KAB. PANGKEP
OLEH :
NIM : 201903154
CI LAHAN CI INSTITUSI
(.....................................) (....................................)
SIDENRENG RAPPANG
2019 – 2020
LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS
POST OP LAPARATOMY
A. Pengertian
Laparatomy merupakan prosedur pembedahan yang melibatkan suatu insisi
pada dinding abdomen hingga ke cavitas abdomen (Sjamsurihidayat dan
Jong, 1997). Ditambahkan pula bahwa laparatomi merupakan teknik
sayatan yang dilakukan pada daerah abdomen yang dapat dilakukan pada
bedah digestif dan obgyn. Adapun tindakan bedah digestif yang sering
dilakukan dengan tenik insisi laparatomi ini adalah herniotomi,
gasterektomi, kolesistoduodenostomi, hepatorektomi, splenoktomi,
apendektomi, kolostomi, hemoroidektomi dfan fistuloktomi. Sedangkan
tindakan bedah obgyn yang sering dilakukan dengan tindakan laoparatomi
adalah berbagai jenis operasi pada uterus, operasi pada tuba fallopi, dan
operasi ovarium, yang meliputi hissterektomi, baik histerektomi total,
radikal, eksenterasi pelvic, salpingooferektomi bilateral.
Tujuan: Prosedur ini dapat direkomendasikan pada pasien yang mengalami
nyeri abdomen yang tidak diketahui penyebabnya atau pasien yang
mengalami trauma abdomen.
Laparatomy eksplorasi digunakan untuk mengetahui sumber nyeri atau
akibat trauma dan perbaikan bila diindikasikan.
Ada 4 cara insisi pembedahan yang dilakukan, antara lain (Yunichrist,
2008):
a. Midline incision
Metode insisi yang paling sering digunakan, karena sedikit
perdarahan, eksplorasi dapat lebih luas, cepat di buka dan di tutup, serta
tidak memotong ligamen dan saraf. Namun demikian, kerugian jenis
insis ini adalah terjadinya hernia cikatrialis. Indikasinya pada
eksplorasi gaster, pankreas, hepar, dan lien serta di bawah umbilikus
untuk eksplorasi ginekologis, rektosigmoid, dan organ dalam pelvis.
b. Paramedian
yaitu ; sedikit ke tepi dari garis tengah (± 2,5 cm), panjang
(12,5 cm). Terbagi atas 2 yaitu, paramedian kanan dan kiri, dengan
indikasi pada jenis operasi lambung, eksplorasi pankreas, organ
pelvis, usus bagian bagian bawah, serta plenoktomi. Paramedian
insicion memiliki keuntungan antara lain : merupakan bentuk insisi
anatomis dan fisiologis, tidak memotong ligamen dan saraf, dan insisi
mudah diperluas ke arah atas dan bawah
c. Transverse upper abdomen incision
yaitu ; insisi di bagian atas, misalnya pembedahan colesistotomy dan
splenektomy.
d. Transverse lower abdomen incision
yaitu; insisi melintang di bagian bawah ± 4 cm di atas anterior spinal
iliaka, misalnya; pada operasi appendectomy
B. Patofisiologi nyeri
PATWAY
C. Etiologi
Etiologi sehingga dilakukan laparatomi adalah karena disebabkan oleh
beberapa hal (Smeltzer, 2012) yaitu:
1. Trauma abdomen (tumpul atau tajam).
2. Peritonitis.
3. Perdarahan saluran cernas
4. Sumbatan pada usus halus dan usus besar.
5. Massa pada abdomen
D. Manifestasi klinis
1. Nyeri tekan.
2. Perubahan tekanan darah, nadi, dan pernafasan.
3. Kelemahan.
4. Gangguan integumen dan jaringan subkutan.
5. Konstipasi.
6. Mual dan muntah, anoreksia.
E. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan rektum : adanya darah menunjukkan kelainan pada usus
besar ; kuldosentesi, kemungkinan adanya darah dalam lambung ; dan
kateterisasi, adanya darah menunjukkan adanya lesi pada saluran
kencing.
b. Laboratorium : hemoglobin, hematokrit, leukosit dan analisis urine.
c. Radiologik : bila diindikasikan untuk melakukan laparatomi.
d. IVP/sistogram : hanya dilakukan bila ada kecurigaan terhadap trauma
saluran kencing.
e. Parasentesis perut : tindakan ini dilakukan pada trauma tumpul perut
yang diragukan adanya kelainan dalam rongga perut atau trauma tumpul
perut yang disertai dengan trauma kepala yang berat, dilakukan dengan
menggunakan jarum pungsi no 18 atau 20 yang ditusukkan melalui
dinding perut didaerah kuadran bawah atau digaris tengah dibawah
pusat dengan menggosokkan buli-buli terlebih dahulu.
f. Lavase peritoneal : pungsi dan aspirasi/bilasan rongga perut dengan
memasukkan cairan garam fisiologis melalui kanula yang dimasukkan
kedalam rongga peritonium.
F. Komplikasi
1. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis.
Tromboplebitis post operasi biasanya timbul 7-14 hari setelah operasi.
Bahaya besar tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari
dinding pembuluh darah vena dan ikut aliran darah sebagai emboli ke
paru-paru, hati, dan otak. Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki,
ambulasi dini post operasi.
2. Infeksi, infeksi luka sering muncul pada 36-46 jam pasca operasi.
Organisme yang paling sering menimbulkan infeksi adalah stapilococus
aurens, organisme gram positif. Stapilococus mengakibatkan
peranahan. Untuk menghindari infeksi luka yang paling penting adalah
perawatan luka dengan memperhatikan aseptik dan antiseptik.
3. Kerusakan integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka atau
eviserasi.
4. Ventilasi paru tidak adekuat.
5. Gangguan kardiovaskuler: hipertensi, aritmia jantung.
6. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
7. Gangguan rasa nyaman dan kecelakaan.(Arif Mansjoer, 2012).
G. Penatalaksanaan
a. Pasien dibaringkan seperti pada posisi pasien syok
b. Sedatif atau analgetik diberikan sesuai indikasi
c. Inspeksi luka bedah
d. Balut kuat jika terjadi perdarahan pada luka operasi
e. Transfusi darah atau produk darah lainnya
f. Observasi Vital Signs.
H. Pengkajian Fokus
1. Nyeri akut
a. Mengkaji perasaan klien
b. Menetapkan respon fisiologis klien terhadap nyeri dan lokasi nyeri
c. Mengkaji keparahan dan kualitas nyeri
2. Nyeri kronis
Pengkajian difokuskan pada dimensi perilaku afektif dan kognitif. Selain
itu terdapat komponen yang harus di perhatikan dalam memulai mngkaji
respon nyeri yang di alami pasien :
a. Penentu ada tidaknya nyeri
Dalam melakukan pengkajian nyeri , perawat harus percaya ketika
pasien melaporkan adanya nyeri, meskipun dalam observasi perawat
tidak menemukan adanya cidera atau luka.
b. Pengkajian status nyeri dilakukan dengan pendekatan P,Q,R,S,T
yaitu:
1) P (Provocate)
Faktor paliatif meliputi faktor pencetus nyeri,terasa setelah
kelelahan,udara dingin dan saat bergerak.
2) Q (Quality)
Kualitas nyeri meliputi nyeri seperti di tusuk-tusuk,dipukul-pukul
dan lain-lain.
3) R (Region)
Lokasi nyeri,meliputi nyeri abdomen kuadran bawah,luka post
operasi,dan lain-lain.
4) S (Skala)
Skala nyeri ringan,sedang,berat atau sangat nyeri.
5) T (Time)
Waktu nyeri meliputi : kapan dirasakan,berapa lama, dan berakhir.
3. Respon fisiologis
a. Respon simpatik
1) peningkatan frekuensi pernafasan
2) dilatasi saluran bronkiolus
3) peningkatan frekuensi denyut jantung
4) dilatasi pupil
5) penurunan mobilitas saluran cerna
b. Respon parasimpatik
1) Pucat
2) ketegangan otot
3) penuru nan denyut jantung
4) mual dan muntah
5) kelemahan dan kelelahan
4. Respon perilaku
Respon perilaku yang sering di tunjukan oleh pasien antara lain
perubahan postur tubuh, mengusap, menopong wajah bagian nyeri yang
sakit mengertakan gigi, ekspresi wajah meringis, mengerutkan alis.
5. Respon afektif
Respon afektif juga perlu di perhatikan oleh seorang perawat. Dalam
melakuk an pengkajian terhadap pasien dengan gangguan nyeri.
J. Fokus Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan dengan dilakukannya tindakan insisi bedah
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam,
diharapkan Nyeri Akut berhubungan dengan kerusakan
jaringan dengan kriteria :
a. Ekpresi wajah pasien rileks
b. Skala nyeri berkurang dari 6 ke 4
Intervensi :
a. Lakukan pengkajian nyeri
Rasional : untuk mengetahui daerah nyeri, kualitas, kapan nyeri
dirasakan, faktor pencetus, berat ringannya nyeri yang dirasakan.
b. Monitor skala nyeri
Rasional : untuk mengetahui skala nyeri
c. Ajarkan teknik relaksasi kepada pasien
Rasional : untuk mengajarkan kepada pasien apabila nyeri timbul
d. Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : untuk mengurangi rasa nyeri
K. Evaluasi
Evaluasi terhadap masalah nyeri dilakukan dengan menilai kemampuan
dalam merespon rangsangan nyeri diantaranya :
1. Hilangnya perasaan nyeri
2. Menurunnya intensitas nyeri
3. Adanya respon fisiologis yang baik
4. Pasien mampu melakukan aktifitas sehari-hari tanpa keluhan nyeri
DAFTAR PUSTAKA
KAB. PANGKEP
OLEH :
NIM : 201903154
CI LAHAN CI INSTITUSI
(.....................................) (....................................)
SIDENRENG RAPPANG
2019 – 2020
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn “ I ” DENGAN
DIAGNOSA MEDIS POST OP LAPARATOMY DI RUANGAN
PERAWATAN MELATI RSUD BATARA SIANG
A. PENGKAJIAN
Tanggal masuk : 01 Oktober 2019
Tanggal Pengkajian : 02 Oktober 2019
Ruang : perawatan Melati
No RM : 25 77 00
Diagnosa Medis : post op laparatomy
1. IDENTITAS
Identitas Klien
Nama Klien : Tn.” I “
Jenis Kelamin :L
Usia : 30 Thn
Status Perkawinan : Belum menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa :Bugis
Pendidikan : SMA
Bahasa : Indonesia dan Bugis
Pekerjaan : swasta
Alamat : pitu’e ma’rang
Identitas Penanggung
Nama : jaleha
Jenis Kelamin :p
Usia : 55 Thn
Pekerjaan : IRT
Alamat : Pitu’e ma’rang
Hub. Dengan Klien : ibu kandung
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Keluhan utama : Nyeri perut kanan atas
2) Riwayat Keluhan Utama :
Nyeri perut kanan atas sejak tiga hari yang lalu , mengeras satu
hari terakhir , demam mual-muntah , batuk berlendir , Tidak
biasa makan satu minggu yang lalu, tidak pernah BAB ,
terpasang kateter tetap .
3) Riwayat Kesehatan Masa Lalu : pernah di rawat di puskesmas
ma’rang karna nyeri perut, mual-muntah tiga bulan yang lalu
b. Riwayat Penyakit : penyebab terjadinya nyeri adanya post op dan saat
bergerak yang di rasakan seperti tertusuk-tusuk yang ada pada perut
atas pasien yang sudah di post op , skala nyeri sedang yang di rasakan
hilang timbul
? ? 50 ?
57
55
55
44 35 33 23
4
30
Keterangan :
* Generasi II : orang tua klien semuanya masih hidup , dari saudara ibu dua yang
sudah meninggal sedangkan dari ayah klien semua saudarah masih
hidup
* Generasi III : klien anak ke empat dari lima bersaudara , saudara klien tidak memiliki
riyawat penyakit apapun.
e. Pola Kebiasaan
HAL YANG DIKAJI POLA KEBIASAAN
b. Minum/cairan
1) Jenis
2) Frekuensi
Air putih Air putih
3) jumlah saat merasa haus. ± 5 glas
3. PENGKAJIAN FISIK
a. Pemeriksaan Fisik Umum
1) Keadaan : Lemah
2) Berat badan : 52 Kg
3) Tinggi badan : 159 cm
4) Tekanan darah : 120/ 80 mmhg
5) Nadi : 80x / menit
6) Frekuensi napas : 20 x / menit
7) Suhu tubuh : 36,0’ C
b. Daerah kepala dan leher
1) Kepala : mesocepal
2) Rambut : hitam kasar dan sedikit berminyak
3) Kulit Kepala : ada ketombe sedikit, massa (-)
4) Wajah : tidak ada lesi/luka dan tidak ada massa
5) Mata : tidak menggunakan alat bantu penglihatan namun merasa
penglihatan agak berkurang/menurun, sklera putih, refleks cahaya baik
6) Telinga : tidak ada nyeri tekan dan nampak simetris, pendengaran baik.
7) Hidung : tidak adda massa dan nyeri tekan
8) Mulut
Bibir : baik
Gigi : ada karies
Gusi : nampak merah
Mukosa : baik
Lidah : baik
Palatum : ada sariawan
Tonsil : tidak ada tanda tanda peradangan
Tenggorokan : baik
Suara : terdengar jelas
9) Leher : tidak ada pembesaran tyroid, arteri karotis teraba, tidak ada
distensi vena jungularis.
c. Daerah dada (inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi)
Bentuk dada normal
Pengembangan dada mengikuti gerakan napas
Tidak teraba adanya massa & nyeri tekan
Tidak ada suara napas tambahan
d. Abdomen : abnormal ada pembesaran di hepar
e. Punggung :tidak ada massa dan nyeri tekan
f. Ektremitas
Ekstremitas Atas : tidak ada udem, kekuatan otot baik
Ektremitas Bawah : tidak ada udem, kekuatan otot baik
g. Daerah genetalia : tidak dilakukan pemerikasaan.
h. Rectum : tidak dilakukan pemeriksaan
i. Integumen : warna kulit kuning langsat dan kelembaban baik
4. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
NO JENIS HASIL NILAI RUJUKAN KET
PEMERIKSAAN (NORMAL)
1. WBC 14,2 4,0-10,0
2. HGB 11,4 11,0-16,0
3. RBC 3,99 4,50-5,50
4. Platelet 312 150-400
5. HCT 35,9 37,0-51,0
5. TERAPI
NO TERAPI DOSIS RUTE KETERANGAN
ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
DO : Perlukaan pada
abdomen
Klien nampak meringis
TTV :
S : 37 C
P : 20 x/i
Merangsang
pengeluaran
histamine dan
prostaglandi
Nyeri
resiko tinggi
infeksi
1. 02 oktober 2019
Nyeri akut berhubungan dengan
dilakukannya tindakan insisi
bedah.
2. Resiko infeksi berhubungan
02 oktober 2019
dengan adanya sayatan / luka
operasi laparatomi.
3. Ketidak seimbangan nutrisi : 02 oktober 2019
Kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidak
mampuan mengabsorbsi nutriet /
intake nutrisi yang tidak adekuat.
RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Nyeri Setelah dilakukan 1.Lakukan 1. untuk
akut tindakan pengkajian mengetahui
berhugan keperawatan 3x24 nyeri daerah nyeri,
dengan kualitas,
jam, diharapkan 2.Monitor skala
dilakukan kapan nyeri
Nyeri Akut nyeri
ya 2. untuk
berhubungan 3.Ajarkan
tindakan mengetahui
dengan kerusakan teknik
insisi skala nyeri
bedah. jaringan dengan relaksasi 3. untuk
kriteria : kepada mengajarkan
a. Ekpresi wajah pasien kepada
pasien rileks 4.Kolaborasi pasien
b. Skala nyeri pemberian apabila nyeri
berkurang analgetik timbul
dari 6 ke 4
4. untuk
mengurangi
rasa nyeri
a. mengkaji tanda-tanda
2 14.15 JAM : 15.30
infeksi
S : Klien
H : luka klien Nampak ada mengatakan di
pus lukanya terdapat
b. mengjarkan cara pus
menghindari infeksi
H : klien mengerti dengan O : klien nampak
cara menghindari infeksi cemas
c. membersihkan luka
A : masalah belum
H : GV setiap hari
teratasi
d. menganjurkan
pasien untuk minum P: lanjutkan
obat antibiotik sesuai intervensi a dan c
resep dokter
H : klien mengkomsumsi
obat sesuai yang di
anjurkan
3 15.38 a. mengkaji status nutrisi JAM : 16.50
pasien meliputi ABCD S : Klien
mengatakan belum
dan tanda-tanda vital
bias makan
H : porsi makan tidak d
habiskan
O : klien nampak
TTV :
T : 180/ 80 mmHg lemas
N : 80 x/ i
S : 37 C A : masalah belum
P : 20 x/i teratasi
b. Mengidentifikasi P: lanjutkan
perubahan berat badan intervensi a dan c
terakhir
H : BB klien 58 kg
c. menganjurkan pasien
untuk makan sedikit tapi
sering
H : klien Nampak tidak bias
makan
d. mengkolaborasi dengan
ahli gisi untuk diet yang
tepat bagi pasien dan
dengan dokter dalam
pemberian obat analgetik
H : sesuai dengan anjuran
yang di berikan
CATATAN PERKEMBANGAN
TGL NO DX JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
A : masalah belum
teratasi
P : lanjutkan
intervensi 2 dan 3
A : masalah belum
teratasi
P: lanjutkan
intervensi a dan c
CATATAN PERKEMBANGAN
TGL NO DX JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
A : masalah teratasi
P : pertahankan
intervensi
A : masalah teratasi
P: pertahankan
intervensi
P: lanjutkan
b. menganjurkan pasien intervensi
untuk makan sedikit tapi
sering
H : klien Nampak tidak
biasa makan