Anda di halaman 1dari 39

GANGGUAN MENTAL ORGANIK

Oleh :
Erin Imaniar
0918011002

Dokter Pembimbing :
dr. Tendry Septa, Sp.KJ (K)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG


KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA
RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI LAMPUNG
1 2014
I. PENDAHULUAN
 Gangguan otak organik didefinisikan sebagai gangguan
dimana terdapat suatu patologi yang dapat diidentifikasi.
 Gangguan fungsional adalah gangguan otak dimana tidak
ada dasar organik yang dapat diterima secara umum.
 Gangguan mental organik meliputi berbagai gangguan
jiwa yang dikelompokkan atas dasar penyebab yang lama
dan dapat dibuktikan dengan adanya penyakit, cedera atau
ruda paksa otak, yang berakibat disfungsi otak.
 DSM-IV mengklasifikasikan gangguan mental organik
kedalam tiga kategori utama, yaitu delirium, demensia,
dan gangguan amnestik.
2
 Delirium merupakan suatu sindrom yang mempunyai banyak
sebab, dengan pola gejala yang sama yang berhubungan dengan
tingkat kesadaran pasien dan gangguan kognitif. Prevalensi
delirium sekitar 10-15% pada pasien rawat bedah umum, 20-25%
pasien di bangsal medis umum, 30% pasien ICU, 40-50% pasien
ICCU.
 Demensia merupakan sindrom yang ditandai dengan gangguan
fungsi kognitif tanpa gangguan kesadaran dimana 50-60%
menderita demensia tipe Alzheimer. Tipe demensia yang paling
sering kedua adalah demensia vaskular yaitu berkisar 15-30% dari
seluruh kasus demensia.
 Gangguan amnestik ditandai dengan gejala tunggal suatu gangguan
daya ingat yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi
sosial atau pekerjaan. Gangguan amnestik paling sering terjadi
pada cedera kepala dan pengguna alkohol.1,3
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
• Gangguan mental organik merupakan gangguan mental yang berkaitan
dengan penyakit atau gangguan sistemik atau otak yang dapat didiagnosis
tersendiri
Klasifikasi
• DSM-IV mengklasifikasikan gangguan mental organik kedalam tiga
kategori utama, yaitu delirium, demensia, dan gangguan amnestik.
Gangguan tersebut dapat disebabkan oleh kondisi medik umum,
penggunaan zat, dan penyebab tidak ditentukan
• Dalam ICD-10, Gangguan mental organik digolongkan berdasarkan
etiologi yang tampak sama yang muncul dalam bentuk gangguan serebral,
cedera otak, atau benturan lain yang menyebabkan disfungsi serebral.
4
Gambaran utama dari
gangguan mental
organik:

Gangguan fungsi kognitif, misalnya daya ingat (memory),


daya pikir (intellect), daya belajar (learning).

Gangguan sensorium, misalnya gangguan kesadaran


(consciousness) dan perhatian (attention).

Sindrom dengan manifestasi yang menonjol dalam bidang


persepsi, isi pikiran, suasana perasaan dan emosi.2
5
KLASIFIKASI GMO
F00 Demensia pada penyakit alzheimer F02.4 Demensia pada penyakit human immunodeciency virus
F00.0Demensia pada penyakit Alzheimer dengan onset dini. (HIV)

F00.1Demensia pada penvakit Alzheimer dengan onset lambat. F02.8 Demensia pada penyakit lain yang ditentukan (YDT)
dan YDK
F00.2Demensia pada penyakit Alzheimer, tipe tak khas atau tipe
campuran F03 Demensia YTT

F00.9 Demensia pada penyakit Alzheimer Yang tidak Karakter kelima dapat digunakan untuk menentukan demensia
tergolongkan (YTT) pada F00-F03 sebagai berikut :

F01 Demensia Vaskular .x0 Tanpa gejala tambahan

F01.0 Demensia Vaskular onset akut. .x1 Gejala lain, terutama waham.

