma.
8. Piscisida berfungsi untuk membunuh
ikan.
9. Rodentisida berfungsi untuk membunuh
binatang pengerat, seperti tikus.
10.Predisida berfungsi untuk membunuh
pemangsa (predator).
11.Silvisida berfungsi untuk membunuh
pohon.
12.Termisida berfungsi untuk membunuh
rayap.
1. Cairan emulsi (emulsifiable
concentrates/emulsible concentrates)
2. Butiran (granulars)
3. Debu (dust)
4. Tepung (powder)
5. Oli (oil)
6. Fumigansia (fumigant)
1. Pestisida kontak, berarti mempunyai daya
bunuh setelah tubuh jasad terkena sasaran.
2. Pestisida fumigan, berarti mempunyai daya
bunuh setelah jasad sasaran terkena uap atau
gas
3. Pestisida sistemik, berarti dapat
ditranslokasikan ke berbagai bagian tanaman
melalui jaringan. Hama akan mati kalau
mengisap cairan tanaman.
4. Pestisida lambung, berarti mempunyai daya
bunuh setelah jasad sasaran memakan
pestisida.
 Dosis pestisida
 Konsentrasi bahan aktif,
 Alat semprot
 Ukuran droplet
 Ukuran partikel
 Ukuran molekul hanya ada satu macam,
yatu kurang 0,001 µm
 Terdapat empat kelompok bahan aktif
pestisida yang banyak digunakan, yaitu
1. Organopospat
2. Golongan karbamat
3. Organoklorin
4. Piretroid
5. Kelompok / Senyawa Bipiridilium
6. Kelompok Arsen
7. Kelompok antikoagulan
 Organofosfat merupakan kelompok kimia yang
memiliki anggota sangat banyak dan terdiri dari
beberapa subkelompok
 Menurut rantai karbon yang menyusunnya, insektisida
Organofosfat bisa diklasifikasikan ke dalam beberapa
kelompok berikut :
a. Derivat alifatik, yang ditandai dengan rantai karbon
lurus, contohnya asefat, forat, dimetoat, dikrotofos,
malation, metamidofos, triklorfon, dan terbufos.
b. Derivat heterosiklik, contohnya azinfos-metil, fention,
klorfirifos, metidation.
c. Derivat fenil, ditandai dengan adanya cincin fenil pada
rantai struktur molekulnya, contohnya paration-etil,
paration-metil, izofenfos, dan profenofos.
 Uptake melalui kulit mungkin lebih banyak, karena
sifat lipofilik dari senyawa ini. Biotransformasi terjadi
melalui tiga reaksi utama, yakni oksidasi, hidrolisis,
dan reaksi transferase.
 Efek toksik pestisida golongan organofosfat terjadi
melalui tiga reaksi utama, yaitu:
1. Hambatan terhadap aktivitas enzim kolinesterase;
2. Hambatan terhadap neuropathy target esterase (NTE),
terjadinya neuropati secara lambat; dan
3. Penglepasan dari gugus alkil yang terikat pada atom
pospat dan terjadinya alkilasi dari makromolekul
termasuk RNA dan DNA
 Organofosfat bekerja sebagai racun perut,
racun kontak, dan beberapa diantaranya racun
inhalasi.
 Tanda dan gejala awal keracunan adalah
stimulasi berlebihan kolinergik pada otot polos
dan reseptor eksokrin muskarinik yang
meliputi miosis, gangguan perkemihan, diare,
defekasi, eksitasi, dan salivasi.
 Efek yang terutama pada sistem respirasi yaitu
bronkokonstriksi dengan sesak nafas dan
peningkatan sekresi bronkus.
 Dosis menengah sampai tinggi terutama terjadi
stimulasi nikotinik pusat daripada efek
muskarinik (ataksia, hilangnya refleks,
bingung, sukar bicara, kejang disusul paralisis,
pernafasan Cheyne Stokes dan coma. Pada
umumnya gejala timbul dengan cepat dalam
waktu 6 – 8 jam, tetapi bila pajanan berlebihan
dapat menimbulkan kematian dalam beberapa
menit.
