Anda di halaman 1dari 15

ASKEP, FISIOLOGI

D A N H O M E V I S I T PA D A
I B U P O S T P A RT U M
KELOMPOK 3
1. MUHD AL-FIN
2. CUT NADJRIAH ANNISA
3. YUNAZZILA
4. ULFAH MAYYANI
Tujuan dalam pemberian asuhan keperawatan pada periode post partum
adalah untuk membantu ibu dan keluarga selama masa transisi awal
mengasuh anak. Fokus pemberian asuhan keperawatan adalah berfokus
pada pemulihan, kesejahteraan psikologis, dan kemampuan ibu untuk
merawat diri sendiri dan bayinya.

• Post partum dimulai dari “birth to pre-pregnant condition” dalam waktu 6


minggu. Sangat penting informasi untuk dibagikan kepada ibu dengan
waktu yang teramat singkat, sehingga para ibu dapat membuat
perencanaan dengan baik dan mengetahui permasalahan yang akan
dihadapi.
Tujuan pemberian asuhan keperawatan pada ibu post partum yaitu :
> Membantu dan mensuport kesembuhan ibu ke keadaan seperti sebelum
hamil.
> Mangkaji dan mengidentifikasi penyimpangan dari kondisi normal.
> Memberikan pendidikan kepada ibu tentang perawatan bagi bayinya
(infant care) dan dirinya sendiri (self care).
• Fokus perawat dalam asuhan keperawatan post partum adalah :
• Proses penyembuhan fisik
• Psycological well-being
• Kemampuan untuk merawat dirinya dan bayinya
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN

RIWAYAT RIWAYAT PENGKAJIAN


IDENTITAS PASIEN PERKAWINAN PSIKOSOSIAL
KEHAMILAN

RIWAYAT KB &
RIWAYAT RIWAYAT KESEHATAN
KELUHAN UTAMA PERENCANAAN
PERSALINAN KELUARGA
KELUARGA

PEMERIKSAAN RIWAYAT PENYAKIT


RIWAYAT HAID Dan…
FISIK DAHULU
PENGKAJIAN STATUS FISIOLOGIS MATERNAL

Payudara
• Pengkajian payudara selama masa post partum meliputi inspeksi
ukuran, bentuk, warna, dan kesimetrisan serta palpasi
konsistensi dan apakah ada nyeri tekan guna menentukan status

(Breast)
laktasi. Pada 1 sampai 2 hari post partum, payudara tidak
banyak berubah kecil kecuali sekresi kolostrum yang banyak
• Ketika menyusui dimulai, perawat dapat mengamati perubahan
payudara, menginspeksi puting dan areola apakah ada tanda-
tanda kemerahan dan pecah, serta menanyakan pada ibu apakah
ada nyeri tekan

Rahim • proses uterus kembali ke ukuran dan kondisinya


sebelum kehamilan, diukur dengan mengkaji

(Uterus) tinggi dan konsistensi fundus uterus dan


karakter serta jumlah lokia setiap 4 sampai 8
jam.

Fungsi usus • Pengkajian meliputi auskultasi bising usus,


inspeksi dan palpasi apakah ada distensi

(Bowel) abdomen, inspeksi apakah ada hemoroid dan


penmbengkakan atau ekimosis pada perineum,
dan mengkaji apakah ada flatus
Kandung • Perawat mengkaji kondisi kandung kemih

kemih dengan palpasi, perkusi, dan pengamatan


terhadap abdomen.
• Pada proses penyembuhan normal, jumlah lokia perlahan-
lahan berkurang dengan perubahan warna yang khas yang

(Lochea) menunjukkan penurunan komponen darah dalam aliran


lokia. Jumlah lochea bervariasi pada setiap individu dan
pada umumnya lebih banyak pada multipara. Jumlah lochea
yang dapat meningkat pada ambulasi dini karena
terkumpul di vagina dan peningkatan kontraksi uterus

Episiotomi / • Perawat melakukan pengkajian daerah perineum dan


perianal dengan sering untuk mengidentifikasi karakteristik

perineum normal atau deviasi dari normal, seperti hematoma, memar


(ekimosis), edema, kemerahan (eritema), dan nyeri tekan.
Jika ada jahitan luka, kaji keutuhan, hematoma, perdarahan
(Episiotomy) dan tanda-tanda infeksi

Ekstremitas • Ekstremitas bawah diamati untuk mendeteksi tanda-tanda


tromboflebitis post partum, yang merupakan suatu

bawah (Lower komplikasi yang serius. Ibu mempunyai faktor predisposisi


tromboflebitis pada ekstremitas bawah selama kehamilan
dan masa post partum awal
ekstremity)
• Emosi merupakan elemen penting dari penilaian
postpartum. Klien postpartum biasanya menunjukkan

