Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kanker ovarium merupakan suatu kanker yang belum diketahui penyebabnya. Kanker
Ovarium sering ditemukan wanita yang berumur 40 - 74 tahun. Penyebaran suatu kanker
ovarium bisa menyebar kebagian yang lain,seperti daerah panggul dan perut melalui getah
bening dan melalui peredaran darah untuk menuju kehati dan paru-paru. Kanker ovarium
adalah jenis epitel adalah penyebab utama kematian akibat kanker ginekologi diamerika
serikat. Pada tahun 2003 diperkirakan terdapat 25.400 kasus kanker dengan 14.300 kematian
yang mencakup kira- kira 5% dari semua kematian wanita karena kanker. Meskipun mayoritas
kanker ovarium adalah jenis epitelial,kanker ovarium dapat juga berasal dari sel yang terdapat
diovarium. Tumor ovarium yang berasal dari sel germinal yang kelasifisikan sebagai
disgerminoma dan teratoma sedangkan tumor ovarium yang berasal dari sel folikel di
kelasifisaikan sebagai sex cord stromal terutama tumor sel granulosa dan tumor yang berasal
dari stroma ovarium adalah sarkoma. Akan tetapi angka kejadian tumor ovarium non epitelial
kecil sekali sehingga dianggap angka kejadian seluruh kanker ovarium.
Kanker ovarium jarang ditemukan pada umur dibawah 40 tahun . Angaka kejadian
meningkat dengan makin tuanya usia 15 16 per 100.000 pada usia 40 -44 tahun menjadi
paling tinggi dengan angka kematain 57 per 100.000 pada usia 70 74 tahun.Usia median saat
diagnosis adalah 63 tahun dan 48 % penderita berusia diatas 65 tahun.
Pada tahun 2005, Masyarakat kanker Amerika memperkirakan bahwa 22.220 kasus
baru kanker ovarian akan bisa di diagnosa, dan itu kan membunuh 16.200 wanita. Hanya 77%
kasus yang mempunyai tingkat nilai survival 1 tahun, 44% kasus yang mempunyai tingkat
nilai suvival 5 tahun. Dan hanya 19% kasus saja kasus yang di diagnosa sebelum metastasis
terjadi. Hal tersebut disebabkan Oleh karena ketiadaan adanya deteksi dini peyakit dan
kemajuan penyakit yang cepat. Sehingga menyebabkan angka kematian yang sebabkan oleh
kanker Ovari meningkat. Karena belum ada metode skrining yang efektif untuk kanker
ovarium 70% kasus ditemukan kasus pada keadaan yang sudah usia lanjut yakni tumor yang
menyebar jauh dari ovarium.
Kebanyakan dari kasus keganasan pada ovarium terdeteksi saat sudah memasuki
stadium lanjut sehingga saat diketahui sudah parah. Biasanya orang yang menderita kanker
ovarium tampak kurus dan perut asites. Karena proses perjalanan penyakit yang ditmbulkan
dari kanker tersebut, sehingga penderita mengalami anorexia atau tidak nafsu makan karena
mual dan muntah. Sedangkan asites itu sendiri ditimbulkan akibat dari cairan tumor dan tumor
itu sendiri. kanker ovarium bisa juga mengakibatkan efusi pleura karena perjalanan tumor itu.
Penatalaksanaan pada klien dengan kanker ovarium adalah pembedahan, pembedahan bisa
pembedahan total dengan mengangkat keseluruhan dari rahim, salping, dan ovarium tapi juga
bisa saja hanya pada ovarium atau pada saluran tuba falopii tergantung keparahan dari kanker
itu sendiri. Tanda khas dari kanker ovarium yang paling banyak adalah Meigg Syndrome,
yang merupakan tiga gejala khas pada orang dengan kanker ovarium.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan kanker ovarium?
2. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada kanker ovarium?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengerti dan memahami keseluruhan isi materi tentang konsep
dasar penyakit maupun konsep dasar asuhan keperawatan pada kanker ovarium.

2. Tujuan khusus
a. Menjelaskan definisi dan etiologi kista atau tumor ovarium.
b. Menjelaskan manifestasi klinis, klasifikasi, komplikasi dan diagnosa kista ovarium.
c. Mengkaji bagaimana asuhan keperawatan dari kanker ovarium

D. MANFAAT PENULISAN
Mahasiswa dapat memahami pengertian secara umum mengenai kanker ovarium,
memahami bagaimana patofisiologisnya hingga cara penyusunan asuhan keperawatan yang
berkaitan dengan cara pendokumentasiannya.

