0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
67 tayangan79 halaman
Dokumen tersebut membahas mengenai bahaya potensial bahan kimia di bidang agroindustri khususnya pestisida. Pestisida digunakan untuk membunuh hama tanaman namun berdampak negatif terhadap kesehatan. Jenis pestisida antara lain organofosfat, karbamat, organoklorin yang bekerja sebagai racun perut atau kontak dan dapat menyebabkan gangguan sistem saraf dan pernafasan.
Dokumen tersebut membahas mengenai bahaya potensial bahan kimia di bidang agroindustri khususnya pestisida. Pestisida digunakan untuk membunuh hama tanaman namun berdampak negatif terhadap kesehatan. Jenis pestisida antara lain organofosfat, karbamat, organoklorin yang bekerja sebagai racun perut atau kontak dan dapat menyebabkan gangguan sistem saraf dan pernafasan.
Dokumen tersebut membahas mengenai bahaya potensial bahan kimia di bidang agroindustri khususnya pestisida. Pestisida digunakan untuk membunuh hama tanaman namun berdampak negatif terhadap kesehatan. Jenis pestisida antara lain organofosfat, karbamat, organoklorin yang bekerja sebagai racun perut atau kontak dan dapat menyebabkan gangguan sistem saraf dan pernafasan.
Bag. Ilmu kedokteran komunitas FK Unila Penggunaan bahan kimia di hampir semua sektor tidak dapat dihindari, begitu juga di bidang agroindustri Pemakaian bahan kimia saat ini sudah mencapai >100.000 jenis Baru < 10.000 yang telah diteliti – efek terhadap kesehatan Pekerja terpajan bahan kimia dalam berbagai bentuk: • Gas, Debu, Uap, Asap, Kabut dsb. Absorbsibahan kimia ke dalam tubuh di tempat kerja tersering melalui: • Inhalasi, kontak kulit dan melalui saluran pencernaan Sumber pajanan: • Kecelakaan, kebocoran, kerusakan pada alat ventilasi dan proses kerja yang tidak sesuai standar TOKSISITAS: • Besarnya kemungkinan suatu substansi untuk menyebabkan cedera pada jaringan biologis POTENSI BAHAYA (hazard): • Kemungkinan suatu substansi menyebabkan cedera pada jaringan biologis pada lingkungan atau situasi tertentu NILAI AMBANG BATAS: • Rata-rata besarnya konsentrasi/kadar suatu substansi yang diperbolehkan berada di lingkungan kerja, tanpa menyebabkan gangguan kesehatan pada sebagian besar pekerja BIOLOGIC EXPOSURE INDEKS: • Batas kadar suatu bahan kimia didalam tubuh, dimana harus dilakukan intervensi MONITORING LINGKUNGAN: • Mengukur kadar bahan kimia diudara lingkungan kerja MONITORING BIOLOGIS: • Mengukur konsentrasi bahan kimia atau metabolitnya dalam tubuh MONITORING MEDIS: • Mengukur perubahan faali/biokimiawi akibat bahan kimia Pajanan terhadap bahan kimia dalam jumlah yang besar dalam waktu yang singkat, misalnya akibat kecelakaan, terperangkap dalam ruang tertutup Pada umumnya penanganan yang dilakukan pada pajanan akut: Jauhkan pekerja dari pajanan Lakukan Resusitasi Lakukan Dekontaminasi Pengobatan dengan antidote bila ada atau simtomatis Adalah pajanan bahan kimia dengan dosis lebih kecil namun berlangsung untuk waktu yang lama Biasanya akibat lingkungan kerja dan/prosedur kerja yang tidak memenuhi syarat Efek sangat beraneka ragam, tergantung pada jenis bahan kimia Biasanya mengakibatkan kerusakan jaringan tubuh yang ireversibel BAHAYA POTENSIAL KIMIA SPESIFIK PADA AGROINDUSTRI : 1. PESTISIDA 2. PUPUK ANORGANIK DAN ORGANIK 3. HORMON PERTUMBUHAN (HEWAN DAN TUMBUHAN) 4. ANTIBIOTIK 5. PAKAN TAMBAHAN TERNAK Pestisida merupakan terjemahan dari pesticide (Inggris) yang berasal dari bahasa Latin pestis dan caedo yang bisa diterjemahkan secara bebas menjadi racun untuk jasad pengganggu. Menurut “United States Federal Environment Pesticide Control Act,” pestisida merupakan semua zat atau campuran zat yang khusus untuk memberantas atau mencegah gangguan serangga, binatang pengerat, nematoda, cendawan, gulma, virus, bakteri, jasad renik yang dianggap hama kecuali virus, bakteri atau jasad renik yang terdapat pada manusia atau binatang lainnya, atau semua campuran zat yang digunakan sebagai pengatur pertumbuhan tanaman atau pengering tanaman Peraturan Menteri pertanian Nomor 07/PERMENTAN.140/2/2007 mendefenisikan bahwa pestisida adalah zat kimia atau bahan lain dan jasad renik serta virus yang digunakan untuk: 1)Memberantas atau mencegah hama-hama tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil- hasil pertanian. 2)Memberantas rerumputan. 3)Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan tanaman yang tidak diinginkan. 4)Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagianbagian tanaman, tidak termasuk pupuk. 5) memberantas atau mencegah hama luar pada hewan-hewan piaraan dan ternak. 6) Memberantas dan mencegah hama-hama air. 7) memberantas atau mencegah binatang- binatang dan jasad-jasadrenik dalam rumah tangga, bangunan dan alat-alat pengangkutan. 8) Memberantas atau mencegah binatang- binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah atau air Pestisidaadalah substansi yang digunakan untuk mencegah atau membunuh hama (pest), yakni organisme yang bersaing untuk mendapatkan makanan, mengganggu kenyamanan, atau berbahaya bagi kesehatan manusia. Penggunaan pestisida sudah sangat meluas, berkaitan dengan dampak positifnya, yaitu meningkatnya produksi pertanian dan menurunnya penyakit-penyakit yang penularannya melalui perantaraan makanan (food-borne diseases) atau pun vektor (vector- borne diseases). Idealnya, pestisida mempunyai efek toksik hanya pada organisme targetnya, yaitu hama. Namun, pada kenyataannya, sebagian besar bahan aktif yang digunakan sebagai pestisida tidak cukup spesifik toksisitasnya, sehingga berdampak negatif terhadap kesehatan (manusia). Sampai saat ini, terdapat sekitar 20.000 jenis produk pestisida dengan sekitar 900 jenis bahan aktif yang telah terdaftar, dengan tujuan pemakaian sebagai insektisida, mitisida, herbisida, rodentisida, nematosida, fungisida, fumigan, pengawet kayu, dan pengatur pertumbuhan tanaman (plant growth regulator). Pestisida dapat digolongkan menjadi bermacam- macam dengan berdasarkan fungsi yaitu : 1. Akarisida/mitesida fungsinya untuk membunuh tungau atau kutu. 2. Algisida berberfungsi untuk membunuh alge. 3. Avisida berfungsi sebagai pembunuh atau zat penolak burung serta pengontrol populasi burung. 4. Bakterisida berfungsi untuk melawan bakteri. 5. Fungisida berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan. 6. Herbisida berfungsi membunuh gulma (tumbuhan pengganggu). 7. Insektisida berfungsi untuk membunuh serangga. 8. Larvisida berfungsi untuk membunuh ulat atau larva. 8. Molluksisida berfungsi untuk membunuh siput. 9. Nematisida berfungsi untuk membunuh nematoda 10. Ovisida berfungsi untuk membunuh telur. 11. Pedukulisida berfungsi untuk membunuh kutu atau tuma. 8. Piscisida berfungsi untuk membunuh ikan. 9. Rodentisida berfungsi untuk membunuh binatang pengerat, seperti tikus. 10.Predisida berfungsi untuk membunuh pemangsa (predator). 11.Silvisida berfungsi untuk membunuh pohon. 12.Termisida berfungsi untuk membunuh rayap. 1. Cairan emulsi (emulsifiable concentrates/emulsible concentrates) 2. Butiran (granulars) 3. Debu (dust) 4. Tepung (powder) 5. Oli (oil) 6. Fumigansia (fumigant) 1. Pestisida kontak, berarti mempunyai daya bunuh setelah tubuh jasad terkena sasaran. 2. Pestisida fumigan, berarti mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran terkena uap atau gas 3. Pestisida sistemik, berarti dapat ditranslokasikan ke berbagai bagian tanaman melalui jaringan. Hama akan mati kalau mengisap cairan tanaman. 