Anda di halaman 1dari 48

MANUAL PLASENTA

Definisi :
Manual plasenta adalah tindakan melepaskan plasenta dari dasarnya dan
menariknya keluar dari jalan lahir ibu secara manual.

Indikasi :
1. Retensio plasentae
2. Perdarahan yang banyak pada kala uri.
3. Persalinan dengan narkose
4. Tali pusat putus pada pangkalnya

Syarat :
Pembukaan serviks uteri masih dapat dilalui oleh tangan penolong (obstetric
hand).

Teknik pelaksanaan :
1. Tangan kanan penolong masuk ke dalam kanalis servikalis uteri (obstetric hand)
menelusuri tali pusat. Kemudian jari-jari tangan dibuka dengan tujuan untuk
melebarkan kanalis servikalis uteri tersebut.
2. Setelah sampai pada kavum uteri, jari-jari tangan diluruskan dan dirapatkan.
Dengan menggunakan sisi dan ujung tangan, plsenta dilepaskan dari dasarnya,
kemudian dicekam dan ditarik keluar dari jalan lahir. Selama memasukkan tangan
dan pelepasan plasenta, fundus uteri ditahan oleh tangan kiri penolong.
3. Segera setelah plasenta dilepaskan dari dasarnya, uterotonika diberikan secara
intravena.

Komplikasi yang dapat terjadi :


1. Atonia uteri
2. Ruptura uteri
3. Sisa plasenta
4. Infeksi jalan lahir
EKSTRAKSI FORSEPS

Definisi :
Ekstraksi forseps adalah persalinan buatan dengan cara mengadakan rotasi,
ekstraksi atau kombinasi keduanya dengan alat forseps yang dipasang pada kepala
janin sehingga janin lahir.
Alat forseps terdiri atas sepasang forseps yang setelangkap (kiri dan kanan).
Forseps kiri adalah yang dipegang oleh tangan kiri operator dan ditempatkan dalam
panggul kiri ibu. Demikian juga sebaliknya, forseps kanan adalah forseps yang
dipegang oleh tangan kanan operator dan ditempatkan dalam panggul kanan ibu.

Bagian forseps :
1. Daun forseps
Bagian in merupakan bagian yang mencekam kepala janin dan mempunyai 2
lengkungan, yaitu : lengkung kepala dan lengkung panggul. Bagian ini umumnya
mempunyai lubang, kecuali pada forseps Tucker – McLane.
2. Tungkai forseps
Tungkai forseps adalah bagian yang terdapat di antara daun dan kunci forseps.
Tungkai forseps yang terbuka adalah yang pangkalnya jauh satu dengan lain
(misalnya : forseps Simpson), sedangkan yang tertutup, misalnya seperti yang
terdapat pada forseps Naegele dan forseps Tucker – McLane.
3. Kunci Forseps
Terdapat beberapa jenis kunci forseps, yaitu :
a. Kunci Inggris, yaitu kedua tungkai dikunci dengan cara saling dikaitkan.
b. Kunci Perancis, yaitu kedua tungkai dikunci dengan cara disekrup setelah
kedua tungkai disilangkan.
c. Kunci Jerman, yaitu kedua tungkai dikunci dengan cara mengaitkan pasak
yang terdapat pada satu tungkai forseps dengan cekungan pada tungkai forseps
pasangannya.
d. Kunci Norwegia, yaitu kedua tungkai dikunci dengan cara saling
menggeserkan (sliding) kedua tungkainy.
4. Pemegang forseps
Adalah bagian yang dipegang operator saat melakukan ekstraksi forseps.
Umumnya bagian ini mempunyai lekukan tempat jari operator berada.

Tipe forseps :
Berdasarkan bentuknya, dikenal beberapa tipe forseps. Dibawah ini adalah tipe
forseps yang sering didapati :
1. Tipe Elliot
Tipe ini ditandai dengan tungkai tertutup sehingga lengkung kepala forseps
mencakup kepala janin lebih luas. Forseps tipe Elliot ini sebaiknya dipergunakan
pada kepala janin yang belum didapati adanya kaput suksedaneum atau yang
belum mengalami moulase hebat.
Contoh forseps tipe Elliot adalah forseps Naegele.
2. Tipe Simpson
Tipe ini ditandai dengan tungkai yang terbuka sehingga memberi kemungkinan
untuk dipasang pada kepala janin yang sudah mengalami moulase atau yang
mempunyai kaput suksedaneum.
3. Tipe Khusus
Tipe ini dipergunakan untuk keadaan serta tujuan khusus. Misalnya : forseps piper
digunakan untuk melahirkan kepala yang tertinggal pada persalinan sungsang,
forseps Kjielland digunakan bila kepala janin masih tinggi (mengambang) dan
forseps Barton digunakan terutama untuk melakukan rotasi.

Penggunaan forseps dewasa ini :


1. Forseps tinggi :
Sekarang ini forseps tinggi (ekstraksi forseps pada kepala janin yang masih berada
di atas pintu atas panggul) pada umumnya sudah tidak dilakukan lagi karena
komplikasi berat yang sering terjadi pada ibu maupun pada janinnya.
2. Forseps tengah :
Forseps tengah dilakukan bila lingkaran kepala janin sudah melewati pintu atas
panggul (engaged). Pada pelaksanaan forseps tengah ini operator harus benar-
benar mengetahui anatomi panggul serta presentasi kepala janin agar dapat
melakukan rotasi dan ekstraksi yang sesuai dengan gerakan kardinal kepala janin
waktu melalui panggul. Hal ini penting ditekankan karena bila rotasi dan ekstraksi
tidak sesuai dengan gerakan kardinal kepala janin maka ekstraksi forseps akan
mengalami kegagalan atau akan terjadi trauma baik pda ibu maupun janinnya.
3. Forseps rendah :
Forseps rendah dilakukan pada kepala janin yang sudah mencapai pintu bawah
panggul dengan sutura sagitalis dalam posisi antero-posterior. Forseps rendah ini
merupakan ekstraksi forseps yang paling sedikit memberikan resiko bahkan
dikatakan bahwa forseps rendah dapat melindungi janin dari trauma waktu melalui
jalan lahir (misalnya pada persalinan premateur).

Indikasi :
A. Dari Ibu :
1. Eklampsia, pre-eklampsia berat
2. Ruptura uteri membakat
3. Penyakit jantung, paru-paru dan penyakit sistemik yang berat
4. Bekas perlukaan dinding rahim (bedah Caesar, miomektomi, histerotomi, dan
lain-lain).
5. Edema vulva
6. Ibu dalam keadaan lemah untuk mengejan.
B. Dari Janin :
1. Gawat Janin
2. Tangan/kaki menumbung
3. Presentasi ganda
4. Tali pusat menumbung
C. Obstetri :
1. Indikasi Pinard ; Deep Transverse Arrest, Persistent Occiput Posterior Position
2. Kala II lebih dari 5 jam.

Indikasi kontra :
Indikasi kontra ekstraksi forseps adalah adanya disproporsi janin panggul.
Syarat :
1. Pembukaan serviks lengkap
2. Kepala janin sudah cakap (engaged), sedikitnya HIII+
3. Kepala janin harus dapat dipegang dengan forseps
4. Kulit ketuban sudah pecah atau dipecah

Pelaksanaan ekstraksi forseps :


Pelaksanaan ekstraksi forseps meliputi tahap :
1. Persiapan
2. Teknik ekstraksi forseps
3. Pebenahan kembali

Ad. 1. Persiapan
Tahap persiapan meliputi mempersiapkan ibu yang akan menjalani
pembedahan obstetri, persiapan janin (resusitasi dan pemeliharaan) dan
persiapan alat-alat (alat forseps yang sesuai dengan tujuan ekstraksi dan
keadaan setempat seperti peralatan dan bahan jahit, peralatan resusitasi dan
anestesi ; alat dan obat premedikasi serta anestesi).

Ad. 2. Teknik ekstraksi forseps


Terdapat 7 langkah yang harus dilakukan dalam pelaksanaannya, yaitu :
a. Operator merencanakan pemasangan ekstraksi forseps berdasarkan bagian
presentasi janin serta merencanakan bagaimana pelaksanaan ekstraksi
forseps akan dilakukan.
b. Penempatan daun forseps
c. Mengunci forseps
d. Evaluasi penempatan forseps
e. Ekstraksi forseps percobaan
f. Pelaksanaan rotasi dan ekstraksi
g. Melepas forseps
Contoh ekstraksi forseps pada presentasi belakang kepala dengan ubun-ubun
kecil di kanan depan, kepala janin mencapai HIV-. Pada keadaan ini dapat
dipergunakan forseps Simpson, Naegele atau Tucker-McLane.
a. Menggambarkan / membayangkan pemasangan.
Operator menggambarkan/membayangkan letak kepala janin pada pintu
bawah panggul dilihat dair kaudal ibu. Oleh karena ubun-ubun kecil
berada di kanan depan, maka forseps kiri dipasang terlebih dahulu (berada
pada ruang panggul bagian depan), kemudian baru forseps kanan
ditempatkan di kanan belakang (miring terhadap panggul dan melintang
terhadap kepala janin). Setelah itu kepala janin diputar sehingga ubun-
ubun kecil berada dibawah simfisis (forseps kiri menjadi berada di kiri
belakang panggul dan forseps kanan berada di kanan depan panggul ibu).

b. Penempatan daun forseps


Forseps kiri dipegang oleh tangan kiri operator seperti memegang pensil
dengan tangkai forseps berada dilipat paha kanan ibu. Empat jari tangan
kanan operator dimasukkan ke dalam vagina bagian kiri, antara dinding
vagina kiri dengan kepala janin. Daun forseps kiri kemudian dimasukkan
ke dalam vagina dengan pertolongan keempat jari tangan serta dorongan
ibu jari tangan kanan operator sampai daun forseps mencekam kepala
janin, daun forseps digeser ke panggul bagian depan, tangkai forseps
menyesuaikan agar daun forseps berada melintang terhadap kepala janin,
Tungkai forseps kanan dipegang oleh tangan kanan operator seperti
memegang pensil, diletakkan diatas lipat paha kiri ibu. Daun forseps kanan
kemduain dimasukkan ke dalam vagina diantara 4 jari tangan operator
yang melindungi dinding kanan vagina dan kepala janin sehingga daun
forseps berada pada sagital ibu. Setelah itu daun forseps kanan ini digeser
ke belakang (tungkai forseps mengikuti) sehingga terletak melintang
terhdap kepala janin dan miring terhadap panggul ibu.