E. METODE PENULISAN
Dalam penyusunan makalah ini penulis menggunakan metoda deskriptif dan metode
kepustakaan. Adapun teknik pengumpulan data dan informasi dalam penyusunan makalah ini
adalah studi kepustakaan dengan menggunakan literatur untuk memperoleh materi-materi
yang bersifat teoritis, dan studi kasus dengan mengambil data langsung pada klien yang
mengalami kanker ovarium guna menyempurnakan makalah ini.

BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Definisi
Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling sering
ditemukan pada wanita berusia 50 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar ke bagian lain,
panggul, dan perut melalui sistem getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar
ke hati dan paru-paru. (Wingo, 1995). Kanker ovarium berasal dari sel - sel yang menyusun
ovarium yaitu sel epitelial, sel germinal dan sel stromal. Sel kanker dalam ovarium juga dapat
berasal dari metastasis organ lainnya terutama sel kanker payudara dan kanker kolon tapi
tidak dapat dikatakan sebagai kanker ovarium.
Kanker ovarium adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan tidak normal, cepat dan tidak
terkendali. (Apotik Online dan Media Informasi Obat-Penyakit. Hal.2 di akses tgl 20-7-2009).
Kanker indung telur atau kita sebut dengan kanker ovarium, adalah kanker yang
berasal dari sel-sel ovarium atau indung telur. (Sofyan, 2006)
Kanker ovarium disebut sebagai the silent lady killer karena sulit diketahui
gejalanya sejak awal. Sebagian besar kasus kanker ovarium terdiagnosis dalam stadium yang
sudah lanjut. Kebanyakan kanker ovarium ini berawal dari kista. (Colombo N,Parma G, et al.
Role of conservative surgeri in ovarian cancer 2005)
Kanker ovarium adalah salah satu kanker ginekologi yang paling sering dan penyebab
kematian kelima akibat kanker pada perempuan. (Price, 2005;1297)
Kanker ovarium memiliki 4 stadium yaitu :
(Smeltzer, 2001;1570)
a. Stadium I : Pertumbuhan kanker terbatas pada ovarium
b. Stadium II : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan perluasan
pelvis
c. Stadium III : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan
metastasis diluar pelvis atau nodus inguinal atau retroperitoneal positif
d. Stadium IV : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua sisi ovarium dengan
metastasis jauh
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kanker indung telur atau kita
sebut dengan kanker ovarium, adalah kanker yang berasal dari sel-sel ovarium atau indung
telur. dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya sehingga
mengalami pertumbuhan tidak normal, cepat dan tidak terkendali.
2. Epidemiologi
Kanker ovarium adalah kanker yang membuat frustasi bagi pasien dan pemberi
pelayanan kesehatan karena awitannya yang tersembunyi dan tidak adanya gejala peringatan
adalah penyeab mengapa penyakit ini telah mencapai tahap lanjut ketika didiagnosa. Kejadian
merupakan penyebab kematian utama di antara malignan si ginekologis. Penyakit ini
mempunyai angka kejadian sekitar 13,8 wanita per 100.000. Sayang sekali, sekitar 75% dari
kasus dideteksi pada tahap lanjut. Amatlah sulit untuk mendiagnosa dan adalah unik sehingga
kemungkinan kondisi ini merupakan awal dari banyak kanker primer dan mungkin menjadi
tempat metastase dari kanker lainnya. Kondisi ini membawa angka kematian 14.500 setiap
tahunnya dan merupakan penyebab prevalen keenam dari kematian akibat kanker pada wanita
( Wingo et. al. , 1995 ). Sebagian kasus mengenai wanita usia 50 59 tahun. Insidens
tertingginya adala di negara negara industri, kecuali Jepang yang insidennya paling rendah.
Wanita dengan kanker ovarium mempunyai resiko mengidap kanker payudara tiga
sampai empat kali lipat dan wanita dengan kanker payudara mempunyai resiko yang
meningkat terhadap kanker ovarium. Tidak ada faktor penyebab definitif yang telah
ditetapkan, tetapi kontraseptif oral tampak memberikan efek protektif. Hereditas dapat
berperan dalam menimbulkan penyakit ini, dan banyak dokter menyarankan pemeriksaan
pelvis bimanual bagi wanita yang mempunyai satu atau dua orang saudara dengan kanker
ovarium. Meskipun dengan pemeriksaan yangn cermat, tumor ovarium biasanya terdapat jauh
di dalam dan sulit untuk dideteksi. Belum ada skrinng dini yang tersedia saat ini, meskipun
penanda tumor sedang dalam penelitian. Sonogram transvaginal dan pengujian antigen Ca-
125 sangat membantu pada mereka yang beresiko tinggi untuk mengalami kondisi ini. Akhir
akhir ini, antigen yang berkaitan dengan tumor membantu dalam perawatn tindak lanjut
setelah didiagnosis dan pengobatan, tetapi tidak pada skrining umum dini.
Faktor faktor resiko termasuk diet tinggi lemak, merokok, alkohol, penggunaan
bedak talk perineal, riwayat kanker payudara, kanker kolon, kanker endometrium, dan riwayat
keluarga dengan kanker payudara atau ovarium. Nulipara, infertilitas, dan tak-ovulasi adalah
faktor faktor resiko. Angka kelangungan hidup tergantung pada tahap mana kanker
didiagnosis. Lebih dari 80% kanker ovarium epitelial ditemukan pada wanita
pascamenopause. Usia 62 tahun adalah usia di mana kanker ovarium epitelial paling sering
ditemui. Kanker ovarium epitelial jarang ditemukan pada usia kurang dari 45 tahun. Pada
wanita premenopause hanya 7% tumor ovarium epitelial yang ganas.
Di RSCM Jakarta antara tahun 1989-1992 ditemukan 1.726 kasus kanker ginekologi,
di antaranya 13,6% adalah kanker ovarium. Umumnya (72%) adalah kanker ovarium epitelial
yang datang dalam stadium lanjut, sedangkan stadium I-II (42,5%). Mortalitas karena kanker
ovarium adalah 22,6% dari 327 kematian kanker ginekologi.

3. Etiologi
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang
menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium yaitu :
a. Hipotesis incessant ovulation
Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk
penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel yang
terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor.

b. Hipotesis Gonadotropin
Teori ini didasarkan pada pengetahuan hasil percobaan binatang pada data epidemiologi.
Hormon hipofisa diperlukan untuk perkembangan tumor ovarium pada beberapa percobaan
pada binatang rodentia. Pada percobaan ini ditemukan bahwa jika kadar hormon esterogen
rendah di sirkulasi perifer, kadar hormon gonadotropin akan mengikat. Peningkatan kadar
hormon goonadotropin ini ternyata berhubungan dengan makin bertambah bsarnya tumor
ovarium pada binatang tersebut.
Kelenjar ovarium yang telah terpapar pada zat karsiogenik dimetil benzzatrene (DMBA)
akan terjadi tumor ovarium jika ditransplantasikan pada tikus yang telah dioovorektomi,
Tetapi tidak menjadi tumor jiak tikus tersebut telah dihipofisektomi. Jika ovarium yang telah
diardiassi (hormonally inactivated) ditransplantasikan ke rodentia dengan ovarium yang
makin normal, tumor ovarium tidak terbentuk. Akan tetapi, jika ditransplantasikan pada
rodentia yang telah dioovorektomi, tumor ovarium akan terbentuk. Berkurangnya resiko ca
ovarium pada wanita multipara dan wanita pemakai pil kontrasepsi dapat diterangkan dengan
rendahnya kadar gonadotropin pada dua kelompok ini.
c. Hipotesis androgen
Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium. Hal ini
didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen.
Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal
dan sel-sel kanker ovarium.
d. Hipotesisi Progesteron
Berbeda dengan efek peningkatan resiko kanker ovarium oleh androgen, progesteron
ternyata memiliki peranan protektif terhadap terjadinya kanker ovarium. Epitel normal
ovarium mengandung reseptor progesteron. Percobaan pada kera macaque, progesteron
menginduksi terjadinya apoptosis sel epitel ovarium, sedangkan esterogen menghambatnya.
Pemberian pil yang mengandung esterogen saja pada wanita pasca menopause akan
meningkatkan terjadinya resiko kanker ovarium, sedangkan pemberian kombinasi dengan
progesteron akan menurunkan resikonya. Kehamilan, dimana kadar progesteron tinggi,
menurunkan kanker ovarium. Pil kontrasepsi kombinasi menurunkan resiko terjadinya kanker
ovarium. Demikian juga yang hanya mengandung progesteron yang menekan ovulasi juga
menurunkan resiko kanker ovarium. Akan tetapi, pemakaian depo medroksiprogesteron asetat
ternyata tidak menurunkan resiko terjadinya kanker ovarium.

Penyebab pasti kanker ovarium tidak diketahui namun multifaktorial. Risiko


berkembangnya kanker ovarium berkaitan dengan lingkungan, endokrin dan faktor genetik
(Price, 2005;1297).
a. Faktor lingkungan
Kebiasaan makan, kopi dan merokok, adanya asbestos dalam lingkungan, dan
penggunaan bedak talek pada daerah vagina, semua itu dianggap mungkin menyebabkan
kanker.
b. Faktor endokrin
Faktor risiko endokrin untuk kanker ovarium adalah perempuan yang nulipara,
menarche dini, menopause yang lambat, kehamilan pertama yang lambat, dan tidak pernah
menyusui. Penggunaan kontrasepsi oral tidak meningkatkan resiko dan mungkin dapat
mencegah. Terapi pengganti estrogen (ERT) pascamenopause untuk 10 tahun atau lebih
berkaitan dengan peningkatan kematian akibat kanker ovarium
c. Faktor genetic
Kanker ovarium herediter yang dominan autosomal dengan variasi penetrasi telah
ditunjukkan dalam keluarga yang terdapat penderita kanker ovarium. Bila terdapat dua atau
lebih hubungan tingkat pertama yang menderita kanker ovarium, seorang perempuan memiliki
50% kesempatan untuk menderita kanker ovarium.

Ada beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya kanker ovarium yaitu:
a. Diet tinggi lemak
b. Merokok
c. Alkohol
d. Riwayat kanker payudara, kolon, atau endometrium
e. Riwayat keluarga dengan kanker payudara atau ovarium
f. Nulipara
g. Infertilitas
h. Menstruasi dini
i. Wanita diatas usia 50 75 tahun
j. Wanita yang memiliki anak > 35 tahun
k. Ras kaucasia > Afrika-Amerika
l. Kontrasepsi oral
m. Berawal dari hyperplasia endometrium yang berkembang menjadi karsinoma.
n. Menarche dini
4. Patofisiologi
Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormone dan kegagalan
pembentukan salah satu hormone tersebut bisa mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak
akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormone hipofisa dalam
jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel
yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami
pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak sempurna di dalam
ovarium karena itu terbentuk kista di dalam ovarium. Setiap hari, ovarium normal akan
membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus,
folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel
yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 2
cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan
mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus
luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kanker ovarium bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang berdekatan
dengan abdomen dan pelvis dan sel-sel yang menempatkan diri pada rongga abdomen dan
pelvis. Sel-sel ini mengikuti sirkulasi alami cairan peritoneal sehingga implantasi dan
pertumbuhan keganasan selanjutnya dapat timbul pada semua permukaan intraperitoneal.
Limfatik yang disalurkan ke ovarium juga merupakan jalur untuk penyebaran sel-sel ganas.
Semua kelenjar pada pelvis dan kavum abdominal pada akhirnya akan terkena. Penyebaran
awal kanker ovarium dengan jalur intraperitoneal dan limfatik muncul tanpa gejala yang
spesifik. Gejala tidak pasti yang akan muncul seiring dengan waktu adalah perasaan berat
pada pelvis, sering berkemih dan disuria dan perubahan fungsi gastrointestinal, seperti rasa
penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat kenyang dan konstipasi. Pada beberapa perempuan
dapat terjadi perdarahan abnormal vagina sekunder akibat hyperplasia endometrium bila
tumor menghasilkan estrogen, beberapa tumor menghasilkan testosterone dan menyebabkan
virilasi. Gejala-gejala keadaan akut pada abdomen dapat timbul mendadak bila terdapat
perdarahan dalam tumor , ruptur atau torsi ovarium. Namun tumor ovarium paling sering
terdeteksi selama pemeriksaan pelvis rutin.

5. Pathway
Terlampir

6. Klasifikasi
Lebih dari 30 neoplasma ovarium telah diidentifikasi. Tumor ovarium dikelompokkan
dalam 3 kategori (Price, 2005;1297) besar yaitu :
a. Tumor-tumor epitel
Tumor-tumor epitel menyebabkan 60% dari semua neoplasma ovarium dan diklasifikasikan
sebagai neoplasma jinak, perbatasan ganas
b. Tumor stroma gonad
c. Tumor-tumor sel germinal
Terdapat tiga ketegori utama tumor sel germinal yaitu : tumor jinak (kista dermoid), tumor
ganas (bagian dari kista dermoid), tumor sel germinal primitive ganas (sel embrionik dan
ekstraembrionik)
Dua pertiga persen kanker ovarium adalah tumor sel germinal primitive ganas. Penting
untuk mendiagnosis jenis tumor dengan tepat.

Klasifikasi stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (Federation International of


Ginecologies and Obstetricians ) 1987, adalah :
a. Stadium I : pertumbuhan terbatas pada ovarium
1) Stadium 1a : pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak ada asietas yang berisi sel
ganas, tidak ada pertumbuhan di permukaan luar, kapsul utuh.
2) Stadium 1b : pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak asietas, berisi sel ganas, tidak
ada tumor di permukaan luar, kapsul intak.
3) Stadium 1c : tumor dengan stadium 1a dan 1b tetapi ada tumor dipermukaan luar atau kedua
ovarium atau kapsul pecah atau dengan asietas berisi sel ganas atau dengan bilasan
peritoneum positif.
b. Stadium II : Pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan perluasan ke panggul
1) Stadium 2a : perluasan atau metastasis ke uterus dan atau tuba
2) Stadium 2b : perluasan jaringan pelvis lainnya
3) Stadium 2c : tumor stadium 2a dan 2b tetapi pada tumor dengan permukaan satu atau kedua
ovarium, kapsul pecah atau dengan asitas yang mengandung sel ganas dengan bilasan
peritoneum positif.
c. Stadium III : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di peritoneum di luar
pelvis dan atau retroperitoneal positif. Tumor terbatas dalam pelvis kecil tetapi sel histologi
terbukti meluas ke usus besar atau omentum.
1) Stadium 3a : tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening negatif tetapi secara
histologi dan dikonfirmasi secara mikroskopis terdapat adanya pertumbuhan (seeding)
dipermukaan peritoneum abdominal.
2) Stadium 3b : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant dipermukaan
peritoneum dan terbukti secara mikroskopis, diameter melebihi 2 cm, dan kelenjar getah
bening negatif.
3) Stadium 3c : implant di abdoment dengan diameter > 2 cm dan atau kelenjar getah bening
retroperitoneal atau inguinal positif.
d. Stadium IV : pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan metastasis jauh. Bila
efusi pleura dan hasil sitologinya positif dalam stadium 4, begitu juga metastasis ke
permukaan liver.

7. Tanda dan Gejala Klinis


Adapun tanda dan gejala yang ditimbulkan pada pasien dengan kanker ovarium adalah
sebagai berikut :
a. Haid tidak teratur
b. Darah menstruasi yang banyak (menoragia) dengan nyeri tekan pada payudara
c. Menopause dini
d. Dispepsia
e. Tekanan pada pelvis
f. Sering berkemih dan disuria
g. Perubahan fungsi gastrointestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada perut,
cepat kenyang dan konstipasi.
h. Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal vagina sekunder
akibat hyperplasia endometrium bila tumor menghasilkan estrogen. (Smeltzer, 2001;1570)

8. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik hasil yang sering didapatkan pada tumor ovarium adalah massa
pada rongga pelvis. Tidak ada petunjuk pasti pada pemeriksaan fisik yang mampu
membedakan tumor adneksa adalah jinak atau ganas, namun secara umum dianut bahwa
tumor jinak cenderung kistik dengan permukaan licin, unilateral dan mudah digerakkan.
Sedangkan tumor ganas akan memberikan gambaran massa yang padat, noduler, terfiksasi dan
sering bilateral. Massa yang besar memenuhi rongga abdomen dan pelvis lebih mencerminkan
tumor jinak atau keganasan derajat rendah. Adanya asites dan nodul pada cul-de-sac
merupakan petunjuk adanya keganasan.

9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien kanker ovarium yaitu :
a. Anamnesis dan pemeriksaan fisik pelvic
b. Radiologi : USG Transvaginal, CT scan, MRI
c. Tes darah khusus : CA-125 (Penanda kanker ovarium epitelial), LDH, HCG, dan AFP
(penanda tumor sel germinal)
d. Laparoskopi
e. Laparotomi
f. Pemeriksaan untuk mengetahui perluasan kanker ovarium
g. Pielografi intravena (ginjal, ureter, dan vesika urinaria), sistoskopi dan sigmoidoskopi.
h. Foto rontgen dada dan tulang
i. Scan KGB (Kelenjar Getah Bening)
j. Scan traktus urinarius

10. Diagnosis / Kriteria Diagnosis


Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya riwayat, pemeriksaan fisik ginekologi,
serta pemeriksaan penunjang
a. Riwayat
Kanker ovarium pada stadium dini tidak memberikan keluhan. Keluhan yang timbul
berhubungan dengan peningkatan massa tumor, penyebaran tumor pada permukaan serosa
dari kolon dan asites. Rasa tidak nyaman dan rasa penuh diperut, serta cepat merasa kenyang
sering berhubungan dengan kanker ovarium. Gejala lain yang sering timbul adalah mudah
lelah, perut membuncit, sering kencing dan nafas pendek akibat efusi pleura dan asites yang
masif.
Dalam melakukan anamnesis pada kasus tumor adneksa perlu diperhatikan umur
penderita dan faktor risiko terjadinya kanker ovarium. Pada bayi yang baru lahir dapat
ditemukan adanya kista fungsional yang kecil (kurang dari 1-2 cm) akibat pengaruh dari
hormon ibu. Kista ini mestinya menghilang setelah bayi berumur beberapa bulan. Apabila
menetap akan terjadi peningkatan insiden tumor sel germinal ovarium dengan jenis yang
tersering adalah kista dermoid dan disgerminoma. Dengan meningkatnya usia kemungkinan
keganasan akan meningkat pula. Secara umum akan terjadi peningkatan risiko keganasan
mencapai 13% pada premenopause dan 45% setelah menopause. Keganasan yang terjadi bisa
bersifat primer dan bisa berupa metastasis dari uterus, payudara, dan traktus gastrointestinal.

b. Pemeriksaan fisik ginekologi


Dengan melakukan pemeriksaan bimanual akan membantu dalam memperkirakan
ukuran, lokasi, konsistensi dan mobilitas dari massa tumor. Pada pemeriksaan rektovaginal
untuk mengevaluasi permukaan bagian posterior, ligamentum sakrouterina, parametrium,
kavum Dauglas dan rektum. Adanya nodul di payudara perlu mendapat perhatian, mengingat
tidak jarang ovarium merupakan tempat metastasis dari karsinoma payudara.
Hasil yang sering didapatkan pada tumor ovarium adalah massa pada rongga pelvis.
Tidak ada petunjuk pasti pada pemeriksaan fisik yang mampu membedakan tumor adneksa
adalah jinak atau ganas, namun secara umum dianut bahwa tumor jinak cenderung kistik
dengan permukaan licin, unilateral dan mudah digerakkan. Sedangkan tumor ganas akan
memberikan gambaran massa yang padat, noduler, terfiksasi dan sering bilateral. Massa yang
besar yang memenuhi rongga abdomen dan pelvis lebih mencerminkan tumor jinak atau
keganasan derajat rendah. Adanya asites dan nodul pada cul-de-sac merupakan petunjuk
adanya keganasan.

c. Pemeriksaan penunjang
Ultrasonografi merupakan pemeriksaan penunjang utama dalam menegakkan diagnosis
suatu tumor adneksa ganas atau jinak. Pada keganasan akan memberikan gambaran dengan
septa internal, padat, berpapil, dan dapat ditemukan adanya asites . Walaupun ada
pemeriksaan yang lebih canggih seperti CT scan, MRI (magnetic resonance imaging), dan
positron tomografi akan memberikan gambaran yang lebih mengesankan, namun pada
penelitian tidak menunjukan tingkat sensitifitas dan spesifisitas yang lebih baik dari
ultrasonografi. Serum CA 125 saat ini merupakan petanda tumor yang paling sering
digunakan dalam penapisan kanker ovarium jenis epitel, walaupun sering disertai
keterbatasan. Perhatian telah pula diarahkan pada adanya petanda tumor untuk jenis sel
germinal, antara lain alpha-fetoprotein (AFP), lactic acid dehidrogenase (LDH), human
placental lactogen (hPL), plasental-like alkaline phosphatase (PLAP) dan human chorionic
gonadotrophin(hCG).

