Anda di halaman 1dari 41

Tumor Testis

Penyusun:
Desty Ariani
Widya Handayani

Pembimbing:
dr. Saut Hutagalung, Sp.U
KASUS
IDENTITAS PASIEN
 Nama : Tn. R
 Umur : 18 tahun
 Pekerjaan : Petani
 Alamat : Tulang Bawang
 Jenis kelamin : laki-laki
 Bangsa : Jawa
 Agama : Islam
Anamnesis
 Keluhan utama : Benjolan di buah zakar kiri
 Keluhan tambahan : Nyeri pada benjolan
Pemeriksaan Fisik
• Keadaan umum : baik
Status present • Kesadaran : kompos mentis

• TD: 100/70 mmhg RR : 26 x/m


Tanda vital • Nadi: 88 /m Suhu : 38,50C

Status • dalam batas normal


generalisata
• Skrotum kiri terdapat bekas luka operasi, nyeri
Status lokalis: tekan (-)
Riwayat perjalanan penyakit:

Benjolan di buah zakar kiri sejak ± 6 bulan yang lalu. Benjolan awalnya
berukuran sebesar kelereng, tidak nyeri dan dapat digerakkan. Benjolan
ini tumbuh makin lama makin membesar. Setelah 6 bulan, benjolan
sudah sebesar bola tenis dan terasa nyeri. Tidak ada benjolan yang timbul
di tempat lain. Selain itu, pasien juga mengeluhkan adanya nyeri pada
bagian pinggang kiri dan menjalar ke selangkangan kiri. Nyeri dirasakan
terus menerus dan agak berkurang dengan obat pereda rasa sakit. Mual
(-), muntah (-), penurunan nafsu makan (-), demam (-), penurunan
berat badan (-), lemas (-). Riwayat BAB dan BAK normal.
Post oprasi 1 minggu yang lalu.
Riwayat keluarga : riwayat kanker di keluarga (-).
Riwayat masa lampau :hipertensi (-), DM (-), R/trauma (-)
Pemeriksaan Penunjang
 USG Testis
 Hasil: Testis kanan tidak terdeteksi, tampak masa besar di
skrotum kiri disertai gambaran multiple kista bersepta
 Kesan: Ca testis sinistra disertai central nekrotik

 USG Abdomen
 Kesan: Pelebaran ringan pelvis ginjal kiri dan pembesaran KGB
para aorta
CT Toraks

Kesan:
Tidak ada tanda-tanda metastasis
CT Abdomen

Kesan: Metastasis ke KGB paraaorta, kemungkinan disertai


penekanan ureter kiri
Histopatologi Anatomi
 Kesan:Yolk Sac Tumor

Laboratorium
 Kadar LDH : 839 U/L (Normal: 208-378 U/L)
 Kadar AFP : 6578,8 ng/mL (Normal: ≤ 15 ng/mL)
 Kadar β-hCG: < 1,20 mIU/mL (Normal: < 5 mIU/mL)
Diagnosa kerja

Post orcidektomi e.c tumor testis stadium III e.c yolk sac tumor

Rencana pengobatan

Medikamentosa : Kemoterapi BEP (Bleomisin, Etoposid, Cisplastin)

Prognosis

Dubia ad Malam
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Testis
Tumor testis

Seminoma

90% : tumor sel germinal

Nonseminoma
10% : tumor sel interstitial
(sel Leydig, Sertoli), lesi
ganas lainnya (limfoma,
lesi metastasis), lesi jinak
Seminoma Non-seminoma
Klasik (85%) Embrional

Anaplastik (10%) Yolk sac

Spermatositik (5%) Koriokarsinoma

teratoma
Epidemiologi
 Usia
 Seminoma usia 30-40 tahun
 Nonseminoma usia 25-35 tahun
 Tumor yolk sac usia bayi dan anak < 10 tahun
 Limfoma testis usia > 50 tahun
Faktor Risiko
 Kriptokismus/Undesensus testis
 Riwayat keganasan testis dalam keluarga
 Riwayat keganasan testis sebelumnya
 Pria infertil
 Memiliki lesi Intratubular germ cell neoplasia (ITGCN)
Diagnosis
 Anamnesis
 Pembesaran testis yang tidak nyeri
 Nyeri testis (jarang)
 Ketidaknyamanan/ rasa berat pada testis
 R/trauma testis, kriptokismus
 Metastasis retroperitoneal: massa dan nyeri abdomen, flank pain,
back pain, edema tungkai
 Metastasis pulmoner: dispneu, nyeri dada, batuk, hemoptisis
Gambaran Ca testis.
(Sumber : Sabiston Textbook of Surgery 19th Edition [kanan], Schwartz’s Principles of Surgery
10th Edition [kiri])
Seminoma
(Sumber: Campbell-Walsh Urology 10th Edition)
 Pemeriksaan Fisik
 Massa testikuler/ekstratestikuler
 Massa abdominal
 Limfadenopati inguinal
Metastasis
Mengikuti jalur limfatik retroperitoneal

20% seminoma, 30-60% nonseminoma

Organ yang sering terkena:


• Paru-paru
• Hepar
• Otak
• Tulang
• Ginjal
• Kelenjar adrenal
STADIUM TUMOR

Menurut Boden dan Gibb


• Stadium A atau I
Tumor testis terbaas pada testis, tidak ada bukti penyebaran baik secara
klinis maupun radiologis.
• Stadium B atau II
Tumor telah mengadakan penyebaran ke kelenjar regional (para aorta)
atau nodus limfatikus iliaka.
Stadium II A untuk pembesaran limfonodi para aorta yang belum teraba,
stadium II B untuk pembesaran limfonodi yang telah teraba (>10 cm).
• Stadium C atau III
Tumor telah menyebar keluar dari kelenjar retroperitoneum atau telah
mengadakan metastasis supradiafragma.
Pemeriksaan Penunjang
 Serum tumor markers (β-human chorionic gonadotropin
[hCG], alpha-fetoprotein [AFP], lactate dehydrogenase
[LDH])
 Ultrasonografi Skrotal
 CT scan (toraks, abdomen dan pelvis)
 Imaging tulang dan otak
AFP

• Kadar AFP meningkat 50-70% (nonseminoma


stage I, IIA, IIB) dan 60-80% (nonseminoma stage
IIC, III)
• EC and tumor yolk sac memproduksi AFP
• Choriocarcinomas and seminomas tidak
memproduksi AFP
• Pasien dengan pure seminoma dengan peningkatan
serum AFP cenderung memiliki tumor
nonseminoma
• Kadar meningkat 20-40% (nonseminoma stage I,
IIA, IIB) dan 40-60% (nonseminoma stage IIC, III)

hCG • 15% seminoma menghasilkan hCG


• hCG juga dihasilkan oleh koriokarsinoma dan EC
• Kadar >5000 IU/L dihubungkan dengan
nonseminoma

LDH • Kadar meningkat 20% (seminoma stage I, IIA, IIB)


dan 20-60% (seminoma stage IIC, III)
 Biopsi testis terbuka (melalui operasi)
 Biopsi perkutan pada massa testis tidak dilakukan karena:
 Risiko penyebaran ke dinding skrotum
 Perubahan drainase limfatik retroperitoneal alami pada testis
 Kecenderungan massa tersebut menjadi ganas
Tatalaksana
 radical inguinal orchiectomy, yang diikuti dengan:
 Observasi
 Tindakan retroperitoneal lymph node dissection(RPLND)
 Limfadenektomi retroperitoneal
 Kemoterapi sistemik
• stage I, Observasi, Radiasi hingga
nodus limfe regional/kemoterapi
profilaksis
• stage II, terapi radiasi abdominal
Seminoma • stage IIC/III, platinum based
chemotherapy
• Seminoma sensitif terhadap
radioterapi namun tingkat rekurensi
15% setelah 25 tahun pengobatan

• stage I, RPLND, observasi, kemoterapi


Non • stage IIA/B, RPLND
• stage IIC/III, kemoterapi
seminoma
DD
 Epidimio-orkitis (dievaluasi 2-4 minggu setelah pemberian
antibiotik)
 Tumor epididimis
 Torsio testis
 Hematoma
 Hernia, varikokel, hidrokel
(Sumber: Smith’s General Urology 17th Edition)
Regimen Kemoterapi
 Standar: BEP (Bleomisin, Etoposid, Cisplastin)
 Diulang setiap 21 hari
 Satu siklus terdiri dari cisplatin 20 mg/m2 IV (hari 1–5),
etoposide 100 mg/m2 IV (hari 1–5), dan bleomisin, 30 unit
IV (hari 2, 9, and 16)
 Bleomisin dapat digantikan ifosfamid: regimen VIP (VP-16,
ifosfamide, platinum)
 Diberikan 3 siklus BEP/4 siklus PE (tanpa metastase), 4
siklus BEP/VIP (dg metastase)
Prognosis
 Long-term survival
 98-99% pada seminoma/nonseminoma stage I
 40-80% pada seminoma/nonseminoma stage II/III
Referensi
 Campbell-Walsh Urology 10th Edition
 Sabiston Textbook of Surgery 19th Edition
 Schwartz’s Principles of Surgery 10th Edition
 Smith’s General Urology 17th

Anda mungkin juga menyukai