c. Mengunci forseps
Karena tangkai forseps berada di atas tungkai forseps kiri, maka kedua
tungkai dipersilangkan agar dapat dikunci dengan tepat. Apabila
penguncian forseps tidak dapat dilkaukna dengan tepat, maka forseps
terpaksa dikeluarkan lagi dan diadakan re-evaluasi karena ada
kemungkinan kesalahan penentuan presentasi kepala janin atau kesalahan
dalam penempatan daun forseps.

d. Evaluasi Penempatan daun forseps


Untuk evaluasi penempatan daun forseps, perlu dilakukan periksa dalam
vagina guna menentukan apakah ada jaringan (kulit ketuban atau serviks
uteri) yang terjepit diantara daun forseps dan kepala janin. Jika dari
evaluasi ini tidak didapatkan adanya jaringan yang terjepit, maka ekstraksi
forseps dapat dilanjutkan pada langkah berikutnya.

e. Ekstraksi forseps percobaan


Ekstraksi forseps percobaan dilakukan dengan cara kedua tangan operator
menggenggam tungkai forseps dengan jari telunjuk dan jari tengha kanan
diluruskan diatas kunci agar dapat mencapai bagian terbawah kepala janin,
kemudian dilakukan ekstraksi percobaan dengan kedua tangan operator.
Bila ujung-ujung jari telunjuk dan jari tengah tersebut menjauhi bagian
terbawah kepala janin, berarti ekstraksi percobaan tidak berhasil atau
dengan perkataan lain bahwa forseps tidak mencekam kepala bayi dengan
baik. Tetapi bila saat dilakukan ekstraksi ujung-ujung jari tersebut tetap
menyentuh bagian terbawah kepala janin, berarti ekstrkasi percobaan
berhasil dan ekstraksi forseps dapat dilanjutkan.

f. Pelaksanaan rotasi dan ekstraksi


Gerakan kardinal kepala janin pada dasar panggul merupakan putaran aksi
dalam dimana ubun-ubun kecil yang berada pada kanan depan akan
bergerak ke bawah simfisis. Berdasarkan hal tersebut, maka operator harus
menyesuaikan diri dengan memutar forseps sedemikian rupa sehingga
ubun-ubun kecil berada dibawah simfisis, yaitu dengan cara mengayun
tungkai forseps agar daun forseps bergerak ke kiri depan sambil mengikuti
sumbu panggul. Setelah itu baru dilakukan ekstraksi forseps dengan arah
tarikan sesuai dengan sumbu panggul ibu (mula-mula ditarik curam ke
bawah, kemudian mendatar dan saat kepala janin membuka pintu forseps
ditarik ke atas, yaitu pada waktu kepala janin keluar pintu dengan
suboksiput sebagai hiponoklion).
Episotomi pada umumnya dilakukan waktu permulaan langkah ini dan saat
kepala janin keluar pintu, tangan kiri operator menahan perineum.

g. Melepas forseps
Setelah kepala janin lahir, forseps dilepas dan kepala dibiarkan melakukan
putaran paksi luar. Bahu depan dilahirkan terlebih dahulu baru kemudian
bahu belakang dan menyusul kemudian badan seluruhnya.
Tali pusat diklem dan dipotong. Bila bayi lahir dalam keadaan sfiksia,
maka hendaknya pemotongan tali pusat agak panjang lebar agar lebih
memudahkan pemasangan infus umbilikal guna pemberian cairan
parenteral.

Ad. 3. Pembenahan kembali


Bila ibu berada dibawah narkose maka umumnya operator terpaksa
melakukan pengambilan plasenta secara manual. Tetapi bila ibu hanya
mendapat analgetika dan anestesi lokal, maka operator sebaiknya melakukan
pengelolaan aktif kala III, yaitu dengan memberikan uterotonika (IV) pada
waktu kepala janin lahir dan melakukan perasat Brandt-Andrew guna
melahirkan plasenta.
Episiotomi perineum dijahit lapis demi lapis, yaitu dengan cara badan
perineum dijahit terlebih dahulu baru kemudian dinding vagina dan kulit
perineum.
Seperti pada persalinan buatan lainnya, pasca ekstraksi forseps ibu harus
senantiasa diawasi karena kemungkinan terjadinya perdarahan pasca
persalinan.

Beberapa macam ekstraksi forseps :


Apabila ubun-ubun kecil sudah berada di bawah simfisis, maka pelaksanaan
ekstraksi forseps tidak perlu didahului dengan rotasi kepala janin. Bila ubun-ubun
kecil tidak berada di bawah simfisis, maka terdapat beberapa macam cara ekstraksi
forseps, yaitu :
1. Ekstraksi forseps cara Lange
Ekstraksi forseps Lange ini dilakukan di ubun-ubun kecil melintang di dalam
panggul. Pada keadaan ini forseps dipasang miring terhadap kepala dan miring
terhadap panggul. Forseps depan dipasang terlebih dahulu, mula-mula melintang
terhadap panggul baru kemudian digeser ke depan sehingga miring terhadap
panggul tetapi melintang/hampir melintang terhadap kepala. Forseps belakang
dipasang berlawanan dengan forseps depan. Forseps kemudian diputar dengan
tujuan agar ubun-ubun kecil dibawah simfisis, setelah itu baru dilakukan ekstraksi
(seperti contoh diatas).

2. Ekstraksi forseps cara Moher


Ekstraksi forseps cara Mohrer dilakukan bila ubun-ubun kecil berada di belakang
(dorsal). Forseps yang berada pada panggul bagian depan dipasang terlebih dahulu
(seperti cara Lange), kemudian disusul dengan pemasangan forseps pada panggul
bagian belakang, yaitu melintang/hampir melintang terhadap kepala. Prinsip
ekstraksi cara Mohrer ini adalah dengan cara memutar kepala janin sehingga
ubun-ubun kecil ke belakang (anak lahir pada posisi oksiput posterior).

3. Ekstraksi forseps cara Smellie & Scanzoni


Cara ini juga dilakukan bila ubun-ubun kecil berada dibelakang. Ekstraksi forseps
cara Smellie & Scanzoni ini terdiri dari 2 tahap tindakan :
a. Memutar kepala janin ke depan sehingga ubun-ubun kecil menjadi melintang.
b. Memutar kepala janin sehingga ubun-ubun kecil yang sudah dalam posisi
melintang tersebut menjadi berada di bawah simfisis (seperti cara Lange).

4. Rotasi dengan forseps Barton


Rotasi dengan forseps Barton ini adalah memutar kepala janin sehingga ubun-
ubun kecil yang semula melintang menjadi berada dibawah simfisis. Daun forseps
Barton yang berengsel dipasang di panggul bagian depan sedangkan daun forseps
yang tidak bergerak dipasang dipanggul bagian belakang. Setelah forseps
terpasang, kemudian dilakukan rotasi dengan mengingat sumbu dan lengkung
panggul.

5. Rotasi dengan forseps Kjielland


Secara teoritis, forseps Kjielland dapat dengan mudah memutar kepala janin,
tetapi ternyata rotasi dengan forseps Kjielland ini banyak menyebabkan janin
menderita bahkan sampai menyebabkan kematian janin, sehingga forseps ini tidak
lagi dipergunakan untuk tujuan rotasi.

Forseps percobaan dan forseps gagal


Forseps percobaan adalah ekstraksi forseps tengah yang dilakukan untuk mengatasi
kesulitan persalinan pada panggul tengah, tetap forseps percobaan ini sekarang
sudah tidak dilakukan lagi (karena bedah Caesar memberi hasil yang lebih baik).
Forseps gagal adalah bila usaha persalinan dengan forseps tidak berhasil walaupun
teknik yang telah dilakukan sudah memenuhi syarat. Beberapa penyebab forseps
gagal diantaranya adalah :
a. Adanya disproporsi kepala panggul yang tidak diketahui sebelumnya.
b. Pembukaan serviks yang belum sempurna
c. Kesalahan menentukan titik penunjuk kepala janin
d. Adanya lingkaran konstriksi uterus
e. Operator belum menguasai penggunaan forseps.

Komplikasi yang dapat terjadi :


Lihat pada ekstraksi vakum
EKSTRAKSI VAKUM

Definisi
Ekstraksi vakum adalah persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan
ekstraksi tekanan negatif pada kepala dengan menggunakan ekstrakstor vakum
(ventouse) dari Malmstorm.

Bagian ekstraktor vakum :


1. Mangkuk (cup)
Mangkuk ini digunakan untuk membuat kaput suksedaneum buatan sehingga
mangkuk dapat mencekam kepala janin. Sekarang ini terdapat 2 macam mangkuk,
yaitu mangkuk yang terbuat dari bahan logam dan plastik. Beberapa laporan
menyebutkan bahwa mangkuk plastik kurang traumatik dibanding dengan
mangkuk logam. Mangkuk umumnya berdiameter 4-6 cm. Pada punggung
mangkuk terdapat :
a. Tonjolan berlubang tempat insersi rantai penarik
b. Tonjolan berlubang yang menghubungkan rongga mangkuk dengan pipa
penghubung
c. Tonjolan landai sebagai tanda untuk titik penunjuk kepala janin (point of
direction).
Pada mangkuk bagian depan terdapat logam/plastik yang berlubang untuk
menghisap cairan/udara.

2. Rantai penghubung
Rantai penghubung tersebut dari logam dan berfungsi menghubungkan mangkuk
dengan pemegang.

3. Pipa penghubung
Terbuat dari karet atau plastik yang lentur, tidak akan berkerut oleh tekanan
negatif. Pipa penghubung berfungsi sebagai penghubung tekanan negatif mangkuk
dengan botol.
4. Botol
Merupakan tempat cadangan tekanan negatif dan tempat penampungan cairan
yang mungkin ikut tersedot (air ketuban, lendir serviks, verniks kaseosa, darah,
dan lain-lain).
Pada botol ini terdapat tutup yang mempunyai 3 saluran, yaitu :
- Saluran manometer
- Saluran menuju ke mangkuk
- Saluran menuju ke pompa penghisap

5. Pompa penghisap
Dapat berupa pompa penghisap manual maupun listrik

6. Pemegang

Indikasi :
Sama dengan indikasi ekstraksi forseps

Indikasi kontra :
Sama dengan indikasi kontra ekstraksi forseps ditambah dengan janin letak muka dan
janin pretern.

Syarat :
Sama dengan ekstraksi forseps, tetapi pada ekstraksi vakum ini terdapat sedikit
kelonggaran, yaitu dalam hal pembukaan serviks dan penurunan kepala janin.
Disamping itu harus ada kontraksi rahim yang adekuat dan tenaga pengejanan ibu
yang terkoordinasi.

Teknik pelaksanaan :
1. Ibu dalam posisi litotomi dan dilakukan desinfeksi daerah genitalia (vulva toilet).
Sekitar vulva ditutup dengan kain steril.
2. setelah semua peralatan ekstrakstor vakum terpasang, dilakukan pemasangan
mangkuk dengan tonjolan penunjuk dipasang diatas titik penunjuk kepala janin.
Pada umumnya dipakai mangkuk dengna diameter terbesar yang dapat dipasang.
3. Dilakukan penghisapan dengan tekanan negatif -0,3 kg/cm2, kemudian dinaikkan
-0,2 kg/cm2 tiap 2 menit sampai mencapai -0,7 kg/cm2. maksud pembuatan
tekanan negatif yang bertahap ini adalah supaya kaput suksedaneum buatan dapat
terbentuk dengan baik.
4. Dilakukan periksa dalam vagina untuk menentukan apakah ada bagian jalah lahir
atau kulit ketuban yang terjepit diantara mangkuk dan kepala janin.
5. bila perlu dapat dilakkan anestesi lokal, baik dengan cara infiltrasi maupun blok
pudendal untuk kemudian diadakan episiotomi.
6. bersamaand engan timbulnya his, ibu dipimpin mengejan dan ekstraksi dilakukan
dengan cara menarik pemegang sesuai dengna sumbu panggul. Ibu jari dan jari
telunjuk serta jari tengah tangan kiri operator menahan mangkuk agar tetap
melekat pad akepala janin (drei finger griff). Selama ekstraksi ini jari-jari tangan
kiri operator tersebut memutar ubun-ubun kecil menyesuaikan dengan putaran
paksi dalma. Bila ubun-ubun kecil sudah berada dibawah simfisis, arah tarikan
berangsur-angsur dinaikkan (ke atas) sehingga kepala lahir.
Setelah kepala lahir, tekanan negatif dihilangkan dengan cara membuka pentil
udara dan mangkuk kemudian dilepas. Janin dilahirkan seperti pada persalinan
normal dan plasenta umumnya dilahirkan secara aktif.

Ekstraksi vakum dianggap gagal bila :


 Mangkuk terlepas 3 kali atau lebih
Terlepasnya mangkuk dapat disebabkan oleh karena :
1. Kaput suksedaneum buatan tidak terbentuk sempurna
2. Ekstraksi terlalu kuat dan atau salah arah
3. Adanya jaringan yang terjepit diantara mangkuk dan kepala janin
4. Kerjasama antar dua tangan operator tidak baik, meliputi : arah ekstraksi, arah
putaran paksi dalam dan koordinasi dengan pengejanan ibu.
5. Sebab-sebab obstetri, misalnya : disproporsi kepala panggul yang tidak
diketahui sebelumnya, lilitan tali pusat yang erat dan adanya cincin konstriksi
lokal.

Perhatian : bila mangkuk lepas waktu ekstraksi dilakukan, harus diteliti satu persatu
kemungkinan diatas dan diusahakan melakukan koreksi.
 Dalam waktu 15 menit dilakukan ekstraksi janin belum lahir
Hal ini berhubungan dengan adanya bukti terjadinya kelainan neurologik janin
akibat ekstraksi vakum yang berlangsung terlalu lama.

Komplikasi yang dapat terjadi :


A. Ibu :
1. Perdarahan pasca persalinan
2. Laserasi jalan lahir
3. Infeksi

B. Janin
1. Laserasi kulit kepala janin
2. Sefalhematom sampai hematom subdural
3. Nekrosis kulit kepal ayang dapat menyebabkan alopesia
4. Fraktura tulang tengkorak
5. Cedera pada muka janin
6. Paresis nervus fasialis
(5 dan 6 lebih banyak terjadi pada ekstraksi forseps).

Keuntungan ekstraksi vakum dibandingkan ekstraksi forseps :


 Tidak memerlukan narkose
 Pemasangan lebih mudah
 Lesi jalan lahir ibu tidak banyak terjadi

Kerugian ekstraksi vakum dibanding ekstraksi forseps :


 Kelainan janin yang tidak segera terlihat (neurologik).
 Tidak dapat digunakna untuk melindungi kepala janin preterm
 Memerlukan waktu lebih lama untuk mengakhiri persalinan sehingga pada
umumnya tidak dilakukan untuk menolong gawat janin.
 Memerlukan kerjasama dengan ibu yang bersalin.
LETAK SUNGSANG

Angka kejadian persalinan sungsang kurang lebih 2-4% dari seluruh


persalinan. Pada persalinan sungsang morbiditas dan mortalitas bayi lebih besar bila
dibandingkan dengan persalinan letak kepala. Hal ini disebabkan karena pada
persalinan sungsang leibh sering terjadi prematuritas, asfiksia dan atau trauma
(perdarahan intrakranial, paresis dan fraktura). Angka morbiditas ibu juga meningkat
yang disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan dan atau trauma jalan lahir.
Penyebab morbiditas dan mortalitas persalinan sungsang terutama diakibatkan oleh
persiapan jalan lahir yang tidak sempurna dikarenakan padaletak sungsang bagian
presentasi adalah bagian yang lunak (bokong), serta bokong dan kaki janin lebih
mudah terangsang di luar badan ibu.
Dikenal beberapa macam letak sungsang, yaitu :
1. Letak bokong (Frank breech)
2. Letak sungsang sempurna (Complete breech)
3. Letak sungsang tidak sempurna (Incomplete breech)

Persalinan sungsang dapat berlangsung secara :


1. Pervaginam :
a. Spontan : Bayi dilahirkan dengan kekuatan ibu sendiri (spontan penuh dan
cara Bracht)
b. Persalinan yang dibantu (Assisted breech delivery, Partial breech
extraction).
c. Ekstraksi sungsang (Total breech extraction)
Bayi dilahirkan dengan proses memakai tenaga penolong seluruhnya.
2. Per-abdominam (bedah Caesar).

Persalinan sungsang pervaginam


Syarat :
1. Pembukaan benar-benar lengkap
2. Kulit ketuban sudah pecah
3. His adekuat
Indikasi kontra :
a. Terdapat disproporsi janin-panggul
b. Kepala janin defleksi (star gazing fetus)
c. Bayi pertama pada persalinan ganda

A. Persalinan sungsang spontan


Seperti halnya persalinan letak kepala, pada persalinan sungsang juga dikenal
adanya mekanisme persalinan sungsang. Mekanisme tersebut adalah sebagai
berikut : bokong janin masuk pintu atas panggul dengan diameter bitrokanter
miring/melintang. Karena kontraksi uterus dan pengejanan ibu, bokong turun
sampai dengan mencapai dasar panggul. Di dasar panggul ini terjadi putaran paksi
dalam sehingga garis pangkal paha (bitrokanter) menempati posisi antero –
posterior pada pintu bawah panggul. Saat trokanter depan berada di bawah
simfisis, terjadi fleksi badan janin sehingga trokatner belakang melewati
perineum. Lahirnya bokong diikuti kedua kaki dan kemudia terjadi putaran paksi
luar, yaitu badan janin berputar serhingga perut ke belakang dan punggung ke
depan.
Bahu masuk ppintu atas panggul dengan diamter biakromial miring/melintang,
meisalnya bahu depan berada pada kuadran kanan depan. Di dasar panggul bahu
mengadakan putaran paksi dalam sehingga diameter biakromial terletak antero-
posteriro. Pada waktu bahu depan berada di bawah simfisis, bahu belakang
melewati perineum diikuti dengna fleksi laterla badan janin sehingga bahu depan
dan lengan depan lepas dari bawah simfisi. Segera ssetelah bahu lahir, bahu
mengadakan putaran paksi luar dengan demikian diameter biakromial menjadi
melintang.
Kepala masuk pintu atas panggul dalam keadaan fleksi dengan oksiput, misalnya
berada pada kuadran kiri depan, dagu berada pada kuadran kanan belakang
dengan diameter suboksipito-bregmatika dalam keadaan miring/melintang. Kepala
uturun ke dasar panggul dalam keadaan fleksi. Di dasar panggul ini terjadi putaran
paksi dalam, yaitu daerah suboksiput berputar sehingga sutura sagitalis dalam
posisi antero-posterior. Saat oksiput berada di bawah simfisis, kepala lahir dalam
keadaan fleksi dengan dagu, muka, kening dan verteks melewati perineum.
Persalinan sungsang spontan dapat berlangsung secara :
a. Persalinan sungsang spontan penuh (tidak memerlukan bantuan penolong
sama sekali).
b. Persalinan sungsang cara Bracht
Prinsip persalinan sungsang cara Bracht ini adalah membantu agar sumbu
janin sesuai dengan sumbu panggul ibu sehingga kekuatan his dan pengejanan
ibu menjadi efektif.