Emosi (Emotion) gejala dari “baby blues” atau “postpartum blues”


ditunjukkan oleh gejala menangis, lekas marah, dan
kadang-kadang insomnia.
2 . D IA GN O SI S

• Nyeri akut b.d. kontraksi uterus (afterpain), episiotomi, laserasi, hemoroid, pembengkakan payudara, insisi bedah
• Risiko perdarahan b.d. koagulopati inheren (trombositopenia), komplikasi pascapartum (mis., atoni uterus, retensi
plasenta)
• Risiko infeksi b.d. pecah ketuban lama, kerusakan integritas kulit dan trauma jaringan akibat kelahiran anak
• Keletihan b.d. partus lama
• Gangguan eliminasi urin b.d. diuresis post partum, retensi urin akibat edema pasca persalinan
• Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d. peningkatan kebutuhan karena laktasi
• Kekurangan volume cairan b.d. penurunan asupan oral atau kehilangan darah
• Konstipasi b.d. obstruksi pasca bedah, penurunan motilitas usus dan tonus abdomen, dehidrasi, nyeri pada saat
defekasi
• Kerusakan integritas kulit b.d. insisi bedah atau laserasi
• Defisit perawatan diri : mandi b.d. kelemahan, nyeri
• Gangguan pola tidur b.d. ketidaknyamanan fisik atau kebutuhan menyusui bayi baru lahir
• Ketidakefektifan pemberian ASI b.d. anomali payudara ibu, kurang pengetahuan orang tua tentang teknik menyusui
• Ketidakefektifan pola seksual b.d. proses penyembuhan dari persalinan.
• (Nurbaeti, 2013)
3. INTERVENSI
Salah satu nya : diagnosa Keletihan b/d partus lama
NOC NIC
1.Kelelahan : efek yang mengganggu Manajemen energi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan > pasien yang menyebabkan kelelahan
selama 2x24 jam masalah teratasi dengan sesuai dengan konteks usia dan
kriteria hasil : perkembangan
• Penurunan energi 1 - 4 > Monitor intake / asupan nutrisi untuk
• Gangguan aktivitas fisik 1 - 4 mengetahui sumber energi yang adekuat
• Gangguan pada rutinitas 1 - 4  
2. Tingkat kelelahan Manajemen nutrisi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan > Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi
selama 2x24 jam masalah teratasi dengan yang dibutuhkan yang dibutuhkan untuk
kriteria hasil : memenuhi persyaratan gizi
• Penurunan motivasi 1- 4 > Monitor kalori dan asupan makanan
• Tingkat stres 1 - 4 Tentukan status gizi pasien dan kemampuan
Ket : (pasien) untuk memenuhi kebutuhan gizi
1 = berat  
2 = cukup berat Peningkatan tidur
3 = sedang > Tentukan pola tidur / aktivitas pasien
4= ringan > Monitor / catat pola tidur pasien dan
5= tidak ada jumlah jam tidur
Sesuaikan lingkungan (cahaya, kebisingan,
suhu, kasur, dan tempat tidur)
4. IMPLEMENTASI
MELAKSANAKAN INTERVENSI/PLANNING

5. EVALUASI
KAJI APAKAH INTERVENSI TERLAKSANA , JIKA BELUM LAKUKAN KEMBALI INTERVENSI PADA
IMPLEMENTASI SELANJUTNYA.
HOME VISIT IBU POST PARTUM

Home visit (kunjungan rumah) ibu postpartum adalah kunjungan


yang dilakukan oleh perawat dengan tujuan untuk memberikan
pelayanan keperawatan kepada pasien dirumahnya, yang
merupakan sintesa dari pelayanan keperawatan komunitas dan
keterampilan teknikal tertentu yang berasal dari spesialisasi
kesehatan tertentu, yang berfokus pada asuhan keperawatan
individu dengan melibatkan keluarga, dengan tujuan
memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan kesehatan
fisik, mental atau emosi pasien. (Mitayani, 2009)

Pelayanan nifas merupakan pelayanan kesehatan yang sesuai


standar pada ibu mulai 6 jam sampai dengan 42 hari pasca
persalinan oleh tenaga kesehatan. Asuhan masa nifas penting
diberikan pada ibu dan bayi, karena pada masa tersebut
merupakan masa krisis baik ibu dan bayi.
A. JADWAL KUNJUNGAN RUMAH PADA MASA NIFAS

Kunjungan pada masa nifas dilakukan minimal 4x. Tujuan melakukan


kunjungan rumah yaitu untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir serta
mencegah, mendeteksi, dan menangani komplikasi pada masa nifas.
Manfaat melakukan kunjungan rumah
• Perawat dapat melihat dan berinteraksi dengan
keluarga dalam lingkungan yang alami dan aman.
• Perawat mampu mengkaji kecukupan sumber daya
yang ada, keamanan dan lingkungan di rumah.  
Kekurangan dalam melakukan
kunjungan rumah
• Memerlukan biaya yang banyak.
• Jumlah perawat terbatas.
• Kekhawatiran tentang keamanan untuk mendatangi
pasien di daerah tertentu.
• Jadwal kunjungan rumah pada masa nifas sesuai dengan program
pemerintah meliputi:
1.Kunjungan I (6-8 jam post partum),
bertujuan untuk :
• Mencegah perdarahan masa nifas akibat atonia uteri
(keadaan lemahnya tonus atau kontraksi rahim yang
menyebabkan uterus tidak mampu menutup
perdarahan terbuka dari tempat implantasi palsenta
setelah bayi lahir).
• Mendeteksi dan melakukan perawatan penyebab lain
perdarahan serta melakukan rujukan apabila
perdarahan berlanjut.
• Pemberian ASI awal.
• Konseling ibu dan keluarga tentang cara mencegah
perdarahan karena atonia uteri.
• Mengajarkan cara mempererat hubungan ibu dan
bayi baru lahir.
Kunjungan II (6 hari post partum), bertujuan untuk :

• Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi baik, tunggi


fundus uteri di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.
• Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan.
• Memastikan ibu cukup istirahat, makanan, dan cairan.
• Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-tanda
kesulitan menyusui.
• Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.

Kunjungan III (2 minggu post partum)

• Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang diberikan pada
kunjungan 6 hari post partum.

Kunjungan IV (6 minggu post partum), bertujuan untuk :

> Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa


nifas.
> Memberikan konseling KB secara dini.
B.PENDIDIKAN KESEHATAN MASA
NIFAS
P E N D I D I K A N K E S E H A T A N M A S A N I FA S M E L I P U T I :
1.Gizi

• Pendidikan kesehatan gizi untuk ibu menyusui antara lain: konsumsi tambahan 500 kalori setiap
hari, makan dengan diet seimbang, minum sedikitnya 3 liter air setiap hari, tablet zat besi harus
diminum selama 40 hari pasca bersalin dan minum kapsul vitamin A (200.000 unit).

2.Kebersihan diri dan bayi

• Pendidikan kesehatan kebersihan diri untuk ibu nifas antara lain: menganjurkan kebersihan
seluruh tubuh, mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin, menyarankan ibu untuk
mengganti pembalut, menyarankan ibu untuk cuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan
daerah kelamin, jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, menyarankan untuk
menghindari menyentuh
3.Istirahat / tidur

• Pendidikan kesehatan untuk ibu nifas dalam hal istirahat atau tidur meliputi: menganjurkan ibu
untuk cukup istirahat, menyarankan ibu untuk kembali ke kegiatan rumah secara perlahan-
lahan, menjelaskan pada ibu bahwa kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam jumlah ASI
yang diproduksi, memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan,
menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi serta diri sendiri.
4.Pemberian ASI

• Pendidikan kesehatan untuk ibu nifas dalam pemberian ASI sangat bermanfaat, karena
pemberian ASI merupakan cara yang terbaik untuk ibu dan bayi. Oleh karena itu, berikan KIE
(Komunikasi, Informasi, Edukasi) tentang proses laktasi dan ASI, mengajarkan cara perawatan
5.Latihan atau senam nifas

• Pendidikan kesehatan tentang latihan atau senam nifas


meliputi: mendiskusikan pentingnya pengembalian otot-otot
perut dan panggul untuk kembali normal, menjelaskan bahwa
latihan tertentu beberapa menit setiap hari dapat membantu
mempercepat pengembalian otot-otot perut dan panggul
kembali normal.
6. Hubungan seks dan keluarga berencana

• Pendidikan kesehatan tentang seks dan keluarga berencana


yaitu: hubungan seks dan KB dapat dilakukan saat darah nifas
sudah berhenti dan ketika ibu sudah merasa nyaman,
keputusan untuk segera melakukan hubungan seks dan KB
tergantung pada pasangan yang bersangkutan, berikan KIE
tentang alat kontrasepsi KB.
7. Tanda-tanda bahaya selama masa nifas

• Pendidikan kesehatan tentang tanda-tanda bahaya masa nifas


meliputi: pendidikan kesehatan tentang tanda bahaya masa
nifas untuk mendeteksi komplikasi selama masa nifas. Tanda
bahaya dapat berupa: perdarahan dan pengeluaran abnormal,
sakit pada daerah abdomen atau punggung, sakit kepala terus
menerus, penglihatan kabur, nyeri ulu hati, bengkak pada
ekstremitas, demam, muntah, sakit saat BAK, perubahan pada
payudara, nyeri, kemerahan pada betis, depresi postpartum,
pasien postpartum blues.
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai