Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

LAPARATOMI

I. DESKRIPSI SINGKAT
Menurut Smeltzer (2013), laparatomi merupakan prosedur pembedahan
yang melibatkan suatu insisi pada dinding abdomen hingga ke cavitas
abdomen yang dapat di lakukan pada bedah digestif dan obgyn.
Laparatomi merupakan operasi yang dilakukan untuk membuka bagian
abdomen, laparatomi merupakan suatu bentuk pembedahan mayor dengan,
dengan melakukan pengayatan pada lapisan lapisan dinding abdomen untuk
mendapatkan bagian organ yang mengalami masalah (hemoragi, perforasi,
kanker dan obstruksi). Laparatomi dilakukan pada kasus seperti apendicitis
hernia inguinalis, kanker lambung, kanker kolon dan rectum, obstruksi usus,
inflamasi usus kronis, kolestisitis dan peritonitis. Sandy 2015 menjelaskan
bahwa ada pembedahan laparatomi yang membutuhkan insisi pada dinding
abdominal yang cukup lebar sehingga beresiko terjadinya infeksi terutama
infeksi luka pasca operasi.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta mampu melakukana Asuhan
Keperawatan Pada Pasien laparatomi.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian dari laparatomi
2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab laparatomi
3. Untuk mengetahui jenis-jenis laparatomi
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis laparatomi
5. Untuk mengetahui apa saja komplikasi yang dapat terjadi pada klien
dengan laparatomi
6. Untuk mengetahui bagaimana tindakan yang dapat dilakukan pada
klien dengan laparatomi serta asuhan keperawatannya

III. POKOK BAHASAN


Pokok bahasan yang dibahas dalam modul ini adalah :
Pokok Bahasan A : Konsep dasar
Sub Pokok Bahasan :
1. Pengertian dari laparatomi
2. Faktor-faktor penyebab laparatomi
3. Jenis – Jenis dari laparatomi
4. Tujuan dari pemasangan gips
5. Manifestasi klinik laparatomi
6. Komplikasi laparatomi

Pokok Bahasan B : Asuhan Keperawatan


Sub Pokok Bahasan :
1. Pengkajian asuhan keperawatan pada pasien dengan laparatomi
2. Diagnoasa dan intervensi asuhan keperawatan pada pasien dengan
laparatomi
3. Implementasi asuhan keperawatan pada pasien dengan laparatomi
4. Evaluasi asuhan keperawatan pada asien dengan laparatomi

IV. URAIAN MATERI


Pokok Bahasan A
1. Pengertian
Laparatomi adalah pembedahan yang dilakukan pada usus akibat
terjadinya perlekatan usus dan biasanya terjadi pada usus halus. (Arif
mansjoer, 2010) Laparatomi merupakan operasi yang dilakukan untukk
membuka bagian abdomen, laparatomi merupakan suatu bentuk
pembedahan mayor dengan, dengan melakukan pengayatan pada lapisan
lapisan dinding abdomen untuk mendapatkan bagian organ yang
mengalami masalah (hemoragi, perforasi, kanker dan obstruksi).
Laparatomi dilakukan pada kasus seperti apendicitis hernia inguinalis,
kanker lambung, kanker kolon dan rectum, obstruksi usus, inflamasi usus
kronis, kolestisitis dan peritonitis. Laparatomi adalah pembedahan perut,
membuka perut dengan operasi. (Lakaman, 2011) Pelayanan. post operasi
laparatomi adalah pelayanan yang diberikan kepada pasienpasien yang
telah menjalani operasi perut.

2. Etiologi
Etiologi sehingga dilakukan laparatomi adalah karena disebabkan
oleh beberapa hal yaitu:
a. Trauma abdomen
b. Peritonitis
c. Perdarahan saluran cerna
d. Sumbatan pada usus halus dan usus besar
e. Masa pada abdomen

