Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Laparotomi berasal dari dua kata terpisah, yaitu laparo dan tomi, Laparo sendiri
berarti perut atau abdomen sedangkan tomi berarti penyayatan. Dengan
demikian laparotomi dapat didefenisikan sebagai penyayatan pada dinding
abdomen atau peritoneal. Istilah lain untuk laparotomi adalah celiotomi
(Fossum, 2002). Laparatomi merupakan prosedur pembedahan yang
melibatkan suatu insisi pada dinding abdomen hingga ke cavitas abdomen
(Sjamsurihidayat dan Jong, 2010).
Menurut World Health Organization (WHO) dikutip dari Nurlela (2009) pasien
laparatomi mengalami peningkatan sebanyak 15% tiap tahunya, Berdasarkan
data Kementerian Kesehatan RI, menyebutkan jumlah kasus laparatomi di
indonesa meningkat dari 3,281 kasus pada tahun 2011 dan 3,625 kasus pada
tahun 2014, persentase jumlah kasus laparatomi yang ditangani di rumah sakit
pemerintah sebesar 38,5% sedangkan rumah sakit swasta sebesar 60,5%
(kementerian kesehatan RI, 2013).
Masalah yang sering muncul pada saat selesai tindakan operasi lapratomi ialah
nyeri, nyeri yang dirasakan klien pada luka bekas insisi yang disebabkan karena
adanya stimulus nyeri pada daerah luka insisi yang menyebabkan keluarnya
madiator nyeri yang dapat menstimulasi tranmisi impuls disepanjang serabut
syaraf aferen nosiseptor ke substansi dan diinterpretasikan sebagai nyeri
(Smeltzer & Bare, 2010). Selain dari stimulasi nyeri yang dirasakan klien,
komplikasi yang bisa terjadi pada pasien pasca laparatomi adalah kelemahan
sehingga pasien tidak toleran terhadap aktifitas sehari-harinya, resiko infeksi
karena luka insisi post laparatomi dan pemantauan terhadap nutrisi dan diit
setelah menjalani operasi (Muttaqin & Sari, 2011).

1
B. TUJUAN
Setelah melakukan asuhan keperawatan duharapkan penulis dapat
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam menerapkan asuhan
keperawatan yang bermutu dalam menerapkan asuhan keperawatan yang
bermutu pada pasien
C. MANFAAT
a. Bagi Rumah Sakit
Hasil penulisan laporan praktek ini diharpkan dapat digunakan sebagai
dasar pengembanagn manjemen asuhan keperawatan dan membantu
perawat di ruang perawatan dalam menjaga kepuasan klien terhadap
pelayanan asuhan keperawatan.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penulisan laporan praktek ini diharapkan menambah wawasan dan
ilmu pengetahuan khususnya dibidang medical bedah pada klien Tn.M
dengan post op laparatomy diruang perawatan.
c. Bagi Penulis
Hasil penulisan laporan praktek ini diharapkan memberikan pengetahuan
dan memperkaya pengalaman bagi penulis dalam memberikan dan
menyusun asuhan keperawatan pada pasien striktur uretra sebagai salah satu
syarat menyelesaikan tugas praktek klinik keperawatan Medikal Bedah
(KMB).

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Laparatomy merupakan prosedur pembedahan yang melibatkan suatu insisipada
dinding abdomen hingga ke cavitas abdomen (Sjamsurihidayat dan Jong, 1997).
Ditambahkan pula bahwa laparatomi merupakan teknik sayatan yang dilakukan
pada daerah abdomen yang dapat dilakukan pada bedah digestif dan obgyn.
Adapun tindakan bedah digestif yang sering dilakukan dengan tenik insisi
laparatomi ini adalah herniotomi, gasterektomi, kolesistoduodenostomi,
hepatorektomi, splenoktomi, apendektomi, kolostomi, hemoroidektomi dfan
fistuloktomi. Sedangkantindakan bedah obgyn yang sering dilakukan dengan
tindakan laoparatomi adalah berbagai jenis operasi pada uterus, operasi pada
tuba fallopi, dan operasi ovarium, yang meliputi hissterektomi, baik
histerektomi total, radikal, eksenterasi pelvic, salpingooferektomi bilateral.
Tujuan: Prosedur ini dapat direkomendasikan pada pasien yang mengalami
nyeri abdomen yang tidak diketahui penyebabnya atau pasien yang mengalami
trauma abdomen. Laparatomy eksplorasi digunakan untuk mengetahui
sumber nyeri atau akibat trauma dan perbaikan bila diindikasikan.
Ada 4 cara insisi pembedahan yang dilakukan, antara lain (Yunichrist, 2008):

1) Midline incision
Metode insisi yang paling sering digunakan, karena sedikit perdarahan,
eksplorasi dapat lebih luas, cepat di buka dan di tutup, sertatidak memotong
ligamen dan saraf. Namun demikian, kerugian jenis insis ini adalah
terjadinya hernia cikatrialis. Indikasinya pada eksplorasi gaster, pankreas,
hepar, dan lien serta di bawah umbilikus untuk eksplorasi ginekologis,
rektosigmoid, dan organ dalam pelvis.

2) Paramedian

sedikit ke tepi dari garis tengah (± 2,5 cm), panjang (12,5 cm). Terbagi atas

3
2 yaitu, paramedian kanan dan kiri, dengan indikasi pada jenis operasi
lambung, eksplorasi pankreas, organ pelvis, usus bagian bagian bawah,
serta plenoktomi. Paramedian insicion memiliki keuntungan antara lain :
merupakan bentuk insisi anatomis dan fisiologis, tidak memotong ligamen
dan saraf, dan insisimudah diperluas ke arah atas dan bawah
3) Transverse upper abdomen incision
insisi di bagian atas, misalnya pembedahan colesistotomy dan splenektomy.
4) Transverse lower abdomen incision
insisi melintang di bagian bawah ± 4 cm di atas anterior spinal iliaka,
misalnya; pada operasi appendectomy

4
B. Patofisiologi nyeri

Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional


(Dorland, 2011).Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera
fisiologis akibat gangguan emosionalyang hebat (Brooker, 2010).Trauma
adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa kurang dari44
tahun.Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor implikasi pada
trauma tumpul dan tembusserta trauma yang disengaja atau tidak disengaja
(Smeltzer, 2011). Trauma abdomen adalahcedera pada abdomen, dapat berupa
trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atautidak disengaja
(Smeltzer, 2011).Trauma abdomen merupakan luka pada isi rongga perut dapat
terjadi dengan atau tanpatembusnya dinding perut dimana pada
penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratandapat pula dilakukan
tindakan laparatomi. Tusukan/tembakan , pukulan, benturan, ledakan,deselerasi,
kompresi atau sabuk pengaman (set-belt) dapat mengakibatkan terjadinya
traumaabdomen sehingga harusdi lakukan laparatomy.(Arif Muttaqin, 2013).

Trauma tumpul abdomen dapat mengakibatkan individu dapat kehilangan


darah, memar/jejas pada dinding perut, kerusakan organ-organ, nyeri, iritasi
cairan usus. Sedangkan trauma tembusabdomen dapat mengakibatkan
hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, respon stressimpatis, perdarahan
dan pembekuan darah, kontaminasi bakteri, kematian sel. Hilangnyaseluruh
atau sebagian fungsi organ dan respon stress dari saraf simpatis akan
menyebabkanterjadinya kerusakan integritas kulit, syok dan perdarahan,
kerusakan pertukaran gas, resikotinggi terhadap infeksi, nyeri akut.(Arif
Muttaqin, 2013).

5
C. PATWAY

D. Etiologi

Etiologi sehingga dilakukan laparatomi adalah karena disebabkan oleh


beberapa hal (Smeltzer, 2012) yaitu:
1. Trauma abdomen (tumpul atau tajam).

2. Peritonitis.

3. Perdarahan saluran cernas

4. Sumbatan pada usus halus dan usus besar.

5. Massa pada abdomen

6
E. Manifestasi klinis

 Nyeri tekan.
 Perubahan tekanan darah, nadi, dan pernafasan.
 Kelemahan.
 Gangguan integumen dan jaringan subkutan.
 Konstipasi.
 Mual dan muntah, anoreksia.

F. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan rektum : adanya darah menunjukkan kelainan pada usus


besar ; kuldosentesi, kemungkinan adanya darah dalam lambung ; dan
kateterisasi, adanya darah menunjukkan adanya lesi pada saluran
kencing.
b. Laboratorium : hemoglobin, hematokrit, leukosit dan analisis urine.

c. Radiologik : bila diindikasikan untuk melakukan laparatomi.

d. IVP/sistogram : hanya dilakukan bila ada kecurigaan terhadap trauma


saluran kencing.
e. Parasentesis perut : tindakan ini dilakukan pada trauma tumpul perut
yang diragukan adanya kelainan dalam rongga perut atau trauma
tumpul perut yang disertai dengan trauma kepala yang berat,
dilakukan dengan menggunakan jarum pungsi no 18 atau 20 yang
ditusukkan melalui dinding perut didaerah kuadran bawah atau
digaris tengah dibawah pusat dengan menggosokkan buli-buli
terlebih dahulu.
f. Lavase peritoneal : pungsi dan aspirasi/bilasan rongga perut dengan
memasukkan cairan garam fisiologis melalui kanula yang
dimasukkan kedalam rongga peritonium.

7
G. Komplikasi

1. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis.


Tromboplebitis post operasi biasanya timbul 7-14 hari setelah operasi.
Bahaya besar tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari
dinding pembuluh darah vena dan ikut aliran darah sebagai emboli ke
paru-paru, hati, dan otak. Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki,
ambulasi dini post operasi.
2. Infeksi, infeksi luka sering muncul pada 36-46 jam pasca operasi.
Organisme yang paling sering menimbulkan infeksi adalah stapilococus
aurens, organisme gram positif. Stapilococus mengakibatkan
peranahan. Untuk menghindari infeksi luka yang paling penting adalah
perawatan luka dengan memperhatikan aseptik dan antiseptik.
3. Kerusakan integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka atau
eviserasi.
4. Ventilasi paru tidak adekuat.
5. Gangguan kardiovaskuler: hipertensi, aritmia jantung.
6. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
7. Gangguan rasa nyaman dan kecelakaan.(Arif Mansjoer, 2012).

H. Penatalaksanaan

a. Pasien dibaringkan seperti pada posisi pasien syok


b. Sedatif atau analgetik diberikan sesuai indikasi
c. Inspeksi luka bedah
d. Balut kuat jika terjadi perdarahan pada luka operasi
e. Transfusi darah atau produk darah lainnya
f. Observasi Vital Signs.

BAB III

8
TINJAUN KASUS

A. PENGKAJIAN
1. BIODATA
A. DENTITAS PASIEN
Nama :Tn.M
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 51 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kreung Simpo
Tanggal Masuk Rs : 31 Januari 2023
No. Register : 03101
Ruangan/Kamar : Arafah 1
Golongan Darah :-
Tanggal Pengkajian : 31 Januari 2023
Diagnosa Medis : Post Op Laparatomy

B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny.M
Hubungan Dengan Pasien : Istri
Pekerjaan : IRT
Alamat : Kreung Simpo
I. KELUHAN UTAMA
Pasien datang dengan keluhan perut membesar dan keras, terasa nyeri dan
BAB tidak bisa dlm 2 hari ini

II. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

9
Nyeri pada perut
III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
A. Orang Tua : Tidak ada
B. Saudara Kandung : Tidak ada
C. Penyakit Keturunan Yang Ada : Tidak ada
D. Anggota Keluarga Yang Meninggal : Tidak ada
E. Penyebab Meninggal : Tidak ada

VI. PEMERIKSAAN FISIK


A. Keadaan Umum: Sadar Penuh
TB : 150cm
BB : 63 Kg
B. Tanda Tanda Vital
Suhu Tubuh : 37 C
TD : 140/90 mmHg
Nadi : 122 x/m
RR : 22 x/m
C. Pemeriksa Kepala dan Leher
1. Kepala dan rambut dan leher
Kepala :
- Bentuk : Simetris
- Ubun-ubun : Tertutup Rambut
- Kulit Kepala : Bersih
a. Rambut
- Penyebaran dan keadaan rambut : Rambut lurus dan berwarna
hitam
- Bau : Normal
- Warna : Hitam
b. Wajah : Simetris

10
- Warna Kulit : Sawo Matang
2. Mata
a. Kelengkapan dan keseimetrisan : Simetris
b. Palpebra :
c. Konjungtiva : Normal
d. Selera : Putih
e. Pupil : Normal
f. Cornea dan iris : Normal
g. Visus : tidak dilakukan pemeriksaan
h. tekanan bola mata : Normal
3. Hidung
a. Tulang Hidung dan posisi septum : Simetris
b. lubang hidung : Bersih dan Lembab
c. Cuping hidung : ada pernafasan cuping
hidung
d. Fungsi Penciuman : Normal
4. Telinga
a. Bentuk Telinga : Simetris dan lengkap
b. Ukuran Telinga : simetris
c. Lubang Telinga : tidak dikaji
d. Ketajaman Pendengaran : Normal
5. Mulut Dan Faring
a. keadaan bibir : simetris, bibir kering
b. Keadaan gusi dan gigi : tidak dikaji
6. Leher
a. Posisi Trachea : Normal , simetris
b. Thyroid : tidak ada pembersaran
kelenjar thypoid
c. Suara : jelas dan normal
d. Kelenjar Linfe : tidak dikaji
e. Fena Jugularis : tidak dikaji

11
f. Denyut Nadi Karotis : denyut nadi teraba
D. Pemeriksaan integuman
1. Kebersihan : Normal
2. Kehangatan : hangat
3. Warna : sawo matang
4. Turgor : elastis
5. Kelembaban : Lembab
6. Kelainan Pada Kulit : Tidak Ada
E. Pemeriksaan Payudara dan ketiak
1. Ukuran Dan bentuk Payudara : Tidak ada
2. Warna dan bentuk payudara : Tidak ada
3. Kelainan payudara dan puting : Tidak ada
4. Aksila dan clavikula : Tidak ada
F. Pemeriksaan Thoraks dan dada
1. Inspeksi Thoraks
a. Bentuk Thoraks : simetris
b. Pernafasan : rochi
- Frekuensi : 20 x/menit
- Irama : reguler
c. Tanda Kesulitan Bernafas : ada
2. Pemeriksaan Paru
a. Palpasi getaran suara : Vokal fremitus paru
sebelah kanan dan kiri normal
b. Perkusi : fremitus pada seluruh
bidang paru normal
c. Auskultasi : tidak ada bunyi pernafasan
rinki pada paru saat bernafa
- Suara Nafas : normal
- Suara tambahan : ada
3. Pemeriksaan jantung

12
a. insfensi : Simetris, ictus cordis tidak
tampak
b. Palpasi : ictus cordis teraba, teratur
dan tidak terlalu kuat
c. Perkusi : Bunyi pekak, tidak ada
pelebaran
d. Auskultasi : Bunyi jantung murni, tidak
ada suara tambahan
G. Pemeriksaan Abdomen
1. Infeksi : simetris dan distensi
2. Auskultasi : peristalticusus menurun
3. Palpasi : adanya nyeri tekan
3. Perkusi : Timpani
H. Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya
1. Genitalia :
a. Rambut pubis :
b. Lubang uretra : Tidak ada
c. Kelainan pada genetalia eksterna : Tidak ada
d. Kelainan pada genetalia interna : Tidak ada
2. Anus
a. Lubang Anus : Tidak ada
b. Kelainan pada lubang anus : Tidak ada
c. Perincum : Tidak ada
I. Pemeriksaan Muskuloskeletal/ekstremitas
1. ekstremitas Atas : Tidak ada
a. Kesimetrisan Otot : Simetris
5kiri 2 kanan
b. Edema (derajat) : tidak ada
c. Kekuatan Otot : 60
d. Kelainan pada ekstremitas : tidak ada

2. Ekstremitas Bawah

13
a. Kesimetrisan Otot : simetris
5Kiri5 Kanan
b. Edema : tidak ada
c. Kekuatan Otot : Tidak ada
d. Kelainan pada ekstremitas : tidak ada
e. Varies : tidak dilakukan
pemeriksaan
J. Pemeriksaan Neurologi
1. Tingkat kesadaran : Compos Mentis
GCS : 15
E: 4 M: 5 V:6
2. Meningeal sign : Tidak Ada
3. Status mental : Compos Mentis
a. Kondisi emosi dan perasaan : Stabil
b. Orientasi : Stabil
c. Proses berfikir (ingatan, keputusan, perhitungan) : Normal
d. Motivasi (kemauan) : ada
keinginan untuk sembuh
e. Bahasa : aceh
Nervus Cranialis
a. Nervus Olfaktorius/NI/Penciuman (hidung) : Normal
b. Nervus Optikus/N II/Penglihatan (mata) : Normal
c. Nervus Okulomotoris / N III, Trochlearis / N IV, Abdusen/N
VI/Bergeraknya bola mata : Normal
d. Nervus Trigeminus /N V/Sentuhan Halus (dgn kapas) : Normal
e. Nervus Fasialis /N VII/Wajah /(otot wajah) : Normal
f. Nervus Vestibulo cochlearis /N VIII/Acusticus )Pendengaran) : Normal
g. Nervus Glosso pharingeus/N IX, Vagus/N X/Menelan (Tenggorokan)
:Normal
h. Nervus Asesorius /N XI/Bahu : Normal
i. Nervus Hipoglosus/N XII/Lidah : Normal

14
5. Fungsi Motorik
a. Cara berjalan : Bisa berjalan
b. Romberg Test : Tidak ada
c. Test Jari Hidung : Tidak ada
d. Pronasi Suvinasi Test : Tidak ada
e. Heel to shin test : Tidak ada
6. Fungsi Sentuhan Ringan
a. identifikasi sentuhan ringan : Kurang terasa
b. Test Tajam Tumpul : terasa
c. Test Panas Dingin : terasa
d. Test Getaran : terasa
VII. POLA KEBIASAAN SEHARI HARI
A. Pola Tidur
a. Sebelum sakit
- Waktu tidur : Teratur
- Waktu Bangun : Teratur
- Masalah tidur : Normal
- Hal-hal yang memperngaruhi tidur : Tidak ada
- Hal-hal yang memperngaruhi tidur : Tidak ada
b. Selama sakit
- Waktu tidur : Tidak Teratur
- Waktu bangun : Tidak Teratur
- Masalah tidur : Banyak Pikiran
- Hal-hal yang memperngaruhi tidur : nyeri
- Hal-hal yang mempermudah tidur : Tidak ada

B. Pola Eliminasi
a. Sebelum Sakit
1. BAB
- Pola BAB : Normal
- Karakteristi Fases : Normal

15
Warna : Normal
Konsistemsi : Normal
Bau : Normal
- Penggunaan Laksatif : Tidak ada
- BAB Terakhir : tadi pagi
- Riwayat pendarahan : Tidak ada
2. BAK
-Pola BAK : Normal
- Karakter Urine : Normal
- Nyeri/Kesulitan BAK : Tidak ada
- Inkontinentia : Tidak ada
- Retensi : Tidak ada
- penggunaan deuretik : Tidak ada
- Riwayat penyakit ginjal : Tidak ada
- Berat Jenis : Tidak ada
b. Selama sakit
1. BAB
- Pola BAB : Tidak ada
- Karakteristi Fases : Tidak ada
o Warna : Kuning
o Konsistemsi : Padat
o Bau : Bauk
- Penggunaan Laksatif : Tidak ada
- BAB Terakhir : Tadi pagi
- Riwayat pendarahan : Tidak ada
2. BAK
-Pola BAK : sering
- Karakter Urine : Tidak ada
- Nyeri/Kesulitan BAK : Tidak ada
- Inkontinentia : Tidak ada
- Retensi : Tidak ada

16
- penggunaan deuretik : Tidak ada
- Riwayat penyakit ginjal: Tidak ada
- Berat Jenis : Tidak ada
C. Pola Makan dan Minum
a. Sebelum Sakit
1. Pola makan
- Diet (type) : padat
- Jumlah/Porsi : satu porsi
- Pola Diet : baik
- Anoreksia : tidak Ada
- Mual-Muntah : tidak Ada
- Nyeri ulu hati : Tidak Ada
- Alergi makanan : Tidak ada
- BB biasa (sebelumnya):
2. Tanda Objek
- BB Sekarang : 60 Kg
- TB : 160 Cm
- Bentuk Tubuh : Tidak ada
3. Waktu Pemberian makanan : Tidak ada
4. Masalah makanan
- Kesulitan Mengunyah : Tidak ada
- Kesulitan menelan : Tidak Ada
- Tidak dapat makan sendiri : Tidak Normal
5. Pola minum
- Jumlah/porsi : Normal
- Kesulitan Menelan : Tidak
b. Selama Sakit
1. Pola makan
- Diet (type) :
- Jumlah/Porsi :
- Pola Diet :

17
- Anoreksia :
- Mual-Muntah : Tidak Ada
- Nyeri ulu hati : Tidak Ada
- Alergi makanan : Tidak Ada
- BB biasa (sebelumnya) :
2. Tanda Objek
- BB Sekarang : 64 Kg
- TB : 150 Cm
- Bentuk Tubuh :
3. Waktu Pemberian makanan :
4. Masalah makanan
- Kesulitan Mengunyah : tidak ada
- Kesulitan menelan : tidak dda
- Tidak dapat makan sendiri :
D. Kebersihan Diri/Personal hygiene
a. sebelum sakit
1. Pemeliharaan badan : Ada
2. Pemeliharaan gigi dan mulut : Ada
3. Pemeliharaan kuku : Ada
b. Selama sakit
1. Pemeliharaan badan : Tidak ada
2. Pemeliharaan gigi dan mulut : Tidak ada
3. Pemeliharaan kuku : Tidak ada
E. Pola kegiatan/Aktifitas
a. Sebelum Sakit : Bekerja
b. Selama Sakit : Tidak Ada
F. Kebiasaan Ibadah
a. Sebelum Sakit : Ada
b. Selama Sakit : Ada

18
VIII. TERAPI OBAT
No Jenis Obat Dosis
1 Ceftriaxon 1 gr/ 12 jam
2 Ketorolac 1 ampul / 8 jam
3 Ranitidine 1 amp/ 12jam
4 Norages 1 amp / 8 jam

IX. ANALISA DATA


DATA ETIOLOGI PROBLEM
DS : Insisi bedah Nyeri
Klien mengatakan nyeripada
perut bagian atas
DO :
Klien nampak meringisTTV : Perlukaan pada
T : 140/ 99 mmHg abdomen
N : 122 x/ i
S : 37 C
P : 22 x/i
Terputusnya
inkontinuitas
jaringan

Merangsang
pengeluaran
histamine dan
prostaglandi

Nyeri
DS : 1. Klien mengatakan lemah Ketidak seimbangan Intek nutrisi
2. Klien mengatakan sering haus
nutrisi Kurangdari yang tidak
3 . Klien mengatakan tidak
pernah BAB kebutuhantubuh adekuat
4. Klien mengatakan nafsu makan
berkurang
 DO : Klien Nampak tidak biasa makan

19
A. DIAGNOSA
Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosa pada pasien dengan osteomielitis
keperawatan menurut wilknson (2006) /NANDA meliputi:
1. Nyeri akut berhubungan dengan dilakukannya tindakan insisi bedah.
2. Ketidak seimbangan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidak mampuan mengabsorbsi nutriet / intake nutrisi yang tidak adekuat
B. INTERVENSI
N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
O KEPERAWAT
AN
1. Nyeri Setelah dilakukan 1. Lakukan 1. untuk
akut tindakan pengkajian mengetahui
berhugan keperawatan 3x24 nyeri daerah nyeri,
dengan jam, diharapkan 2. Monitor skala kualitas,
dilakukan Nyeri Akut nyeri kapan nyeri
ya berhubungan 3. Ajarkan 2. untuk
tindakan dengan kerusakan teknik mengetahui
insisi jaringan dengan relaksasi skala nyeri
bedah. kriteria : kepada 3. untuk
a. Ekpresi wajah pasien mengajarkan
pasien rileks 4. Kolaborasi kepada
b. Skala nyeri pemberian pasien
berkurang analgetik apabila nyeri
dari 6 ke 4 timbul
4. untuk
mengurangi
rasa nyeri

20
Ketidak Setelah 1. Kaji status 1. membantu
seimbangan dilakukan nutrisi mengkaji
nutrisi Kurang tindakan pasien keadaan pasien
dari kebutuhn Keperawatan meliputi
tubuh selama 2 X 24 ABCD dan
berhubungan jam klien dapat 2.memantau
tanda-tanda
dengan terpenuhi perubahan
vital
ketidak kebutuhan berat badan
2. identifikasi
mampuan nutrisinya perubahan
mengabsorbsi Kriteria Hasil: 3.meningkatkan
berat badan nafsu makan
nutriet/ intake a. Klien mengata terakhir
nutrisi yang kan sudah tidak 3. Anjurkan
tidakadekuat. 4. diet sesuai
mual dan pasien untuk dengan
muntah setiap makan kebutuhan
kali makan. sedikit tapi pasien dan
b. Asupan oral sering analmietik
dan absorbsi 4. Kolaborasi dapat
nutrisi kembali dengan ahli mengurangi
normal seperti gisi untuk mual
semula. diet yang
c. Tidak ditemui
stomatitis. tepat bagi
d. Klien 5. Pasien dan
Mengatakan dengan dokter
perut sudah dalam pemberian
tidak sakit obat analgetik
apabila
dimasuki
makanan.
e. Klien merasa
lebih nyaman

C. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

CATATAN PERKEMBANGAN
NO JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
DX

21
111.28 1. melakukan pengkajian nyeri H : JAM : 13.30
Nyeri dirasakan pada S : Klien mengatakan nyeri pada
bekasi post op bekas operasidirasakan dengan skala
2. memonitor skala nyeri 5.
H :Nyeri dirasakan dengan skala 5
3. mengajarkan teknik O : klien nampak meringis
relaksasi kepada pasien H :
Klien mampu A : masalah belum teratasi
mempraktikkan teknik
napas dalam P : lanjutkan intervensi 2 dan 3

4. mengkolaborasi
pemberian analgetik
H : klien mengkomsumsi obat
sesuai yang di anjurkan

a. mengkaji status nutrisi pasien


meliputi ABCD dan tanda- JAM : 16.50
tanda vital S : Klien mengatakan belum bias
H : porsi makan tidak d habiskan makan
TTV :
T : 180/ 80 mmHg N : O : klien nampak lemas
80 x/ i
S : 37 C A : masalah belum teratasi
P : 20 x/i
P: lanjutkan intervensi a dan c
b. Mengidentifikasi perubahan
berat badanterakhir
H : BB klien 58 kg

c. menganjurkan pasien untuk


makan sedikit tapisering
H : klien Nampak tidak bias makan

d. mengkolaborasi denganahli gisi


untuk diet yang tepat bagi
pasien dandengan dokter dalam
pemberian obat analgetik
H : sesuai dengan anjuranyang di
berikan

22
CATATAN PERKEMBANGAN
TGL NO JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
DX
05/10/2019 1 09.20 2. memonitor skala nyeri JAM : 11.30
H :Nyeri dirasakan dengan S : Klien
skala 3 mengatakan nyeri
3. mengajarkan teknik pada bekas
relaksasi kepada operasidirasakan
pasien H : Klien mampu dengan skala 3.
mempraktikkan
teknik napas dalam O : klien
nampak
meringis

