Anda di halaman 1dari 43

OLEH: FAUZIA LAILI

 KANKER SERVIKS
 KANKER VAGINA
 KANKER VULVA
 KANKER UTERUS
 KANKER OVARIUM
 PTG (PENYAKIT TROFOBLASTIK GESTASIONAL)
 INSIDENSI (Tahuan)
◦ Amerika (10.370) kasus baru dan 3710 kematian
◦ Inggris (2991) kasus baru dan 1123 kematian
◦ Merupakan penyebab kematian ketiga dinegara2
didunia
 USIA median (52 tahun)
 RISIKO
◦ Aktif secara seksual
◦ Status sosioekonomi rendah
◦ Usia dini pertama kali hubungan seksual
◦ Banyak pasangan
 HPV (Human Papillomavirus)
Serotipe 16, 18, 31, dan 45 (80% penyebab kanker
serviks invasif)
 Skrining Pap Smear (mencegah kematian
90%)
 Gejala dan Temuan Fisik
◦ Perdarahan pascacoitus
◦ Menoragia
◦ Nyeri pinggang atau kaki
◦ Lesi serviks terlihat eksofitik, berbentuk tong atau
bersifat ulseratif
 Karsinoma sel skuamos (75-80%)
Insidensinya menurun di negara2 yg melakukan
skrining pap smear secara luas
 Adenokarsinoma (20-25%)
Insidensinya meningkat, terutama di kalangan wanita
muda
 Penyebaran limfatik dan hematogen lebih
sering terjadi pada tumor yang lebih besar.
 Stadium kanker serviks ditentukan secara
klinis
◦ Stadium Ia paling umum didiagnosis melalui biopsi
konus
◦ Stadium Ib-1 didiagnosis dilihat keberadaan lesi
mikroskopis kecil
◦ Stadium Ib-2 sampai IV pemeriksaan dibawah
anastesi, rontgen dada, sistoskopi, proktoskopi,
pielogram intravena atau barium enema
 Terapi primer menurut stadium
◦ Stadium Ia-1  biopsi konus atau histerektomi
sederhana
◦ Stadium Ia-2/Ib-1  histerektomi radikal
◦ Stadium Ib-2/IIa  terapi kemoradiasi primer
(sisplatin dan radiasi sinar eksternal
/teleterapi)seminggu sekali yg diikuti dengan
implan radiasi lokal (brakiterapi), histerektomi
radikal juga dapat dilakukan.
 Stadium IIb/IIIa/IIIb/IVa  terapi kemoradiasi
primer
 Stadium Ivb  tujuan paliatif  kemoterapi
+/- radiasi terarah
 Terapi ajuvan  stadium awal risiko tinggi
(nodus limfe, invasi dalam)  kemoradiasi
pasca operasi
 Penyakit rekuren  terapi radiasi
 Terapi paliatif
◦ Kombinasi sisplatin dan topotekan merupakan
terapi paling efektif
◦ Radioterapi regional efektif mengurangi gejala nyeri
 Metastase nodus limfe merupakan variabel
patologis yg paling signifikan
 Ukuran tumor
 Kedalaman invasi
 Invasi rongga limfe vaskular
 Margin pembedahan +
 Jarang ditemukan
 Penentuan stadium serupa dengan kanker
serviks
 Patologi
◦ Karsinoma sel skuamosa (85 – 90%)
◦ Adenokarsinoma (5%)
 Pengobatan  terapi radiasi
 Epidemiologi dan Faktor Risiko
◦ Insidensi : 5% dari semua kanker ginekologi
◦ Usia median: 65 tahun
◦ faktor risiko:
 Higiene pribadi yg tidak adekuat disertai perawatan
medis yg juga tidak adekuat
 Skrining
 pemeriksaan vulva tahunan
 Gejala dan Tanda
◦ Pruritis vulva atau massa vulva ditemukan pada
>50% pasien
◦ Semua lesi yg mencurigakan harus di biopsi
walaupun asimtomatik
 Karsinoma sel skuamos (90%)
 Penyakit primer dapat terjadi di bagian
manapun dari vulva 70% lesi muncul di
labia (t/u labia mayora)
 Kanker vulva menyebar secara primer melalui
pembuluh limfatik ke nodus limfe inguinal
superfisial
 Bila nodus inguinalnya negatif perluasan
langsung ke vagina, uretra dan anus
 Ditentukan melalui pembedahan
 30-40% pasien ditemukan pada stadium III
atau IV
 Pembedahan
 Pada stadium lanjut (III dan IV)  kombinasi
pembedahan, kemoterapi dan radioterapi
 Morbiditas operasi:
◦ Insidensi kerusakan luka pembedahan tinggi
(>50%) setelah vulvektomi radikal akibat kesulitan