Persalinan sungsang cara Bracht


Syarat :
1. Jalan lahir luas dan bayi tidak besar
2. Faktor kekuatan ibu cukup (adekuat)
Sebelum melakukan pimpinan persalinan sungsang dengan cara Bracht ini, haruslah
dilakukan persiapan yang meliputi persiapan :
a. Ibu :
- Desinfeksi daerah genitalia (vulva toilet)
- Kalau perlu pasang infus
b. Bayi :
- Peralatan resusitasi
- Alat-alat perawatan tali pusat
c. Penolong :
- Memakai jas, topi dan masker
- Cuci tangan dan memakai sarung tangan steril
d. Alat-alat :
- Peralatan partus (termasuk peralatan jahit dan kain/duk steril)
- Forseps Piper / Naegele steril

Teknik pelaksanaan :
1. Ibu dalam posisi litotomi, penolong berdiri di depan vulva. Saat ada his ibu
dipimpin mengejan.
2. Saat bokong membuka vulva, lakukan episiotomi (dengan anestesi lokal
sebelumnya).
3. Segera setelah bokong lahir, bokong dicengkeram dengan cara kedua ibu jari
penolong sejajar sumbu panggul, sedang jari-jari lain memegang belakang
panggul.
4. Pada waktu tali pusat lahir dan teregang, segera kendorkan tali pusat tersebut.
5. Kaki, bokong dan badan janin diangkat dengan kedua tangan penolong dan
disesuaikan dengan sumbu panggul ibu (melengkung ventro-kranial ke arah perut
ibu) sehingga berturut-turut lahir pusat, dada, bahu dan lengan, dagu, mulut dan
akhirnya seluruh kepala.
Prosedur bantuan pada persalinan sugnsang cara Bracht ini adalah episiotomi (seperti
disebut diatas) dan kalau perlu boleh dilakukan dorongan Kristeller.
Keterangan :
Pemilihan kasus yang akan ditolong dengan cara Bracht ini harus cermat sesuai
dengan syarat tersebut diatas. Kegagalan menolong dengan cara Bracht,
mengharuskan kita menolong dengan cara lain, misalnya cara Klasik. Pada
persalinan sungsang cara Bracht ini , manipulasi terhadap janin hanya sedikit
sehingga komplikasi pada janin maupun ibu juga tidak banyak didapatkan.

B. Persalinan Sungsang yang dibantu (Assisted Breech delivery/Partial breech


extraction).
Cara ini merupakan cara yang paling sering dilakukan. Sebelum melakukan
pertolongan persalinan sebaiknya dilakukan penilaian keberhasilan persalinan
sungsang. Banyak metode untuk keperluan penilaian ini diantaranya metode
penilaian dari Zatuchni dan Andros :
Zatuchni Andros Breech Scoring Index
Nilai
Variabel yang dinilai
0 1 2
Paritas Primigravida Multigravida
Umur kehamilan ≥ 39 minggu 38 minggu ≤ 37 minggu
Taksiran berat janin (gram) > 3,630 3,629 – 3,176 <3,175
Persalinan sungsang sebe 0 1 ≥2
lumnya (BBL>2,500 gram)
Pembukaan (cm) 2 3 ≥4
Penurunan (station – cm) ≤ -3 -2 ≥ -1
Bila skor :
 ≤3 : persalinan dianjurkan dengan bedah Caesar
 4 : dilakukan re-evaluasi. Pengawasan persalinan yang
ketat. Dapat lahir pervaginam tetapi masih mungkin tindakan operatif.
 ≥5 : persalinan diharapkan dapat pervaginam

Cara penilaian lain adalah menurut Gimosvsky yang menyatakan bahwa persalinan
sungsang pervaginaman cukup aman jika :
1. Pada setiap persalinan sungsang pervaginaman harus tetap dipersiapkan operasi
setiap saat bila diperlukan.
2. Taksiran berat janin antara 2,000 – 4,000 gram.
3. Umur kehamilan antara 36-42 minggu.
4. Ukuran dan bentuk panggul baik.
5. Pengawasan ketat keadaan janin selama persalinan
6. Perjalanan kala I harus sesuai dengan kurve Friedman. Pada primigravida 1
cm/jam, sedangkan pada multigravida 1.3 cm/jam.
7. Kepala janin tidak dalam keadaan defleksi.

Bila persyaratan seperti tersebut diatas tidak terpenuhi, maka persalinan dengan bedah
Caesar lebih dipilih.
Terdapat 3 tahap prinsip persalinan sungsang dengan bantuan, yaitu :
1. Tahap I, pertolongan bokong sampai tulang belikat terdapat pada vulva (disini
pertolongan sesuai dengan cara Bracht).
2. Tahap II, mengeluarhkan bahu dan lengan sesuai dengan letak bahu dan lengan
janin.
3. Tahap III, mengeluarkan kepala sesuai dengan posisi kepala janin.
Ad. 1 Seperti pada persalinan sungsang cara Bracht
Ad. 2 Mengeluarkan bahu dan lengan janin.
a. Cara Muller :
Apabila kedua lengan berada didepan badan janin maka persalinan cara Muller
dapat dilakukan. Prinsip cara Muller adalah mengeluarkan lenagna depan terlebih
dahulu dengan badan janin ditarik ke arah yang berlawanan. Jika lengan belum
keluar, keluarkan lengan dengan cara mengusap lengan atas janin dengan dua jari
tangan penolong berfungsi sebagai spalk. Setelah lengan keluar, angkat kedua kaki
bayi ke depan berlawanan dengan letak bahu belakang sehingga lengan belakang
keluar.
b. Cara Klasik :
Cara Klasik terutama dilakukan bila kedua lengan tidak berada di depan janin,
misalnya pada keadaan lengan menjungkit/lengan tengkuk. Prinsip mengeluarkan
lengan secara Klasik adalah bahwa lengan janin diletakkan pada panggul bagian
belakang karena daerah ini lebih luas dibandingkan dengan panggul bagian depan.
Angkat kedua kaki janin sesuai dengan posisi bahu depan. Dengan dua jari
telusuri lengan atas yang berlawanan (belakang) dan usap lengan atas tersebut
dengan tujuan mengeluarkan lengan belakang. Setelah keluar, pegang kedua kaki
dengan tangan yang lain dan ayun (ke bawah kemudian ke atas lagi) sehingga
bahu depan menjadi bahu belakang, dengan demikian kedua kaki berada pada
daerah yang berlawanan dengan bahu. Cara ini dilakukan bila lengan janin dalam
keadaan menjungkit. Pada keadaan lengan tengkuk, diupayakan agar lengan janin
menjadi lengan menjungkit (keluar dari daerah tengkuk) dengan car memutar
badan janin menjauhi lengan tengkuk.
c. Cara Korslet :
Karena memutar bahu janin dengan car Klasik pada umumnya sukar dan berat,
maka Lovset mengajukan cara untuk memutar bahu yang lebih mudah, yaitu
dengan cara kedua tangan penolong mencekam dada dengan kedua ibu jari sejajar
dan berdekatan dengan punggung janin kemudian diputar sesuai dengan tujuan
tindakan yang dikehendaki.
Ad. 3 Melahirkan kepala yang tertinggal (after coming head).
Sebelum melakukan tindakan ini, lakukan periksa dalam vagina untuk mengetahui
posisi dagu janin sebagai titik petunjuk (point of direction).
a. Cara Mauriceau (Vet-Smelie) :
Pada cara Mauriceau (Vet-Smelie) ini kepala janin diupayakan agar tetap
dalam keadaan fleksiserta pemutaran kepala janin tersebut seusia dengan
putaran paksi dalam.
Teknik pelaksanaan :
- Tangan operator yang berhadapan dengan muka janin ditempatkan dibawah
janin (untuk menopang badan janin) dengan kedua kaki janin berada di kiri
dan kanan lengan operator tersebut. Jari tengah operator dimasukkan ke
dalam mulut atau ditempatkan di atas maksila janin, sedang jari telunjuk dan
jari manis mencekam fossa kanina. Posisi tangan operator ini berugna untuk
memastikan agar kepala janin tetap dalam keadaan fleksi (kalau perlu
operator jongkok). Selain itu tangan operator ini juga dapat mengadakan
putaran paksi dalam kepala janin sesuai dengan penurunan janin dalam
panggul.
- Tangan operator yang lain mencekam bahu janin dari arah punggung dan
digunakan terutama untuk mengadakan traksi.
- Setelah putaran paksi selesai, dilakukan traksi sampai oksiput lahir di bawah
simfisis. Badan janin sedikit demi sedikit dielevasi ke atas dengan
suboksiput sebagai hiponoklion.
- Seringkali diperlukan tekanan diatas simfisis langsung pada kepala janin
(deSnoo) untuk membantu pengeluaran kepala janin tersebut.
b. Cara pengeluaran kepala dengan forseps :
Forseps yang dipergunakna sebaiknya forseps Piper yang mempunyai tangkai
melengkung (lihat gambar pada bab ekstraksi forseps) namun bila tidak ada,
dapat digunakan forseps Naegele atau Kjielland.
Teknik pelaksanaan :
- Sebelumnya, lakukan periksa dalam vagina untuk mengetahui posisi dagu
sebagai titik petunjuk.
- Setelah itu masukkan forseps diantara janin dan jalan lahir. Yang pertama
adalah yang berada di depan kepala lebih dahulu kemudian masukkan
forseps untuk yang berada di ruang panggul belakang.
- Kunci tangkai forseps di depan badan janin
- Ulangi lagi periksa dalam vagina untuk mengetahui apakah ada jaringan
yang terjepit.
- Adakan tarikan percobaan. Bila berhasil, forseps diputar sesuai dengn sumbu
panggul dimana daun forseps berada sesuai dengan tujuan agar dagu berada
di belakang, kemudian tangkai forseps ditarik sesuai dengan sumbu panggul.
Pada waktu suboksiput berada di bawah simfisis, dilakukan tarikan dengan
suboksiput sebagai hiponoklion sambil menahan perineum.
c. Cara Prague (Praha) terbalik :
Cara ini khusus dilakukan bila dagu janin berada di depan dan sukar untuk
diputar ke belakang.
Teknik pelaksanaan :
- Satu tangan operator berada di bawah punggung janin dengna jari tangan
men cekam bahu dari belakang. Tangan operator yang lain memegang kedua
kaki janin dan mengangkatnya ke atas.
- Dilakukan traksi kebawah sehingga submentum berada di bawah simfisis.
Kedua kaki janin kemudian diangkat ke atas dan ke depan perut ibu sehingga
kepala janin lahir dengan submentum sebagai hiponoklion.
d. Cara Naujoks :
Teknik ini dilakukan bila kepala masih tinggi (diatas pintu atas pangugl). Cara
Naujoks sedapat mungkin dihindari oleh karena sering menyebabkan
komplikasi berat pada janin.
Teknik pelaksanaan :
- Kepala janin dimasukkan ke dalam panggul dengan posisi dagu di samping,
yaitu dengan cara kedua tangan operator mencekam bahu ke arah depan dan
belakang, kemudian badan janin ditarik ke bawah (operator jongkok).
- Dilakukan bantuan tekanan pada keplaa janin di atas simfisis agar kepala
janin dapat masuk panggul. Selanjutnya proses pengeluaran kepala adalah
seperti cara Mauriceau diatas.