F01.1 Demensia multi-infark .x2 Gejala lain, terutama halusinasi

F01.2 Demensia Vaskular subkortikal. .x3 Gejala lain, terutama depresi

F01.3 Demensia Vaskular campuran kortikal dan subkortikal .x4 Gejala campuran lain

F01.8 Demensia Vaskular lainnya F04 Sindrom amnestik organik bukan akibat alkohol dan zat
psikoaktif lainnya
F01.9 Demensia Vaskular YTT
F05 Delirium bukan akibat alkohol dan psikoaktif lainnya
F02 Demensia pada penyakit lain yang diklasifikasikan di tempat lain
(YDK) F05.0Delirium, tak bertumpang tindih dengan
demensia
F02.0 Demensia pada penyakit Pick.
F05.1Delirium, bertumpang tindih dengan demensia
F02.1 Demensia pada penyakit Creutzfeldt – Jakob
F05.8 Delirium lainya
F02.2 Demensia pada penyakit huntington.
6 F05.9 Delirium YTT
F02.3 Demensia pada penyakit Parkinson.
F06 Gangguan mental lainnya akibat kerusakan dan F07.0 Gangguan keperibadian organik
disfungsi otak dan penyakit fisik. F07.1 Sindrom pasca-ensefalitis
F06.0 Halusinosis organik F07.2 Sindrom pasca-kontusio
F06.1 Gangguan katatonik organik F07.8 Gangguan kepribadian dan perilaku
F06.2 Gangguan waham organik (lir-skizofrenia) organik akibat penyakit, kerusakan dan disfungsi otak
F06.3 Gangguan suasana perasaan (mood, afektif) lainnya.
organik F07.9 Gangguan kepribadian dan perilaku
.30 Gangguan manik organik organik YTT akibat penyakit, kerusakan dan disfungsi
otak lainnya
.31 Gangguan bipolar organik
.32 Gangguan depresif organik
F09 Gangguan mental organik atau simtomatik
.33 Gangguan afektif organik campuran YTT
F06.4 Gangguan anxeitas organik
F06.5 Gangguan disosiatif organik
F06.6 Gangguan astenik organik
F06.7 Gangguan kognitif ringan
F06.8 Gangguan mental lain YDK akibat kerusakan
dan disfungsi otak dan penyakit fisik
F06.9 Gangguan mentalYTT akibat kerusakan dan
disfungsi otak dan penyakit fisik
F07 Gangguan keperibadian dan prilaku akibat penyakit,
7 kerusakan dan disfungsi otak
1. Demensia

• suatu gangguan mental organik yang biasanya


diakibatkan oleh proses degeneratif yang progresif dan
irreversible yang mengenai arus pikir.
Definisi • Demensia merupakan sindroma yang ditandai oleh
berbagai gangguan fungsi kognitif tanpa gangguan
kesadaran