4. Pestisida lambung, berarti mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran memakan pestisida. Dosis pestisida Konsentrasi bahan aktif, Alat semprot Ukuran droplet Ukuran partikel Ukuran molekul hanya ada satu macam, yatu kurang 0,001 µm Terdapat empat kelompok bahan aktif pestisida yang banyak digunakan, yaitu 1. Organopospat 2. Golongan karbamat 3. Organoklorin 4. Piretroid 5. Kelompok / Senyawa Bipiridilium 6. Kelompok Arsen 7. Kelompok antikoagulan Organofosfat merupakan kelompok kimia yang memiliki anggota sangat banyak dan terdiri dari beberapa subkelompok Menurut rantai karbon yang menyusunnya, insektisida Organofosfat bisa diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok berikut : a. Derivat alifatik, yang ditandai dengan rantai karbon lurus, contohnya asefat, forat, dimetoat, dikrotofos, malation, metamidofos, triklorfon, dan terbufos. b. Derivat heterosiklik, contohnya azinfos-metil, fention, klorfirifos, metidation. c. Derivat fenil, ditandai dengan adanya cincin fenil pada rantai struktur molekulnya, contohnya paration-etil, paration-metil, izofenfos, dan profenofos. Uptake melalui kulit mungkin lebih banyak, karena sifat lipofilik dari senyawa ini. Biotransformasi terjadi melalui tiga reaksi utama, yakni oksidasi, hidrolisis, dan reaksi transferase. Efek toksik pestisida golongan organofosfat terjadi melalui tiga reaksi utama, yaitu: 1. Hambatan terhadap aktivitas enzim kolinesterase; 2. Hambatan terhadap neuropathy target esterase (NTE), terjadinya neuropati secara lambat; dan 3. Penglepasan dari gugus alkil yang terikat pada atom pospat dan terjadinya alkilasi dari makromolekul termasuk RNA dan DNA Organofosfat bekerja sebagai racun perut, racun kontak, dan beberapa diantaranya racun inhalasi. Tanda dan gejala awal keracunan adalah stimulasi berlebihan kolinergik pada otot polos dan reseptor eksokrin muskarinik yang meliputi miosis, gangguan perkemihan, diare, defekasi, eksitasi, dan salivasi. Efek yang terutama pada sistem respirasi yaitu bronkokonstriksi dengan sesak nafas dan peningkatan sekresi bronkus. Dosis menengah sampai tinggi terutama terjadi stimulasi nikotinik pusat daripada efek muskarinik (ataksia, hilangnya refleks, bingung, sukar bicara, kejang disusul paralisis, pernafasan Cheyne Stokes dan coma. Pada umumnya gejala timbul dengan cepat dalam waktu 6 – 8 jam, tetapi bila pajanan berlebihan dapat menimbulkan kematian dalam beberapa menit. Bila gejala muncul setelah lebih dari 6 jam,ini bukan keracunan organofosfat karena hal tersebut jarang terjadi. Kematian keracunan akut organofosfat umumnya berupa kegagalan pernafasan. Oedem paru, bronkokonstriksi dan kelumpuhan otot-otot pernafasan yang kesemuanya akan meningkatkan kegagalan pernafasan. Aritmia jantung seperti hearth block dan henti jantung lebih sedikit sebagai penyebab kematian. Pestisida golongan organoklorin terdiri dari pestisida dengan berbagai struktur kimia, yaitu (1) senyawa cyclodiene, seperti aldrin, dieldrin, endrin, heptachlor, isodrin, endosulfane, dan chlordane, (2) senyawa halogenated aromatic, seperti DDT, kelthane, metoxychlor, chlorbenzylate, dan chlorpenesin, (3) cycloparaffins, seperti hexachlorcyclohexane atau benzene hexachloride (BHC), dan lindane, dan (4) chlorinated terpenes, seperti polychlorcamphenes dan polychloropinenes Organoklorinmasuk ke dalam tubuh melalui udara pernafasan (inhalasi), saluran pencernaan, dan absorpsi melalui kulit. Bila digunakan dalam bentuk serbuk, absorpsi melalui kulit tidak terlalu berbahaya, namun ketika digunakan sebagai larutan dalam minyak atau pelarut organik, toksisitasnya meningkat. Metabolismenyadi dalam sel melibatkan berbagai mekanisme, seperti oksidasi dan hidrolisis. Senyawa ini mempunyai kemampuan untuk menembus membran sel yang cukup kuat, dan tersimpan di dalam jaringan lemak tubuh. Karena sifat lipotropiknya, senyawa ini tersimpan di dalam sel-sel yang banyak mengandung lemak, seperti pada susunan saraf pusat, hati, ginjal, dan otot jantung. Di dalam organ-organ ini, senyawa organoklorin merusak fungsi dari sistem enzim dan menghambat aktivitas bikokimia sel. Senyawa organoklorin mengalami eliminasi dari dalam tubuh melalui ginjal Karbamat merupakan salah satu golongan insektisida sintetik yang banyak diproduksi dalam 40 tahun terakhir Toksisitas akut dari insektisidagolongan karbamat sangat bervariasi. Golongan karbamat ini mempunyai toksisitas dermal yang lebih rendah. Spektrum dari karbamat tidak luas sehingga banyak digunakan sebagai insektisida di rumah tangga Insektisida dari golongan karbamat adalah racun saraf yang bekerja dengan cara menghambat kolin esterase (ChE). Jika pada organofosfat hambatan tersebut bersifat irreversible (tidak bisa dipulihkan), pada karbamat hambatan tersebut bersifat reversible (bisa dipulihkan). Pestisida dari kelompok karbamat relatif mudah diurai di lingkungan (tidak persisten) dan tidak terakumulasi oleh jaringan lemak hewan Karbamat merupakan pestisida yang memiliki banyak anggota, yang bisa diklasifikasikan sebagai berikut : a. Naftil karbamat, contohnya karbaril b. Fenil karbamat, contohnya metiokarb dan propoksur c. Karbamat pirazol, contohnya dimetilan, isolan dan pirolan d. Karbamat metil heterosiklik, contohnya bendiokarb dan karbofuran e. Oksim, contohnya aldikarb dan metomil Gejala dan tanda-tanda gangguan terhadap fungsi enzim kolinesterase akibat keracunan pestisida golongan karbamat antara lain, lakrimasi, salivasi, miosis, konvulsi, dan bisa terjadi kematian. Efek dari karbamat biasanya reversibel dan durasinya singkat Secara alamiah pyrethrins merupakan konstituen dari ekstrak bunga Pyrethrum cinerariae dan spesies sejenis lainnya. Sejak tahun 1973, senyawa yang sama telah dibuat dengan nama umum piretroid dan lebih dari 1000 jenis piretroid telah diproduksi. Karena sifat toksiknya terhadap mamalia yang sangat rendah dibanding pestisida jenis lain, piretroid banyak digunakan sebagai bahan aktif dari produk insektisida yang ada di pasaran. Piretroid pada umumnya mengalami metabolisme pada mamalia melalui proses hidrolisis, oksidasi dan konjugasi. Tidak ada kecenderungan untuk terjadinya akumulasi pada jaringan akibat pajanan terhadap piretroid. Piretroid bersifat racun terhadap jaringan saraf, yakni dengan cara mempengaruhi permeabilitas membran terhadap ion, sehingga mengganggu impuls saraf Bahan aktif : yang termasuk kelompok ini antara lain : paraquat diklorida yang terkandung dalam herbisida Gramoxone S, Gramoxone, Herbatop 276 AS dan Para-Col. Gejala keracunan : 1 – 3 jam setelah pestisida masuk dalam tubuh baru timbul sakit perut, mual, muntah dan diare 2-3 hari kemudian akan terjadi kerusakan ginjal yang ditandai dengan albuminuria, proteinuria, haematuria dan peningkatan kreatinin lever, serta kerusakan pada paru-paru akan terjadi antara 3 – 24 hari berikutnya Bahan aktif yang termasuk kelompok ini antara lain : arsen pentoksida, kemirin dan arsen pentoksida dihidrat yang umumnya digunakan untuk insektisida pengendali rayap kayu dan rayap tanah serta fungisida pengendali jamur kayu. Umumnya masuk ke dalam tubuh melalui mulut, walaupun bisa juga terserap kulit. Gejala keracunan antara lain tingkat akut akan terasa nyeri pada perut, muntah dan diare, sedangkan keracunan semi akut ditandai dengan sakit kepala dan banyak keluar ludah Bahan aktif : yang termasuk kelompok ini antara lain : brodifakum (Klerat RM-B, Petrokum 0,005 RMB, Phyton 0,005 RMB), difasinon (Diphacin 110, Dekabit 0,025 B, Yaskodion 0,005 B), kumatetratil (Racumin, Tikumin 0,0375 RB), bromadiolone (Ramortal 0,005 RB, Petrokolone 0,005 B) dan kumaklor yang merupakan bahan aktif rodentisida. Gejala keracunan : nyeri punggung, lambung dan usus, muntah-muntah, pendarahan hidung dan gusi, kulit berbintik-bintik merah, air seni dan tinja berdarah, lebam di sekitar lutut, siku dan pantat, serta kerusakan ginjal Levine (1991) menyatakan bahwa pemaparan kronik terhadap pestisida dapat berupa: 1. Blood dyscrasia dan neoplasia: hasil toksikologi menyatakan pemaparan lama terhadap pestisida dapat menyebabkan terjadinya blood dyscrasia dan kanker pada organ-organ tubuh. 