menjaga daerah pascaoperasi bersih dan kering
 Terapi ajuvan:
◦ Metastase pd nodus limfe inguinal merupakan
indikasi primer  radiasi sinar eksternal (teleterapi)
 Penyakit rekuren:
◦ Terjadi didekat lokasi lesi primer dan dapat
dilakukan pembedahan
 Faktor Prognostik
◦ Jumlah nodus limfe inguinal  variabel prognostik
paling penting
 Epidemiologi dan dan faktor risiko
◦ Insidensi (tahunan): Amerika (40.880 kasus baru
dan 7310 kematian), Inggris (5624 kasus baru dan
1073 kematian). Risiko seumur hidup 2%
◦ Usia median: 60 tahun
◦ Etiologi: pajanan estrogen yang tidak diimbangi
meningkatkan risiko kanker
◦ Faktor protektif: paritas tinggi, kehamilan,
kebiasaan merokok
◦ Faktor herediter: penderita kanker kolorektal non
poliposis herediter (KKNPH) memilki risiko 40-60%
terkena kanker eondometrium
 PENCEGAHAN
◦ Skrining  biopsi tidak direkom skrining rutin
◦ Pencegahan dengan bahan kimiawi (kemoprevensi)
 penggunaan kontrasepsi oral, pengobatan
hormonal pada hiperplasia endometrium
 Gejala dan Temuan Fisik
◦ Perdarahan abnormal uterus
◦ Perdarahan antar menstruasi yg berat atau
memanjang pada wanita premenopause
◦ Penegakan diagnosis: pemeriksaan panggul, pap
smear dan biopsi endometrium
 Adenokarsinoma (80%) paling sering
ditemukan dan paling mungkin disembuhkan
 Adenoskuamosa dan adenokarsinoma sel
jernih jarang terjadi
 Karsinoma serosa papilaris uterus seringkali
ditemukan bersamaan dengan penyakit intra-
abdominal
 Derajat histologis didasarkan pada arsitektur
tumor dan jumlah tumor yang tidak
membentuk kelanjar.
 Stadium kanker endometrium ditetapkan
melalui pembedahan
 Sebanyak 75% pasien ditemukan dengan
penyakit stadium I
 Pengobatan:
◦ Terapi primer : laparatomi eksplorasi, bilas
peritoneum, histerektomi abdominal total (HAT),
salpingo oorektomi bilateral (SOB), terapi radiasi
primer  rata-rata kesembuhan: 10-15%
 Terapi ajuvan: radiasi sinar eksternal
dan/atau brakiterapi vagina mengurangi
insidensi rekurensi panggul pada wanita
dengan tumor derajat 3+/- invasi dalam,
kemoterapi juga menguntungkan untuk
pasien tertentu
 Penyakit rekuren: radiasi atau ekesenterasi
panggul dapat menjadi pilihan kuratif untuk
kenker ini secara lokal, kemoterapi kombinasi
(paklitasel, doksorubisin, sisplatin “TAP”)
untuk peyakit yang lebih sistemik
 Terapi paliatif: terapi hormonal (progestin
dan tamoksifen) memiliki toksisitas minimal
dan rata-rata respon bisa diterima terutama
pada tumor derajat I
 Usia pasien
 Jenis histologis
 Derajat histologis
 Stadium pembedahan
 Sitologi peritoneum
 Ukuran tumor
 Invasi rongga limfe-vaskular
 Kedalaman invasi miometrium
 Insidensi: di AS (22.220) baru dan kematian
(16.210). Jumlah kematian lebih banyak di
negara industri barat.
 Usia median: 60 tahun
 Faktor risiko:
◦ Paritas rendah
◦ Riwayat kanker payudara atau ovarium (keluarga)
◦ Tinggal di negara industri Barat
◦ Faktor protektif  multiparitas, menyusui dan
anovulasi kronik
◦ Faktor herediter  5-10% kasus
 Skrining: sonografi transvaginal, pemeriksaan
panggul.
 Pencegahan kimiawi
Pemakaian kontrasepsi oral dapat menurunkan
insidensi hingga 50%
 Profilaksis dengan pembedahan
◦ Wanita berisiko tinggi (karier mutasi BRCA1) dapat
diberi pilihan SOB (usia 35 tahun atau tidak akan
hamil lagi)  menurunkan risiko kanker 90%
 Seringkali terdapat gejala seperti kembung,
peningkatan ukuran perut, dan gejala
berkemih.
 Cepat kenyang, perubahan pola BAB atau
salah pencernaan  penyakit tindak lanjut
 Temuan fisik
◦ Deteksi massa adneksa
◦ Massa panggul imobil berukuran besar
◦ Asites yg terasa tegang
 Langkah diagnostik: sonografi transvaginal
 Ditetapkan berdasarkan pembedahan
 75% pasien ditemukan pada stadium III-IV
 Pengobatan:
◦ Terapi primer  laparatomi eksplorasi, HAT, SOB,
◦ Terapi ajuvan  pada stadium IA-IB derajat 1-2 
karboplaktin dan atau tanpa paklitaksel  minimal
6 siklus pada penyakit lanjut.
 Faktor Prognostik
◦ Perluasan residu penyakit
◦ Volume asites
◦ Usia pasien
◦ Status kinerja klinis
 Insidensi : variasi rata-rata insidensi di
seluruh dunia menyebabkan perbedaan data
populasi dan RS
 Faktor risiko:
◦ Usia >35 tahun
◦ Riwayat kehamilan Mola
◦ Pemakaian kontrasepsi oral jangka panjang
◦ Defisiensi diet (β-karoten, vitamin A)
 β-hCG yg normal atau sedikit meningkat
 Perdarahan pervaginam abnormal (85%)
 Anemia
 Hiperemesis gravidarum
 Pre-eklamsi
 Peningkatan β-hCG yg jelas
(>>100.000mIU/mL)  tanda khas
 Temuan sonografi
◦ Mola parsial: dicurigai ada visualisasi janin dengan
rongga kistik pada plasenta dan peningkatan
diameter transversal kantug kehamilan
◦ Mola komplet  “badai Salju” (pembengkakan
hidropik tanpa janin)
 Diagnosis mola
◦ Melalui analisis histo patologi
 mola parsial => Janin nonviabel dengan
malformasi vili hidropik (membengkak yg
bervariasi), hiperplasia tropoblatik minimal
 Mola komplet  tidak ada jaringan janin,
terdiri dari vili hidropik difus (seperti anggur),
hiperplasia tropoblas menyebar
 Pengobatan awal yg umum Dilatasi dan
Evakuasi
 Alternatif  histerektomi (strelisasi dg
pembedahan)
 Kontrasepsi hormonal didukung (pencegahan
kehamilan)
 Kehamilan selanjutnya risiko mengalami mola
kedua kali sekitar 1%
 Lebih dari 1 juta kasus baru terjadi setiap
tahun di seluruh dunia,
 Paling sering ditemukan pada wanita
 Faktor risiko
◦ Usia
◦ Riwayat kanker pada payudara
◦ Riwayat kanker dalam keluarga
◦ Karier mutasi BRCA1 atau BRCA2
◦ Riwayat biopsi dengan histologi pra malignan
◦ Pajanan radiasi
◦ nullipara
 Menarche dini
 Menopause lambat
 Obesitas
 Status ekonomi kelas atas
 Kanker primer lain pada ovarium atau
endometrium
 Tamoksifen atau raloksifen pada wanita
berisiko tinggi saat ini sedang dievaluasi.
Mastektomi umumnya dilakukan pada karier
mutasi BRCA1atau BRCA2.
 Mammogram merupakan teknik terbaik untuk
deteksi dini, tetapi tingkat negatif palsu 10%.
 Rekomendasi skrining
◦ Mammogram
 Histopatologi:
◦ Jenis paling umum 70-80% karsinoma duktal
 Berdasarkan sistem TNM
◦ T (tumor primer)
◦ N (keterlibatan kelenjar getah bening)
◦ M (Metastase)
 FNA (fine needle aspiration) dan Biopsi inti 
mendiagnosis massa yg dapat di palpasi
 Biopsi eksisional
 Biopsi eksisional dengan jarum terlokalisasi atau
mammografi sterotaktik  lesi yg tidak dapat di
palpasi
 Lumpektomi
 Mastektomi radikal yg telah dimodifikasi 
pengangkatan jaringan payudara lengkap dan
pengangkatan KGB aksilaris
 Rekonstruksi penanaman atau pembuatan flap
miokutaneus
 Radiasi pasca operasi
 Kemoterapi ajuvan doksorubisin +
siklofosfamid
 Tata laksana bergantung pada:
◦ Jenis sel
◦ Tahapan penyakit
◦ Gambaran klinis lain
 Umumnya  serangkaian pembedahan +
radiasi + kemoterapi

Anda mungkin juga menyukai