• Dari semua pasien demensia, 50-60% menderita


demensia tipe Alzheimer
• Tipe demensia yang paling sering kedua adalah
demensia vaskular, berkisar antara 15 – 30% dari
semua kasus demensia sering pada usia 60-70 tahun
Epidemiologi terutama pada laki-laki
• Kira-kira 10-15% pasien menderita demensia vaskular
dan demensia tipe Alzheimer yang terjadi bersama-
8 sama.
• Penyakit demensia lainnya 1-5% kasus
Etiologi
1. Demensia dapat disebabkan oleh penyakit
alzheimer 60%
2. Gangguan neurologis (seperti chorea huntington,
parkinsonism, multiple sklerosis)
3. Gangguan toksik metabolik (anemia pernisiosa,
defisiensi asam folat, hipotiroidime, intoksikasi
bromida)
4. Trauma (cedera kepala)
5. Obat toksin (termasuk demensia alkoholik
9
kronis)
Gambaran Klinis
1. Gangguan daya ingat  Ciri yang awal dan menonjol pada demensia
2. Orientasi
3. Gangguan bahasa  Cara berkata yang samar-samar, stereotipik
tidak tepat, atau berputar-putar.
4. Perubahan kepribadian  Mudah marah dan meledak–ledak
5. Psikosis  20 -30% pasien demensia tipe Alzheimer, memiliki
halusinasi, dan 30 – 40% memiliki waham
6. Gangguan lain
• Psikiatrik  Emosi yang ekstrim tanpa provokasi yang terlihat.
• Neurologis  Afasia, apraksia dan afmosia pada pasien
demensia adalah sering. Tanda neurologis lain adalah kejang .
• Reaksi yang katastropik
• Sindroma Sundowner  Ditandai oleh mengantuk, konfusi,
10
ataksia, dan terjatuh secara tidak disengaja.
Jenis-jenis Demensia
 Alzheimer
Penyakit Alzheimer merupakan penyebab demensia yang paling sering pada orang yang
berusia diatas 65 tahun. Perubahan patologis yang sama terjadi baik pada senilis (awitan
di atas usia 65 tahun) maupun pada bentuk yang prenilis (awitan di bawah 65 tahun).
Penyakit Alzheimer lebih sering terjadi pada perempuan dan pada mereka yang
mempunyai riwayat keluarga menderita penyakit Alzheimer, sindrom down, dan
limfoma.1
 Vascular Dementia (termasuk demensia multi-infark)
Demensia vaskuler juga merupakan demensia yang terjadi akibat penyakit ateroskleros
pada pembuluh darah sehingga resiko demensia sama dengan penyakit aterosklerose
lainnya, seperti hipertensi, diabetes melitus dan hiperlipidemia.
Demensia multi-infark /demensia arteriosklerotik merupakan gangguan iskemik yang
disebabkan oleh infark serebri multipel. Pada sebagian besar kasus yang disertai adanya
hendaya kognitif, volume infark lebih besar dari 50 ml. Volume infark lebih dari 100 ml
lebih cenderung diakibatkan demensia. Demensia multi-infark lebih sering pada laki-
laki dan biasanya terdapat riwayat serta gambaran klinis berupa hipertensi.
11
 Dementia Due to Other General Medical Condition
DSM IV menyatakan 6 penyebab spesifik dari demensia yang dapat
dikodekan seperti: HIV disease, head trauma, Parkinson's disease,
Huntington's disease, Pick's disease, and Creutzfeldt-Jakob disease.kategori
ketujuh memberikan klinikus untuk menspesifikan kondisi medis yang
diasosiasikan dengan demensia.
 Substance-Induced Persisting Dementia
Untuk memfasilitasi pemikiran klinikus tentang perbedaan diagnosa,
substance induced ini terdapat pada dua daftar di DSM yaitu yang diikuti
dengan demensia dan yang terkait dengan kelainan zat. Zat spesifik yang
dituliskan dalam DSM IV TR adalah alkohol, sedatives, hypnotics, anxyolitics.
 Alcohol-Induced Persisting Dementia
Untuk mendiagnosis jenis ini kriteria diagnosa demensia harus terpenuhi,
karena amnesia dapat muncul pada psikosis, dan korsakoff sindrom. Kita
harus dapat membedakan kerusakan fungsi memori yang terjadi disertai
dengan defisit fungsi kognitif dengan amnesia yang disebabkan oleh
kekurangan thiamine Dalam sindrom wernicke korsakoff terdapat juga
kerusakan pada fungsi kognitif, namun hal ini disertai dengan perubahan
mood, konsentrasi yang kurang dan gejala lain dalam konteks depresi juga
harus dibedakan.
12
Diagnosis
Demensia pada penyakit
Demensia Alzheimer Demensia vaskuler
• Adanya penurunan • Terdapatnya gejala demensia • Terdapat gejala demensia
kemampuan daya ingat dan • Onset bertahap dengan • Hendya fungsi kognitif
daya pikir, yang sampai deteriorasi lambat biasanya tidak merata. Daya
mengganggu kegiatan harian • Tidak adanya bukti klinis, atau insight dan daya nilai secara
seseorang temuan dari pemeriksaan relatif baik
• Tidak ada gangguan kesadaran khusus yang menyatakan • Suatu onset yang mendadak
• Gejala dan disabilitas sudah bahwa kondisi mental itu dapat atau progress disertai adanya
nyata untuk paling sedikit 6 disebabkan oleh penyakit otak gejala neurologis fokal,
bulan atau sistemik lain yang dapat meningkatkan kemungkinan
menimbulkan demensia diagnosis demensia vaskular
• Tidak adanya serangan
apoplektik mendadak atau
gejala neurologik kerusakan
otak fokal seperti hemiparesis,
hilangnya daya sensorik, defek
lapangan pandang mata, dan
inkoordinasi yang terjadi
dalam masa dini hari dari
gangguan itu
13
Pemeriksaan penunjang
 Tujuannya adalah untuk mendeteksi penyebab
reversible dari demensia dan untuk memberikan
pasien dan keluarga suatu diagnosis definitif,
pemeriksaan tersebut diantaranya:
 Pemeriksaan fisik termasuk pemeriksaan
neorologis lengkap (CT scan, EEG,MRI)
 Tanda vital
 Mini – mental state examination ( MMSE )
 Pemeriksaan medikasi dan kadar obat
 Skrining darah dan urin untuk alkohol
14
Diagnosis banding
1. Delirium
2. Depression
3. Factitious Disorder
4. Schizophrenia
5. Normal Aging
6. Alzheimer dan Vascular Dementia
7. Transient Ischemic Attacks

15
Pengobatan

Pendekatan pengobatan umum adalah untuk memberikan perawatan medis


suportif, bantuan emosional untuk pasien dan keluarganya, dan pengobatan
farmakologis untuk gejala spesifik (perilaku yang mengganggu).

Pengobatan farmakologis :
Thioridazine (Mellaril), yang mempunyai aktivitas antikolinergik yang
tinggi, jika diberikan dalam dosis kecil merupakan obat yang efektif dalam
mengontrol perilaku pasien demensia.
Benzodiazepim kerja singkat dalam dosis kecil adalah medikasi anxiolitik
dan sedatif yang lebih disukai untuk pasien demensia.
TetrahidroaminoKridin (Tacrine) sebagai suatu pengobatan untuk penyakit
Alzheimer, obat ini merupakan inhibitor aktivitas antikolinesterase dengan
lama kerja yang agak panjang
16
Prognosis
• Perjalanan klasik dan demensia adalah onset pada
pasien usia 50–60 tahun dengan pemburukan
bertahap selama 5–10 tahun, yang akhirnya
menyebabkan kematian.
• Usia saat onset dan kecepatan pemburukannya
adalah bervariasi diantara tipe demensia yang
berbeda dan dalam kategori diagnostik individual.

17
2. Delirium
 Definisi
 Suatu sindrom dengan gejala pokok adanya gangguan
kesadaran, biasanya terlihat bersamaan dengan gangguan
fungsi kognitif secara global
 Sindrom yang memiliki banyak penyebab dan berhubungan
dengan derajat kesadaran serta gangguan kognitif
 Tanda yang khas adalah penurunan kesadaran dan gangguan
kognitif. Adanya gangguan mood (suasana hati), persepsi dan
perilaku merupakan gejala dari defisit kejiwaan. Tremor,
nistagmus, inkoordinasi dan inkontinensia urin merupakan
gejala defisit neurologis.
18
Epidemiologi
 Delirium adalah gangguan yang umum. Usia lanjut
adalah faktor resiko untuk perkembangan delirium.
Kira-kira 30-40% pasien rawat di rumah sakit yang
berusia lebih dari 65 tahun mempunyai episode suatu
delirium.
 Prevalensi delirium sekitar 10-15% pada pasien rawat
bedah umum, 20-25% pasien di bangsal medis
umum, 30% pasien ICU, 40-50% pasien ICCU

19
Etiologi
 Penyebab intrakranial (Epilepsi atau keadaan pasca kejang, Trauma otak, Infeksi,
neoplasma, gangguan vaskular)
 Penyebab ekstrakranial
 Obat-obatan
 RacunKarbon monoksida, Logam berat dan racun industri lain.
 Disfungsi endokrin (hipofungsi atau hiperfungsi) Hipofisis, Pankreas, Adrenal,
Paratiroid, tiroid.
 Penyakit organ nonendokrin. Hati (ensefalopati hepatik), Ginjal dan saluran kemih
(ensefalopati uremik), Paru-paru (narkosis karbon dioksida, hipoksia), Sistem
kardiovaskular (gagal jantung, aritmia, hipotensi).
 Penyakit defisiensi (defisiensi tiamin, asam nikotinik, B12 atau asain folat).
 Infeksi sistemik dengan demam dan sepsis.
 Ketidakseimbangan elektrolit dengan penyebab apapun
 Keadaan pasca operatif
 Trauma (kepala atau seluruh tubuh)

20
 Karbohidrat: hipoglikemi.
Diagnosis Kriteria diagnostik Delirium karena
kondisi medis umum:
• Gangguan kesadaran (yaitu, penurunan kejernihan
kesadaran terhadap lingkungan)dengan penurunan
kemampuan untuk memuaskan, mempertahankan, atau
mengalihkan perhatian.
• Awitan tiba-tiba (biasanya beberapa jam sampai hari dan
cenderung berfluktuasi sepanjang hari.
• Perubahan kognisi (seperti defisit daya ingat disorientasi,
gangguan bahasa) atau perkembangan gangguan persepsi.
• Terdapat bukti-bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan
fisik, atau temuan laboratorium bahwa gangguan adalah
disebabkan oleh akibat fisiologis langsung dan kondisi
21
medis umum
Gambaran Klinis
1. Kesadaran  Gejala pola hiperaktif dan hipoaktif
2. Orientasi  Orang, tempat, waktu
3. Bahasa dan Kognisi  Kelainan dapat berupa bicara yang
melantur, tidak relevan, atau membingungkan (inkoheren) dan
gangguan kemampuan untuk mengerti pembicaraan.
4. Persepsi  Halusinasi relatif sering pada pasien delirium
5. Suasana Perasaan  Kemarahan, kegusaran, dan rasa takut
yang tidak beralasan.
6. Gejala Penyerta:
 Gangguan tidur-bangun  Seringkali keseluruhan siklus
tidur-bangun pasien dengan delirium semata-mata terbalik
 Gejala neurologis  Disfagia, tremor, asteriksis, inkoordinasi,
dan inkontinensia urin.
22
Diagnosis Banding

Skizofrenia dan skizofreniform

Gangguan afektif

Demensia

Gangguan buatan
23
Pengobatan
 Tujuan utama adalah mengobati gangguan dasar yang menyebabkan
delirium. Tujuan pengobatan yang penting lainnya adalah
memberikan bantuan fisik, sensorik, dan lingkungan.
 Dua gejala utama dari delirium yang mungkin memerlukan
pengobatan farmakologis adalah psikosis dan insomnia.
 Obat yang terpilih untuk psikosis adalah haloperidol (Haldol),
dosis awal antara 2 – 10 mg IM, diulang dalam satu jam jika pasien
tetap teragitasi, segera setelah pasien tenang, medikasi secara oral .
Dosis harian efektif total haloperidol 5–50 mg untuk sebagian
besar pasien delirium.
 Insomnia diobati dengan golongan benzodiazepin dengan waktu
paruh pendek, contohnva. hidroksizine (vistaril) dosis 25–100 mg.
24
Prognosis
 Onset delirium biasanya mendadak, gejala prodromal (kegelisahan
dan ketakutan) dapat terjadi pada hari sebelum onset gejala yang
jelas.
 Gejala delirium biasanya berlangsung selama faktor penyebab yang
relevan ditemukan, walaupun delirium biasanya berlangsung
kurang dari satu minggu setelah menghilangnya faktor penyebab,
gejala delirium menghilang dalam periode 3 – 7 hari, walaupun
beberapa gejala mungkin memerlukan waktu 2 minggu untuk
menghilang secara lengkap.
 Semakin lanjut usia pasien dan semakin lama pasien mengalami
delirium, semakin lama waktu yang diperlukan bagi delirium
untuk menghilang.
25
3. Gangguan amnestik
• Gangguan amnestik ditandai terutama oleh gejala tunggal suatu
gangguan daya ingat yang menyebabkan gangguan bermakna dalam
fungsi sosial atau pekerjaan.
• Diagnosis gangguan amnestik tidak dapat dibuat jika mempunyai tanda
lain dari gangguan kognitif, seperti yang terlihat pada demensia, atau
definisi jika mempunyai gangguan perhatian (attention) atau kesadaran, seperti
yang terlihat pada delirium

• Tidak ada data pasti mengenai amnestik ini.


• Beberapa penelitian melaporkan insiden atau prevalensi gangguan
ingatan pada gangguan spesifik (sebagai contohnya sklerosis
multipel).
epidemiologi • Amnesia paling sering ditemukan pada gangguan penggunaan
alkohol dan cedera kepala

26
Etiologi
 Gangguan amnestik memiliki banyak penyebab, diantaranya:
 Kondisi medis sistemik
 Defisiensi tiamin (Sindroma Korsakoff) dan hipoglikemia
 Kondisi otak primer
 Kejang, trauma kepala (tertutup dan tembus), tumor
serebrovaskular ( terutama thalamik dan lobus temporalis ),
prosedur bedah pada otak, ensefalitis karena herpes simpleks,
hipoksia (terutama usaha pencekikan yang tidak mematikan dan
keracunan karbonmonoksida), Amnesia global transien, terapi
elektrokonvulsif, sklerosis multiple
 Penyebab berhubungan dengan zat
 Gangguan pengguanan alkohol, neurotoksin, benzodiazepin (dan
sedatif- hipnotik lain).
27
Diagnosis
Perkembangan gangguan daya ingat seperti yang dimanifestasikan oleh
gangguan kemampuan untuk mempelajari informasi baru atau ketidak
mampuan untuk mengingat informasi yang telah dipelajari sebelumnya.

Ganguan daya ingat menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial


atau pekerjaan dan merupakan penurunan bermakna dan tingkat fungsi
sebelumnya.

Gangguan daya ingat tidak terjadi semata-mata selama perjalanan suatu


delirium atau suatu demensia.

Terdapat bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan


laboratorium bahwa gangguan adalah akibat fisiologis langsung dari
kondisi
28 medis umum (termasuk trauma fisik)
Gambaran klinis
Pusat gejala dan gangguan amnestik adalah perkembangan gangguan daya
ingat yang ditandai oleh :
1. Gangguan pada kemampuan untuk mempelajari informasi baru
(amnesia anterograd)
2. Ketidakmampuan untuk mengingat pengetahuan yang sebelumnya
diingat (amnesia retrograd)

Periode waktu dimana pasien terjadi amnesia kemungkinan dimulai


langsung pada saat trauma atau beberapa saat sebelum trauma.

Daya ingat jangka pendek (short-term memory) dan daya ingat


baru saja (recent memory) biasanya terganggu.
29
Diagnosis banding

Demensia dan Delirium

Penuaan normal

Gangguan disosiatif

Gangguan buatan
30
Pengobatan
 Pendekatan utama adalah mengobati penyebab dasar dari gangguan
amnestik. Setelah resolusi episode amnestik, suatu jenis psikoterapi
(kognitif, psikodinamika, atau suportif) dapat membantu pasien
menerima pangalaman amnestik kedalam kehidupannya.
 Faktor psikodinamika, intervensi psikodinamika mungkin mempunyai
nilai yang baik bagi pasien yang menderita gangguan amnestik yang
disebabkan oleh kerusakan dari otak.
 Fase pemulihan pertama dimana pasien tidak mampu memproses apa
yang terjadi karena pertahanan ego yang sangat besar, membuat klinisi
melayani ego penolong yang membantu menjelaskan kepada pasien
tentang apa yang terjadi dan memberikan fungsi ego yang hilang.
 Fase pemulihan kedua, saat realisasi tentang kejadian cedera timbul,
pasien mungkin menjadi marah.
 Fase pemulihan ketiga adalah fase integrative. Kesedihan terhadap
kecakapan yang hilang merupakan ciri penting fase ini.1
31
Prognosis

Onset mungkin tiba-tiba atau


bertahap; gejala dapat sementara
atau menetap dan hasil akhir dapat
terentang dari tanpa perbaikan
sampai pemulihan lengkap

32
Gangguan Mental Organik lainnya
 SindromaWaham Organik
Gangguan Waham Organik (Lir-Skizofrenia) memiliki kriteria
umum untuk menduga suatu penyebab organik seperti
dicantumkan sebelumnya. Penderita memiliki waham yang
menetap / berulang (waham kejar, tubuh yang berubah, cemburu
dll.).
Sidroma waham organik ini dipengaruhi oleh pemakaian zat,
seperti : amfetamin, kanabis, halusinogen. Pemakaian zat ini akan
dapat merusak bagian otak lobus temporalis, sehingga penderita
mengalami epilepsi dan Chorea Huntington.

33
 Halusinosis Organik
Halusinosis organik adalah suatu gangguan halusinasi yang
menetap atau berulang, biasanya visual atau auditorik yang
terjadi pada keadaan kesadaran penuh. Kasus ini banyak
ditemukan di kalangan para pecandu alkohol.
 Kriteria diagnostik :
 Dijumpai kriteria umum untuk golongan ini
 Ada halusinasi yang menetap atau berulang
 Tidak ada kesadaran berkabut
 Tidak ada penurunan fungsi intelektual yg nyata
 Tidak ada gangguan mood yang menonjol
 Tidak ada waham yg nyata dan dominan
34
 Sindroma Afektif Organik
Sindrom afektif organik adalah gangguan berupa keadaan
mania atau depresi sehubungan dengan gangguan pada otak.
Penyebabnya bisa cedera otak, tumor otak, tumor pada
kelenjar hormon. Hal ini menyebabkan gangguan pada toksik
atau metabolik.

