Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS


LAPARATOMI DI RUANG ICU RSU NEGARA

Oleh:

I Wayan Putra Dana, S.Kep

21089142017

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

2021
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi
Laparatomi adalah pembedahan yang dilakukan pada usus akibat
terjadinya perlekatan usus dan biasanya terjadi pada usus halus (Arif
mansjoer, 2010). Laparatomi merupakan operasi yang dilakukan untukk
membuka bagian abdomen, laparatomi merupakan suatu bentuk
pembedahan mayor dengan, dengan melakukan pengayatan pada lapisan
lapisan dinding abdomen untuk mendapatkan bagian organ yang
mengalami masalah (hemoragi, perforasi, kanker dan obstruksi).
Laparatomi dilakukan pada kasus seperti apendicitis hernia inguinalis,
kanker lambung, kanker kolon dan rectum, obstruksi usus, inflamasi usus
kronis, kolestisitis dan peritonitis. Laparatomi adalah pembedahan perut,
membuka perut dengan operasi (Lakaman, 2011). Pelayanan. post operasi
laparatomi adalah pelayanan yang diberikan kepada pasien pasien yang
telah menjalani operasi perut.
Ada 4 cara insisi pembedahan yang dilakukan, antara lain (Yunichrist,
2015):
a. Midline incision
Metode insisi yang paling sering digunakan, karena sedikit perdarahan,
eksplorasi dapat lebih luas, cepat di buka dan di tutup, serta tidak
memotong ligamen dan saraf. Namun demikian, kerugian jenis insis
ini adalah terjadinya hernia cikatrialis. Indikasinya pada eksplorasi
gaster, pankreas, hepar, 24 dan lien serta di bawah umbilikus untuk
eksplorasi ginekologis, rektosigmoid, dan organ dalam pelvis.
b. Paramedian
Yaitu ; sedikit ke tepi dari garis tengah (± 2,5 cm), panjang (12,5 cm).
Terbagi atas 2 yaitu, paramedian kanan dan kiri, dengan indikasi pada
jenis operasi lambung, eksplorasi pankreas, organ pelvis, usus bagian
bagian bawah, serta plenoktomi. Paramedian insicion memiliki
keuntungan antara lain : merupakan bentuk insisi anatomis dan
fisiologis, tidak memotong ligamen dan saraf, dan insisi mudah
diperluas ke arah atas dan bawah
c. Transverse upper abdomen incision
Yaitu ; insisi di bagian atas, misalnya pembedahan colesistotomy dan
splenektomy.
d. Transverse lower abdomen incision Yaitu; insisi melintang di bagian
bawah ± 4 cm di atas anterior spinal iliaka, misalnya; pada operasi
appendectomy.
Post op atau Post operatif Laparatomi merupakan tahapan setelah proses
pembedahan pada area abdomen (laparatomi) dilakukan. Dalam Perry dan
Potter (2015) dipaparkan bahwa tindakan post operatif dilakukan dalam 2
tahap yaitu periode pemulihan segera dan pemulihan berkelanjutan setelah
fase post operatif. Proses pemulihan tersebut membutuhkan perawatan
post laparatomi. Perawatan post laparatomi adalah bentuk pelayanan
perawatan yang di berikan kepada klien yang telah menjalani operasi
pembedahan abdomen.
2. Etiologi
Penyebab sehingga dilakukan laparatomi adalah karena disebabkan oleh
beberapa hal (Smeltzer, 2014) yaitu:
1. Trauma abdomen (tumpul atau tajam).
2. Peritonitis.
3. Perdarahan saluran cernas
4. Sumbatan pada usus halus dan usus besar.
5. Massa pada abdomen
3. Patofisiologi
Trauma adalah cedera / rudapaksa atau kerugian psikologis atau
emosiaonal. (Dorland 2011.) Trauma adalah luka atau cedera fisik lainya
atau cedera fisiologis akibat gangguan emosional yang hebat. Trauma
adalaha penyebab kematian paling utama pada anak dan orang dewasa
kurang dari 44 tahun. Penyalagunaan alkohol adalah obat yang telah
menjadi faktor komplikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma
yang disengaja atau tidak disengaja. trauma abdomen adalah cedera pada
abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta gtrauma yang
disengaja atau tidak disengaja. Trauma abdomen merupakan luka pada isi
rongga perut bisa terjadi dengan atau tanpa tembusnya dinding perut
dimana pada penanganan /penatalaksanaan dapat bersifat kedaruratan
dapat pula dilakukan tindakan laparatomi. tusukan / tembakan, pukulan,
benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman dapat
mengakibatkan terjadinya trauma abdomen sehingga harus dilakukan
laparatomi. Trauma tumpul abdomen dapat mengakibatkan individu
kehilangan darahmemar / jejas pada dinding perut, kerusakan organ organ
nyeri, iritasi cairan usus. Sedangkan trauma tembus abdomen dapat
mengakibatkan hilangnya seluruh atau 6 xix sebagian fungsi organ, respon
stres simpatis, perdarahan atau pembekuan darah, kontaminasi bakteri,
kematian sel. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ dan respon
stres dari saraf simpatis akan menyebabkan terjadinya kerusakan integritas
kulit, syok dan perdarahan, kerusakan pertukaran gas, resiko tinggi
terhadap infeksi, nyeri akut.

4. Pathway
Etiologi

(trauma perut, peritonitis, perdarahan saluran pencernaan, sumbatan pada


usus halus, anus besar, masa perut)

Laparatomi

Mual, muntah anoreksia Insisi Jaringan

Ketidakseimbangan Nutrisi
Terputusnya inkontinuitas jaringan

Kecemasan/ansietas
Peradangan Nyeri

Ketidakefektifan pola napas

Luka infasif post pembedahan

Pembatasan aktivitas Kelemahan

Resiko tinggi Infeksi

Kelemahan Intoleransi aktivitas

Hambatan mobilitas fisik


5. Manifestasi Klinis
1. Nyeri tekan.
2. Perubahan tekanan darah, nadi, dan pernafasan.
3. Kelemahan.
4. Gangguan integumen dan jaringan subkutan.
5. Konstipasi.
6. Mual dan muntah, anoreksia.
6. Komplikasi
a. Gangguan perfusi jaringan
Sehubungan dengan tromboplebitis. Tromboplebitis post operasi
biasanya timbul 7-14 hari setelah operasi. Bahaya besar tromboplebitis
timbul bila darah tersebut lepas dari dinding pembuluh darah vena dan
ikut aliran darah 26 sebagai emboli ke paru-paru, hati, dan otak.
Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki, ambulasi dini post
operasi.
b. Infeksi
Infeksi luka sering muncul pada 36-46 jam pasca operasi. Organisme
yang paling sering menimbulkan infeksi adalah stapilococus aurens,
organisme gram positif. Stapilococus mengakibatkan peranahan.
Untuk menghindari infeksi luka yang paling penting adalah perawatan
luka dengan memperhatikan aseptik dan antiseptik.
c. Kerusakan integritas kulit
Sehubungan dengan dehisensi luka atau eviserasi.
d. Ventilasi paru tidak adekuat.
e. Gangguan kardiovaskuler: hipertensi, aritmia jantung.
f. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
g. Gangguan rasa nyaman dan kecelakaan.(Arif Mansjoer, 2012).
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan rektum :
Adanya darah menunjukkan kelainan pada usus besar,kuldosentesi,
kemungkinan adanya darah dalam lambung 29 dan kateterisasi, adanya
darah menunjukkan adanya lesi pada saluran kencing.
b. Laboratorium : Hemoglobin, Hematokrit, Leukosit dan Analisis urine.
c. Radiologik : Bila diindikasikan untuk melakukan laparatomi.
d. IVP/sistogram : Hanya dilakukan bila ada kecurigaan terhadap trauma
saluran kencing.
e. Parasentesis perut : Tindakan ini dilakukan pada trauma tumpul perut
yang diragukan adanya kelainan dalam rongga perut atau trauma
tumpul perut yang disertai dengan trauma kepala yang berat, dilakukan
dengan menggunakan jarum pungsi no 18 atau 20 yang ditusukkan
melalui dinding perut didaerah kuadran bawah atau digaris tengah
dibawah pusat dengan menggosokkan bulibuli terlebih dahulu.
8. Pencegahan dan Penanganan Komplikasi
1. Syok
Pencegahan :
a. Terapi penggantian cairan
b. Menjaga trauma bedah pda tingkat minimum
c. Pengatasan nyeri dengan membuat pasien senyaman mungkin dan
dengan menggunakan narkotik secara bijaksana
d. Pemakaian linen yang ringan dan tidak panas (mencegah
vasodilatasi)
e. Ruangan tenang untuk mencegah stress
f. Posisi supinasi dianjurkan untuk memfasilitasi sirkulasi
g. Pemantauan tanda vital
Pengobatan :
a. Pasien dijaga tetap hangat tapi tidak sampai kepanasan.
b. Dibaringkan datar di tempat tidur dengan tungkai dinaikkan
c. Pemantauan status pernafasan dan CV
d. Penentuan gas darah dan terapi oksigen melalui intubasi atau nasal
kanul jika diindikasikan .
e. Penggantian cairan dan darah kristaloid (ex : RL) atau koloid (ex :
komponen darah, albumin, plasma atau pengganti plasma)
f. Terapi obat : kardiotonik (meningkatkan efisiensi jantung) atau
diuretik (mengurangi retensi cairan dan edema).
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal masuk
rumah sakit, nomor register dan diagnosa medis.
b. Keluhan utama.
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan
adalah nyeri abdomen
c. Riwayat kesehatan
d. Riwayat penyakit sekarang
Kapan nyeri pertama kali dirasakan dan apa tindakan yang telah
diambil sebelum akhirnya klien dibawah ke rumahsakit untuk
mendapatkan penanganan secara medis.
e. Riwayat kesehatan dahulu
Ada riwayat penyakit terdahulu sehingga klien dirawat di rumah sakit.
f. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes
melitus , atau riwayat stroke dari generasi terdahulu.
g. Riwayat psikososial dan spiritual
Peran pasien dalam keluarga, status emosional meningkat, interaksi
sosial terganggu, adanya rasa cemas yang berlebihan, hubungan
dengan tetangga tida harmonis , status dalam pekerjaan. Dan apakah
klien rajin melakukan ibadah sehari-hari.
h. Aktifitas sehari-hari
1. Pola nutrisi
2. Pola eliminasi
3. Pola personal hygiene
4. Pola istirahat dan tidur
5. Pola aktivitas dan latihan
6. Seksualitas / reproduks
7. Peran
8. Persepsi diri / konsep diri
9. Kognitif diri / konsep diri
10. Kognitif perceptual
5. Pemeriksaan fisik
a. Kepala Pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya hemotoma
atau riwayat operasi
b. Mata Penglihatan adanya kekaburan, akibat adanya gangguan nervus
optikus (nervus II), gangguan dalam menganggkat bola mata (nervus III),
gangguan dalam memutar bola mata (Nervus IV) dan gangguan dalam
menggerakan bola mata kelateral (nervus VI)
c. Hidung Adanya gangguan pada penciuman karena terganggu pada
nervus olfactorius (nervus I).
d. Mulut Adanya gangguan pengecapan atau lidah akibat kerusakan
nervus vagus , adanya kesulitan dalam menelan.
e. Dada Inspeksi:kesimetrisan bentuk, kembang dan kempih dada.
Palpasi: ada tidaknya nyeri tekan dan masa Perkusi:mendengar bunyi hasil
perkusi, untuk mengetahui suara napas.
f. Abdomen Inspeksi : bentuk, ada tidaknya pembesaran. Auskultasi:
mendengar bising usus Perkusi : mendengar bunyi hasil perkusi Palpasi :
ada tidanya nyeri tekan pasca operasi.
g. Ekstremitas Pengukuran kekuatan otot
1. Nilai 0 : bila tidak terlihat kontraksi sama sekali.
2. Nilai 1 : bila terlihat kontraksi tetapi tidak ada gerakan sendi
3. Nilai 2 : bila ada gerakan pada sendi tetatpi tidak bisa melawan
gravitasi
4. Nilai 3 : bila dapat melawan gravitasi tetapi tidak dapat melawan
tekenan pemeriksaan
5. Nilai 4 : bila dapat melawan tahanan pemeriksaan tapi kekuatanya
berkurang.
6. Nilai 5 : bila dapat melawan tahanan pemeriksaan dengan kekuatan
penuh.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Akut
b. Resiko Infeksi
c. Gangguan mobilitas fisik
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
e. Ketidakefektifan pola napas
f. Intoleransi aktivitas
3. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan (NOC) (NIC)

1. Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian


asuhan keperawatan nyeri secara
selama…x24 jam komperhensif
diharapkan nyeri 2. Observasi reaksi
berkurang dengan kriteria nonverbal dari
hasil: ketidak nyamanan
1. Mampu mengontrol pasien
nyeri 3. Kontrol lingkungan
2. Melaporkan bahwa yang dapat
nyeri berkurang mempengaruhi nyeri
3. Menyatakan rasa 4. Ajarkan tentang
nyaman setelah nyeri teknik relaksasi nafas
berkurang dalam (non
farmakologi)
5. Kolaborasi dengan
tenaga medis lainnya
mengenai pemberian
analgetik

2. Resiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan


asuhan keperawatan gejala infeksi
selama…x24 jam 2. Monitor kebersihan
diharapkan tidak adanya lingkungan pasien
resiko infeksi dengan 3. Ajarkan pasien dan
kriteria hasil: keluarga mencegah
1. Pasien bebas dari terjadinya infeksi
tanda dan gejala 4. Intruksikan untuk
infeksi membatasi
2. Menunjukkan pengunjung dan
kemampuan untuk mencuci tangan
mencegah timbulnya sebelum dan setelah
infeksi berkunjung kepasien
3. Jumlah leukosit 5. Kolaborasi dengan
dalam batas normal dokter untuk
4. Menunjukkan prilaku pemberian terapi
hidup bersih antibiotic

3. Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor TTV


mobilitas fisik asuhan keperawatan 2. Kaji kemampuan
selama…x24 jam pasien dalam
diharapkan gangguan mobilisasi
mobilitas fisik dapat 3. Ajarkan pasien
teratasi dengan kriteria mengubah posisi dan
hasil: berikan bantuan jika
1. Aktivitas pasien perlu
meningkat 4. Bantu pasien dalam
2. Mempragakan penggunaan alat
penggunaan alat bantu mobilisasi
3. Mengerti tujuan dari 5. Latih pasien dalam
peningkatan pemenuhan
mobilitas kebutuhan ADL
4. Memverbalisasikan secara mandiri
perasaan dalam sesuai kemampuan
peningkatan kekuatan
dan kemampuan
berpindah

4. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor adanya


nutrisi kurang dari asuhan keperawatan penurunan BB
kebutuhan tubuh selama…x24 jam 2. Monitor mual dan
diharapkan nutrisi muntah
terpenuhi dengan kriteria 3. Kaji adanya alergi
hasil: makanan
1. Adanya peningkatan 4. Monitor intake
berat badan output nutrisi
2. Mampu 5. Berikan informasi
mengidentifikasi pada pasien dan
kebutuhan nutrisi keluarga tentang
3. Tidak ada tanda-tanda kebutuhan nutrisi
malnutrisi 6. Kolabirasi dengan
4. Menunjukkan ahli gizi untuk
peningkatan fungsi menentukan jumlah
pengecap dan kalori dan nutrisi
menelan yang dibutuhkan
5. Tidak terjadi pasien
penurunan berat
badan
5. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor ttv
pola nafas asuhan keperawatan 2. Posisikan pasien
selama…x24 jam untuk
diharapkan ketidak memaksimalkan
efektifan pola nafas ventilasi
terpenuhi dengan kriteria 3. Monitor pola
hasil: pernafasan abnormal
1. Mendemonstrasikan 4. Pertahankan jalan
batuk efektif nafas yang paten
2. Menunjukkan jalan 5. Observasi adanya
nafas yang paten tanda-tanda
3. Tanda-tanda vital hipoventilasi
dalam rentan normal 6. Kolaborasi dengan
tenaga medis dalam
pemberian terapi

6. Intoleransi Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor respon fisik,


Aktivitas asuhan keperawatan emosi, sosial, dan
selama…x24 jam spiritual
diharapkan dapat 2. Bantu pasien untuk
melakukan aktivitas mengidentifikasi
dengan kriteria hasil: aktiitas yang mampu
1. Berpartisipasi dalam dilakukan
aktivitas fisik tanpa 3. Bantu pasien untuk
disertai peningkatan membuat jadwal
tekanan darah, nadi latihan di waktu
dan respirasi luang
2. Tanda-tanda vital 4. Observasi aktivitas
dalam batas normal yang mampu
3. Mampu melakukan dilakukan
aktivitas sehari-hari 5. Kolaborasi dengan
secara mandiri tenaga medis dalam
4. Mampu berpindah merencanakan
dengan atau tanpa pemberian terapi
alat bantu yang tepat
5. Impementasi
Implementasi keperawatan merupakan tindakan keperawatan yg perlu
dilakukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan sesuai dengan
intervensi yang ada.
6. Evaluasi
Evaluasi merupakan hasil respon pasien setelah diberikan tindakan asuhan
keperawatan atau kemajuan pasien terhadap tercapainya tujuan pada
implementasi.
DAFTAR PUSTAKA

NANDA.2015.Diagnosis Keperawatan.NANDA;Masalah yang lazim


muncul
https://www.academia.edu/7419455/Makalah_Laparatomi(diakses pada
tanggal 15 Februari 2022)
http://scribd.com/document/248448707/Pathway-laparatomi(diakses pada
tanggal 15 februari 2022)
http://repository.poltekkes-
tjk.ac.id/1597/6/6.%20BAB%20II.pdf(diakses pada tanggal 15
Februari 2022)

Anda mungkin juga menyukai