 Bila gejala muncul setelah lebih dari 6 jam,ini
bukan keracunan organofosfat karena hal
tersebut jarang terjadi.
 Kematian keracunan akut organofosfat
umumnya berupa kegagalan pernafasan.
Oedem paru, bronkokonstriksi dan
kelumpuhan otot-otot pernafasan yang
kesemuanya akan meningkatkan
kegagalan pernafasan.
 Aritmia jantung seperti hearth block dan
henti jantung lebih sedikit sebagai
penyebab kematian.
 Pestisida golongan organoklorin terdiri dari pestisida
dengan berbagai struktur kimia, yaitu
(1) senyawa cyclodiene, seperti aldrin, dieldrin, endrin,
heptachlor, isodrin, endosulfane, dan chlordane,
(2) senyawa halogenated aromatic, seperti DDT, kelthane,
metoxychlor, chlorbenzylate, dan chlorpenesin,
(3) cycloparaffins, seperti hexachlorcyclohexane atau
benzene hexachloride (BHC), dan lindane, dan
(4) chlorinated terpenes, seperti polychlorcamphenes dan
polychloropinenes
 Organoklorinmasuk ke dalam tubuh melalui
udara pernafasan (inhalasi), saluran
pencernaan, dan absorpsi melalui kulit.
 Bila
digunakan dalam bentuk serbuk, absorpsi
melalui kulit tidak terlalu berbahaya, namun
ketika digunakan sebagai larutan dalam
minyak atau pelarut organik, toksisitasnya
meningkat.
 Metabolismenyadi dalam sel melibatkan
berbagai mekanisme, seperti oksidasi dan
hidrolisis.
 Senyawa ini mempunyai kemampuan untuk
menembus membran sel yang cukup kuat, dan
tersimpan di dalam jaringan lemak tubuh.
Karena sifat lipotropiknya, senyawa ini
tersimpan di dalam sel-sel yang banyak
mengandung lemak, seperti pada susunan
saraf pusat, hati, ginjal, dan otot jantung.
 Di dalam organ-organ ini, senyawa
organoklorin merusak fungsi dari sistem enzim
dan menghambat aktivitas bikokimia sel.
Senyawa organoklorin mengalami eliminasi
dari dalam tubuh melalui ginjal
 Karbamat merupakan salah satu golongan
insektisida sintetik yang banyak diproduksi
dalam 40 tahun terakhir
 Toksisitas akut dari insektisidagolongan
karbamat sangat bervariasi.
 Golongan karbamat ini mempunyai toksisitas
dermal yang lebih rendah. Spektrum dari
karbamat tidak luas sehingga banyak
digunakan sebagai insektisida di rumah tangga
 Insektisida dari golongan karbamat adalah
racun saraf yang bekerja dengan cara
menghambat kolin esterase (ChE).
 Jika pada organofosfat hambatan tersebut
bersifat irreversible (tidak bisa dipulihkan),
pada karbamat hambatan tersebut bersifat
reversible (bisa dipulihkan).
 Pestisida dari kelompok karbamat relatif
mudah diurai di lingkungan (tidak persisten)
dan tidak terakumulasi oleh jaringan lemak
hewan
 Karbamat merupakan pestisida yang memiliki
banyak anggota, yang bisa diklasifikasikan
sebagai berikut :
a. Naftil karbamat, contohnya karbaril
b. Fenil karbamat, contohnya metiokarb dan
propoksur
c. Karbamat pirazol, contohnya dimetilan, isolan
dan pirolan
d. Karbamat metil heterosiklik, contohnya
bendiokarb dan karbofuran
e. Oksim, contohnya aldikarb dan metomil
 Gejala dan tanda-tanda gangguan
terhadap fungsi enzim kolinesterase
akibat keracunan pestisida golongan
karbamat antara lain, lakrimasi, salivasi,
miosis, konvulsi, dan bisa terjadi
kematian.
 Efek dari karbamat biasanya reversibel
dan durasinya singkat
 Secara alamiah pyrethrins merupakan
konstituen dari ekstrak bunga Pyrethrum
cinerariae dan spesies sejenis lainnya.
 Sejak tahun 1973, senyawa yang sama
telah dibuat dengan nama umum
piretroid dan lebih dari 1000 jenis
piretroid telah diproduksi.
 Karena sifat toksiknya terhadap mamalia
yang sangat rendah dibanding pestisida
jenis lain, piretroid banyak digunakan
sebagai bahan aktif dari produk
insektisida yang ada di pasaran.
 Piretroid pada umumnya mengalami
metabolisme pada mamalia melalui
proses hidrolisis, oksidasi dan konjugasi.
 Tidak ada kecenderungan untuk
terjadinya akumulasi pada jaringan
akibat pajanan terhadap piretroid.
 Piretroid bersifat racun terhadap
jaringan saraf, yakni dengan cara
mempengaruhi permeabilitas membran
terhadap ion, sehingga mengganggu
impuls saraf
 Bahan aktif : yang termasuk kelompok ini
antara lain : paraquat diklorida yang
terkandung dalam herbisida Gramoxone S,
Gramoxone, Herbatop 276 AS dan Para-Col.
 Gejala keracunan : 1 – 3 jam setelah pestisida
masuk dalam tubuh baru timbul sakit perut,
mual, muntah dan diare 2-3 hari kemudian akan
terjadi kerusakan ginjal yang ditandai dengan
albuminuria, proteinuria, haematuria dan
peningkatan kreatinin lever, serta kerusakan
pada paru-paru akan terjadi antara 3 – 24 hari
berikutnya
 Bahan aktif yang termasuk kelompok ini antara lain :
arsen pentoksida, kemirin dan arsen pentoksida
dihidrat yang umumnya digunakan untuk insektisida
pengendali rayap kayu dan rayap tanah serta fungisida
pengendali jamur kayu.
 Umumnya masuk ke dalam tubuh melalui mulut,
walaupun bisa juga terserap kulit.
 Gejala keracunan antara lain tingkat akut akan terasa
nyeri pada perut, muntah dan diare, sedangkan
keracunan semi akut ditandai dengan sakit kepala dan
banyak keluar ludah
 Bahan aktif : yang termasuk kelompok ini antara lain :
brodifakum (Klerat RM-B, Petrokum 0,005 RMB, Phyton
0,005 RMB), difasinon (Diphacin 110, Dekabit 0,025 B,
Yaskodion 0,005 B), kumatetratil (Racumin, Tikumin
0,0375 RB), bromadiolone (Ramortal 0,005 RB,
Petrokolone 0,005 B) dan kumaklor yang merupakan
bahan aktif rodentisida.
 Gejala keracunan : nyeri punggung, lambung dan usus,
muntah-muntah, pendarahan hidung dan gusi, kulit
berbintik-bintik merah, air seni dan tinja berdarah,
lebam di sekitar lutut, siku dan pantat, serta kerusakan
ginjal
 Levine (1991) menyatakan bahwa pemaparan kronik
terhadap pestisida dapat berupa:
1. Blood dyscrasia dan neoplasia: hasil toksikologi
menyatakan pemaparan lama terhadap pestisida
dapat menyebabkan terjadinya blood dyscrasia dan
kanker pada organ-organ tubuh.
2. Gangguan reproduksi yang dapat terjadi:
(a) Disfungsi seksual;
(b) Abnormalitas sperma (jumlah, motilitas, bentuk);
(c) Subfekunditi (gonad abnormal, gangguan
prepubertas);
(d) Infertilitas;
(e) Amenore; dan
(f) Gangguan perkembangan janin
3. Gangguan sistem syaraf : apabila tubuh terpapar
pestisida secara berulang dalam jangka waktu lama,
maka mekanisme kerja enzim cholinesterase
terganggu. Enzim cholinesterase berfungsi memecah
asetilkoline menjadi kholine dan asam asetat.
Asetilkholin berfungsi dalam menghantarkan impuls
syaraf. Apabila enzim ini dihambat oleh pestisida
maka terjadi gangguan sistem syaraf, dan merupakan
salah satu sebab terjadinya polineuropati (Tiez, 1987;
Sutarni et al, 1996)
4. Sistem Imunologi : penelitian yang dilakukan oleh
Hermanowicz & Kossman (1984) terjadi gangguan
kemotaksis netrofil, sehingga memudahkan
terjadinya penyakit infeksi pada kelompok yang
terpapar pestisida. Sementara itu penelitian yang
dilakukan oleh Wysocki et al., (1985) menyatakan
bahwa terjadi peningkatan jumlah IgG, sedangkan
jumlah IgM dan C3 menurun pada kelompok yang
terpapar pestisida polisiklik hidrokarbon.
5. Efek pada Oftamologi : gangguan pada sistem
oftalmologi berupa atrofi lensa, papiledema.
6. Efek pada Respiratori : penelitian yang
dilakukan di Hawai, menunjukkan ada
hubungan antara penggunaan pestisida
terhadap terjadinya asma dan gangguan sistem
pernafasan.
7. Penyakit kulit : penyakit kulit yang sering
terjadi akibat pemaparan pestisida adalah
dermatitis iritan, dermatitis alergika dan
fototoksisitas.
Penatalaksanaan
Pertolongan pertama yang dapat dilakukan :
1. Bila pestisida tertelan dan penderita sadar,
segera muntahkan penderita dengan mengorek
dinding belakang tenggorok dengan jari atau
alat lain, dan /atau memberikan larutan garam
dapur satu sendok makan penuh dalam segelas
air hangat. Bila penderita tidak sadar, tidak
boleh dimuntahkan karena bahaya aspirasi.
2. Bila penderita berhenti bernafas, segeralah
dimulai pernafasan buatan. Terlebih dahulu
bersihkan mulut dari air liur, lendir atau
makanan yang menyumbat jalan nafas. Bila
pestisida tertelan, jangan lakukan pernafasan
dari mulut ke mulut.
3. Bila kulit terkena pestisida, segera
lepaskan pakaian yang terkena
dan kulit dicuci dengan air sabun.
4. Bila mata terkena terkena, segera
cuci dengan banyak air selama 15
menit.
5. Kumbah lambung jika pestisida
tidak bersifat korosif (asam/basa)
Pengobatan
 Segera diberikan antidotum Sulfas atropin 2
mg IV atau IM. Dosis besar ini tidak
berbahaya pada keracunan organofosfat
dan harus diulang setiap 10 – 15 menit
sampai terlihat gejala-gejala keracunan
atropin yang ringan berupa wajah merah,
kulit dan mulut kering, midriasis dan
takikardi.
 Kemudian atropinisasi ringan ini harus
dipertahankan selama 24 – 48 jam, karena
gejala-gejala keracunan organofosfat
biasanya muncul kembali.
 Pada hari pertama mungkin dibutuhkan sampai
50 mg atropin. Kemudian atropin dapat
diberikan oral 1 – 2 mg selang beberapa jam,
tergantung kebutuhan. Atropin akan
menghialngkan gejala –gejala muskarinik
perifer (pada otot polos dan kelenjar eksokrin)
maupun sentral.
 Pernafasan diperbaiki karena atropin melawan
brokokonstriksi, menghambat sekresi bronkus
dan melawan depresi pernafasan di otak, tetapi
atropin tidak dapat melawan gejala kolinergik
pada otot rangka yang berupa kelumpuhan
otot-otot rangka, termasuk kelumpuhan otot-
otot pernafasan.
 Pralidoksim diberikan segera setelah pasien diberi
atropin yang merupakan reaktivator enzim
kolinesterase. Jika pengobatan terlambat lebih dari 24
jam setelah keracunan, keefektifannya dipertanyakan.
 Dosis normal yaitu 1 gram pada orang dewasa. Jika
kelemahan otot tidak ada perbaikan, dosis dapat
diulangi dalam 1 – 2 jam. Pengobatan umumnya
dilanjutkan tidak lebih dari 24 jam kecuali pada kasus
pajanan dengan kelarutan tinggi dalam lemak atau
pajanan kronis.
 Pralidoksim dapat mengaktifkan kembali enzim
kolinesterase pada sinaps-sinaps termasuk sinaps
dengan otot rangka sehingga dapat mengatasi
kelumpuhan otot rangka.
 Pupuk ialah : suatu zat/unsur berbentuk cair,
padat, dan gas yang bersumber dari bahan
organik ataupun anorganik, jika diberikan ke
tanah atau tanaman, bertujuan memperbaiki
sifat fisik, sifat kimia, sifat biologi tanah dan
dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman .
 Pemupukan berarti: teknik atau motode serta
praktek-praktek yang dilakukan dalam
pemberian pupuk atau unsur hara ke tanah
atau ketanaman yang sesuai yang diberikan
bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan
tanaman
 Pupuk ada 2 jenis yaitu pupuk anorganik dan
pupuk organik
 Pupuk anorganik adalah suatu zat berperan
sebagai subsitusi memiliki kandungan hara
tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan yang
bersumber dari bahan anorganik (non hayati).
 Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari
bahan-bahan organik seperti bagian dari
organ tumbuhan berupa daun tanaman dan
ranting, kotoran ternak, sisa tanaman, dan
sampah organik yang telah dikomposkan.
Pupuk Anorganik
 Pupuk tunggal, merupakan pupuk
anorganik yang susunan haranya tunggal
seperti Urea, Triple Super Fosfat (TSP),
Triple Super Fosfat plus-Zn, KCl, ZA,
Fosfat alam, SP-36, TSP, amonium klorida,
kaptan/kapur pertanian, superfosfat
tunggal dan rangkap yang semuanya
hanya dapat memenuhi unsur hara salah
satu makro seperti N, P, K atau S saja.
 Pupuk majemuk merupakan pupuk
anorganik yang susunan haranya
majemuk seperti; pupuk NPK,
Diamonium Fosfat, Urea Amonium Fosfat,
Mono Amonium Fosfat (MAP), Kalium
Nitrat, Kalsium Nitrat, Dolomit, Urea
Amonium Fosfat (UAP), Kiserit, dan ZK.
Pupuk Organik
 Menurut Irawan A HSR (2001) dan Balai
Penelitian Tanah (2005) berdasarkan bahan
dasarnya pupuk organik dibagi menjadi 6
(enam), yaitu:
(1) Pupuk kandang
(2) Pupuk hijau
(3) Kompos
(4) Pupuk Guano/kotoran burung
(5) Pupuk gambut
(6) Humus
 Bahaya intoksikasi penggunaan pupuk
sangat jarang ditemukan.
 Efeknya bagi kesehatan bersifat kronik
karena akumulasi zat yang terkandung
dalam pupuk secara berlebihan didalam
tubuh.
 Prinsip penanganan = pestisida
 Tidak ada antidotumnya
A. Hormon Bagi Tumbuhan
 Hormon tumbuhan/fitohormon, adalah
sekumpulan senyawa organik bukan hara
(nutrien), baik yang terbentuk secara alami
maupun dibuat oleh manusia, yang dalam
kadar sangat kecil (di bawah satu milimol per
liter, bahkan dapat hanya satu mikromol per
liter) mendorong, menghambat, atau
mengubah pertumbuhan, perkembangan, dan
pergerakan (taksis) tumbuhan
 Hormon tumbuhan bersifat endogenous
("endogen"), dihasilkan sendiri oleh individu
yang bersangkutan, maupun exogenous
("eksogen"), diberikan dari luar sistem
individu.
 Hormon eksogen dapat juga merupakan bahan
non-alami (sintetik, tidak dibuat dari ekstraksi
tumbuhan). Oleh karena itu, untuk
mengakomodasi perbedaan dari hormon
hewan, dipakai pula istilah zat pengatur
tumbuh (bahasa Inggris: plant growth
regulator/substances)
 Terdapat ratusan hormon tumbuhan atau zat
pengatur tumbuh (ZPT) yang dikenal orang,
baik yang endogen maupun yang eksogen.
 Pengelompokan dilakukan untuk memudahkan
identifikasi, dan didasarkan terutama
berdasarkan efek fisiologi yang sama, bukan
semata kemiripan struktur kimia.
 Pada saat ini dikenal lima kelompok utama
hormon tumbuhan, yaitu auksin (bahasa
Inggris: auxins), sitokinin (cytokinins), giberelin
(gibberellins, GAs), etilena (etena, ETH), dan
asam absisat (abscisic acid, ABA).
 Aplikasizat pengatur tumbuh dalam pertanian
modern mencakup pengamanan hasil (seperti
penggunaan cycocel untuk meningkatkan
ketahanan tanaman terhadap lingkungan yang
kurang mendukung), memperbesar ukuran
dan meningkatkan kualitas produk (misalnya
dalam teknologi semangka tanpa biji), atau
menyeragamkan waktu berbunga (misalnya
dalam aplikasi etilena untuk penyeragaman
pembungaan tanaman buah musiman).
 Pengaruhnya Bagi kesehatan masih menjadi
perbincangan? Perlu penelitian lebih lanjut!!!!
B. Penggunaan Hormon Bagi Ternak
 Sejak awal tahun 1970-an, penggunaan hormon
pertumbuhan (Hormone Growth Promotors/
HGPs) telah dikenal secara luas baik pada
peternakan sapi potong maupun peternakan
sapi perah yang diberikan untuk mempercepat
peningkatkan berat badan dan efisiensi pakan
termasuk menghindari pakan yang berlebihan
(overfeeding).
 Penggunaan hormon sebagai pemacu
pertumbuhan telah banyak digunakan di USA,
Australia, New Zealand dan Canada.
 Hormon natural artinya hormon ini secara alami
diproduksi oleh tubuh dan mempunyai
peranan yang sangat penting dalam fungsi
reproduksi baik pada manusia maupun hewan,
misalnya 17 β estradiol, progesteron dan
testosteron.
 Hormon sintetik adalah hormon yang tidak
diproduksi oleh tubuh, namun mempunyai sifat
sebagaimana hormon natural yang digunakan
sebagai pemacu pertumbuhan, misalnya
trenbolon asetat (TBA), melengesterol (MGA),
diethylstilbestrol (DES), dan zeranol
 Pemberian hormon ini bertujuan :
1. Meningkatkan efisiensi pakan
2. Memperbaiki kualitas daging dengan
menurunkan deposit lemak sehingga
memperbaiki marbling. (kandungan
dan struktur lemak dalam daging)
3. Pada industri sapi perah dikenal juga
penggunaan hormon Bovine somato
tropin (BST) yang mampu
meningkatkan 12% dari produksi susu
Food and Drug Administration (Badan
Pengawasan Obat dan Makanan USA)
menyetujui penggunaan 6 HGPs yaitu:
 3 jenis hormon natural (Estradiol,
Progesteron, Testosteron)
 3 jenis hormon sintetik (Zeranol,
Trenbolon, Melengestrol).
 DiIndonesia sendiri penggunaan HGPs
pada hewan ternak dilarang sejak tahun
1983, dan penggunaan hormon diizinkan
hanya untuk penanganan gangguan
reproduksi dan tujuan terapi, dengan
pengawasan dokter hewan termasuk
pengontrolan masa henti obat
(withdaraltime).
 Negara-negara yang melarang penggunaan
HGP mengkhawatirkan resiko yang dapat
ditimbulkan akibat mengkonsumsi produk
hewan yang mengandung residu hormon
seperti pemicu kanker, infertilitas dan pubertas
dini yang pernah terjadi pada tahun 80-an di
Italia pada anak sekolah yang mengalami
pubertas dini akibat penggunaan hormon DES.
 Pada saat ini penggunaan hormon pemacu
pertumbuhan di Indonesia hanya diizinkan
untuk hormon yang bersifat natural saja.
1. Trenbolone acetate
Sifat fisik dan kimia
 TBA memiliki rumus kimia C20H24O3 (17
beta-hidrosyestra-4,9,11-tien-3-one
asetat), merupakan anabolik sintetik
steroid. Biasanya hormon ini digunakan
untuk meningkatkan berat badan dan
efisiensi pakan. Ikatan residu TBA ini
dapat diekstraksi dengan pelarut
organik.
Metabolisme
 Setelah masuk kedalam sirkulasi tubuh TBA
segera dihidrolisis menjadi 17 beta OH
trenbolon yang merupakan androgen sintetik
yang potensial. Metabolit ini terdapat pada hati,
empedu dan ginjal dan jaringan otot, dan
hampir 80% dari hasil metabolisme ini
kemudian dikeluarkan melalui feses.
Konsentrasi residu terbanyak terdapat pada
hati dan ginjal, dan jika selama produksi
diberikan dosis besar melebihi normal
konsentrasi residu terbanyak juga terdapat
pada lemak. Selain itu konsentrasi metabolit ini
juga terdapat pada serum darah.
2. Diethylstilbestrol (DES)
 DES merupakan komponen estrogen sintetik non
steroid yang memiliki efek anabolis. Berupa bubuk
kristal berwarna putih, mempunyai titik leleh pada
suhu 169-175o C. Tidak larut 16 dalam air, larut dalam
alkohol dan minyak. Harus disimpan pada suhu ruang
(15-30oC) dalam wadah tertutup.
Farmakokinetik
 Mempunyai peranan dalam pertumbuhan dan
pengembangan organ sex wanita dan mempunyai efek
pada sistem kerangka tulang. DES diserap dengan baik
oleh usus, kemudian dimetabolisme oleh hati
kemudian membentuk glokoronide dan kemudian
dieksresikan melalui urin dan feses.
 Hormon berperan untuk laju
pertumbuhan dengan meningkatkan
kualitas pakan yang dicerna. Namun
karena bersifat karsinogenik,
penggunaannya di peternakan dilarang
di Eropa.
 Dalam suatu penelitian pada mencit yang
diberikan DES pada masa perinatal,
setelah dewasa mencit tersebut terkena
tumor testikular.
3. Melengestrol Acetate (MGA)
 MGA merupakan hormon sintetik anabolik steroid.
Yang dipakai untuk meningkatkan efisiensi pakan,
pemacu pertumbuhan, menekan estrus/birahi pada
penggemukan sapi betina di peternakan. Hormon ini
juga biasa dipakai untuk sinkronisasi estrus pada sapi.
MGA efektif diberikan secara oral oleh karena itu MGA
ini biasanya merupakan feed additive (bahan tambahan
pakan) yang diberikan melalui pakan. Hormon ini
digunakan pada penggemukan sapi dengan dosis 0.25-
0.50 mg/ekor per hari selama waktu yang tidak
ditentukan dengan withdrawal time 48 jam setelah
pemberian terakhir. Hasil metabolismenya 86%
dikeluarkan bersama feses. Suatu studi 17
 pada ternak menunjukkan residu MGA terbanyak
terdapat pada hati dan lemak (80%) kemudian otot
(45%).
4. Ractopamin
 Ractopamin adalah betta-agonis yang biasanya
digunakan sebagai bronchodilator, pemacu
jantung. Dalam peternakan biasanya dipakai
sebagai obat untuk meningkatkan performa
hewan dan kualitas karkas. Hormon ini
biasanya dipakai pada babi, biasanya
berpengaruh pada peningkatan asupan pakan,
meningkatkan efisiensi pakan, mempercepat
pertumbuhan badan, dan mempercepat waktu
reproduksi.
 Masuknya residu antiobiotika ke dalam
tubuh lewat konsumsi daging ternak
harus diwaspadai karena dapat
meningkatkan kemungkinan
berkembangnya bakteri yang resisten
terhadap obat-obatan
 Perhatian diberikan pada masalah
asupan antibiotika melalui konsumsi
makanan sehari-hari, karena hal itu dapat
meningkatkan kemungkinan bakteri
kebal yang berkembang dalam tubuh
manusia
 Di Eropa dan asia timur, antibiotika
dilarang untuk ditambahkan pada
makanan ternak.
 Meminimalisasi resistensi kuman
terhadap antibiotik
1. Formulasi Bossdext
 Merupakan suplemen ekstra berbentuk cair, formula
ini terdiri dari enzim ekstrak tumbuhan pilihan dan
bahan lain yang bermanfaat untuk meningkatkan
proses pencernaan sapi, serta mengoptimalkan
penyerapan dan efisiensi penggunaan pakan.Enzim
yang terdapat dalam Bossdext ( boss = sapi,dext = air )
terdiri dari single cell protein bactery dan
pemberiannya melalui oral dengan dicampur dan
difermentasi lebih dulu dengan pakan tambahan sapi (
comboran ).
 Formula bossdext mengandung 32 enzim , 27 %
substrat ( bionutrisi M.O ), 8 % chellate, 7 % garam
elektrolit, 8 % vitamin, 7% ekstrak tambahan dan 11 %
pelarut.
 Enzim adalah molekul protein yang berfungsi
sebagai katalisator dalam reaksi biokimia yang
diselenggarakan lewat aktivitas jasad renik.
 Sebagai katalisator, enzim dalam bossdext
memungkinkan reaksi penguraian serat kasar di
dalam rumen berlangsung lebih cepat.Selain itu,
enzim ini juga mendukung aktivitas kerja mikroba
rumen.
 Sedangkan chellate,vitamin dan garam elektrolit
akan menjaga keseimbangan dalam proses
metabolisme.
 Menurut penemunya yaitu HM Setio Hadi,
penggemukan sapi dengan penggunaan Bossdext
dapat meningkatkan bobot sapi 1,5 – 3,0 kg / hr
bahkan ada yang mampu mencapai 4 kg /hr, asal
bakalan sapi mempunyai genetik baik.
2. Starbio
 Starbio adalah feed suplemen yang
berfungsi membantu meningkatkan daya
cerna pakan dalam lambung ternak. Starbio
ini terdiri dari koloni mikrobe 9 (
bakteri fakultatif ) yang berasal dari
lambung ternak ruminansia dan dikemas
dalam campuran tanah dan akar rumput
serta daun-daun yang telah membusuk.
 Mikroba yang terdapat didalamnya adalah
mikroba lignolitik, selulitik,proteolitik, dan
fiksasi nitrogen non simbiotik.
 Starbio dipasarkan berupa serbuk
berwarna coklat. Dengan teknologi ini
pertambahan berat sapi bisa 1,2 kg / hari.
3. Bioplus
 Zat ini berupa serbuk yang didalamnya
terdiri dari bakteri menguntungkan seperti
Lactobacillus, Streptomyces sp dan
cendawan fermentor lain.
 Bioplus dikembangkan dari limbah rumah
pemotongan hewan . Isi rumen sapi yang
ditampung di tempat pemotongan diseleksi
dan dipelihara ( fermentasi ) dengan diberi
pakan jerami.
 Semakin bagus pertumbuhan koloni
mikrobe tersebut maka semakin bagus
pengaruhnya untuk pemcernaan sapi.
 Mikrobe yang mempunyai kemampuan
tinggi mengurai pakan berserat adalah
bakteri selulitik dan protozoa selulitik.
 Protozoa yang berkembangbiak dalam
rumen merupakan sumber protein
hewani bagi sapi.
 Pemberiannya dicampurkan dengan
pakan tambahan ( comboran ). Bioplus
ini mampu meningkatkan berat harian
sapi sebesar 0,68 kg.

Anda mungkin juga menyukai