35
 GMO pada epilepsi
Gangguan psikiatrik pada epilepsi yang terjadi adalah:
 Gejala praiktal
sensasi otonomik (rasa penuh di perut, kemerahan, dan perubahan
pada pernafasan), sensasi kognitif (deja vu, jamais vu, pikiran
dipaksakan, dan keadaan seperti mimpi). keadaan afektif (sebagai
contohnya, rasa takut, panik, depresi, dan elasi) dan secara klasik,
automatisme (sebagai contohnya, mengecapkan bibir, menggosok, dan
mengayah)
 Gejala Iktal
Perilaku yang tidak terinhibisi, terdisorganisasi, dan singkat menandai
serangan iktal.
 Gejala Interiktal
Gangguan kepribadian, dan biasanya kemungkinan terjadi pada pasien
dengan epilepsi dengan asal lobus temporalis.
Ciri yang paling sering adalah perubahan perilaku seksual, suatu
kualitas yang biasanya disebut viskositas kepribadian, religiositas, dan
pengalaman emosi yang melambung.
36
 Gejala psikotik
Keadaan psikotik interiktal adalah lebih sering dari psikosis iktal.
Onset gelala psikotik pada epilepsi adalah bervariasi. Biasanya, gejala
psikotik tampak pada pasien yang telah menderita epilepsi untuk
jangka waktu yang lama, dan onset gejala psikotik di dahului oleh
perkembangan perubahan kepribadian yang berhubungan dengan
aktivitas otak epileptik gejala psikosis yang paling karakteristik
adalah halusinasi dan waham paranoid.
 Gejala gangguan perasaan
Gejala gangguan perasaan, seperti depresi dan mania, terlihat lebih
jarang pada epilepsi dibandingkan gejala mirip skizofrenia. Gejala
gangguan mood yang terjadi cenderung bersifat episodik dan terjadi
paling sering jika fokus epileptik mengenai lobus temporalis dan
hemisfer serebral non dominan.
37
III KESIMPULAN
 Gangguan mental organik sering disebut sebagai gangguan kognitif
seperti daya ingat, bahasa, dan perhatian dimana termasuk didalamnya
adalah demensia, delirium, dan gangguan amnestik serta gangguan
kognitif lainnya dan gangguan mental karena kondisi medis umum.
 Diperlukan pemeriksaan yang cermat untuk menentukan diagnosis
pasien dengan gangguan mental organik ini, sebab underlaying disease
yang dibahas memiliki fokus-fokus tertentu di otak yang mengakibatkan
timbulnya gejala neuropsikiatri.
 Terapi yang diperlukan adalah mengatasi penyakit yang mendasarinya,
termasuk evaluasi apabila pasien telah diketahui mengalami riwayat
gangguan kejiwaan atau gangguan kepribadian sebelumnya, sehingga
diharapkan dapat memberikan perbaikan klinis dan peningkatan kualitas
hidup pasien.
 Prognosis pasien tergantung dari masing-masing penyebab yang
mendasari, onset terjadinya gangguan tersebut, dan jenis gangguan yang
dialami pasien.
38
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Kaplan dan Sadock Sinopsis Psikiatri Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis edisi 7 jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara.1997.
2. Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III:
PedomanDiagnostik: F 00-19: Gangguan Mental Organik dan Gangguan Mental dan
Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoakti. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran jiwa FK
Unika Atmajaya. 2007.
3. Elvira, Silvia D. Buku Ajar Psikiatri Edisi 2. Jakarta. FKUI. 2013
4. Maramis. W.F. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Cetakan keVI. Airlangga University
Press, Surabaya 1992.
5. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga, jilid 1. Penerbit Media Aesculapsius
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta 2001
6. GMO dari departemen Psikiatri FK Universitas Sumatera Utara oleh Syallmsir
BS., Psikiater diunduh dari
http://www.scribd.com/doc/130180396/GANGGUAN-MENTAL-ORGANIK
7. Puri BK, Laking PJ, Treasaden IH. Buku Ajar Psikiatri Edisi 2. Jakarta : EGC.
39
2011

Anda mungkin juga menyukai