C. Ekstraksi sungsang (total breech extraction)


1. Ekstraksi kaki :
Ekstraksi kaki dilakukan bila ada indikasi untuk mengakhiri persalinan dengan
bagian terbawah janin adalah kaki dan memenuhi syarat untuk persalinan
sungsang serta tidak ada indikasi kontra.
Indikasi ekstraksi sungsang :
a. Ibu : (sama dengan forseps)
b. Janin : Gawat janin
Tali pusat menumbung
c. Obstetri : kala II lebih dari 5 jam
Persalinan macet
Teknik pelaksanaan :
a. Bila kaki janin masih terdapat di dalam vagina, tangan operator yang
berada pada posisi yang sama dengan os sakrum dimasukka ke dalam
vagina untuk menelusuri bokong, paha janin sampai lutut guna
mengadakan abduksi paha janin sehingga kaki janin keluar. Selama
melakukan tindakan ini, fundus uteri ditahan oleh tangan operator yang
lain.
b. Bila satu atau dua kaki janin sudah berada di luar vulva, maka kaki
tersebut dipegang dengan 2 tangan operator pada betis dengan kedua ibu
jari berada pada punggung betis. Kemudian dilakukan traksi ke bawah
(sesuai dengan arah sumbu panggul). Setelah lutut dan sebagian paha
kelaur, pegangan dialihkan pada paha dengan kedua ibu jari pada
punggung paha,
c. Dilakukan traksi ke arah bawah lagi (operator jongkok) dengan tujuan
untuk menyesuaikan arah traksi dengan sumbu panggul ibu. Putaran kaki
menyesuaikan dengan putaran paksi dalam bokong dan badan janin, yang
berarti bahwa untuk pengeluarna bokong janin, sakrum akan berada
disamping, trokanter depan akan lahir terlebih dahulu baru disusul oleh
trokanter belakang serta kemudian punggung janin akan bergerak ke arah
depan.
Bila tali pusat sudah berada diluar vulva, tali pusat dikendorkan. Ekstraksi
kemudian diteruskan dengan cara menempatkan kedua tangan pada
bokong janin dengan kedua ibu jari berada di atas sakrum dan jari-jari
kedua tangan berada di atas lipat paha janin. Ekstraksi dilakukan dengan
punggung janin di depan, kemudian mengikuti putaran paksi dalma bahu,
salahs atu bahu akan ke depan. Setelah ujung tulang belikiat terlihat
dilakukan periksa dalam vagina untuk menentukan letak lengan janin,
yaitu apakah tetap berada di depan dada, menjungkin atau di belakang
tengkuk (nuchal arm).
Pada ekstraksi, bokong sampai tulang belikat sering diperlukan bantuan
dorongan cara Kristeller. Pengeluaran janin selanjutnya adalah sesuai
dengan persalinan sungsang yang dibantu.
Catatan :
Tindakan profilaksis Pinard adalah tindakan untuk menurunkan satu atau dua
kaki janin pada letak bokong (Frank Breech) dengan tujuan agar bila perlu
dapat dilakukan ekstraksi kaki.
Cara ini sudah jarang dilakukan karena sering menyebabkan komplikasi berat
pda janin.

2. Ekstraksi bokong :
Ekstraksi bokong adalah mengakhiri persalinan dengan menarik bokong janin
yang sudah berada di dasar panggul dengan indikasi kontra dan syarat sesuai
dengan persalinan ekstraksi sungsang pada umumnya.
Teknik pelaksanaan :
a. Dilakukan periksa dalam vagina untuk memastikan titik petunjuk (os
sakrum). Sebagaimana pertolongan persalinan sungsang yang lain,
hendaknya dipastikan pula bahwa serviks sudah tidakl teraba lagi pada
jalan lahir.
Jari telunjuk tangan operator yang berhadap dengan os sakrum dikaitkan
pada lipat paha depan janin. Kemudian dilakukan ekstraksi curam ke
bawah (bila perlu tangan operator yang lain memegang pergelangan tangan
yang mengait tadi untuk memberikan tambahan kekuatan ekstraksi).
Sebelum itu, sebaiknya sudah dilakukan episiotomi yang cukup lebar.
b. Bila trokanter depan sudah berada di bawah simfisis, jari telunjuk tangan
operator yang lain dipasang pada lipat paha belakang janin untuk membatu
ekstraksi hingga bokong berada di luar vulva.
c. Arah ekstraksi berubah ke atas (ventral ibu) untuk mengeluarkan trokanter
belakang.
d. Ekstraksi kemudian mengikuti putaran paksi dalam sesuai dengan
ekstraksi kaki seperti tersebut di atas.
Komplikasi yang dapat terjadi :
a. Ibu :
 Perdarahan pasca persalinan (atonia uteri, robekan jalan lahir)
 Trauma jalan lahir
 Infeksi
b. Janin :
 Asfiksia
 Aspirasi cairan amnion
 Trauma otot (betis, paha, perut, bahu dan m. sternokleido-
mastoideus).
 Dislokasi sendi (lutut, paha, siku dan bahu)
 Fraktura (paha, lengan atas dan bawah, tulang belakang dan
klavikula).
 Kerusakan jaringan saraf (susunan saraf pusat, terutama terjadinya
perdarahan intra-kranial, paresis pleksus brakialis dan n. fasialis).
VERSI DAN EKSTRAKSI

Definisi :
Versi dan ekstraksi adalah versi (pemutaran badan janin) yang dilakukan
dengan cara satu tangan penolong di dinding perut ibu dan tangan yang lain di dalam
kavum uteri, yang segera disusul dengna ekstraski kaki untuk melahirkan janin.
Indikasi :
1. Letak lintang, khususnya pada gemelli anak ke-2
2. Letak kepala dengan prolapsus tali pusat
3. Presentasi ganda

Indikasi kontra :
1. Ruptura uteri imminens
2. Cacat rahim
3. Disproporsi janin-panggul
4. kepala janin defleksi
5. Bayi pertama pada persalinan ganda

Syarat :
1. Pembukaan lengkap
2. Bagian terendah janin dapat didorong ke atas
3. Kulit ketuban baru pecah/dipecah

Teknik pelaksanaan :
1. Persiapan ibu, janin dan penolong sama dengan persiapan persalinan dengan
bantuan pada umumnya.
2. Ibu diberi narkose yang dapat merelaksasikan dinding uterus (Ether, Halothan,
Fluothane).
3. Tangan penolong yang berdekatan dengan bagian kecil janin dimasukkan ke
dalam jalan lahir secara obstetrik, sedang tangan yang lain diletakkan di funsud
uteri untuk mendekatkan bagian kecil janin tersebut.
4. Tangan penolong yagn berada di dalam jalan lahir bertugas mencari kakijanin
untuk dibawa keluar. Upaya untuk mendapatkan kedua kaki ini dapat dilakukan
dengan cara langsung :
a. Langsung
Memegang kaki janin (pada pergelangan kaki) dengan jari telunjuk dan jari
tengah
b. Tidak langsung
Tangan penolong yang berada di dalam jalan lahir menyelusuri punggung,
bokong, paha, tungkai bawah dan akhirnya pergelangan kaki janin.
5. Setelah pergelangan kaki janin terpegang, kemudian ditarik keluar sampai sebatas
lutut dan bersamaan dengan itu tangan penolong yang berada di laur
mendorong/memutar kepala janin ke arah fundus uteri. Diusahakan agar badan
janin dalam keadaan fleksi.
6. Segera periksa apakah versi telah berhasil, dengan cara :
a. Melihat apakah kaki janin tidak masuk ekmbali ke dalam jalan lahir
b. Dengan palpasi kepala janin sudah berada di fundus uteri.
7. Bila dari evaluasi ini ditentukan versi telah berhasil, maka janin dilahirkan seperti
pada ekstraksi sungsang.

Komplikasi yang dapat terjadi :


Komplikasi yang dapat terjadi akibat dari tindakan versi ekstraksi ini sama
dengan penyulit yang dapat terjadi pada persalinan sungsang, yaitu :
1. Ibu :
a. Perdarahan post-partum (atonia uteri, robekan jalan lahir)
b. Trauma jalan lahir
c. Infeksi
2. Janin :
a. Tercekik
b. Asfiksia
c. Kerusakan jaringan saraf pada otak, sumsum tulang belakang dan saraf
tepi.
d. Fraktur dan dislokasi sendi.
e. Trauma otot (hematom m, sternokleidomastoideus)
BEDAH CAESAR, HISTEREKTOMI CAESAREAN
DAN HISTEROTOMI

Definisi :
Bedah Caesar adalah pembedahan untuk melahirkan janin melalui dinding
perut dan dinding uterus.
Jenis :
1. Bedah Caesar klasik/korporal
2. Bedah Caesar transperitoneal profunda
3. Bedah Caesar ekstraperitoneal
4. Histerektomi Caesarean (Caesarean hyseterectomy)
Indikasi :
A. Indikasi Ibu :
1. Panggul sempit
2. Tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi
3. Stenosis serviks uteri atau vagina
4. Plasenta previa
5. Disproporsi janin-panggul
6. Ruptura uteri membakat
7. Partus tak maju
8. Incoordinate uterine action

B. Indikasi janin :
1. Kelainan letak :
a. Letak lintang
b. Letak sungsang (janin besar, kepala defleksi)
c. Letak dahi dan letak muka dengan dagu di belakang
d. Presentasi ganda
e. Kelainan letak pada gemelli anak pertama
2. Gawat Janin
Indikasi kontra (relatif) :
1. Infeksi intrauterin
2. Janin mati
3. Syok/anemia berat yang belum teratasi
4. Kelainan kongenital berat

Teknik pelaksanaan :
1. Bedah Caesar Klasik/Korporal
a. Buat insisi membujur secara tajam dengan pisau pada garis tengah korpus
uteri di atas segmen bawah rahim. Perlebar insisi dengan gunting sampai
sepanjang kurang lebih 12 cm. Saat menggunting, lindungi janin dengan 2
jari operator.
b. Setelah kavum uteri terbuka, kuit ketuban dipecah. Janin dilahirkand enga
nmeluncurkan kepala janin ke luar melalui irisan tersebut.
c. Setelah janin lahir seluruhnya, tali pusat diklem (2 tempat) dan dipotong
diantaranya
d. Plasenta dilahirkan secar manual, kemudian segera disuntikkan uterotonika
ke dalam miometrium dan intravena.
e. Luka insisi dinding uterus dijahit kembali dengan cara :
- Lapisan I : Miomterium tepat di ats endometrium dijahit
secara silang dengan menggunakan benang
chromic catgut no. 1 atau 2.
- Lapisan II : Lapisan miometrium di atasnya dijahit secara
kasur horizontal (Lambert) dengan benang
yang sama.
- Lapisan III : dilakukan reperitonealisasi dengan cara
peritoneum dijahit secara jelujur
menggunakan benang plain catgut no. 1 dan
2
f. Eksplorasi kedua adneksa dan bersihkan rongga perut dari sisa-sisa darah
dan air ketuban.
g. Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis.
2. Bedah Caesar Transperitoneal profunda
a. Plika vesiko-uterina diatas segmen bawah rahim dilepaskan secara
melintang, kemudian secara tumpul disisihkan ke arah bawah dan
samping.
b. Buat insisi secara tajam dengan pisau pada segmen bawah rahim kurang
lebih 1 cm dibawah irisan plika vesik-uterina. Irisan kemudian perlebar
dengan gunting sampai kurang lebih sepanjang 12 cm. Saat menggunting
lindungi janin dengan 2 jari operator.
c. Setelah kavum uteri terbuka, kuit ketuban dipecah dan janin dilahirkan
dengan cara meluncurkan kepala janin melalui irisan tersebut
d. Badan janin dilahirkan dengan mengait kedua ketiaknya
e. Setelah janin dilahirkan seluruhnya, tali pusat diklem (2 tempat) dan
dipotong diantaranya.
f. Plasenta dilahirkan secara manual, kemudian segera disuntikkan
uterotonika ke dalam miometrium dan intravena.
g. Luka insisi dinding uterus dijahit kembali dengan cara :
- Lapisan I : Miometrium tepat diatas endometrium dijahit
secara silang dengan menggunakan benang
chromic catgut no. 1 atau 2.
- Lapisan II : lapisan miometrium diatasnya dijahit secara
kasur horizontal (Lambert) dengan benang
yang sama.
- Lapisan III : peritoneum plika vesiko-uterina dijahit secara
jelujur menggunakan benang plain catgut no.
0 atau 1
h. Eksplorasi kedua adneksa dan bersihkan rongga perut dari sisa-sisa darah
dan air ketuban.
i. Dinding abdomen dijahti lapis demi lapis.
3. Bedah Caesar ekstraperitoneal
a. Dinding perut diiris hanya sampai pada peritoneum. Peritoneum kemudian
digeser ke kranial agar terbebas dari dinding kranial vesika urinaria.
b. Segmen bawah rahim diiris melintang sepertri pada bedah Caesar
transperitoneal profunda, demikian jgau cara menutupnya.
Bedah caesar ekstraperitoneal ini terutama dilakukan pada kasus infeksi intra-
uterin tetapi sekarang sudah sangat jarang dilakukan sehubungan dengan
makin efektifnya antibiotika yang kita gunakan.
4. Histerektomi Caesarean
a. Irisan uterus dilakukan seperti pada bedah Caesar klasik/korporal demikian
juga cara melahirkan janinnya.
b. Perdarahan yang terdapat pada irisan uterus dihentikand engan
menggunakan klem secukupnya.
c. Kedua adneksa dan ligamen rotunda dilepaskan dari uterus.
d. Kedua cabang arteria uterina yang menuju korpus uteri diklem (2) pada
tepi segmen bawah rahim. Satu klem juga ditempatkan di atas kedua klem
tersebut.
e. Uterus kemudian diangkat diatas kedua klem yang pertama. Perdarahan
pada tunggul serviks uteri diatasi.
f. Jahit cabang arteria uterina yagn diklem dengan menggunakan benang
sutera no. 2
g. Tungguls erviks uteri ditutup dengna jahitan (menggunakan chromic catgut
no. 1 atau 2) dengan sebelumnya diberi cairan antiseptik
h. Kedua adneksa dan ligamentum rotundum dijahitkan pada tungguk serviks
uteri
i. Dilakukan reperitonealisasi serta eksplorasi daerah panggul dan visera
abdominis.
j. Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis.

HISTEROTOMI

Definisi :
Suatu pembedahan untuk melahirkan isi uterus melalui dinding perut dan
dinding uterus tanpa mengharapkan hasil konsepsi hidup.

Indikasi :
A. Indikasi ibu :
1. Dekompensasio kordis
2. Hipertensi essensial yang berat
3. Penyakit ginjal menahun dengan kemunduran fungsi ginjal
4. Psikosis yang berat
5. Mola hidatidosa.
B. Indikasi janin :
1. Cacat bawaan yang berat
2. Janin mati

Teknik pelaksanaan :
Tentukan apakah sudah terbentuk segmen bawah rahim. Bila sudah, maka
dilakukan tindakan seperti teknik beda Caesar tranperitoneal profunda, sedang bila
segmen bawah rahim belum terbentuk maka dilakukan tindakan seperti bedah Caesar
klasik.
Catatan :
Pertimbangkan ketentuan Undang-undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992
untuk indikasinya.
EMBRIOTOMI
(Operasi Destruksi)

Definisi :
Embriotomi adalah persalinan buatan dengan cara merusak atau memotong
bagian tubuh janin agar dapat dilahirkan pervaginam.
Jenis :
1. Pungsi
2. Kleidotomi
3. Perforasi kranioklasti
4. Eviserasi/Eksenterasi
5. Spondilotomi
6. Dekapitasi

Indikasi :
Indikasi embriotomi sama dengan indikasi ibu dan indikasi obstetri pada
ekstraksi forseps.

Indikasi kontra :
1. Konyugata vera <7 cm
2. Adanya tumor jalan lahir
3. Letak lintang dengan ruptura uteri imminens atau bekas perlukaan dinding
rahim (Bedah Caesar, miomektomi, dan lain-lain).
Syarat :
1. Janin mati
2. Pembukaan lebih atau sama dengan 7 cm
3. Kulit ketuban pecah atau dipecah
Persiapan :
Sebelum dilakukan tindakan embriotomi haruslah dilakukan persiapan yang meliputi
persiapan ibu, bayi, penolong dan peralatan (lihat persalinan sungsang) dengan
memperhatikan alat-alat khusus tyang digunakanpada masing-masing jenis tindakan
embriotomi.
1. Pungsi
Pungsi adalah tindakan mengeluarkan cairan dari tubuh janin guna memperkecil
volumenya.
A. Indikasi (khusus) :
a. Hidrosefalus
b. Asites
B. Indikasi kontra (khusus) :
Hidrosefalus akut pada janin hidup
C. Alat :
Jarum pungsi
D. Teknik :
a. Jarum pungsi ditusukkan pada fontanela/sutura/foramen magnum (pada
hidrosefalus) atau abdomen (pada asites). Untuk memastikan tempat
penusukan dapat dipergunakan spekulum vagina.
b. Cairan dibiarkan keluar sebanyak mungkin dan kemudian janin dilahirkan
sebagaimana lazimnya.

2. Kleidotomi
Kleidotomi adalah tindakan memotong satu atau dua os klavikula guna
mengecilkan lingkaran bahu. Tindakan ini dapat juga dikerjakan pada janin yang
masih hidup karena daya penyembuhan os klavikula baik.
A. Indikasi (khusus) :
Distosia bahu, misalnya pada makrosomia
B. Alat :
Gunting Dubois atau Siebold
C. Teknik pelaksanaan :
Teknik kleidotomi meliputi beberapa tahap untuk :
a. Penolong membayangkan os klavikula mana yang akan dipotong
(umumnya os klavikula bagian depan).
Penolong harus mengetahui secara pasti posisi os klavikula pada pintu
bawah panggul serta diusahakan agar memotong os klavikula pada bagian
tengahnya. Pada janin yang masih hidup, hal ini perlu diperhatikan karena
terdapat arteria subklavia dibawah os klavikula sebelah lateral.
b. Pemotongan os klavikula
Os klavikula dipotong dengan menggunakan gunting Dubois atau Siebold.
Untuk mencapai os klavikula kadang-kadang diperlukan pemasangan
spekulum vagina.
c. Melahirkan bahu
Ekstraksi anak dilakukan dengan menyesuaikan putaran paksi dalam dan
sumbu panggul ibu. Pada saat melakukan ekstraksi ini perlu dilakukan
episiotomi.

3. Perforasi Kranioklasti
Perforasi kranioklasti adalah tindakan merusak kepala janin guna memperkecil
volumenya dan kemudian menariknya dengan kranioklast.
A. Alat :
a. Skalpel
b. Perforator Naegele
c. Kranioklast Braun
d. Tang Braun
e. Cunam Muzeaux
f. Spekulum vagina
B. Teknik pelaksanaan :
Perforasi kranioklasti terdiri atas beberapa tahapan tindakan, yaitu :
a. Penolong membayangkan bagaimana perforator menembus kepala janin
dan bagaimana kranioklast akan dipasang. Setelah semua persiapan
selesai, penolong berdiri di depan vulva sambil memegang perforator
dalam keadaan tertutup dan membayangkan bagaimana posisi perforator
akan ditusukkan (umumnya pada sutura sagitalis / fontanella).
b. Proses perforasi kepala janin dengan perforator
Perforator ditusukkan pada sutura sagitalis/fontanella dalam keadaan
tertutup. Bila sudah sampai pada jaringan otak, perforator dibuka
(dilebarkan) dan diputar agar jaringan otak dapat keluar. Kadang-kadang
diperlukan pemasangan spekulum vagina guna melihat langsung daerah
sutura yang akan ditusuk serta untuk mempermudah proses perforasi,
kadang-kadang diperlukan pula irisan pada kuit kepala janin sebelumnya.
Diperlukan bantuan untuk menahan fundus uteri guna mencegah terjadinya
ruptura uteri.
Tempat penusukan dapat dilkaukan pada foramen magnum jika janin letak
sungsang atau pada hidung jika janin letak muka.
c. Memasang kranioklast
Kranioklast betina dipasang dengan pilihan pada muka janin dan pada
panggul bagian belakang. Kranioklast jantan kemudian dipasang sesuai
dengan kranioklast betina melalui lubang perforasi.
d. Menilai hasil pemasangan kranioklast
Setelah kranioklast terpasang, dilakukan periksa dalam vagina untuk
menilai apakah ada bagian jalan lahir ibu yang terjepit diantara kedua
kranioklast tersebut. Bila hasil periksa dalam vagina menunjukkan bahwa
tidak ada bagian jalan lahir ibu yang terjepit, maka kranioklast kemudian
dikunci.
e. Rotasi (kalau perlu) dan ekstraksi kranioklast
Rotasi dan ekstraksi dilakukan menyesuaikan dengan putaran paksi dalam
dan arah sumbu panggul ibu. Pada saat ini episiotomi dapat dilakukan.
Setelah suboksiput berada dibawah simfisis, kranioklast dipegang hanya
dengan tangan kanan sedangkan tangan kiri menahan perineum, kemudian
dilakukan tarikan ke atas sehingga kepala defleksi dan lahir sebagaimana
mestinya.
f. Membuka dan melepaskan kranioklast
Setelah seluruh kepala lahir, kranioklast dilepas dan kepala dibiarkan
melakukan putaran paksi luar, kemudian badan dilahirkan sebagaimana
mestinya.
4. Eviserasi atau eksenterasi
Eviserasi atau eksenterasi adalah mengeluarkan isi rongga perut atau rongga dada
janin mati agar janin dapat dilahirkan pervaginaan.
A. Indikasi (khusus) :
a. Persalinan letak lintang macet yang diperkirakan dengan eviserasi /
eksenterasi saja janin dapat dilahirkan.
b. Kelainan kongenital janin (rogga dada dan atau rongga perutnya sangat
besar) sehingga menyebabkan distosia.
B. Alat :
a. Skalpel
b. Gunting Dubois atau Siebold
c. Cunam Muzeaux
d. Spekulum Vagina
e. Tang Boer
C. Teknik Pelaksanaan
a. Penolong membayangkan posisi janin di dalam rahim dan memastikan
bagian terbawah janin serta tempat/bagian tubuh janin yang akan
dilubangi.
b. Apabila terdapat tangan menumbung, maka tangan tersebut diikat dengan
ikatan Budin-Siegemundin agar tidak masuk lagi ke dalam rahim. Dengan
pertolongan spekulum vagina, dinding perut atau dinding dada dilubangi
dengan menggunakan skalpel atau gunting Dubois/Siebold sampai
mencapai rongga perut/dada. Tepi lubang dipegang dengan cunam
Muzeaux dan kemudian tang Boer dimasukkan melalui lubang tersebut
untuk mengambil/mengeluarkan visera perut/dada sebanyak mungkin.
Dalam proses ini diperlukan upaya menahan fundus uteri guna mencegah
ruptura uteri.
c. Janin kemudian diusahakan lahir seolah-olah seperti pada persalinan letak
lintang spontan, yaitu secara konduplikasio korpore atau evolusio
spontanea (Denman-Douglas).
d. Apabila eviserasi atau eksenterasi tidak berhasil, maka dilanjutkan dengan
spondilotomi atau dekapitasi.

5. Spondilotomi
Spondilotomi adalah pemotongan tulang belakang janin mati agar janind apat
dilahirkan pervaginam. Pada umumnya tindakan ini dilakukan jika tindakan
eviserasi/eksenterasi saja tidak berhasil.
A. Alat :
Sama dengan yang digunakan pada eviserasi/eksenterasi ditambah dengan
pengait Braun.
B. Teknik Pelaksanaan :
a. Penolong terlebih dahulu memastikan posisi tulang belakang janin yang
paling bawah, yang akan dipotong.
b. Dengan pertolongan spekulum vagina dan periksa dalam vagina, dinding
perut/dada tulang belakang yang dimaksud dibuka/dipotong. Kemudian
tulang belakang tersebut dikati dengan pantit braun dan dipotong dengan
menggunakan guntin Siebold atau dipatahkan dengan cara memuntir
pengait Braun.
c. Janin kemudian dilahirkan dengan cara konduplikasio korpore atau janin
bagian bawah di;lahirkan terlebih dahulu. Kemudian disusul dengan
pengeluaran janin bagian atas sperti pada persalinan sungsang. Potongan
tulang belakang dapat dipegang dengan cunam Muzeaux.

6. Dekapitasi
Dekapitasi adalah tindakan memotong kepala janin mati pada letak lintang agar
janin dapat dilahirkan pervaginam.
A. Indikasi (khusus)
Persalinan letak lintang macet dengan posisi leher janin dapat dijangkau dari
jalan lahir.
B. Alat
Sama dengan yang digunakan pada sponditolomi.
C. Teknik pelaksanan
a. Penolong memastikan posisi janin terutama leher rahim yang akan dicapai.
b. Apabila terdapat tangan menumbung, maka tangan tersebut diikat dengan
ikatan Budin_Sigemudin agar tidak masuk lagi ke dalam jalan lahir.
Dengan pertolongan spekulum vagina atau periksa dalam vagina, pengait
Braun dipasang pada leher yang akan dipotong. Dalam proses ini kadang-
kadang diperlukan pengguntingan jaringan lemak leher agar pengait Braun
dapat mencakup tulang leher.
c. Tulang leher kemudian dipotong baik dengan cara menggunting maupun
dengan cara memuntir leher dengan pengait Braun.
d. Badan janin dilahirkan terllebih dahulu dengan menarik tangan yang
menumbung atau dengan menarik tulang belakang yang terpotong denaan
cunam Muzeaux. Kepala dilahirkan seperti pada persalinan sungsang
bantu, yaitu dengan cara cunam Muzeaux dipegangkan pada leher janin.
D. Komplikasi yang dapat terjadi :
a. Perdarahan pasca persalinan.
b. Ruptura uteri.
c. Jejas jalan lahir.
Oleh karena bahaya jejas jalan lahir banyak, maka dianjurkan agar pada
setiap pasca persalinan buatan, jalan lahir dieksplorasi terlebih dahulu
untuk mengetahui ada tidaknya jejasa dan bila ditemukan sebaiknya segera
ditangani.
d. Infeksi jalan lahir
Tambahan :
1. Pada bedah destruksi, setiap kali operator memasukan alat ke dalam jalan lahir,
dilakukan upaya melindungi jalan lahir tersebut baik dengan tangan penolong
maupun dengan spekulum vagina.
2. Agar tidak terjadi gejolak perasaan keluarga, maka janin yang dilahirkan dengan
bedah destruksi diusahakan dijahit kembali seperti keadaan semula.
SIMFISIOTOMI
Definisi:
Simfisiotomi adalah tindakan mengiris simfisis untuk memisahkan lingkar
panggul kiri denag lingkar panggul kanan dengan tujuan memperluas panggul dalam
persalinan. Tindakan ini sudah jarang dilakukan karena umum sudah digantikan
dengan bedah caesar, hanya pada daerah yang terisolasi saja tindakan ini masih
diperlukan.
Indikasi : persalinan dengan panggul sempit.
Indikasi Kontra (relatif) :
 Syok/anemia berat yang belum teratasi.
 Janin mati.
Syarat : pembukaan servis lengkap / hampir lengkap.
Alat : Skalpel.
Teknis pelaksanaan:
1. Jari telunjuk tangan kiri penolong dimasukan ke dalam vagina dan mendorong
urtera ke arah samping. Kalau perlu dipasang kateter nelaton(karet atau
plastik) pada urtera.
2. Iris kulit diatas simfisis secara membujur sepanjang 3 cm, kemudian iris
simfisis dari tepi kranial menuju ke badan simfisis sampai padaligamentum
arkuatus.
Selama pelaksanaan ini, jari telunjuk tangan kiri penolong menjadi pedoman
arah kedua paha ibu yang sebelumnya sudah dalam posisi litotomi.
3. setelah pembukaan lengkap, ibu dimpimpin megnejan seperti biasa. Tindakan
simfisiotomi ini dapat dilakukan bersama dengan ekstraksi forseps, ekstraksi
vakum atau tindakan pengakhiran persalinan lainnya.
4. pasca tindakan, kulit dijahit kembali, pada ibu dipasang kateter menetap
selama 3-5 hari dan diberi kemoterapi/antibiotika untuk mencegah infeksi
saluran air seni. Juga dipasang korset/setagen (pengikat perut) untuk
mempertahankan keutuhan panggul dan beristirahat di tempat tidur selama 7
hari.
Komplikasi :
a. Penyembuhan simfisis kurang baik, sehingga simfisiolisis dapat menetap.
b. Nyeri artikulasio sakroiliaka.
c. Fistula saluran air seni, baik oleh karena saluran air seni (vasika urinaria atau
uretra) teriris atau mengalami nekrosis.
d. Infeksi saluran air seni dan atau infeksi lokal simfisis.
PEDOMAN PEMERIKSAAN ANTENATAL
KUNJUNGAN BARU

IDENTITAS PESERTA

Nama kecil ibu hamil dan nama suami, umur, alamat, pekerjaan ibu/suami.

ANAMNESIS

 Keluhan utama : alasan datang ke klinik


 Riwayat haid : HPHT, siklus, perkiraan persalinan (Rumus Naegele : Hari +7,
bulan -3, tahun +1)
 Riwayat perkawinan : berapa kali perkawinan dan lama
 Riwayat obstetri : mengenai kehamilan, persalinan dan nifas
 Gravida ……… Paritas ……… Abortus ……. Anak hidup ………
 Umur anak terkecil
 Macam persalinan terhdaulu, penyulit
 Riwayat keluarga/penyakit keturunan : kembar, MDM.
 Riwayat penyakit berat/operasi yang pernah diderita
 Riwayat imunisasi yang pernah diterima
 Riwayat KB yang pernah dan akan dilakukan, berapa anak yang diinginkan
 Riwayat lain : sosial ekonomi, pendidikan.

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum, sesak, pucat, gizi.


Tanda vital tekanan darah, BB, suhu, pernafasan.
Kelainan badan dan anggota badan, oedem, pincang, kejang.

PEMERIKSAAN OBSTETRI

(Inspeksi, Palpasi, Perkusi dan Auskultasi)


 Abdomen : bentuk dan arah pembesaran (membujur, melintang), tinggi
pembesaran, tegang, mengkilat, venektasi, tanda cairan bebas, tumor.
 Pemeriksaan kehamilan dengan Leopold I-IV.
 Gerak anak dan denyut jantung janin.
 Adanya tanda-tanda inpartu.
 His : lama, frekuensi, kuat, cincin Band’l
 Pengeluaran tali pusat, tangan dan kaki.
 Pemeriksaan dalam : bila ada indikasi, mengetahui pembukaan, penipisan,
keutuhan kulit ketuban, bagian bawah janin dan ketinggian sesuai bidang
Hodge I-IV.

PEMERIKSAAN LAIN-LAIN

Pemeriksaan Laboratorium :
Test kadar HCG untuk menentukan kehamilan, kadar hemoglobin (Hb), kadar
protein dalam urine, kadar gula darah dan lekosit, waktu pendarahan dan
pembekuan.

Pemeriksaan radiologi :
Foto polos abdomen pada umur kehamilan lebih 36 minggu pada kehamilan
ganda, sungsang dan lintang.

Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) :


Ancaman abortus, kehamilan ekstra uterin, tumor abdomen, Mola hidatidosa,
kematian intra rahim, hidrosefalus, hidramnion, pertumbuhan intra uterin yang
lambat (IUGR).

PENENTUAN DIAGNOSIS :
1. IBU = G P A.. USIA IBU..USIA KEHAMILAN....MINGGU
2. JANIN = JUMLAH/HIDUP-MATI/ PRESENTASI/ PUKA-I
3. PERJALAN KEHAMILAN/PERSALINAN/NIFAS
4. CATATAN PENTING/PHATOLOGI IBU - JANIN
PEDOMAN PEMERIKSAAN ANTENATAL
KUNJUNGAN ULANG

Kunjungan ulang pelayanan antenatal dianjurkan minimal 4 kali selama


kehamilan, dengan interval sebagai berikut :
 Sebelum 27 minggu sekali sebulan
 Kehamilan 28 minggu sampai 35 minggu 2 kali sebulan
 Sesudah kehamilan > 36 minggu sekali seminggu.

PEMERIKSAAN
 Anamnesa : keluhan utama
 Pemeriksaan fisik : BB, tekanan darah, tinggi fundus uteri, DJJ dan
pemeriksaan yang dikaitkan dengan keluhan yang ada.

PEMBERIAN MEDIKAMENTOSA
Pemberian roborantia dan tablet besi : bagi setiap ibu hamil
 Vitamin B Compleks
 Vitamin C
 Sulfas Ferrosus
Pemberian obat penyulit kehamilan :
 Obat muntah : Perfenasin, Metoclopramid
 Obat pusing : Parasetamol, Antalgin
 Obat untuk Pre Eklamsia : Diazepam
 Obat untuk kontraksi (Braxton Hicks) : Papaverin
 Obat oedem : Furosemide, HCT.
 Obat untuk penyulit lain : Antibiotika, dan lain-lain.

PEMBERIAN IMUNISASI
 Vaksinasi dasar dengan Tetanus Toksoid ½ cc im, diberikan 2 kali
dengan selang waktu 4 minggu, pada kedatangan yang pertama kali.
 Vaksinasi penguat (“Booster”) : diberikan sekali pada kehamilan
berikutnya bila telah lebih 3 tahun dari vaksinasi dasar.
 Suntikan dapat diberikan pada kunjungan pertama atau paling lambat 2
minggu sebelum saat perkiraan persalinan.

PENYULUHAN KESEHATAN IBU HAMIL :


 Cara hidup sehat
 Pentingnya pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali
 Makanan sehat ibu hamil dan bayi
 Proses laktasi dan manfaat ASI
 Pemeliharaan payudara dan persiapan menyusui (Breast Care).
 Pengenalan kehamilan risiko tinggi
 Proses persalinan risiko tinggi
 Proses persalinan dan rawat gabung dirawat inap
 Manfaat KB bagi kesejahteraan keluarga

INDIKASI RAWAT INAP :


 Ibu hamil dengan tanda-tanda ancaman keguguran (abortus imminens),
keguguran (abortus inkompletus), ancaman persalinan immaturus dan
prematurus.
 Ibu hamil dengan kehamilan diluar kandungan.
 Ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum ditandai dengan muntah
hebat dan dehidrasi.
 Ibu hamil dengan kasus patologik dirawat pada umur kehamilan 38
minggu
 Ibu hamil yang datang dengan tanda inpartu
 Ibu hamil dengan Pre Eklamsi berat / Eklamsia
 Ibu hamil dengan Hidramnion disertai sesak
 Ibu hamil dengan pendarahan apapun penyebabnya
 Ibu hamil dengan anemia gravis
 Ibu hamil dengan kematian janin intra uterin (IUFD).
PEDOMAN
PERAWATAN PAYUDARA

Agar proses laktasi dapat berlangsung dengan sempurna, maka salah satu faktor yang
perlu diperhatikan adalah perawatan payudara, yaitu mempersiapkan payudara ibu
sebaik-baiknya agar dapat berproduksi secara optimal dan dapat menyusui dengan
baik dan lancar. Untuk hal itu diperlukan perawatan payudara baik bagi ibu sebelum
melahirkan maupun bagi ibu sesudah melahirkan.

PERAWATAN PAYUDARA SEBELUM MELAHIRKAN


(Prenatal Breast Care)

TUJUANNYA :
 Memelihara kebersihan payudara
 Menguatkan dan melenturkan putting susu
 Mengeluarkan putting susu, apabila terdapat puting mendalam
(inverted/retracted nipple).
SYARAT PELAKSANAAN :
 Dikerjakan dengan sistematis dan teratur
 Memelihara kebersihan sehari-hari.
 Nutrisi ibu hamil harus lebih baik dan lebih banyak dibanding sebelumnya.
 Memakai BH/kutang yang bersih dengan desain menopang payudara.
TEKNIK PERAWATAN :
Pengurutan / massage pada payudara dilakukan dengan kedua telapak tangan
dilicinkan dengan minyak.

Gambar 1 : Licinkan kedua telapak tangan dengan minyak


Putting susu dan sekitarnya (areola) dikompres dengan kapas/lap yang lebih dahulu
dibasahi dengan minyak, maksudnya agar kotoran / kerak didaerah tersebut menjadi
lunak dan mudah dibersihkan.

Gambar 2 : Kompres puting susu dengan kapas / lap berminyak


Setelah bersih pengurutan mulai dilaksanakan dengan cara pegang kedua puting susu
lalu tarik keluar dan putar ke arah dalam 20 kali, ke luar 20 kali.

Gambar 3 : Kedua putting susu dipegang lalu ditarik bersama-sama dan diputar ke
dalam kemudian ke luar 20 kali.
Pangkal payudara dipegang kedua tangan dan diurut dari pangkal menuju putting
susu, sebanyak 30 kali.

Gambar 4 : Pangkal payudara dipegang kedua tangan lalu diurut ke arah putting susu.
Banyaknya 10 kali.
Pijat daerah areola sehingga keluar cairan 1-2 tetes untuk memastikan saluran tidak
tersumbat
Gambar 5 : Pijat daerah aerola mammae hingga keluar 1-2 tetes.
Bersihkan puting susu dan sekitarnya dengan handuk kering bersih.

Gambar 6 : Bersihkan puting susu dan sekitarnya dengan handuk bersih dan kering
dan kasar.

Jangan memakai BH yang menekan payudara.

Gambar 7 : Bentuk BH/kutang yang salah karena menekan payudara.


Pakailah BH yang menyanggah payudara.

Gambar 8 : BH/kutang yang baik dengan desain dan bentuk menopang/menyangga


payudara.

Anda mungkin juga menyukai