3. Jenis – jenis Laparatomi


a. Mid-line incision
Metode insisi yang paling sering digunakan, karena sedikit perdarahan,
eksplorasi dapat sedikit lebih luas, cepat dibuka dan ditutup, serta tidak
memotong ligamen dan saraf. Namun demikian, kerugian jenis insisi
ini adalah terjadi hernia cikatrialis, indikasinya pada eksplorasi gaster,
pankreas, hepar, dan klien serta di bawah umbilikus untuk eksplorasi
ginekologis, restosigmoid dan organ dalam pelvis
b. Paramedian
Yaitu; sedikit ke tepi dari garis tengah (2,5cm), panjang (12,5cm),
terbagi menjadi dua yaitu paramedian kanan dan kiri, dengan indikasi
jenis operasi lambung, eksplorasi pankreas, organ pelvis, usus bagian
bawah serta plenoktomi.
c. Transverse upper abdomen incision
Yaitu; insisi bagian atas misalnya pembedahan colesistotomy dam
splenektomy.
d. Transverse lower abdomen incision
Yaitu insisi melintang dibagian bawah 4cm diatas anterior spinailiaka,
misalnya pada operasi apendictomy. Latihan-latihan fisik seperti
latihan napas dalam, batuk efektif, menggerakan otot kaki,
menggerakan otot bokong, latihan alih baring dan turun dari tempat
tidur. semuanya dilakukan hari ke-2 post operasi.

4. Manifestasi Klinik
a. Nyeri tekan pada area insisi pembedahan
b. Perubahan tekanan darah, nadi dan pernafasan
c. Kelemahan
d. Gangguan integumen dan jaringan subkutan
e. Konstipasi
f. Mual dan muntah, anoreksia

5. Komplikasi

a. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis.


Tromboplebitis post operasi biasanya timbul 7-14 hari setelah operasi.
Bahaya besar tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari
dinding pembuluh darah sebagai emboli ke paru-paru, hati, dan otak.
Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki, ambulasi dini post
operasi.

b. Infeksi, infeksi luka sering muncul pada 36-46 jam pasca operasi,
organisme yang paling sering menimbulkan infeksi adalah stapilococus
aurens, organisme gram positif. Stapilococus mengakibatkan
pernanahan .untuk menghindari infeksi luka yang palaing penting
adalah perawatan luka dengan memperhatikan aseptik dan antiseptik.
c. Kerusakan integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka atau
epiverasi.

d. Ventilasi paru tidak adekuat.

e. Gangguan kardiovaskuler, hipertensi, aritmia jantung.

f. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.

g. Gangguan rasa nyaman dan kecelakaan

6. Patofisiologi

Trauma adalah cedera / rudapaksa atau kerugian psikologis atau


emosiaonal. (Dorland 2011.) Trauma adalah luka atau cedera fisik lainya
atau cedera fisiologis akibat gangguan emosional yang hebat. Trauma
adalaha penyebab kematian paling utama pada anak dan orang dewasa
kurang dari 44 tahun. Penyalagunaan alkohol adalah obat yang telah
menjadi faktor komplikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma
yang disengaja atau tidak disengaja. trauma abdomen adalah cedera pada
abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta gtrauma yang
disengaja atau tidak disengaja. Trauma abdomen merupakan luka pada isi
rongga perut bisa terjadi dengan atau tanpa tembusnya dinding perut
dimana pada penanganan /penatalaksanaan dapat bersifat kedaruratan
dapat pula dilakukan tindakan laparatomi. tusukan / tembakan, pukulan,
benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman dapat
mengakibatkan terjadinya trauma abdomen sehingga harus dilakukan
laparatomi. Trauma tumpul abdomen dapat mengakibatkan individu
kehilangan darahmemar / jejas pada dinding perut, kerusakan oragan organ
nyeri, iritasi cairan usus. Sedangkan trauma tembus abdomen dapat
mengakibatkan hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, respon stres
simpatis, perdarahan atau pembekuan darah, kontaminasi bakteri,
kematian sel. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ dan respon
stres dari saraf simpatis akan menyebabkan terjadinya kerusakan integritas
kulit, syok dan perdarahan, kerusakan pertukaran gas, resiko tinggi
terhadap infeksi, nyeri.

Pathway
Etiologi
(trauma perut, peritonitis, perdarahan saluran pencernaan, sumbatan
halus, anus besar, masa perut)

Laparatomi

Mual, muntah anoreksia Insisi jaringan Resiko cedera intra operasi

Ketidakseimbangan nutrisi
Ketidakseimbangan Nutrisi

Terputusnya inkontinuitas jaringan

Kecemasan/ansietas

pola napas tidak efektif Peradangan nyeriakut

Luka infasif post pembedahan

Pembatasan aktivitas ResikoResiko


tinggi infeksi
infek Kelemahan

Kelemahan hambatan mobilitas fisik Intoleransi aktivitas

pada
7. Pemerikasaan penunjang

Pemerikasaan rektum :

adanya darah menunjukan kelaina pada usus besar; kuldosentesi,


kemungkinan adanya darah dalam lambung; dan katerisasi,
adanya darah menunjukan adanya lesi pada saluran kencing.

Laboratorium: hemoglobin, hematokrit, leukosit, analisis


urine.
Radiologik: bila diindikasikan untuk dilakukan laparatomi
IVP / sistogram: hanya dilakukan bila ada
kecurigaan pada trauma saluran kencing. Parasentesis perut:

tindakan ini dilakukan pada trauma tumpul perut yang diragukan


adanya kelainan pada rongga perut yang disertai denga trauma
kepala yang berat, dilakukan dengan menggunakan jarum pungsi
no 18 atau 20 yang ditusukan melalui dinding perut di daerah
kuadran bawah atau digaris tengah dibawah pusat dengan
menggosokan buli-buli terlebih dahulu. Lavase peritoneal:

fungsi dan aspirasi atau bilasan rongga perut dengan memasukan


cairan garam fisiologis melului kanula yang dimasukan kedalam
rongga peritoneum.

Perlengkapan yang dilakukan pada pasien post laparatomi adalah :


a. Respiratory: bagaimana saluran pernapasan, jenis pernapasan,
bunyi pernapasan.

b. Sirkulasi: tensi, nadi, respirasi, dan suhu waran kulit, refil kapiler.
c. Persyarafan: tingkat kesadaran.
d. Balutan: apakan ada drainase? apakah ada tanda-tanda infeksi,
bagaimana proses penyembuhanya?

e. Peralatan: monitor yang terpasang, cairan infus dan transfusi.


f. Rasa nyaman:rasa sakit, mual, muntah, posisi pasien dan status
ventilasi.
g. Psikologis : kecemasan, suasana hati setelah operasi

8. Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
1. Identitas klien

Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis


kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,
tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan diagnosa
medis.

2. Keluhan utama.

Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan


adalah nyeri abdomen.

3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Kapan nyeri pertama kali dirasakan dan apa tindakan yang
telah diambil sebelum akhirnya klien dibawah ke
rumahsakit untuk mendapatkan penanganan secara medis.

b. Riwayat kesehatan dahulu


Ada riwayat penyakit terdahulu sehingga klien dirawat di rumah
sakit.

c. Riwayat kesehatan keluarga


Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi,
diabetes melitus , atau riwayat stroke dari generasi terdahulu.

d. Riwayat psikososial dan spiritual


Peran pasien dalam keluarga, status emosional meningkat,
interaksi sosial terganggu, adanya rasa cemas yang
berlebihan, hubungan dengan tetangga tida harmonis ,
status dalam pekerjaan.

Dan apakah klien rajin melakukan ibadah sehari-hari.


4. Aktifitas sehari-hari
a.Pola nutrisi
b.Pola eliminasi
c.Pola personal hygiene
d.Pola istirahat dan tidur
e. Pola aktivitas dan latihan
f. Seksualitas / reproduksi
g. Peran
h.Persepsi diri / konsep diri
i.Kognitif diri / konsep diri
j.Kognitif perseptual
5. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya hemotoma atau
riwayat operasi.

b. Mata
Penglihatan adanya kekaburan, akibat adanya gangguan
nervus optikus (nervus II), gangguan dalam menganggkat
bola mata (nervus III), gangguan dalam memutar bola
mata (Nervus IV) dan gangguan dalam menggerakan
bola mata kelateral (nervus

VI)
c. Hidung
Adanya gangguan pada penciuman karena terganggu pada
nervus olfactorius (nervus I).

d. Mulut
Adanya gangguan pengecapan atau lidah akibat kerusakan
nervus vagus , adanya kesulitan dalam menelan.

e. Dada
Inspeksi:kesimetrisan bentuk, kembang dan kempih dada.
Palpasi: ada tidaknya nyeri tekan dan masa
Perkusi:mendengar bunyi hasil perkusi, untuk mengetahui suara
napas.

f. Abdomen
Inspeksi : bentuk, ada tidaknya pembesaran.
Auskultasi: mendengar bising usus
Perkusi : mendengar bunyi hasil perkusi
Palpasi : ada tidanya nyeri tekan pasca operasi.

g. Ekstremitas
Pengukuran kekuatan otot
1. Nilai 0 : bila tidak terlihat kontraksi sama sekali.
2. Nilai 1 : bila terlihat kontraksi tetapi tidak ada gerakan sendi
3. Nilai 2 : bila ada gerakan pada sendi tetatpi tidak bisa
melawan gravitasi

4. Nilai 3 : bila dapat melawan gravitasi tetapi tidak dapat


melawan tekenan pemeriksaan

5. Nilai 4 : bila dapat melawan tahanan pemeriksaan tapi


kekuatanya berkurang.

6. Nilai 5 : bila dapat melawan tahanan pemeriksaan dengan


kekuatan penuh.
6. Diagnosa keperawatan
1. Cemas berhubungan dengan tindakan pembedahan
2. Resiko cedera intraoperative berhubungan denga terpasangnya
alat-ala invasif

3. Nyeri akut berhubungan dengan dilakukanya tindakan insisi


bedah

4. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya sayatan atau luka


operasi laparatomi.

5. Gangguan imobilisasi berhubungan dengan pergerakan terbatas


dari anggota tubuh

6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan


tubuh berhubungan dengan mual, muntah anoreksia

7. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ansietas.

8. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.


7. Intervensi
No Diagnosa Kepeawatan Kriteria Hasil Rencana Tindakan
Pre Opeasi
1. Cemas Setelah dilakukan Observasi :
berhubungan
tindakan keperawatan  Identifikasi
dengan
tindakan dengan kriteria waktu tingkat ansietas
operasi
yang telah ditentukan pasien
laparatomi
cemas teratasi Terapeutik :
Kriteria  Berikan
Hasil :
lingkungan
1. Pasien mengatakan
yang tenang,
siap untuk operasi
dan anjurkan
2. Tanda-tanda vital
tetap rileks
3. Pasien dan
 Bantu pasien
keluarga
dalam
memahami proses
menemukan
pembedahan
mekanisme
4. Ekspresi wajah
koping yang
pasien tampak
efektif untuk
rileks
menghadapi
5. Skala cemas ringan
ansietas
 Libatkan
keluarga/orang
terdekat untuk
memberikan
perhatian
Edukasi :
 Jelaskan
mengenai
prosedur
persiapan
pembedahan,
dan berikan
penjelasan
secara akurat
Kolaborasi :
 Kolaborasi
pemberian obat
sedatif sesuai
indikasi

Intra Operasi
2 Cidera intra Tujuan : Observasi :
operatif Setelah  Identifikasi
berhubungan dilakukan apakah pasien
dengan tindakan mempunyai
kebutuhan keperawatan resiko
posisi dengan sebelumnya
pembedahan , kriteria  Identifikasi
pemasangan waktu yang kebutuhan
elektro medik telah keamanan
dan kehilangan ditentukan pasien sesuai
sensori protektif cidera tidak dengan kondisi
sekunder terjadi fisik dan fungsi
terhadap Kriteria kognitif pasien
anestesi. Hasil : dan riwayat
Pasien pasien
bebas dari Terapeutik
cidera  Sediakan
selama lingkungan
operasi, yang aman dan
seperti luka nyaman
bakar,  Pastikan bawah
injury, mesin couter
dislokasi dan plate sudah
sendi, dll terpasang
dengan benar
 Libatkan
keluarga saat
penjelasan efek
dari anastesi
saat pindah ke
ruang
pemulihan
Edukasi
 Jelaskan alat
elektromedik
yang akan
dipasang serta
tujuan
pemasangan.
Kolaborasi
 Kolaborasi
dengan dokter
anastesi saat
merubah posisi
pasien sesuai
kebutuhan
selama operasi
berlangsung.
Post Operasi
3 Nyeri akut Tujuan : Observasi :
berhubunga Setelah  Monitor tanda-
n dengan dilakukan tanda vital
dilakukanya tindakan  Identifikasi
tindakan keperawatan lokasi,
insisi bedah dengan karakteristik,

kriteria durasi,

waktu yang frekuensi,

telah kualitas dan


intensitas nyeri
ditentukan
 Identifikasi skala
nyeri
nyeri
teratasi
 Identifikasi
Kriteria
faktor yang
Hasil :
memperberat
1. Pasien mengatakan
nyeri
nyeri berkurang/
Terapeutik :
hilang
 Ciptakan
2. Pasien tidak
lingkungan yang
tampak kesakitan
tenang, kurangi
3. Skala nyeri 1 – 3
kebisingan, atur
4. Sikap tubuh rileks
cahaya yang
5. Tidak memegang
cukup
daerah operasi
 Pertahankan
6. Tanda-tanda vital
posisi
dalam batas
immobilitas
normal pada bagian
yang sakit
dengan tirah
baring
 Ajarkan pasien
melakukan
terhnik relaksasi
 Libatkan
keluarga dalam
mengalihkan
rasa nyeri dan
memberikan
lingkungan yang
nyaman.
Edukasi :
 Jelaskan
penyebab nyeri,
hal-hal yang
dapat
memperberat
dan mnegurangi
nyeri
Kolaborasi :
 Kolaborasi
dengan dokter
dalam
pemberian
analgetik.

4. Resiko Observasi :
infeksi  Monitor tanda-
berhubungan tanda infeksi
dengan (demam, adanya
adanya kemerahan pada
sayatan atau sekitar luka,
luka operasi adanya pus pada
laparatomi. luka)
Terapeutik
 Cuci tangan
sebelum dan
sesudah kontak
dengan pasien
 Pertahankan
Teknik septic
pada pasien
berisiko tinggi
Edukasi
 Ajarkan cara
meningkatkan
asupan nutrisi
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian diet
TKTP
 Kolaborasi
pemberian
terapi
 Kolaborasi
pemeriksaan
darah tepi

1. Laporkan dokter
jika terdapat tanda
infeks

5. Gangguan mobilitas fisik Tujuan : Observasi :


b.d efek sekunder anastesi Setelah  Identifikasi
dilakukan kemampuan
tindakan dan
keperawatan keterbatasan
dengan pasien dalam
kriteria melakukan
waktu yang mobilitas fisik
telah  Monitor
ditentukan kekuatan
gangguan motoric pasien
mobilitas Terapeutik
fisik teratasi  Berikan posisi
Kriteria yang nyaman
Hasil :  Pasang tanda
1. Pergerakan resiko jatuh
ekstremitas pada tiang
meningkat infus dan
2. Kekuatan otot tempat tidur
meningkat pasien
3. Rentang rom  Pastikan
meningkat penghalang
4. Gerakan tidak tempat tidur
terkoordinasi selalu
terpasang
Edukasi
 Ajarkan pasien
untuk melatih
kaki untuk
bergerak
 Jelaskan pada
keluarga dan
pasien efek
sekunder
anastesi dan
berikan
pendkes resiko
jatuh
Kolaborasi
 Kolaborasi
dengan dokter
anastesi
mengenai efek
sekunder
anastesi

8.Implementasi Keperawatan
Setelah rencana tindakan keperawatan di susun maka untuk
selanjutnya adalah pengolahan data dan kemudian pelaksanaan asuhan
keperawatan sesuai dengan rencana yang telah di susun tersebut. Dalam
pelakasaan implementasi maka perawat dapat melakukan obesrvasi atau
dapat mendiskusikan dengan klien atau keluarga tentang tindakan yang
akan di lakukan.

9.Evaluasi Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gips


Evaluasi adalah langkah terakir dalam asuhan keperawatan, evaluasi
dilakuakan dengan pendekatan SOAP ( data subjektif, data objektif,
analisa, planning ). Dalam evaluasi ini dapat ditentukan sejauh mana
keberhasilan rencana tindakan keperawatan yang harus dimodifikasi
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and suddart.(2011). Textbook of medical surgical nursing.sixth


edition.J.B.Lippincott campany, philadelpia

Doengges, marilyn E(2011).rencana asuhan keperawatan .jakarta:EGC

http://scribd.com/document/248448707/Pathway-laparatomi(diakses pada tanggal 4


Juni 2019)

Lakaman R. 2011. definisi laparatomi. EGC Jakarta.

Mansjoer, Arif.2012.capita, selekta kedokteran. Jakarta :Media aesculapius Mubarak


dan chayatin (2009) Ilmu keperawatan Komunitas pengantar dan teori. Jakarta.
salemba medica.

Mutaqin, arif.2014.asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem pencernaan.


Jakarta: salemba medika.

NANDA.2015.Diagnosis keperawatan NANDA:Masalah yang lazim muncul

Nazir moh.2011.Metode penelitian.Ghalia indonesia.jakarta.

Nursalam.2010. konsep dan penerapan metode penelitian ilmu keperawatan,Edisi II.


Salemba medika. Jakarta.

xxii
xxiii

Anda mungkin juga menyukai