( OBSTETRI )
DI SUSUN OLEH :
NIM : 201901130
Tahun 2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta
hidayah-NYA kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah mata kuliah
Keperawatan Gawat Darurat sesuai dengan waktu yang telah di tentukan.Pembuatan makalah ini adalah
sebagai salah satu tugas kami dalam menempuh pembelajaran di semester ini
Penulis berharap dengan disusunnya makalah ini dapat sedikit banyak menambah pengetahuan
para pembaca. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi penyempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
Daftar Pustaka........................................................................................................ 16
BAB I
PENDAHULUAN
Pada syok yang ringan gejala-gejala dan tanda tidak jelas, tetapi adanya syok yang ringan
dapat diketahui dengan “tilt test” yaitu bila pasien didudukkan terjadi hipotensi dan/atau
takikardia, sedangkan dalam keadaan berbaring tekanan darah dan frekuensi nadi masih normal.
2. Fase Syok
Perempuan hamil normal mempunyai toleransi terhadap perdarahan 500-1000 ml pada
waktu persalinan tanpa bahaya oleh karena daya adaptasi fisiologik kardiovaskular dan
hematologic selama kehamilan, jika perdarahan terus berlanjut, akan timbul fase-fase syok
sebagai berikut:
a. Fase Kompensasi
1) Rangsangan/refleks simpatis: Respons pertama terhadap kehilangan darah adalah vasokontriksi
pembuluh darah perifer untuk mempertahankan pasokan darah ke organ vital.
2) Gejala klinik: pucat, takikardia, takipnea
b. Fase Dekompensasi
1) Perdarahan lebih dari 1000 ml pada pasien normal atau kurang karena faktor-faktor yang ada.
2) Gejala klinik: sesuai gejala klinik syok di atas
3) Terapi yang adekuat pada fase ini adalah memperbaiki keadaan dengan cepat tanpa
meninggalkan efek samping.
c. Fase Kerusakan Jaringan dan Bahaya Kematian
Penanganan perdarahan yang adekuat menyebabkan hipoksia jaringan yang lama dan
kematian jaringan dengan akibat berikut.
1) Asidosis metabolik : disebabkan metabolisme anaerob yang terjadi karena kekurangan oksigen.
2) Dilatasi arteriol: akibat penumpukan hasil metabolism selanjutnya menyebabkan penumpukan
dan stagnasi darah di kapilar dan keluarnya cairan ke dalam jaringan ekstravaskular.
3) Koagulasi intravascular yang luas (DIC) disebabkan lepasnya tromboplastin dari jaringan yang
rusak.
4) Kegagalan jantung akibat berkurangnya lairan darah koroner.
5) Dalam fase ini kematian mengancam. Transfusi darah saja tidak adekuat, lagi dan jika
penyembuhan (recovery) dari fase akut terjadi, sisa-sisa penyembuhan akibat nekrosis ginjal
dan/atau hipofise akan timbul.
3. Penanganan
Jika terjadi syok, tindakan yang harus segera dilakukan antara lain sebagai berikut:
a. Cari dan hentikan segera penyebab perdarahan.
b. Bersihkan saluran napas dan beri oksigen atau pasang selang endotrakheal.
c. Naikkan kaki ke atas untuk meningkatkan aliran darah ke sirkulasi sentral.
d. Pasang 2 set infus atau lebih untuk transfuse, cairan infus dan obat-obat I.V. bagi pasien yang
syok. Jika sulit mencari vena, lakukan/pasang kanul intrafemoral.
e. Kembalikan volume darah dengan:
1) Darah segar (whole blood) dengan cross-matched dari grup yang sama, kalau tidak tersedia
berikan darah O sebagai life-saving.
2) Larutan kristaloid: seperti ringer laktat, larutan garam fisiologis atau glukosa 5 %. Larutan-
larutan ini mempunyai waktu paruh (half life) yang pendek dan pemberian yang berlebihan dapat
menyebabkan edema paru.
3) Larutan koloid: dekstran 40 atau 70, fraksi protein plasma (plasma protein fraction), atau
plasma segar.
f. Terapi obat-obatan
1) Analgesik: morfin 10-15 mg I.V. jika ada rasa sakit, kerusakan jaringan atau gelisah.
2) Kortikosteroid: hidrokortison 1 g atau deksametason 20 mg I.V. pelan-pelan. Cara kerjanya
masih controversial: dapat menurunkan resistensi perifer dan meningkatkan kerja jantung dan
meningkatkan perfusi jaringan.
3) Sodium bikarbonat: 100 mEq I.V. jika terdapat asidosis.
4) Vasopresor: untuk menaikkan tekanan darah dan mempertahankan perfusi renal.
a) Dopamin: 2,5 mg/kg/menit I.V.. sebagai pilih utama.
b) Beta-adrenergik stimulan: isoprenalin 1 mg dalam 500 ml glukosa 5 % I.V. infus pelan-pelan.
g. Monitoring
1) Central venous pressure (CVP): normal 10-12 cm air
2) Nadi
3) Tekanan darah
4) Produksi urine
5) Tekanan kapilar paru: normal 6-8 Torr
6) Perbaikan klinik: pucat, sianosis, sesak, keringat dingin, dan kesadaran.
4. Komplikasi
Syok yang tidak dapat segera diatasi akan merusak jaringan diberbagai organ sehingga
tidak dapat terjadi seperti komplikasi-komplikasi seperti gagal ginjal akut, nekrosis, hipofise
(sindroma Sheehan), dan koagulasi intravaskular diseminata (DIC).
5. Mortalitas
Perdarahan 500 ml pada partus spontan dan 1000 ml pada seksio sesarea pada umumnya
masih dapat ditoleransi. Perdarahan karena trauma dapat menyebabkan kematian ibu dalam
kehamilan sebanyak 6-7 % dan solusio plasenta 1-5 %. Di USA perdarahan obstetric
menyebabkan angka kematian ibu (AKI) sebanyak 13,4 %.
Abortus menentukan sebagai janin sebelum mencapai viabilitas. Karena resolusi viabilitas yang
berbeda-beda diberbagai negara, WHO memutuskan bahwa kehamilan tersebut mencapai 22
minggu atau lebih, atau mendukung berat janin 500 gr atau lebih.
Abortus adalah suatu usaha perbincangan dengan mengeluarkan hasil pembuahan sebelum
dipaksakan janin mampu bertahan hidup jika didukung.
1. Abortus apontan: memutuskan abortus terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk
mengosongkan rahim, disebabkan oleh sebab- sebab alami.
Sebuah. Abortus iminens (keguguran memenangkan): abortus ini baru membantah dan masih ada
harapan untuk mempertahankannya, pada abortus ini memerlukan pemeliharaan kram pada perut
bagian bawah atau perawatan pada punggung bawah, tetapi bisa juga tidak.
b. Abortus incipiens: abortus ini telah terjadi dan tidak dapat dicegah lagi.abortus ini terjadi
kompilasi ada yang membuka serviks atau ketuban pecah diperbaiki perdarahan dan pemulihan
pada bagian perut bawah atau pada punggung.
c. Abortus inkompletus (keguguran tidak lengkap): sebagian besar dari buah-buahan yang
diperoleh tetapi sebagian besar (biasanya jaringan plasenta) masih tertinggal dalam raahim, yang
akan menyebabkan perdarahan yang menambah parah atau infeksi, lebih baik aborsi yang terjadi
pada trimester ke II
e. Abortus yang terlewatkan (keguguran tertunda): keadaan dimana janin telah mati selama 22
minggu tetapi tertahan dalam rahim selama 2 bulan atau lebih setelah janin mati.
f. Abortus Habitualis: keguguran berulang ulang, terjadi pada wanita yang telah dibatalkan
abortus lebih dari tiga kali.
g. Abortus infeksiosus dan abortus septik: abortus yang merupakan infeksi pada genetalia,
sedang abortus septik adalah abortus infeksius yang berat yang disebarkan menggunakan kuman
atau toksin sesuai peredaran darah atau peritonium.
2. Abortus provocatus (disengaja, digugurkan):
Sebuah. Abortus provocatus therapeuticus adalah pengguguran kehamilan, biasanya dengan alat-
alat dengan alasan kehamilan, membawa maut untuk ibu, misalnya karena ibu menghasilkan
penyakit berat.
b. Abortus provocatus kriminal adalah pengguguran uang tanpa alasan medis yang syah dan
ditangguhkan oleh hukum.
1. Faktor ovofetal yang menyebabkan abortus adalah kelainan pertumbuhan janin dan kelainan
pada plasenta. Penyebab kelainan pertumbuhan janin adalah kelainan kromosom, Lingkungan
kurang sempurna, dan pengaruh dari luar.
2. Kelainan plasenta yang menyebabkan endarteritis pada vili koriales yang menghambat
oksigenisasi plasenta sehingga terjadi gangguan pertumbuhan yang menyebabkan kematian
(Prawirohardjo, S, 2002).
b. toksin, bakteri, virus, plasmodium masuk ke janin menyebabkan kematian sehingga terjadi
abortus,
d. kelainan traktus genitalis, seperti inkompetensi serviks, retroversi uteri, mioma uteri, dan
kelainan bawaan uterus (Prawirohardjo, 2002).
C. PATOFISIOLOGI
Pada abortus terjadi perdarahan desidualis, Pelepasan embrio parsial atau komplit akibat
perdarahan kecil di dalam desidua. Ketika terjadi kegagalan fungsi plasenta, rahim mulai
berkontraksi sehingga proses abortus mulai. Jika terjadi sebelum minggu kedelapan, embrio
defektif yang tertutup vilidan desidua dikeluarkan dalam gumpalan yang disebut blighted ovum,
meskipun sedikit konsepsi dapat tertahan dalam uterus atau serviks.
Perdarahan uterus terjadi selama proses penerbitan, antara minggu kedelapan dan ke empat belas,
perubahan atas dapat terjadi. Atau membran ketuban bisa mengeluarkan janin yang cacat, tetapi
gagal mengeluarkan plasenta. Plasenta ini dapat menonjol di osteum serviks eksterna. Atau tetap
melekat pada dinding rahim.
Abortus ini diikuti oleh perdarahan yang banyak. Antara minggu ke14 dan 22 janin dikeluarkan
dengan diikuti plasenta beberapa saat kemudian. Plasenta lebih jarang tertahan. Sederhana
perdarahan tidak berat, tetapi rasa sakit dapat hebat, sehingga menimbulkan persalinan kecil.
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Abortus komplet
2. Abortus inkompli = et
b. sering servik tetap terbuka karena masih ada benda di dalam rahim yang dianggap korpus
allenum, maka utherus akan meminta menelurkannya dengan kontraksi, tetapi jika digunakan ini
dibiarkan lama, servik akan ditutup kembali.
d. Gejala / tanda: kram / nyeriakaut perut bawah, dan ekspulsi sebagai hasil konsepsi
3. Abortus incipiens
a. perdarahan banyak
4. Abortus iminiens
a. Perdarahan sedikit
b. Nyeri melilit karena kontraksi tidak ada atau sedikit sekali, kram perut bawah dan utherus
lunak
d. Serviks Tertutup
F. KOMPLIKASI
a. Perdarah perforasi sering terjadi selama dilatasi dan kuretasi dilakukan oleh tenaga yang tidak
ahli seperti bidan atau dukun, stok pada abortus dapat disebabkan oleh perdarahan yang lebih
banyak disebut syok hemorogik, dan obat berat atau sepsis disebuyt septik, penggunaan dan
tetanus, payah ginjal
b. Pada melewatkan aborsi dengan retensi lama, konsepsi dapat terjadi kelainan pembekuan
darah (kapita selekta kedokteran).
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Diagnostik:
H. PENATALAKSANAAN
1. Abortus imminiens:
Berhenti: lakukan asuhan antenatal seperti biasa, lakukan estimasi jika perdarahan terjadi lagi
Terus berlangsung: nilai penilaian janin (uji penilaian USG), lakukan verifikasi kemungkinan
penyebab lai, perdarahan, perincian, temukan utherus yang lebih besar dari apa yang
diharapkan , mungkib menunjukkan kehamilan ganda atau mola. Tidak perlu hormon terestrial
(estrogen atau progresteron) atau tekolitik (misalnya albutamol atau idometasin) karena obat ini
tidak dapat mencegah abortus.
2. abortus insipiens
Sebuah. jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu melakukan penilaian uterus denga aspirasi
vakum manual, jika evaluasi tidak dapat segera dilakukan: persiapan untuk mengeluarkan hasil
konsepsi dari uterus yang disediakan ergromentin 0,2 mg IM (dapat diulang setelah 15 menit jika
perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulanginggal 4 jam bila perlu)
b. jika penilaian lebih dari 16 minggu Tungu ekspulsi hasil spontan konsepsi lalu penilaian sisa
hasil konsepsi. Jika perlu lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan IV
e. Tindakan observasi yang cermat terhadap bahan yang keluar dari vagina.
3. Abortus inkomplet
a. Jika perdarahan tidak memerlukan banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu, evaluasi
dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi
melalui servik.Jika perdarahan berhenti, beri ergrometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 4090 mcg
per oral
b. Jika perdarahan banyak atau terus menerus berlangsung dan usia kehamilan kurang dari 16
minggu, evaluasi sisa hasil konsepsi dengan: Aspirasi vacum manual Evaluasi dengan kuret
tajam dipahami hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia. Jika evakuasi belum
dapat dilakukan segera, beri ergrometin 0,2 mg IM (dapat diulang setelah 15 menit jika perlu)
atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang setelah 4 jam jika perlu).
c. Jika kehamilan lebih dari 16 minggu: Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 mi cairan IV
(garam fisiologik atau RL) dengan kecepatan 40 tetes permenit.sampai terjadi ekspulsi hasil
pencarian data. Jika dibutuhkan, misoprostol 200 mcg pervagina setiap 4 jam samapi maks 800
mcg) Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam rahim.
d. Pastikan untuk tetap menggunakan ibu setelah penanganan, pada sebagian besar kasus, supresi
laktasi mungkin diperlukan untuk mencegah perdarahan lebioh lanjut.
4. abortus komplit
d. Saat terjadi anemia sedang, diberikan tablet sulfas ferrosus 600 mg per hari selama 2
minggu.Jika anemia berat diberikan transfusi darah.
A. Pengkajian
b. Pemeriksaaan uteri
6. Perut keras seperti papan uterus tegang dan dengnan pembesaran simetris atau asimetri
c. Pemeriksan dalam
1. Servik ditutup
2. Servik sudah dibuka dan dapat teraba ketuban dan hasil konsepsi dalam kavum uteri atau pada
kanalis servikalis
4. Konsistensinya melunak
d. Kaji TTV
1. TD normal
2. Nadi normal
3. Pernafasan normal
4. Suhu normal.
e. Pengkajian psikologi
1. Cemas psikologi
2. Gelisah
3. Koping individu
4. Hipotensi, takikardi, perlambatan pengisisn kapiler, kulit dingin dan lembab, pucat, pusing
5. Mual
6. Muntah
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kasus kegawatdarurat obstetri menjadi penyebab utama kematian ibu, janin, dan bayi baru
lahir. Penilaian awal ialah langkah pertama untuk menentukan dengan cepat kasus obstetri yang
dicurigai dalam keadaan gawatdarurat dan membutuhkan pertolongan segera dengan
mengidentifikasi penyulit (komplikasi) yang dihadapi. Pemeriksaan klinik lengkap meliputi
anamnesis, pemeriksaan fisik umum, dan pemeriksaan obstetri termasuk pemeriksaan panggul.
Syok hemoragik adalah suatu syok yang disebabkan oleh perdarahan yang banyak yang dapat
disebabkan oleh perdarahan antepartum, inpartu, dan perdarahan pascapersalinan. Gejala klinik
syok hemoragik bergantung pada jumlah perdarahan yang terjadi. Dengan penegakan diagnosis
yang tepat maka penatalaksanaan kasus perdarahan dalam obstetri yang dilakukan juga dapat
tepat mengenai sasaran.
B. Saran
Mahasiswi harus dapat melatih diri untuk dapat melakukan penilaian awal dan penilaian
klinik untuk menentukan suatu kegawatdaruratan obstetri. Selain itu, mahasiswi harus benar-
benar mengetahui klasifikasi dari kasus gawatdarurat pada kehamilan, persalinan, dan masa
nifas. Mahasiswi diharapkan dapat menerapkan penatalaksanaan gawatdaruratan perdarahan
pada obstetri baik dalam kehamiFrlan, persalinan, dan masa nifas.
DAFTAR PUSTAKA