11. Kemungkinan komplikasi


a. Torsi
b. Rupture kista
c. Perdarahan
d. Keganasan

12. Penatalaksanaan
Adapun tindakan yang dilakukan pada penanganan kanker ovarium antara lain:
(Smeltzer, 2001;1570)
a. Intervensi bedah untuk kanker ovarium adalah histerektomi abdominal total
dengan pengangkatan tuba falopii dan ovarium serta omentum (salpingo-oofarektomi bilateral
dan omentektomi) adalah prosedur standar unruk penyakit tahap dini
b. Terapi radiasi dan implantasi fosfor 32 (32P) interperitoneal, isotop radioaktif,
dapat dilakukan setelah pembedahan
c. Kemoterapi dengan preparat tunggal atau multiple tetapi biasanya termasuk
sisplantin, sikofosfamid, atau karboplatin juga digunakan
d. Paklitaksel (Taxol) merupakan preparat yang berasal dari pohon cemara pasifik,
bekerja dengan menyebabkan mikrotubulus di dalam sel-sel untuk berkumpul dan mencegah
pemecahan struktur yang mirip benang ini. Secara umum, sel-sel tidak dapat berfungsi ketika
mereka terlilit dengan mikrotubulus dan mereka tidak dapat membelah diri. Karena medikasi
ini sering menyebabkan leucopenia, pasien juga harus minum G-CSF (factor granulosit koloni
stimulating)
e. Pengambilan cairan asites dengan parasintesis tidak dianjurkan pada penderita
dengan asites yang disertai massa pelvis, karena dapat menyebabkan pecahnya dinding kista
akibat bagian yang diduga asites ternyata kista yang memenuhi rongga perut. Pengeluaran
cairan asites hanya dibenarkan apabila penderita mengeluh sesak akibat desakan pada
diafragma.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan data yang
akurat dan sistematis akan membantu pemantauan status kesehatan dan pola pertahanan
pasien, mengidentifikasi kekuatan pasien serta merumuskan diagnosa keperawatan (Mocthar,
2006)
a. Dasar data pengkajian
1) Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelemahan dan atau keletihan, perubahan pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada
malam hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur misalnya nyeri, ansietas,
berkeringat malam, keterbatasan partisipasi dalam hobi, latihan. Pekerjaan atau profesi dengan
pemajanan karsinoma lingkungan, tingkat stres tinggi.
2) Sirkulasi
Gejala: Palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja, perubahan TD
3) Integritas ego
Gejala: Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres (misal
merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan religius/spiritual).
Masalah tentang perubahan dalam penampilan misal alopesia, lesi cacat, pembedahan.
Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, rasa
bersalah, kehilangan kontrol, depresi.
Tanda : Menyangkal, menarik diri, marah
4) Eliminasi
Gejala: Perubahan pada pola defekasi misal darah pada feces, nyeri pada defekasi. Perubahan
eliminasi urinarius misal nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih sering berkemih.
Tanda : Perubahan pada bising usus, distensi abdomen.
5) Makanan/cairan
Gejala : Kebiasaan diet buruk (misal rendah serat, tinggi lemak, aditif, bahan pengawet),
anoreksia, mual/muntah, intoleransi makanan.
Tanda : Perubahan pada kelembaban/turgor kulit, edema.
6) Neurosensori
Gejala : Pusing
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala : Tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi misal ketidaknyamanan ringan sampai nyeri
berat (dihubungkan dengan proses penyakit)
8) Keamanan
Gejala : Pemajanan pada kimia toksik, karsinoma, pemajanan matahari lama/berlebihan.
Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi.
9) Pernapasan
Gejala : Merokok (tembakau, hidup dengan seseorang yang merokok), pemajanan asbes.
10) Seksualitas
Gejala: Masalah seksual misal dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat kepuasan
nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun, multigravida, pasangan seks multipel, aktivasi
seksual dini, herpes genital.
11) Interaksi social
Gejala : Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung, riwayat perkawinan (berkenaan
dengan kepuasan di rumah, dukungan atau bantuan), masalah tentang fungsi atau tanggung
jawab peran.

b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi keadaan umun pasien, kesadaran, tekanan darah, respirasi, berat
badan
1) Mata : Meliputi pemeriksaan kelopak mata, gerakan mata, konjungtiva, sclera, pupil,
akomodasi.
2) Hidung : meliputi pemeriksaan reaksi alergi, sinus, dan lain-lain
3) Mulut dan tenggorokan : kaji adanya mual, kesulitan menelan
4) Dada dan aksila : kaji adanya pembesaran mammae
5) Pernafasan : kaji jalan nafas, suara nafas, kaji adanya penggunaan otot bantu pernafasan
6) Sirkulasi jantung : kaji kecepatan denyut apical, irama, kelainan bunyi jantung, sakit dada
7) Abdomen : kaji adanya asites
8) Genitourinaria : kaji adanya massa pada rongga pelvis
9) Ekstremitas : kaji turgor kulit

c. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah : Hb dan leukosit menurun, trombosit meningkat, ureum dan kreatinin
meningkat.
2) Pemeriksaan urine : Ureum dan kreatinin meningkat.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri kronis berhubungan dengan nekrosis jaringan pada ovarium akibat penyakit kanker
ovarium
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan perubahan fungsi
gastrointestinal
c. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penekanan pada vesika urinaria
d. Gangguang eliminasi BAB : konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltic
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi mengenai penyakit
(kanker ovarium)
f. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
g. Risiko perdarahan berhubungan dengan hyperplasia endometrium
h. Risiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (metastase sel kanker ke bagian tubuh
yang lain)

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan dilakukan berdasarkan rencana tindakan yang dibuat
5. Evaluasi Keperawatan
No. Evaluasi
Dx
1 Pasien mengatakan skala nyeri yang dialaminya menurun
b. Pasien melaporkan nyeri yang sudah terkontrol maksimal dengan
pengaruh atau efek samping minimal
TTV pasien dalam batas normal
d. Ekspresi wajah pasien tidak meringis
Pasien tampak tenang (tidak gelisah)
Pasien dapat melakukan teknik relaksasi dan distraksi dengan tepat sesuai
indikasi untuk mengontrol nyeri

2 Berat badan pasien stabil.


b. Pasien bebas dari tanda tanda malnutrisi.
Pengungkapan pemahaman pengaruh individual pada masukan adekuat
d. Berpartisipasi dalam intervensi spesifik untuk merangsang nafsu makan
TTV pasien dalam batas normal

3 Tidak terjadi hematuria


b. Tidak terjadi inkontinensia urine
Tidak terjadi disuria
d. Jumlah output urine dalam batas normal ( 0,5 - 1 cc / kgBB / jam)

4 Pola eliminasi dalam rentang yang diharapkan


b. Feses lunak dan berbentuk
Mengeluarkan feses tanpa bantuan
5 Pasien mengerti tentang penyakit yang dialaminya
b. Pasien dapat berpartisipasi selama proses perawatan dan pengobatan

6 Pasien tampak lebih rileks


b. Pasien mampu menunjukkan mekanisme koping yang efektif

7 Tanda-tanda vital dalam batas normal


b. Perdarahan tidak ada

8 a. Tanda-tanda vital dalam batas normal


b. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi (kalor, tumor, rubor, fungsiolaesa)
c. Hasil lab terutama WBC dalam batas normal (WBC = 4,9-10,9)
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kanker ovarium adalah salah satu kanker ginekologi yang paling sering dan penyebab
kematian kelima akibat kanker pada perempuan. (Price, 2005;1297). Faktor penyebab dari
kanker ovarium Faktor lingkungan, Faktor endokrin, Faktor genetic. Kanker ovarium
memiliki 5 stadium yaitu : (Smeltzer, 2001;1570)
1. Stadium I : Pertumbuhan kanker terbatas pada ovarium
2. Stadium II : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan perluasan pelvis
3. Stadium III : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan metastasis diluar
pelvis atau nodus inguinal atau retroperitoneal positif
4. Stadium IV : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua sisi ovarium dengan metastasis jauh
Kanker ovarium paling sering ditemukan pada wanita yang berusia 50-70 tahun dan 1
dari 70 wanita menderita kanker ovarium. Kanker Ovarium adalah tumor ganas pada ovarium
(indung telur). Kanker ovarium paling sering ditemukan pada wanita yang berusia 50-70
tahun dan 1 dari 70 wanita menderita kanker ovarium. Faktor resiko tejadinya kanker ovarium
yaitu obat kesuburan, pernah menderita kanker payudara, riwayat keluarga yang menderita
kanker payudara dan/atau kanker ovarium, riwayat keluarga yang menderita kanker kolon,
paru-paru, prostat dan rahim.

B. SARAN
Saran bagi para wanita menyadari tanda tanda kemungkinan terjadinya kanker
ovarium sangat diperlukan, karena lebih baik mencegah dari pada mengobati. Tanda-tanda
kanker ovarium yaitu meliputi, perut kembung, nyeri pada panggul atau perut, kesulitan
makan atau cepat merasa kenyang, gangguan kemih dan bertambahnya ukuran perut. Jika
wanita mengalami beberapa gejala penting di atas setiap hari selama dua sampai tiga minggu,
dianjurkan untuk segera melakukan konsultasi dengan dokter. Dan selain itu, diet kaya buah
dan sayuran, berolahraga secara teratur, menjaga berat tubuh normal dan mengelola stres
adalah salah satu solusi dalam membantu mengurangi risiko kanker ovarium.
DAFTAR PUSTAKA

Donges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta

Guyton, Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC

Manuaba, I Gede Bagus. 2004. Kapita Selekta Kedokteran dan KB. Jakarta : EGC

NANDA. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005 - 2006 Definisi dan Klasifikasi. Jakarta :
Prima Medika

Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktek Keperawatan. Jakarta : EGC

Prawiroharjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : YBPSP

Price. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Volume 2. Edisi 6. Jakarta : EGC

Smeltzer. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Volume 3. Jakarta :
EGC

TIM FK UNPADJ.2001. Ginekologi. Bandung : FK UNPADJ

Wilkinson M. Judith, dkk. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Diagnosis NANDA, Intervensi NIC,
Kriteria Hasil NOC Edisi 9. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai