Disusun Oleh:
ISMU AZIS
NIM. 2214901140
Telah diisetujui dan disahkan oleh pembimbing, Laporan Praktek Stase Gawat
Darurat Prodi Pendidikan Profesi Ners Fakultas Kesehatan Teknologi dan Sains
Utara.
Telah di Setujui
A. Anatomi Fisiologi
1. Pengertian Sel
Sel adalah satu unit dasar dari tubuh manusia dimana setiap organ
merupakan gregasi/ penyatuan dari berbagai macam sel yang di persatukan
satu sama lain oleh sokongan struktur struktur instraselluler. Setiap jenis sel
dikhususkan untuk melakukan suatu fungsi tertentu. Sel mengandung
struktur fisik yang sangat terorganisasi yang dinamakan organel. Struktur
penting dalam fungsi sel sebagai unsur-unsur kimia. Organel sel yng penting
adalah membrane sel, plasma sel, inti sel (nucleus), inti dari inti sel
(nucleolus), dan kromatin. Di dalam sel terdapat tiga komponen utama yaitu
membrane sel, plasma sel (sitoplasma) dan mitokondria (Subagiartha,
2018).
a. Membrane sel
Membrane sel merupakan struktur elastis yang sangat tipis, yaitu
7,5 – 10 nm. Hamper seluruhnya terdiri dari keeping-keping halus yang
merupakan gabungan protein dan lemak, merupakan tempat lewatnya
berbagai zat yang keluar dan masuk sel. Membrane ini bertugas untuk
mengatur hidupnya sel dan menerima segala bentuk rangsangan. Fungsi
membrane sel:
C. Epidemiologi
Berdasarkan data estimasi jumlah kasus baru dan jumah kematian akibat
kanker di RS Dharmis Jakarta tahun 2012-2013, kanker jaringan lunak
termasuk 10 kasus kanker terbanyak. Sarkoma jaringan lunak merupakan 15%
tumor ganas pada anak-anak dan 1% tumor ganas pada dewasa (Arfiana dkk,
2016). Kejadian soft tissue tumor relatif rendah, insidensinya hanya sekitar 1-
2% dari semua kanker dewasa, sedang pada anak 6.5%, namun soft tissue tumor
memiliki lebih dari 70 sub tipe histologic (Humaryanto dan Shahib, 2016).
D. Etiologi
Sejauh ini masih belum dapat dipastikan penyebab dari soft tissue tumor
(STT) akan tetapi, faktor penyebabnya tidak hanya oleh satu faktor tunggal tetapi
banyak faktor seperti faktor kelainan bawaan, faktor genetik familial, faktor
stimulasi asing, faktor rangsangan zat kimia, serta faktor adanya trauma luka
atau cidera (Humaryanto dan Shahib, 2016). Menurut Sjamsuhidayat (2010)
menjelaskan bahwa penyebab terjadinya soft tissue tumor (STT) yaitu :
1. Kondisi Genetik
Ada bukti tertentu pembentukan gen dan mutasi gen adalah faktor
predisposisi untuk beberapa tumor jaringan lunak, dalam daftar laporan gen
yang abnormal, bahwa gen memiliki peran penting dalam diagnosis. Faktor
genetik dapat menyebabkan soft tissue tumor (STT) berdasarkan dari data
penelitian, diduga mutasi genetik pada sel induk mesenkim dapat
menimbulkan terjadi soft tissue tumor (STT) .
2. Radiasi dan bahan kimia
E. Klasifikasi
Menurut WHO (2013) klasifikasi soft tissue tumor (STT) terdiri dari
beberapa bagian yaitu, Adipocitik, fibroblastic, myofibroblastik, So – cell
fibroblastic, smooth muscle, pericytic, skeletal muscle, vascular,
gastrointestinal stromal, nerve sheath, Tumor diferensiasi yang tidak pasti dan
kategori lain.
Tabel 1. Klasifikasi soft tissue tumor (STT)
No Soft Tissue Tumor (STT) Kategori
F. Patofisiologi
4. Lokasi tumor. Makin superfisial, prognosis makin baik (M. Clevo, 2012).
G. Manifestasi Klinis
H. Pemeriksaan Penunjang
3. Pemeriksaan CT – Scan
4. Pemeriksaan MRI
a. Sitologi
d. Biopsi Eksisi: berlaku untuk tumor kecil jaringan lunak, bersama dengan
bagian dari jaringan normal di sekitar tumor reseksi seluruh tumor untuk
pemeriksaan histologis (Robert Priharjo, 2012).
1. Penatalaksaan Farmakologi
d. Amati ada atau tidak komplikasi atau potensial yang terjadi setelah
dilakukan operasi
J. Clinical Pathway
Perubahan Fisik
Terdapat luka saat pembedahan
Ansietas
K. Konsep Asuhan Keperawatan
Pengkajian
A. Keluhan Utama
F. Pemeriksaan Fisik:
Data Fokus
Pemeriksaan pada struktur dan perubahan fungsi yang terjadi dengan teknik
yang digunakan head to toe yang diawali dengan observasi tingkat
kesadaran, keadaan umum, vital sign
Inspeksi: Lihat apakah ada asites, ada nodul, bentuk simetris, kontur kulit
lentur, tidak ada benjolan/ massa
Palpasi: Apakah ada nyeri tekan, ada massa, ada asites dan bagaimana turgor
kulit.
Data Penunjang
G. Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi: Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
Post Operasi: Resiko Infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
Post Operasi: Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera fisik
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi
1. Ansietas (pre Setelah dilakukan perawatan selama 1 x 24 jam Pengurangan kecemasan (5820)
operasi) maka pasien menunjukkan indikator:
1. Gunakan pendekatan yang
Kontrol Kecemasan Diri (1402) tenang dan menyakinkan
Indikator Skala Skala 2. Jelaskan semua
prosedurtermasuk sensasi
saat ini Capaian yang akan dirasakan yang
Menggunakan 1 3 mungkin akan dialami
teknik relaksasi klien
untuk menurunkann selama prosedur
kecemasan [dilakukan]
3. Berikan informasi faktual
terkait diagnosis,
Mengendalikan 1 3 perawatan dan prognosis
respon kecemasan
4. Dengarkan klien
Puji/kuatkan perilaku
Mengurangi 1 3
yang baik secara tepat
penyebab
kecemasan 5. Bantu klien
mengidentifikas situasi
Keterangan: yang memicu kecemasan
1. Tidak pernah dilakukan 6. Dukung penggunaan
mekanisme koping yang
2. Jarang menunjukka sesuai
3. Kadang-kadang dilakukan 7. Instruksikan klien untuk
4. Sering dilakukan menggunakan teknik
relaksasi
5. Secara Konsisten dilakukan
2 Nyeri Akut Setelah dilakukan perawatan selama 1 x 24 jam Manajemen nyeri (1400)
(post operasi) maka pasien menunjukkan indikator: 1. Lakukan pengkajian
Kontrol Nyeri (1605) nyeri komprehensif yang
Indikator Skala Skala meliputi lokasi,
saat ini Capaian karakteristik,
onset/durasi, frekuensi,
Mengenali kapan 1 4 kualitas, intensitas atau
nyeri terjadi beratnya nyeri clan
faktor pencetus
2. Gunakan strategi
Menggunakan 1 4 komunikasi terapeutik
tindakan untuk mengetahui
pencegahan pengalaman nyeri clan
sampaikan penerimaan
pasien terhadap nyeri.
Melaporkan nyeri 1 4
yang terkontrol
3. Berikan informasi
mengenai nyeri, seperti
penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan
Keterangan: dirasakan dan antisipasi
1. Tidak pernah menunjukkan dari ketidaknyamanan
2. Jarang menunjukkan akibat prosedur.
3. Kadang-kadang menunjukkan 4. Libatkan keluarga dalam
4. Sering menunjukkan modalitas
5. Secara konsisten menunjukkan penurun nyeri, jika
memungkinkan.
5. Pilih dan
implementasikan
tindakan yang beragam
(misalnya, farmakologi,
nonfarmakologi,
interpersonal) untuk
memfasilitasi penurunan
nyeri, sesuai dengan
kebutuhan
DAFTAR PUSTAKA
Humaryanto dan Shahib., M., N. 2016. Pengaruh Aktivitas Siklus Sel pada Fase
G2M Terhadap Progresivitas Sarkoma Jaringan Lunak Melalui Pengukuran
Ekspresi mRNA Gen Aurka dan Ascl2. Jurnal Penelitian Universitas Jambi
Seri Sains. Vol 18(1)
Metta., C., P. 2018. Laporan Kasus Soft Tumor Tissue. Ilmu Bedah Orthopedic :
Universitas Prima Indonesia.
Priahrjo, Robert. 2012. Pengkajian Fisik Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktek.
Jakarta : EGC
Subagiartha., I., M. 2018. Tinjauan Pustaka Sel Struktur, Fungsi dan Regulasi. Bali
: Program Studi Anesthesiologi dan Terapi Intensif. Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana.