1. kanker serviks
2. kanker endometrium
5. kanker otarium
6. kanker vulva
7. kanker vagina
* Kanker serviks
Salah satu penyebabnya adalah karena infeksi hwman Papilloma Virws (hPY) yang
merangsang perubahan perilaku sel epitel serviks. Dalam perkembangan kemajuan di
bidang biologi molekuler dan epidemiologi tentang hPV, kanker serviks disebabkan
oleh virus hPV.
- Faktor risiko
Berhubungan dan disebabkan oleh infeksi virus papilloma humanis (hPV) khususnya
tipe 16,18, 31, dan 45. Faktor risiko lain yang berhubungan dengan kanker serviks
adalah aktivitas seksual pada usia muda (< 15 tahun), hubungan seksual dengan
multipartner, menderita HIV atau mendapat penyakit/penekanan kekebalan
(immwnosuppressiae) yang bersamaan dengan infeksi hPV, dan perempuan perokok.
- Gejala dan tanda
Diagnosis
Tes Pap pada saat ini merupakan alat skrining yang diandalkan. Lima puluh persen
pasien baru kanker serviks tidak pernah melakukan tes Pap. Tes Pap
direkomendasikan pada saat mulai melakukan aktivitas seksual atau setelah menikah.
Setelah tiga kali pemeriksaan tes Pap tiap tahun, interval pemeriksaan dapat lebih
lama (tiap 3 tahun sekali). Bagi kelompok perempuanyang berisiko tinggi (infeksi
hPV, HIV, kehidupan seksual yang berisiko) dianjurkan pemeriksaan tes Pap setiap
tahun. Pemastian diagnosis dilaksanakan dengan biopsi serviks. Diagnosis kanker
serviks diperoleh melalui pemeriksaan klinis berupa anamnesis, pemeriksaan fisik
dan ginekologik, termasuk evaluasi kelenjar getah bening, pemeriksaan panggul dan
pemeriksaan rektal. Biopsi serviks merupakan cara diagnosis pasti dari kanker
serviks, sedangkan tes Pap dan/atau kuret endoserviks merupakan pemeriksaanyang
tidak adekuat. Pemeriksaan radiologic berupa foto paru-paru, pielografi intravena
atau CT-scan merupakan pemeriksaan penunjang untuk melihat perluasan penyakit,
serta menyingkirkan adanya obstruksi ureter. Pemeriksaan laboratorium klinik berupa
pemeriksaan darah tepi, tes fungsi ginjal, dan tes fungsi hati diperlukan untuk
mengevaluasi fungsi organ serta menentukan jenis pengobatan yang akan diberikan.
- Histopatologik
Kasus dapat diklasifikasikan dalam karsinoma serviks bila pertumbuhan
primernya dari serviks. Delapan puluh lima persen jenis histopatologik adalah
karsinoma sel skuamosa, 10% adenokarsinoma, dan 5o/o adenoskuamosa, sel
jernih, sel kecil, sel verukosa dan lainJain. Derajat diferensiasi dengan
berbagai metode dapat menunjang diagnosis, tetapi tidak dapat memodifikasi
stadium klinis. Secara histopatologik kanker serviks dibagi menjadi 5:
Neoplasia intraepitel serviks, derqat III, Karsinoma skuamosa insitu,
Karsinoma skuamosa (berkeratinisasi, tidak berkeratinisasi, verukosa),
Adenokarsinoma insitu, Adenokarsinoma insitu tipe endoservikal,
Adenokarsinoma endometrioid, Adenokarsinoma sel jernih, Karsinoma
adenoskuamosa, Karsinoma kistik adenoid, Karsinoma sel jernih dan
Karsinoma wndffirentiated. Derqat histopatologik Diferensiasi baik,
Diferensiasi sedang dan Diferensiasi buruk.
- Pengobatan
- Pembedahan
Tindakan pembedahan dapat dilakukan pada kanker serviks sampai stadium
IIA dan dengan hasil pengobatan seefektif radiasi, akan tetapi mempunyai
keunggulan dapat meninggalkan ovarium pada pasien usia pramenopause.
Kanker serviks dengan diameter Iebih dari 4 cm menurut beberapa peneliti
lebih baik diobati dengan kemoradiasi daripada operasi. Histerektomi radikal
mempunyai mortalitas kurang dari 1,"/". Morbiditas termasuk kejadian fistel
(1% sampai 2'h),kehilangan darah, atonia kandung kemih yang membutuhkan
kateterisasi intermiten, antikolinergik, atau alfa antagonis.
* Stadium I A1 tanpa invasi limfo-vaskuler: Konisasi serviks atau
histerektomia totalis simpel. Risiko metastasis ke kelenjar getah bening/residif
1%.
* Stadium I A1 dengan invasi limfo-vaskuler, stadium I A2. Modifikasi
histerektomia radikal (tipe II) dan limfadenektomia pelvik. Stadium I Al
dengan invasi limfovaskuler didapati 5% risiko metastasis keleniar getah
bening.
* Stadium I A2 berkaitan dengan 4o/o sampai 10% risiko metastasis kelenjar
getah bening.
* Stadium I B sampai stadium II A: Histerektomia radikal (tipe III) dan
limfadenektomia pelvik dan para-aorta.
* Radiasi ajuvan diberikan pascabedah pada kasus dengan risiko tinggi (lesi
besar, invasi limfo-vaskuler atatr invasi stroma yang dalam). Radias
pascabedah dapat mengurangi residif sampai 50%.
Radioterapi
. Terapi radiasi dapat diberikan pada semua stadium, terutama mulai stadium
II B sampai IV atau bagi pasien pada stadium yang lebih kecil tetapi tidak
merupakan kandidat untuk pembedahan. Penambahan Cisplatin selama
radioterapi whole pebic dapat memperbaiki kesintasan hidup 30% sampai
50%.
. Komplikasi radiasi yang paling sering adalah komplikasi gastrointestinal
seperti proktitis, kolitis, dan traktus urinarius seperti sistitis dan stenosis
vagina.
. Teleterapi dengan radioterapi tohole pebic diberikan dengan fraksi 180 – 200
cGy per hari selama 5 minggu (sesuai dengan dosis total 45oO - 5000 cGy)
sebagai awal pengobatan. Tujuannya memberikan radiasi seluruh rongga
panggul, parametrium, kelenjar getah bening iliaka, dan para-aorta.
Kemoterapi
Kemoterapi terutama diberikan sebagai gabungan radio-kemoterapi ajuvan
atau untuk terapi paliatif pada kasus residif. Kemoterapi yang paling aktif
adalah Cisplatin. Carboplatin juga mempunyai aktivitas yang sama dengan
Cisplatin.8 Jenis kemoterapi lainnya yang mempunyai aktivitas yang
dimanfaatkan dalam terapi adalah Ifosfamid dan pac-Iitaxel.
Kanker endometrium
Faktor risiko
Faktor predisposisi penyakit ini adalah obesitas, rangsangan estrogen yang tenrs
menerus menopause yang terlambat (lebih dari 52 tahun), nulipara, siklus anol,ulasi,
obat Tamoxifen, dan hiperplasia endometrium, sedangkan faktor yang melindungi
terhadap kanker endometrium adaiah pil kontrasepsi (Risiko relatif : 0,5) yang
dipergunakan sekurang-kurangnya 12 bulan; proteksi dapat berlangsung sampai 10
tahun, merokok (risiko relatif 0,7), khususnya perempuan obesitas.
Gelala yang paling sering dijumpai adalah perdarahan uterus abnormal yang berupa
metroragia atau perdarahan pascamenopause dan / atau keputihan.
Diagnosis
Diagnosis dibuat melalui biopsi endometrium atau kuretase diagnostik. Hasil negative
Dari biopsi endometrium pada, kasus dengan keluhan simtomatis perlu dilanjutkan
dengan kuretase bertingkat dengan kawaian histeroskopik, sebab_ biopsi
endometrium mempunyai fake negative rate 5 sampai 10%. Diagnosis pasti dibuat
dengan sampel histopatologik. Kurelase bertingkat diperlukan bila dicurigai adanya
infiltrasi ke endoserviks. Praoperasi perlu dilakukan pemeriksaan, termasuk foto
paru-paru, tes Pap untuk menyingkirkan kelainan serviks, pemeriksaan laboratorium
darah rutin seperti pemeriksaan darah tepi, tes fungsi hati, tes fungsi ginjal, elektrolit
untuk menyingkirkan penyakit sistemik yang dialami atau metastasis occult dan CA-
125. Pemeriksaan sigmoidoskopi atau barium enema perlu dipertimbangkan bila
mendapatkan massa tumor di luar uterus dengan keluhan simtom pada saluran cerna
atau ada riwayat keluarga terkena kanker kolon. CT-scan dapat diiakukan pada kasus-
kasus untuk mengidentifikasi lokasi primer kanker.
Kanker tuba fallopii termasuk kanker yang sangat jarang dijumpai. Kanker ini
merupakan 0,1.% - 1,8% dari kanker ginekologik. Di Amerika Serikat kejadiannya
3,6 dari satu juta perempuan. Lebih dari 60% kanker tuba dijumpai pada usia
pascamenopause. Melihat persamaannya terhadap kejadian usia, paritas rendah,
infertilitas, diperkirakan penyebabnya sama dengan kanker ovarium. Dalam studi
kelainan genetic seperti pada kanker ovarium, mutasi c-erb, p53, k-ras, dan juga ada
kaitannya dengan BRCA1 dan BRCA2.
Faktor risiko
Gejala yang tidak khas berupa perdarahan pervaginam, rerurama pada usia
pascamenopause, dan disertai rasa nyeri perut bagian bawah. Tanda yang sering
ditemukan adalah massa tumor di pelvis. Gambaran badan psammoma pada
pemeriksaan sitologi, patut dicurigai akan adanya keganasan pada tuba fallopii. Lebih
dari 80% pada kanker tuba fallopii dijumpai massa tumor pelvik atau abdomen
sebelum pembedahan. Antara 10 sampai 25% tampak gambaran sitologi abnormal
mengarah ke adenokarsinoma, tetapi kecurigaan ini lebih ditujukan pada kanker
endometrium atau ovarium, karena kejadian kanker tuba sangat jarang. Pada
pemeriksaan ultrasonografi baik abdominal maupun vaginal dapat dilihat perubahan
morfologi adneksa dan perbedaannya dengan ovarium yang normal.
Pengobatan
Pelaksanaan pengobatan pada dasarnya sama dengan pada kanker ovarium. Pada
terapi pembedahan dilakukan histerektomi total dan salpingo-ooforektomi bilateral
serta dilakukan penetapan stadium surgikal, termasuk pemeriksaan cairan
asites/bilasan peritoneuin dan pengambilan sampel kelenjar getah bening merupakan
tindakan pembedahan yang optimal. Jenis kemoterapi ajuvan pascabedah pada kanker
tuba adalah kombinasi cisplatin dan plaxitacel seperti pada kanker ovarium.