A : masalah
belumteratasi

P : lanjutkan
intervensi 2 dan
3

2 13.38 a. mengkaji status nutrisi


pasien meliputi ABCD JAM : 15.50
dan tanda-tanda vital S : Klien
mengatakan
H : porsi makan tidak d
belum biasa
habiskan
makan
TTV :
T : 180/ 80
O : KU sedang
mmHg N : 80 x/
i
A : masalah
S : 37 C
belumteratasi
P : 20 x/i
P: lanjutkan
intervensi a dan c
b. menganjurkan pasien
untuk makan sedikit tapi
sering
H : klien Nampak tidak
biasa makan

23
CATATAN PERKEMBANGAN
TGL NO JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
DX
06/10/2019 109.20 2. memonitor skala nyeri JAM : 11.30
H :Nyeri dirasakan dengan S : Klien
skala 3 mengatakan nyeri
3. mengajarkan teknik pada bekas
relaksasi kepada operasidirasakan
pasien H : Klien mampu dengan skala 3.
mempraktikkan
teknik napas dalam O : KU sedang

A : masalah teratasi

P : pertahankan
intervensi

mengkaji status nutrisi JAM : 15.50


2 12.15
pasien meliputi ABCD S : Klien
dan tanda-tanda vital mengatakan
H : porsi makan tidak d belum biasa
habiskan makan
TTV :
T : 180/ 80 O : KU sedang
mmHg N : 80 x/
i A : masalah
S : 37 C belumteratasi
P : 20 x/i
P: lanjutkan
intervensi
b. menganjurkan pasien
untuk makan sedikit tapi
sering
H : klien Nampak tidak biasa
makan

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

24
A. Kesimpulan
Setelah mengemukakan dan memaparkan tentang penerapan asuhan
keperawatan pada Tn.M dengan diagnosa Post Op laparatomy di ruang Arafah
RSU Cut Meutia kabupaten Aceh Utara selama 3 hari, maka penulis menarik
kesimpulan sebagai berikut :
Penulis dapat menerapkan asuhan keperawatan pada Tn.M dengan
diagnosa Post Op laparatomy di ruang Arafah RSU Cut Meutia kabupaten Aceh
Utara melalui 5 tahapan, yaitu pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.

B. Saran

Dalam waktu tiga hari penulis telah melaksanakan asuhan keperawatan


pada Tn.M selanjutnya penulis ingin menyampaikan beberapa saran yang
dijadikan pertimbangan atau pedoman dalam melakukan proses keperawatan
yaitu:
1. Mahasiswa
Memperdalam penguasaan teori dan praktik, meningkatkan semangat
belajar, dan menumbuhkan solidaritas dan mempertahankan etika
keperawatan. Jadikan kesenjangan antara teori dan kasus pengetahuan
tambahan, pengalaman dan pembelajaran, karena pada kenyataannya tidak
semua yang ada teori, kita temukan pada kasus yang ada.
2. Klien dan keluarga
Lebih aktif mencari informasi kesehatan, rutin periksa kesehatan, dan
mengelola pola makan dan aktivitas dengan baik agar tetap memiliki jiwa
yang sehat dan raga yang kuat.

3. Institusi Pendidikan

25
Meningkatkan sarana prasarana penunjang seperti kepustakaan dan
bimbingan dalam hal belajar mengajar agar tercipta perawat profesional
yang berkualitas.
4. Rumah Sakit
Meningkatkan kerjasama antara tim kesehatan, menyediakan sarana
prasarana penunjang kesehatan dan memberikan kebijakan-kebijakan yang
memberikan keuntungan pada berbagai pihak termasuk tim kesehatan dan
pasien.

DAFTAR PUSTAKA

26
Hinchliff,Sue. 2000. Kamus keperawatan.Penerbit buku kedokteran EGC :
Jakarta

Donges Marilynn, E. 20000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3,


Penerbit buku kedokteran EGC: Jakarta

Price Sylvia, A 2005, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.


Jilid 2 . Edisi 4. Penerbit buku kedokteran EGC: Jakarta

Smeltzer Suzanne, C 2002. Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner &


Suddart. Edisi 8. Vol 3. Penerbit buku kedokteran EGC: Jakarta

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7.


Penerbit buku kedokteran EGC: Jakarta

27

Anda mungkin juga menyukai