2. Gangguan reproduksi yang dapat terjadi: (a) Disfungsi seksual; (b) Abnormalitas sperma (jumlah, motilitas, bentuk); (c) Subfekunditi (gonad abnormal, gangguan prepubertas); (d) Infertilitas; (e) Amenore; dan (f) Gangguan perkembangan janin 3. Gangguan sistem syaraf : apabila tubuh terpapar pestisida secara berulang dalam jangka waktu lama, maka mekanisme kerja enzim cholinesterase terganggu. Enzim cholinesterase berfungsi memecah asetilkoline menjadi kholine dan asam asetat. Asetilkholin berfungsi dalam menghantarkan impuls syaraf. Apabila enzim ini dihambat oleh pestisida maka terjadi gangguan sistem syaraf, dan merupakan salah satu sebab terjadinya polineuropati (Tiez, 1987; Sutarni et al, 1996) 4. Sistem Imunologi : penelitian yang dilakukan oleh Hermanowicz & Kossman (1984) terjadi gangguan kemotaksis netrofil, sehingga memudahkan terjadinya penyakit infeksi pada kelompok yang terpapar pestisida. Sementara itu penelitian yang dilakukan oleh Wysocki et al., (1985) menyatakan bahwa terjadi peningkatan jumlah IgG, sedangkan jumlah IgM dan C3 menurun pada kelompok yang terpapar pestisida polisiklik hidrokarbon. 5. Efek pada Oftamologi : gangguan pada sistem oftalmologi berupa atrofi lensa, papiledema. 6. Efek pada Respiratori : penelitian yang dilakukan di Hawai, menunjukkan ada hubungan antara penggunaan pestisida terhadap terjadinya asma dan gangguan sistem pernafasan. 7. Penyakit kulit : penyakit kulit yang sering terjadi akibat pemaparan pestisida adalah dermatitis iritan, dermatitis alergika dan fototoksisitas. Penatalaksanaan Pertolongan pertama yang dapat dilakukan : 1. Bila pestisida tertelan dan penderita sadar, segera muntahkan penderita dengan mengorek dinding belakang tenggorok dengan jari atau alat lain, dan /atau memberikan larutan garam dapur satu sendok makan penuh dalam segelas air hangat. Bila penderita tidak sadar, tidak boleh dimuntahkan karena bahaya aspirasi. 2. Bila penderita berhenti bernafas, segeralah dimulai pernafasan buatan. Terlebih dahulu bersihkan mulut dari air liur, lendir atau makanan yang menyumbat jalan nafas. Bila pestisida tertelan, jangan lakukan pernafasan dari mulut ke mulut. 3. Bila kulit terkena pestisida, segera lepaskan pakaian yang terkena dan kulit dicuci dengan air sabun. 4. Bila mata terkena terkena, segera cuci dengan banyak air selama 15 menit. 5. Kumbah lambung jika pestisida tidak bersifat korosif (asam/basa) Pengobatan Segera diberikan antidotum Sulfas atropin 2 mg IV atau IM. Dosis besar ini tidak berbahaya pada keracunan organofosfat dan harus diulang setiap 10 – 15 menit sampai terlihat gejala-gejala keracunan atropin yang ringan berupa wajah merah, kulit dan mulut kering, midriasis dan takikardi. Kemudian atropinisasi ringan ini harus dipertahankan selama 24 – 48 jam, karena gejala-gejala keracunan organofosfat biasanya muncul kembali. Pada hari pertama mungkin dibutuhkan sampai 50 mg atropin. Kemudian atropin dapat diberikan oral 1 – 2 mg selang beberapa jam, tergantung kebutuhan. Atropin akan menghialngkan gejala –gejala muskarinik perifer (pada otot polos dan kelenjar eksokrin) maupun sentral. Pernafasan diperbaiki karena atropin melawan brokokonstriksi, menghambat sekresi bronkus dan melawan depresi pernafasan di otak, tetapi atropin tidak dapat melawan gejala kolinergik pada otot rangka yang berupa kelumpuhan otot-otot rangka, termasuk kelumpuhan otot- otot pernafasan. Pralidoksim diberikan segera setelah pasien diberi atropin yang merupakan reaktivator enzim kolinesterase. Jika pengobatan terlambat lebih dari 24 jam setelah keracunan, keefektifannya dipertanyakan. Dosis normal yaitu 1 gram pada orang dewasa. Jika kelemahan otot tidak ada perbaikan, dosis dapat diulangi dalam 1 – 2 jam. Pengobatan umumnya dilanjutkan tidak lebih dari 24 jam kecuali pada kasus pajanan dengan kelarutan tinggi dalam lemak atau pajanan kronis. Pralidoksim dapat mengaktifkan kembali enzim kolinesterase pada sinaps-sinaps termasuk sinaps dengan otot rangka sehingga dapat mengatasi kelumpuhan otot rangka. Pupuk ialah : suatu zat/unsur berbentuk cair, padat, dan gas yang bersumber dari bahan organik ataupun anorganik, jika diberikan ke tanah atau tanaman, bertujuan memperbaiki sifat fisik, sifat kimia, sifat biologi tanah dan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman . Pemupukan berarti: teknik atau motode serta praktek-praktek yang dilakukan dalam pemberian pupuk atau unsur hara ke tanah atau ketanaman yang sesuai yang diberikan bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman Pupuk ada 2 jenis yaitu pupuk anorganik dan pupuk organik Pupuk anorganik adalah suatu zat berperan sebagai subsitusi memiliki kandungan hara tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan yang bersumber dari bahan anorganik (non hayati). Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari bahan-bahan organik seperti bagian dari organ tumbuhan berupa daun tanaman dan ranting, kotoran ternak, sisa tanaman, dan sampah organik yang telah dikomposkan. Pupuk Anorganik Pupuk tunggal, merupakan pupuk anorganik yang susunan haranya tunggal seperti Urea, Triple Super Fosfat (TSP), Triple Super Fosfat plus-Zn, KCl, ZA, Fosfat alam, SP-36, TSP, amonium klorida, kaptan/kapur pertanian, superfosfat tunggal dan rangkap yang semuanya hanya dapat memenuhi unsur hara salah satu makro seperti N, P, K atau S saja. Pupuk majemuk merupakan pupuk anorganik yang susunan haranya majemuk seperti; pupuk NPK, Diamonium Fosfat, Urea Amonium Fosfat, Mono Amonium Fosfat (MAP), Kalium Nitrat, Kalsium Nitrat, Dolomit, Urea Amonium Fosfat (UAP), Kiserit, dan ZK. Pupuk Organik Menurut Irawan A HSR (2001) dan Balai Penelitian Tanah (2005) berdasarkan bahan dasarnya pupuk organik dibagi menjadi 6 (enam), yaitu: (1) Pupuk kandang (2) Pupuk hijau (3) Kompos (4) Pupuk Guano/kotoran burung (5) Pupuk gambut (6) Humus Bahaya intoksikasi penggunaan pupuk sangat jarang ditemukan. Efeknya bagi kesehatan bersifat kronik karena akumulasi zat yang terkandung dalam pupuk secara berlebihan didalam tubuh. Prinsip penanganan = pestisida Tidak ada antidotumnya A. Hormon Bagi Tumbuhan Hormon tumbuhan/fitohormon, adalah sekumpulan senyawa organik bukan hara (nutrien), baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia, yang dalam kadar sangat kecil (di bawah satu milimol per liter, bahkan dapat hanya satu mikromol per liter) mendorong, menghambat, atau mengubah pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan (taksis) tumbuhan Hormon tumbuhan bersifat endogenous ("endogen"), dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan, maupun exogenous ("eksogen"), diberikan dari luar sistem individu. Hormon eksogen dapat juga merupakan bahan non-alami (sintetik, tidak dibuat dari ekstraksi tumbuhan). Oleh karena itu, untuk mengakomodasi perbedaan dari hormon hewan, dipakai pula istilah zat pengatur tumbuh (bahasa Inggris: plant growth regulator/substances) Terdapat ratusan hormon tumbuhan atau zat pengatur tumbuh (ZPT) yang dikenal orang, baik yang endogen maupun yang eksogen. Pengelompokan dilakukan untuk memudahkan identifikasi, dan didasarkan terutama berdasarkan efek fisiologi yang sama, bukan semata kemiripan struktur kimia. Pada saat ini dikenal lima kelompok utama hormon tumbuhan, yaitu auksin (bahasa Inggris: auxins), sitokinin (cytokinins), giberelin (gibberellins, GAs), etilena (etena, ETH), dan asam absisat (abscisic acid, ABA). Aplikasizat pengatur tumbuh dalam pertanian modern mencakup pengamanan hasil (seperti penggunaan cycocel untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap lingkungan yang kurang mendukung), memperbesar ukuran dan meningkatkan kualitas produk (misalnya dalam teknologi semangka tanpa biji), atau menyeragamkan waktu berbunga (misalnya dalam aplikasi etilena untuk penyeragaman pembungaan tanaman buah musiman). Pengaruhnya Bagi kesehatan masih menjadi perbincangan? Perlu penelitian lebih lanjut!!!! B. Penggunaan Hormon Bagi Ternak Sejak awal tahun 1970-an, penggunaan hormon pertumbuhan (Hormone Growth Promotors/ HGPs) telah dikenal secara luas baik pada peternakan sapi potong maupun peternakan sapi perah yang diberikan untuk mempercepat peningkatkan berat badan dan efisiensi pakan termasuk menghindari pakan yang berlebihan (overfeeding). Penggunaan hormon sebagai pemacu pertumbuhan telah banyak digunakan di USA, Australia, New Zealand dan Canada. Hormon natural artinya hormon ini secara alami diproduksi oleh tubuh dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam fungsi reproduksi baik pada manusia maupun hewan, misalnya 17 β estradiol, progesteron dan testosteron. Hormon sintetik adalah hormon yang tidak diproduksi oleh tubuh, namun mempunyai sifat sebagaimana hormon natural yang digunakan sebagai pemacu pertumbuhan, misalnya trenbolon asetat (TBA), melengesterol (MGA), diethylstilbestrol (DES), dan zeranol Pemberian hormon ini bertujuan : 1. Meningkatkan efisiensi pakan 2. Memperbaiki kualitas daging dengan menurunkan deposit lemak sehingga memperbaiki marbling. (kandungan dan struktur lemak dalam daging) 3. Pada industri sapi perah dikenal juga penggunaan hormon Bovine somato tropin (BST) yang mampu meningkatkan 12% dari produksi susu Food and Drug Administration (Badan Pengawasan Obat dan Makanan USA) menyetujui penggunaan 6 HGPs yaitu: 3 jenis hormon natural (Estradiol, Progesteron, Testosteron) 3 jenis hormon sintetik (Zeranol, Trenbolon, Melengestrol). DiIndonesia sendiri penggunaan HGPs pada hewan ternak dilarang sejak tahun 1983, dan penggunaan hormon diizinkan hanya untuk penanganan gangguan reproduksi dan tujuan terapi, dengan pengawasan dokter hewan termasuk pengontrolan masa henti obat (withdaraltime). Negara-negara yang melarang penggunaan HGP mengkhawatirkan resiko yang dapat ditimbulkan akibat mengkonsumsi produk hewan yang mengandung residu hormon seperti pemicu kanker, infertilitas dan pubertas dini yang pernah terjadi pada tahun 80-an di Italia pada anak sekolah yang mengalami pubertas dini akibat penggunaan hormon DES. Pada saat ini penggunaan hormon pemacu pertumbuhan di Indonesia hanya diizinkan untuk hormon yang bersifat natural saja. 1. Trenbolone acetate Sifat fisik dan kimia TBA memiliki rumus kimia C20H24O3 (17 beta-hidrosyestra-4,9,11-tien-3-one asetat), merupakan anabolik sintetik steroid. Biasanya hormon ini digunakan untuk meningkatkan berat badan dan efisiensi pakan. Ikatan residu TBA ini dapat diekstraksi dengan pelarut organik. Metabolisme Setelah masuk kedalam sirkulasi tubuh TBA segera dihidrolisis menjadi 17 beta OH trenbolon yang merupakan androgen sintetik yang potensial. Metabolit ini terdapat pada hati, empedu dan ginjal dan jaringan otot, dan hampir 80% dari hasil metabolisme ini kemudian dikeluarkan melalui feses. Konsentrasi residu terbanyak terdapat pada hati dan ginjal, dan jika selama produksi diberikan dosis besar melebihi normal konsentrasi residu terbanyak juga terdapat pada lemak. Selain itu konsentrasi metabolit ini juga terdapat pada serum darah. 2. Diethylstilbestrol (DES) DES merupakan komponen estrogen sintetik non steroid yang memiliki efek anabolis. Berupa bubuk kristal berwarna putih, mempunyai titik leleh pada suhu 169-175o C. Tidak larut 16 dalam air, larut dalam alkohol dan minyak. Harus disimpan pada suhu ruang (15-30oC) dalam wadah tertutup. Farmakokinetik Mempunyai peranan dalam pertumbuhan dan pengembangan organ sex wanita dan mempunyai efek pada sistem kerangka tulang. DES diserap dengan baik oleh usus, kemudian dimetabolisme oleh hati kemudian membentuk glokoronide dan kemudian dieksresikan melalui urin dan feses. Hormon berperan untuk laju pertumbuhan dengan meningkatkan kualitas pakan yang dicerna. Namun karena bersifat karsinogenik, penggunaannya di peternakan dilarang di Eropa. Dalam suatu penelitian pada mencit yang diberikan DES pada masa perinatal, setelah dewasa mencit tersebut terkena tumor testikular. 3. Melengestrol Acetate (MGA) MGA merupakan hormon sintetik anabolik steroid. Yang dipakai untuk meningkatkan efisiensi pakan, pemacu pertumbuhan, menekan estrus/birahi pada penggemukan sapi betina di peternakan. Hormon ini juga biasa dipakai untuk sinkronisasi estrus pada sapi. MGA efektif diberikan secara oral oleh karena itu MGA ini biasanya merupakan feed additive (bahan tambahan pakan) yang diberikan melalui pakan. Hormon ini digunakan pada penggemukan sapi dengan dosis 0.25- 0.50 mg/ekor per hari selama waktu yang tidak ditentukan dengan withdrawal time 48 jam setelah pemberian terakhir. Hasil metabolismenya 86% dikeluarkan bersama feses. Suatu studi 17 pada ternak menunjukkan residu MGA terbanyak terdapat pada hati dan lemak (80%) kemudian otot (45%). 4. Ractopamin Ractopamin adalah betta-agonis yang biasanya digunakan sebagai bronchodilator, pemacu jantung. Dalam peternakan biasanya dipakai sebagai obat untuk meningkatkan performa hewan dan kualitas karkas. Hormon ini biasanya dipakai pada babi, biasanya berpengaruh pada peningkatan asupan pakan, meningkatkan efisiensi pakan, mempercepat pertumbuhan badan, dan mempercepat waktu reproduksi. Masuknya residu antiobiotika ke dalam tubuh lewat konsumsi daging ternak harus diwaspadai karena dapat meningkatkan kemungkinan berkembangnya bakteri yang resisten terhadap obat-obatan Perhatian diberikan pada masalah asupan antibiotika melalui konsumsi makanan sehari-hari, karena hal itu dapat meningkatkan kemungkinan bakteri kebal yang berkembang dalam tubuh manusia Di Eropa dan asia timur, antibiotika dilarang untuk ditambahkan pada makanan ternak. Meminimalisasi resistensi kuman terhadap antibiotik 1. Formulasi Bossdext Merupakan suplemen ekstra berbentuk cair, formula ini terdiri dari enzim ekstrak tumbuhan pilihan dan bahan lain yang bermanfaat untuk meningkatkan proses pencernaan sapi, serta mengoptimalkan penyerapan dan efisiensi penggunaan pakan.Enzim yang terdapat dalam Bossdext ( boss = sapi,dext = air ) terdiri dari single cell protein bactery dan pemberiannya melalui oral dengan dicampur dan difermentasi lebih dulu dengan pakan tambahan sapi ( comboran ). Formula bossdext mengandung 32 enzim , 27 % substrat ( bionutrisi M.O ), 8 % chellate, 7 % garam elektrolit, 8 % vitamin, 7% ekstrak tambahan dan 11 % pelarut. Enzim adalah molekul protein yang berfungsi sebagai katalisator dalam reaksi biokimia yang diselenggarakan lewat aktivitas jasad renik. Sebagai katalisator, enzim dalam bossdext memungkinkan reaksi penguraian serat kasar di dalam rumen berlangsung lebih cepat.Selain itu, enzim ini juga mendukung aktivitas kerja mikroba rumen. Sedangkan chellate,vitamin dan garam elektrolit akan menjaga keseimbangan dalam proses metabolisme. Menurut penemunya yaitu HM Setio Hadi, penggemukan sapi dengan penggunaan Bossdext dapat meningkatkan bobot sapi 1,5 – 3,0 kg / hr bahkan ada yang mampu mencapai 4 kg /hr, asal bakalan sapi mempunyai genetik baik. 2. Starbio Starbio adalah feed suplemen yang berfungsi membantu meningkatkan daya cerna pakan dalam lambung ternak. Starbio ini terdiri dari koloni mikrobe 9 ( bakteri fakultatif ) yang berasal dari lambung ternak ruminansia dan dikemas dalam campuran tanah dan akar rumput serta daun-daun yang telah membusuk. Mikroba yang terdapat didalamnya adalah mikroba lignolitik, selulitik,proteolitik, dan fiksasi nitrogen non simbiotik. Starbio dipasarkan berupa serbuk berwarna coklat. Dengan teknologi ini pertambahan berat sapi bisa 1,2 kg / hari. 3. Bioplus Zat ini berupa serbuk yang didalamnya terdiri dari bakteri menguntungkan seperti Lactobacillus, Streptomyces sp dan cendawan fermentor lain. Bioplus dikembangkan dari limbah rumah pemotongan hewan . Isi rumen sapi yang ditampung di tempat pemotongan diseleksi dan dipelihara ( fermentasi ) dengan diberi pakan jerami. Semakin bagus pertumbuhan koloni mikrobe tersebut maka semakin bagus pengaruhnya untuk pemcernaan sapi. Mikrobe yang mempunyai kemampuan tinggi mengurai pakan berserat adalah bakteri selulitik dan protozoa selulitik. Protozoa yang berkembangbiak dalam rumen merupakan sumber protein hewani bagi sapi. Pemberiannya dicampurkan dengan pakan tambahan ( comboran ). Bioplus ini mampu meningkatkan berat harian sapi sebesar 0,68 kg.