Anda di halaman 1dari 46

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Organ-organ pada saluran pencernaan, saluran limfatik, saluran urogenital dan
saluran reproduksi merupakan organ tubuh yang berada di ruang abdomen. Semua organ
tersebut dapat ditemukan dengan menggunakan teknik operasi laparotomi.
Laparotomi berasal dari dua kata terpisah, yaitu laparo dan tomi. Laparo sendiri
berati perut atau abdomen sedangkan tomi berarti penyayatan. Sehingga laparotomi dapat
didefenisikan sebagai penyayatan pada dinding abdomen atau peritoneal. Istilah lain untuk
laparotomi adalah celiotomi.( Fossum, 2002)
Keuntungan penggunaan teknik laparotomi medianus adalah tempat penyayatan
mudah ditemukan karena adanya garis putih (linea alba) sebagai penanda, sedikit terjadi
perdarahan dan di daerah tersebut sedikit mengandung syaraf. Adapun kerugian yang dapat
terjadi dalam penggunaan metode ini adalah mudah terjadi hernia jika proses penjahitan
atau penangan post operasi kurang baik dan persembuhan yang relatif lama.
Oleh karena itu, dalam hal ini digunakan teknik operasi laparotomi medianus cental
dengan pertimbangan yang telah dijelaskan di atas.
Tujuan laparotomi adalah untuk menemukan dan mengetahui keadaan organ
visceral yang ada di dalam ruang abdominal secara langsung serta untuk menegakkan
diagnosa.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan mempelajari kasus tentang asuhan keperawatan
pada klien dengan Laparatomi
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa diharapkan mampu :

a. Mengetahui apa pengertian dari laparatomi


b. Mengetahui apa etiologi dari laparatomi
c. Mengetahui apa indikasi diadakannya laparatomi
d. Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada klien laparatomi

1
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. LAPARATOMI
A. Definisi

Laparatomi adalah pembedahan yang dilakukan pada usus akibat terjadinya

perlekatan usus dan biasanya terjadi pada usus halus. (Arif Mansjoer, 2010).

Laparatomi adalah pembedahan perut, membuka selaput perut dengan operasi.

(Lakaman 2011).

B. Etiologi

Etiologi sehingga dilakukan laparatomi adalah karena disebabkan oleh beberapa

hal (Smeltzer, 2012) yaitu:

1. Trauma abdomen (tumpul atau tajam).

2. Ileus obstruktif

3. Peritonitis.

4. Perdarahan saluran cerna.

5. Sumbatan pada usus halus dan usus besar.

6. Massa pada abdomen

C. Jenis-jenis Laparatomi

1. Mid-line incision

2. Paramedian, yaitu ; sedikit ke tepi dari garis tengah ( 2,5 cm), panjang (12,5 cm).

3. Transverse upper abdomen incision, yaitu ; insisi di bagian atas, misalnya

pembedahan colesistotomy dan splenektomy.

4. Transverse lower abdomen incision, yaitu; insisi melintang di bagian bawah 4cm

diatas anterior spinaliliaka, misalnya; pada operasi appendictomy. Latihan - latihan

fisik seperti latihan napas dalam, latihan batuk, menggerakan otot-otot kaki,

2
menggerakkan otot-otot bokong, Latihan alih baring dan turun dari tempat tidur.

Semuanya dilakukan hari ke 2 post operasi.(Smeltzer, 2012).

D. Manifestasi Klinis

1. Nyeri tekan.

2. Perubahan tekanan darah, nadi, dan pernafasan.

3. Kelemahan.

4. Gangguan integumen dan jaringan subkutan.

5. Konstipasi.

6. Mual dan muntah, anoreksia.

E. Komplikasi

1. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis. Tromboplebitis post

operasi biasanya timbul 7-14 hari setelah operasi. Bahaya besar tromboplebitis timbul

bila darah tersebut lepas dari dinding pembuluh darah vena dan ikut aliran darah

sebagai emboli ke paru-paru, hati, dan otak. Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan

kaki, ambulasi dini post operasi.

2. Infeksi, infeksi luka sering muncul pada 36-46 jam pasca operasi. Organisme yang

paling sering menimbulkan infeksi adalah stapilococus aurens, organisme gram

positif. Stapilococus mengakibatkan peranahan. Untuk menghindari infeksi luka yang

paling penting adalah perawatan luka dengan memperhatikan aseptik dan antiseptik.

3. Kerusakan integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka atau eviserasi.

4. Ventilasi paru tidak adekuat.

5. Gangguan kardiovaskuler: hipertensi, aritmia jantung.

6. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.

7. Gangguan rasa nyaman dan kecelakaan.(Arif Mansjoer, 2012).

3
F. Pathway

Etiologi
( Trauma abdomen, Peritonitis, Perdarahan saluran pencernaan, Sumbatan pada usus
halus dan usus besar, Masa pada abdomen)

Laparatomi Pendaraha
n
Insisi jaringan Intake output ↓

Terputusnya inkontinuitas jaringan Resiko kekurangan


Vol. Cairan
Nyeri Akut Peradangan (kalor, dolor, rubor, tumor, fungsi laesa)

Luka invasif post pembedahan

Pembatasan aktivitas Resiko Infeksi

Kelemahan Hambatan Mobilitas Fisik

G. Patofisiologi

Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional

(Dorland, 2011). Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis

akibat gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2010).

Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa kurang

dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor implikasi pada

trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer,

2011). Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan

tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2011).

Trauma abdomen merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau

tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat

kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi. Tusukan/tembakan , pukulan,

benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman (set-belt) dapat

4
mengakibatkan terjadinya trauma abdomen sehingga harus di lakukan laparatomy.(Arif

Muttaqin, 2013).

Trauma tumpul abdomen dapat mengakibatkan individu dapat kehilangan darah,

memar/jejas pada dinding perut, kerusakan organ-organ, nyeri, iritasi cairan usus.

Sedangkan trauma tembus abdomen dapat mengakibatkan hilangnya seluruh atau

sebagian fungsi organ, respon stres simpatis, perdarahan dan pembekuan darah,

kontaminasi bakteri, kematian sel. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ dan

respon stress dari saraf simpatis akan menyebabkan terjadinya kerusakan integritas kulit,

syok dan perdarahan, kerusakan pertukaran gas, resiko tinggi terhadap infeksi, nyeri

akut.(Arif Muttaqin, 2013).

H. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan rektum : adanya darah menunjukkan kelainan pada usus besar ;

kuldosentesi, kemungkinan adanya darah dalam lambung ; dan kateterisasi, adanya darah

menunjukkan adanya lesi pada saluran kencing.

- Laboratorium : hemoglobin, hematokrit, leukosit dan analisis urine.

- Radiologik : bila diindikasikan untuk melakukan laparatomi.

- IVP/sistogram : hanya dilakukan bila ada kecurigaan terhadap trauma saluran

kencing.

Parasentesis perut : tindakan ini dilakukan pada trauma tumpul perut yang

diragukan adanya kelainan dalam rongga perut atau trauma tumpul perut yang disertai

dengan trauma kepala yang berat, dilakukan dengan menggunakan jarum pungsi no 18

atau 20 yang ditusukkan melalui dinding perut didaerah kuadran bawah atau digaris

tengah dibawah pusat dengan menggosokkan buli-buli terlebih dahulu.

Lavase peritoneal : fungsi dan aspirasi/bilasan rongga perut dengan memasukkan

cairan garam fisiologis melalui kanula yang dimasukkan kedalam rongga peritonium.

5
Perlengkapan yang dilakukan pada pasien post laparatomy, adalah;

a. Respiratory: Bagaimana saluran pernapasan, jenis pernapasan, bunyi pernapasan.

b. Sirkulasi: Tensi, nadi, respirasi, dan suhu, warna kulit, dan refill kapiler.

c. Persarafan : Tingkat kesadaran.

d. Balutan: Apakah ada tube, drainage ? Apakah ada tanda-tanda infeksi? Bagaimana

penyembuhan luka?

e. Peralatan: Monitor yang terpasang, cairan infus atau transfusi.

f. Rasa nyaman: Rasa sakit, mual, muntah, posisi pasien, dan fasilitas ventilasi.

g. Psikologis : Kecemasan, suasana hati setelah operasi.Pengkajian

I. Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah sesuatu bentuk pelayanan yang diberikan oleh

seseorang pasien dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari berupa bimbingan,

pengawasan, perlindungan. (Brunner & suddarth, 2009).

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan proses pengumpulan data yang dilakukan secara

sistemik mengenai kesehatan. Pasien mengelompokkan data menganalisis data

tersebut sehingga dapat pengkajian adalah memberikan gambaran secara terus

menerus mengenai keadaan pasien .Adapun tujuan utama dari pada pengkajian adalah

memberikan gambaran secara terus-menerus mengenai keadaan pasien yang mungkin

perawat dapat merencanakan asuhan keperawatan. (Arif mutaaq 2013).

a. Identitas klien

Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,

pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan MRS, nomor

register, dan diagnosis medis.

6
2. Keluhan Utama

Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah

nyeri pada abdomen.

3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

Kapan nyeri pertama kali dirasakan dan apa tindakan yang telah diambil sebelum

akhirnya klien dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan secara

medis.

b. Riwayat kesehatan dahulu

Adanya riwayat penyakit terdahulu sehingga klien dirawat di rumah sakit.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Bisanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi,diabetes melitus,atau

adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu.

d. Riwayat psikososial dan spiritual

Peranan pasien dalam keluarga status emosional meningkat, interaksi

meningkat, interaksi sosial terganggu, adanya rasa cemas yang berlebihan,

hubungan dengan tetangga tidak harmonis, status dalam pekerjaan. Dan apakah

klien rajin dalam melakukan ibadah sehari-hari.

4. Aktivitas sehari-hari (sebelum dan selama sakit)

a. Pola Nutrisi

b. Pola Eliminasi

c. Pola Personal Hygiene

d. Pola Istirahat dan Tidur

e. Pola Aktivitas dan Latihan

f. Seksualitas/reproduksi

7
g. Peran

h. Persepsi diri/konsep diri

i. Kognitif diri/konsep diri

j. Kognitif perceptual

5. Pemeriksaan Fisik

1. Kepala

pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya hematoma atau riwayat operasi.

2. Mata

penglihatan adanya kekaburan, akibat akibat adanya gangguan nervus optikus

(nervus II), gangguan dalam mengangkat bola mata (nervus III), gangguan dalam

memutar bola mata (nervus IV) dan gangguan dalam menggerakkan boal mata

kalateral (nervus VI).

3. Hidung

Adanya gangguan pada penciuman karna terganggu pada nervus olfatorius

(nervus I).

4. Mulut

Adanya gangguan pengecapan (lidah ) akibat kerusakan nervus vagus adanya

kesulitan dalam menelan.

5. Dada

Inspeksi : kesimetrisan bentuk, dan kembang kempih dada.

Palpasi : ada tidaknya nyeri tekan dan massa.

Perkusi : mendengar bunyi hasil perkusi.

Auskultasi : mengetahui suara nafas, cepat dan dalam.

6. Abdomen

Inspeksi : bentuk, ada tidaknya pembesaran.

8
Auskultasi : mendengar bising usus.

Perkusi : mendengar bunyi hasil perkusi.

Palpasi : ada tidaknya nyeri tekan pasca operasi.

7. Ekstremitas

Pengukuran otot menurut (Arif Mutaqqin, 2012)

a. Nilai 0: bila tidak terlihat kontraksi sama sekali.

b. Nilai 1: Bila terlihat kontraksi dan tetapi tidak ada gerakan pada sendi.

c. Nilai 2: Bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa melawan grafitasi.

d. Nilai 3: Bila dapat melawan grafitasi tetapi tidak dapat melawan tekanan

pemeriksaan.

e. Nilai 4: Bila dapat melawan tahanan pemeriksaan tetapi kekuatanya

berkurang.

f. Nilai 5: bila dapat melawan tahanan pemeriksaan dengan kekuatan penuh

6. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko Syok berhubungan dengan Sepsis Post op laparatomy


2. Gangguan Penyapihan Ventilator berhubungan dengan hambatan upaya nafas
3. Resiko Infeksi Berhubungan dengan Sistem imun menurun
4. Gangguan keseimbangan Volume cairan tubuh behubungan dengan kurangnya
volume cairan tubuh

7. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional

Keperawatan hasil

1. Resiko syok Klien menunjukan 1. Monitor respon 1. Untuk mengetahui


Berhubunngan dengan pengendalian resiko kompensasi syok keadaan
Sepsis, ditandai Syok setelah 1 hari (TD normal) hemodinamik
dengan: perawatan dengan
DO : kriteria hasil : 2. Monitor gejala awal 2. Untuk memantau
- KU tampak lemah - Hemodinamik stabil gangguan jantung status hemodinamik
- TD : 105/58 mmHg - Suhu dan leukosit (penurunan CO,

9
- N : 77x/m normal Output urin,
- R : 20x/m - Tanda-tanda infeksi takhikardi)
- S : 37,1C tidak ada 3. Monitor status 3. Untuk memantau
- Kesadaran sopor sirkulasi (TD, S, status hemodinakmik
- Terpasang ventilator Bunyi jantung,
irama)
4. Monitor status 4. Untuk memantau
pernafasan dan suhu status hemodinakmik

5. Monitor hasil Lab 5. Untuk menegakan


diagnose
6. Atur posisi supine 6. Untuk mengatur
dengan kepala dan posisi semi fowler
bahu ditinggikan
7. Monitor pemberian 7. Untuk keseimbangan
cairan IV cairan
2. Gangguan Klien menunjukan 1. Monitor adanya 1. Untuk mengetahui
penyapihan Ventilator penyapihan ventilator kegagalan respirasi status hemodinamik
berhubungan dengan secara efektif setelah 2. Lakukan pengaturan 2. Memantau TTV
hambatan upaya nafas perawatan 3 hari monitor ventilator
ditandai dengan : dengan kriteria hasil : secara rutin
DO : - Tidak ada sianosis 3. Monitor hasil 3. Untuk memantau
- KU lemah - Tidak ada dispne bacaan ventilator hasil hemodinakmik
- Kesadaran sopor - Mampu bernafas dan suara nafas secara akurat
- Terpasang dengan mudah 4. Gunakan Teknik 4. Untuk menekan
ventilator - TTV normal aseptic infeksi silang
nosocomial
5. Monitor kapasitas 5. Untuk memantau
vital dan kekuatan status hemodinakmik
inspirasi
6. Posisikan pasien 6. Untuk memberikan
untuk kenyamanan dan
memaksimalkan status hemodinamik
ventilasi pasien
3. Resiko infeksi Klien menunjukan 1. Observasi dan 1. Untuk mengetahui
berhubungan dengan pengendalian resiko laporkan tanda- tanda infeksi
system imun menurun infeksi stelah 3 hari tanda infeksi
ditandai dengan : perawatan, dengan 2. Kaji faktor yang 2. Untuk mencegah
DO: kriteria hasil : meningkatkan infeksi
- KU tampak lemah - Luka operasi kering infeksi
- Kesadaran sopor - Suhu dan leukosit 3. Pantau hasil lab 3. Untuk membantu
- Tampak luka normal menegakan diagnose
terpasang perban - Tanda infeksi tidak 4. Lakukan cuci 4. Mencegah infeksi

10
- Terpasang NGT ada tangan sebelum dan silang
- Terpasang Drainase - Luka tidak berbau setelah tindakan
- Leukosit : 9080 - Berkurangnya
drainase 5. Lakukan perawatan 5. Untuk mencegah
luka dengan tehnik infeksi
aseptic dan
antiseptic
6. Monitor TTV 6. Untuk mengetahui
status hemodinamik
7. Tingkatkan intake 7. Untuk
cairan dan nutrisi mempertahankan
keseimbangan tubuh
8. Kolaborasi dalam 8. Mencegah infeksi
pemberian obat dan penyebuhan luka
antibiotic
4 Gangguan Keseimbangan volume 1. Kaji intake dan 1. Pengkajian tersebut
keseimbangan cairan tubuh klien output cairan. menjadi dasar
volume cairan teratasi dalam waktu 1 rencana askep dan
berhubungan dengan hari dengan kriteria evaluasi intervensi.
kurangnya volume hasil : 2. Timbang BB setiap 2. Penurunan BB dapat
cairan ditandai 1. TTV normal hari. terjadi karena
dengan : 2. Intake output muntah berlebihan.
DO: seimbang 3. Beri cairan 3. Mencegah
intravena yang kekurangan cairan
- Tampak terpasang
terdiri dari glukosa, dan memperbaiki
NGT
elektrolit dan keseimbangan asam
- Puasa
vitamin. basa.
- Balance Cairan -
4. Anjurkan klien 4. Pemberian cairan
750 cc
untuk sesuai dengan
mengkonsumsi toleransi klien.
cairan peroral
dengan perlahan.

11
SYOK SEPSIS

A. Definisi

Sepsis adalah suatu keadaan ketika mikroorganisme menginvasi tubuh dan

menyebabkan respon inflamasi sitemik. Respon yang ditimbulkan sering

menyebabkan penurunan perfusi organ dan disfungsi organ. Jika disertai dengan

hipotensi maka dinamakan Syok sepsis. ( Linda D.U, 2006)

Syok septic adalah suatu bentuk syok yang menyebar dan vasogenik yang

dicirikan oleh adanya penurunan daya tahan vaskuler sistemik serta adanya

penyebaran yang tidak normal dari volume vaskuler (Hudak & Gallo, 1996).

Syok septic adalah infasi aliran darah oleh beberapa organisme mempunyai

potensi untuk menyebabkan reaksi pejamu umum toksin ini. Hasilnya adalah keadaan

ketidak adekuatan perfusi jaringan yang mengancam kehidupan (Brunner & Suddarth

vol. 3 edisi 8, 2002).

Menurut M. A Henderson (1992) Syok septic adalah syok akibat infeksi berat,

dimana sejumlah besar toksin memasuki peredaran darah. E. colli merupakan kuman

yang sering menyebabkan syok ini.

Syok septik adalah syok yang disebabkan oleh infeksi yang menyebar luas

yang merupakan bentuk paling umum syok distributif. Pada kasus trauma, syok septik

dapat terjadi bila pasien datang terlambat beberapa jam ke rumah sakit. Syok septik

terutama terjadi pada pasien-pasien dengan luka tembus abdomen dan kontaminasi

rongga peritonium dengan isi usus.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa syok septic adalah infasi aliran darah oleh

beberapa organisme mempunyai potensi untuk menyebabkan reaksi pejamu umum

toksin. Hasilnya adalah keadaan ketidak adekuatan perfusi jaringan yang mengancam

kehidupan.

12
B. Etiologi

Microorganisme dari syok septic adalah bakteri gram-negatif. Namun

demikian, agen infeksius lain seperti bakteri gram positif dan virus juga dapat

menyebab syok septic. (Brunner & Suddarth vol. 1 edisi 8, 2002).

1. Infeksi bakteri aerobik dan anaerobik

a. Gram negatif seperti : Echerichia coli, Kebsiella sp, Pseudomonas sp,

Bacteroides sp, dan Proteus sp.

b. Gram positif seperti : Stafilokokus, Streptokokus dan Pneumokokus.

2. Infeksi viral, fungal,dan riketsia

3. Kerusakan jaringan , yang dapat menyababkan kegagalan penggunaan oksigen

sehingga menyebabkan MOSF.

4. Pertolongan persalinan yang tidak heginis pada partus lama.

Faktor dan Resiko Sepsis

a. Faktor – faktor pejamu

- Umur yang ekstrim

13
- Malnutrisi

- Kondisi lemah secara umum

- Penyakit kronis

- Penyalagunaan obat dan alkohol

- Neutropenia

- Splenektomi

- Kegagalan banyak organ

b. Faktor – faktor yang berhubungan

- Penggunaan kateter invasif

- Prosedur-prosedur operasi

- Luka karena cidera atau terbakar

- Prosedur diagnostik invasif

- Obat-obatan (antibodi, agen-agen sitotoksik, steroid).

C. Patofisiologi

Infeksi sistemik yang terjadi biasanya karena kuman Gram negatif yang

menyebabkan kolaps kardiovaskuler. Endotoksin basil Gram negatif ini

menyebabkan vasodilatasi kapiler dan terbukanya hubungan pintas arteriovena

perifer. Selain itu, terjadi peningkatan permeabilitas kapiler. Peningkatan kapasitas

vaskuler karena vasodilatasi perifer menyebabkan terjadinya hipovolemia relatif,

sedangkan peningkatan peningkatan permeabilitas kapiler menyebabkan kehilangan

cairan intravaskuler ke intertisial yang terlihat sebagai udem.

Pada syok septik hipoksia, sel yang terjadi tidak disebabkan oleh penurunan

perfusi jaringan melainkan karena ketidakmampuan sel untuk menggunakan oksigen

karena toksin kuman. Gejala syok septik yang mengalami hipovolemia sukar

dibedakan dengan syok hipovolemia (takikardia, vasokonstriksi perifer, produksi urin

14
< 0.5 cc/kg/jam, tekanan darah sistolik turun dan menyempitnya tekanan nadi).

Pasien-pasien sepsis dengan volume intravaskuler normal atau hampir normal,

mempunyai gejala takikaridia, kulit hangat, tekanan sistolik hampir normal, dan

tekanan nadi yang melebar.

15
Pathway

Infasi Kuman

Pelepasan Indotoksin

Disfungsi dan kerusakan endotel dan disfungsi organ multipel

SEPSIS

Perubahan Perubahan ambilan Terhambatnya Terganggunya

fungsi miokarium dan penyerapan O2 fungsi sistem pencernaan

mitokondria

Kontraksi jantung Suplai 02 terganggu Kerja sel Reflek ingin

menurun menurun muntah

Curah jantung Sesak Penurunan Nafsu makan

turun sistem imun menurun

Gangguan Resti infeksi Gangguan

pemenuhan O2 pemenuhan

kebutuhan nutrisi

Gangguan

perfusi jaringan

16
D. Manifestasi Klinis

Syok sepsis terjadi dalam dua fase yang berbeda :

1. Fase pertama disebut sebagai fase hangat (Hiperdinamik)

- Hipotensi

- Takikardi

- Takipnea

- Alkalosis respiratorik

- Curah jantung (CJ) tinggi dengan TVS (Tahanan Vaskuler Vistemik) rendah.

- Kulit dingin, pucat

- Hipertermia/hipotermia

- Perubahan status mental

- Poliuria

- SDP meningkat

- Hiperglikemia

2. Fase lanjut disebut fase dingin (hipodinamik)

- Hipotensi

- Takikardia

- Takipnea

- Asidosis metabolik

- CJ rendah dengan TVS tinggi

- Kulit hangat, kemerahan

- Hipotermia

- Status mental memburuk

- Disfungsi organ dan selular (spt, ARDS, KIT, oliguria)

- SDP menurun, dan Hipoglisemia

17
E. Klasifikasi

1. Sepsis onset dini

- Merupakan sepsis yang berhubungan dengan komplikasi obstertik.

- Terjadi mulai dalam uterus dan muncul pada hari-hari pertama kehidupan (20

jam pertama kehidupan)

- Sering terjadi pada bayi prematur, lahir ketuban pecah dini, demam impratu

maternal dan coricomnionitis.

2. Sepsis onset lambat

- Terjadi setelah minggu pertama sampai minggu krtiga kelahiran

- Ditemukan pada bayi cukup bulan

- Infeksi bersifat lambat, ringan dan cenderung bersifat local

F. Komplikasi

1. Meningitis

2. Hipoglikemi

3. Aasidosis

4. Gagal ginjal

5. Disfungsi miokard

6. Perdarahan intra cranial

7. Icterus

8. Gagal hati

9. Disfungsi system saraf pusat

10. Kematian

11. Sindrom distress pernapasan dewasa (ARDS)

18
G. Pemeriksaan Penunjang

Pengobatan terbaru syok sepsis mencakup mengidentifikasi dan

mengeliminasi penyebab infeksi yaitu dengan cara pemeriksaan- pemeriksaan yang

antara lain:

1. Kultur (luka, sputum, urin, darah) yaitu untuk mengidentifikasi organisme

penyebab sepsis. Sensitifitas menentukan pilihan obat yang paling efektif.

2. SDP : Ht Mungkin meningkat pada status hipovolemik karena hemokonsentrasi.

Leucopenia (penurunan SDB) terjadi sebalumnya, diikuti oleh pengulangan

leukositosis (1500-30000) d4engan peningkatan pita (berpindah kekiri) yang

mengindikasikan produksi SDP tak matur dalam jumlah besar.

3. Elektrolit serum: Berbagai ketidakseimbangan mungkin terjadi dan

menyebabkan asidosis, perpindahan cairan dan perubahan fungsi ginjal.

4. Trombosit : penurunan kadar dapat terjadi karena agegrasi trombosit

5. PT/PTT : mungkin memanjang mengindikasikan koagulopati yang

diasosiasikan dengan hati/ sirkulasi toksin/ status syok.

6. Laktat serum : Meningkat dalam asidosis metabolik, disfungsi hati, syok

7. Glukosa Serum : hiperglikenmio yang terjadi menunjukkan glikoneogenesis dan

glikonolisis di dalam hati sebagai respon dari puasa/ perubahan seluler dalam

metabolisme

8. BUN/Kreatinin : peningkatan kadar diasosiasikan dengan dehidrasi,

ketidakseimbangan atau kegagalan ginjal, dan disfungsi atau kegagalan hati.

9. GDA : Alkalosis respiratosi dan hipoksemia dapat terjadi sebelumnya. Dalam

tahap lanjut hipoksemia, asidosis respiratorik dan asidosis metabolik terjadi

karena kegagalan mekanisme kompensasi

19
10. EKG : dapat menunjukkan segmen ST dan gelombang T dan distritmia

menyerupai infark miokard.

Gambaran Hasil laboratorium :

1. WBC > 12.000/mm3 atau < 4.000/mm3 atau 10% bentuk immature

2. Hiperglikemia > 120 mg/dl

3. Peningkatan Plasma C-reaktif protein

4. Peningkatan plasma procalcitonin.

5. Serum laktat > 1 mMol/L

6. Creatinin > 0,5 mg/dl

7. INR > 1,5

8. APTT > 60

9. Trombosit < 100.000/mm3

10. Total bilirubin > 4 mg/dl

11. Biakan darah, urine, sputum hasil positif.

H. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan

1) Medis

Pengobatan terbaru syok septic mencakup mengidentifikasi dan

mengeliminasi penyebab infeksi. Pengumpulan specimen urin, darah, sputum dan

drainase luka dilakukan dengan teknik aseptic. Antibioktik spectrum luas

diberikan sebelum menerima laporan sensitifitas dan kultur untuk meningkatkan

ketahanan hidup pasien (Roach, 1990).

Preparat sefalosporin ditambah amino glikosida diresepkan pada awalnya.

Kombinasi ini akan memberikan cangkupan antibiotic sebagaian organism gram

negative dan beberapa gram positif. Saat laporan sensitifitas dan kultur tiba,

20
antibiotik diganti dengan antibiotic yang secra lebih spesifik ditargetkan pada

organisme penginfeksi dan kurang toksin untuk pasien.

Setiap rute infeksi yang potensial harus di singkirkan seperti : jalur

intravena dan kateter urin. Setiap abses harus di alirkan dan area nekrotik

dilakukan debidemen. Dukungan nutrisi sangat diperlukan dalam semua

klasifikasi syok. Oleh karena itu suplemen nutrisi menjadi penting dalam

penatalaksanaan syok septic. Suplemen tinggi protein harus diberikan 4 hari dari

awitan syok. Pemberian makan entral lebih dipilih daripada parenteral kecuali

terjadi penurunan perfusi kesaluran gastrointestinal.

2) Keperawatan

a. Perawat harus sangat mengingat resiko sepsis dan tingginya mortalitas yang

berkaitan dengan syok septic.

b. Semua prosedur infasive harus dilakukan dengan teknik aseptic yang tepat,

c. Selain itu jalur intravena, insisi bedah, luka trauma, kateter urin dan luka

dekubitus dipantau terhadap tanda-tanda infeksi.

d. Perawat berkolaborasi dengan anggota tim perawat lain.

e. Perawat memantau pasien dengan ketat terhadap reaksi menggigil yang lebih

lanjut.

f. Perawat memberikan cairan intravena dan obat-obatan yang diresepkan

termasuk antibiotic untuk memulihkan volume vascular.

21
I. Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

1) Pengkajian Primer

Selalu menggunakan pendekatan ABCDE.

 Airway

- yakinkan kepatenan jalan napas

- berikan alat bantu napas jika perlu (guedel atau nasopharyngeal)

- jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli anestesi dan bawa

segera mungkin ke ICU

 Breathing

- kaji jumlah pernasan lebih dari 24 kali per menit merupakan gejala yang

signifikan

- kaji saturasi oksigen

- periksa gas darah arteri untuk mengkaji status oksigenasi dan kemungkinan

asidosis

- berikan 100% oksigen melalui non re-breath mask

- auskulasi dada, untuk mengetahui adanya infeksi di dada

- periksa foto thorak

 Circulation

- kaji denyut jantung, >100 kali per menit merupakan tanda signifikan

- monitoring tekanan darah, tekanan darah <>

- periksa waktu pengisian kapiler

- pasang infuse dengan menggunakan canul yang besar

- berikan cairan koloid – gelofusin atau haemaccel

- pasang kateter

22
- lakukan pemeriksaan darah lengkap

- siapkan untuk pemeriksaan kultur

- catat temperature, kemungkinan pasien pyreksia atau temperature kurang dari

36oC

- siapkan pemeriksaan urin dan sputum

- berikan antibiotic spectrum luas sesuai kebijakan setempat.

 Disability

Bingung merupakan salah satu tanda pertama pada pasien sepsis padahal

sebelumnya tidak ada masalah (sehat dan baik). Kaji tingkat kesadaran dengan

menggunakan AVPU.

 Exposure

Jika sumber infeksi tidak diketahui, cari adanya cidera, luka dan tempat

suntikan dan tempat sumber infeksi lainnya.

2) Pengkajian Sekunder

 Aktivitas dan istirahat

- Subyektif : Menurunnya tenaga/kelelahan dan insomnia

 Sirkulasi

- Subyektif : Riwayat pembedahan jantung/bypass cardiopulmonary, fenomena

embolik (darah, udara, lemak)

- Obyektif : Tekanan darah bisa normal atau meningkat (terjadinya hipoksemia),

hipotensi terjadi pada stadium lanjut (shock)

- Heart rate : takikardi biasa terjadi

- Bunyi jantung : normal pada fase awal, S2 (komponen pulmonic) dapat terjadi

disritmia dapat terjadi, tetapi ECG sering menunjukkan normal

23
- Kulit dan membran mukosa : mungkin pucat, dingin. Cyanosis biasa terjadi

(stadium lanjut)

 Integritas Ego

- Subyektif : Keprihatinan/ketakutan, perasaan dekat dengan kematian

- Obyektif : Restlessness, agitasi, gemetar, iritabel, perubahan mental.

 Makanan/Cairan

- Subyektif : Kehilangan selera makan, nausea

- Obyektif : Formasi edema/perubahan berat badan, hilang/melemahnya bowel

sounds

 Neurosensori

- Subyektif atau Obyektif : Gejala truma kepala, kelambatan mental, disfungsi

motorik

 Respirasi

- Subyektif : Riwayat aspirasi, merokok/inhalasi gas, infeksi pulmolal diffuse,

kesulitan bernafas akut atau khronis, “air hunger”

- Obyektif : Respirasi : rapid, swallow, grunting

 Rasa Aman

- Subyektif : Adanya riwayat trauma tulang/fraktur, sepsis, transfusi darah,

episode anaplastik

 Seksualitas

- Subyektif atau obyektif : Riwayat kehamilan dengan komplikasi eklampsia

B. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan O2, edema paru

24
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload dan

preload

3. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan cardiac output

yang tidak mencukupi

5. Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen

6. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

C. Intervensi Keperawatan

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan O2 edema paru

Tujuan & Kriteria hasil Intervensi

( NOC) (NIC)

Setelah dilakukan tindakan Airway Managemen :

keperawatan selama ... x 24 jam . - Buka jalan nafas

pasien akan : - Posisikan pasien untuk memaksimalkan

- TTV dalam rentang normal ventilasi ( fowler/semifowler)

- Menunjukkan jalan napas yang - Auskultasi suara nafas , catat adanya suara

paten tambahan

- Mendemostrasikan suara napas - Identifikasi pasien perlunya pemasangan

yang bersih, tidak ada sianosis alat jalan nafas buatan

dan dypsneu. - Monitor respirasi dan status O2

- Monitor TTV.

2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload dan preload.

25
Tujuan & Kriteria hasil Intervensi

( NOC) (NIC)

Setelah dilakukan tindakan Cardiac care :

keperawatan selama ... x 24 jam . - catat adanya tanda dan gejala penurunan

pasien akan : cardiac output

- Menunjukkan TTV dalam rentang - monitor balance cairan

normal - catat adanya distritmia jantung

- Tidak ada oedema paru dan tidak - monitor TTV

ada asites - atur periode latihan dan istirahat untuk

- Tidak ada penurunan kesadaran menghindari kelelahan

- Dapat mentoleransi aktivitas dan - monitor status pernapasan yang

tidak ada kelelahan. menandakan gagal jantung.

5. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

Tujuan & Kriteria hasil Intervensi

( NOC) (NIC)

Setelah dilakukan tindakan Fever Treatment :

keperawatan selama ... x 24 jam . - Observasi tanda-tanda vital tiap 3 jam.

pasien akan : - Beri kompres hangat pada bagian lipatan

- Suhu tubuh dalam rentang normal tubuh ( Paha dan aksila ).

- Tidak ada perubahan warna kulit - Monitor intake dan output

dan tidak ada pusing - Monitor warna dan suhu kulit

- Nadi dan respirasi dalam rentang - Berikan obat anti piretik

normal Temperature Regulation

- Beri banyak minum ( ± 1-1,5 liter/hari)

26
sedikit tapi sering

- Ganti pakaian klien dengan bahan tipis

menyerap keringat.

6. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan cardiac output yang

tidak mencukupi

Tujuan & Kriteria hasil Intervensi

( NOC) (NIC)

Setelah dilakukan tindakan Management sensasi perifer:

keperawatan selama ... x 24 jam . - Monitor tekanan darah dan nadi apikal

pasien akan : setiap 4 jam

- Tekanan sisitole dan diastole - Instruksikan keluarga untuk mengobservasi

dalam rentang normal kulit jika ada lesi

- Menunjukkan tingkat kesadaran - Monitor adanya daerah tertentu yang hanya

yang baik peka terhadap panas atau dingin

- Kolaborasi obat antihipertensi

7. Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan

oksigen

Tujuan & Kriteria hasil Intervensi

( NOC) (NIC)

27
Setelah dilakukan tindakan Activity Therapy

keperawatan selama ... x 24 jam . - Kaji hal-hal yang mampu dilakukan klien.

pasien akan : - Bantu klien memenuhi kebutuhan

- Berpartisipasi dalam aktivitas aktivitasnya sesuai dengan tingkat

fisik tanpa disertai peningkatan keterbatasan klien

tekanan darah nadi dan respirasi - Beri penjelasan tentang hal-hal yang dapat

- Mampu melakukan aktivitas membantu dan meningkatkan kekuatan fisik

sehari-hari secara mandiri klien.

- TTV dalam rentang normal - Libatkan keluarga dalam pemenuhan ADL

- Status sirkulasi baik klien

- Jelaskan pada keluarga dan klien tentang

pentingnya bedrest ditempat tidur.

8. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

Tujuan & Kriteria hasil Intervensi

( NOC) (NIC)

Setelah dilakukan tindakan Anxiety Reduction

keperawatan selama ... x 24 jam . - Kaji tingkat kecemasan

pasien akan : - Jelaskan prosedur pengobatan perawatan

Setelah dilakukan tindakan - Beri kesempatan pada keluarga untuk

keperawatan selama ... x 24 jam . bertanya tentang kondisi pasien

pasien akan : - Beri penjelasan tiap prosedur/ tindakan yang

- Mampu mengidentifikasi dan akan dilakukan terhadap pasien dan

mengungkapkan gejala cemas manfaatnya bagi pasien.

- TTV normal - Beri dorongan spiritual.

28
- Menunjukkan teknik untuk

mengontrol cemas

29
BAB III
PEMBAHASAN
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Inisial Pasien : Tn. K
b. No RM : 0415746
c. Jenis kelamin : laki-laki
d. Umur : 36 Tahun
e. Berat badan : 60 Kg
f. Tanggal : 01-11-2019
g. Alamat : Kp. Suriadano RT/RW 002/007,Ds Karangka Mulyan,Kec
Cihara
h. DX Medis : Post Relaparatomi+Ileostomi a/i Peritonitis ec Leakage
Anastomosis, Adhesive Berat+Sepsis
2. Riwayat keperawatan
Pasien rujukan dari RSUD Malingping, datang dengan keluhan terdapat luka di
perut setelah operasi laparatomi a/i Apendicitis. Luka operasi basah, warna kuning
dan keluar feses dari daerah luka operasi. Operasi pertama dilakukan tanggal
18/10/2019 di RSUD Dr Adjidarmo. Dilakukan operasi ke 2 pada tanggal
30/10/2019.
3. Alasan dirawat di ICU
Pasien mengalami syok sepsis dan post operasi relaparotomy dan memerlukan
pengobatan serta perawatan yang lebih intensiv dengan memerlukan monitoring
hemodinamik
4. Pengkajian Fisik
a. Airway
Pasien tidak menggunakan alat bantu seperti ETT, OPA,
b. Brething
Pasien menggunakan oksigen nasal kanul 3 lpm, SaO2 : 100%, RR : 20 x/mnt
Kedalaman pernafasan normal, suara nafas vasikuler, Sianosis tidak ada.
Hasil rontgen thoraks :
- Tidak tampak Kardiomegali

30
- Tidak tampak tanda–tanda Pneumothorax

Hasil Lab. AGD / Px Penunjang Lain Terkait Status Oksigenasi

- Tidak dilakukan
c. Circulation
S1-S2 Normal, Galop (-), Murmur (-)
TD : 98/60 mmHg, MAP : 67 mmHg, HR : 81 x/mnt, pulsasi Nadi kuat,
Distensi vena jugularis tidak, CVP + 5 cmH2O, pengisian kapiler < 2 detik,
tidak ada edema ektremitas.
Hasil EKG : Sinus Bradikardi
d. Disability
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : 15
Pupil : Ukuran 2/2 mm
Reflek cahaya : +
Motorik 5555 5555
5555 5555
Pengkajian nyeri:
- Verbal
P : Pasien mengeluh nyeri pada luka post operasi
Q : Nyeri seperti di sayat-sayat
R : Nyeri di daerah perut
S : Skala nyeri 5
T : Nyeri dirasakan 4-5 detik, nyeri bertambah jika berubah posisi, nyeri
bersifat hilang timbul
Pengkajian resiko jatuh : sekala morse, skor 50, resiko jatuh rendah
e. Elimination
URINE
 Intake output
Intake : 2.978 cc
Output : 1600 cc
IWL : 600 cc
Balance : + 778 cc
Kebutuhan cairan aktual : 3000 cc/24 jam

31
 Kateter urine : terpasang jenis folley, warna kuning keruh
Hasil lab terkait fungsi ginjal :
Tanggal 01-11-2019
Natrium : 132 (132-147) mEq
Kalium : 4.0 (3.5-5.0) mEq
Calium : 99 (95-105) mEq
Creatinin : 0.52 (0.62-1.10) mg/dl
Ureum : 18.62 (20.00-40.00) mg/dl

BOWEL

 Karakteristik feses : warna kuning, konsistensi cair


 Pola BAB : terpasang kolostomi di daerah perut sebelah kanan
 Bising usus 10 x/mnt, asites (-), nyeri abdomen tidak terkaji.
 Status nutrisi :
- Berat badan : 60 Kg
- Tinggi Badan : 165 Cm
- IMT : 23,0 Kg/m2

Konjungtiva anemis

Kebutuhan nutrisi aktual : Diet Lunak TKTP

Hasil lab terkait fungsi abdomen dan lainnya :

Tanggal : 01-11-2019

- Leukosit : 15.480 (3800-10.600) /μL


- HB : 9.80 (13.20-17.30) g/dl
- Ht : 29.6 (40.0-5.0) %
- GDS : 151 (<100 bukan DM)
- Alb : 2.7 (3.4-4.8) g/dl
- MCV : 58.2 (26.0-34.0) pg
- HBSAG : Reaktif

Tatalaksana :

IUFD : Kabiven 1440 cc/24 jam

RL 500 cc/8 jam

32
Dopamin 1 ampul+ NaCl

Fentanyl 200 mg+NaCl

Meropenem 3x1 gr

Metronidazol 3x500 mg

Pct dripp 3x1 gr

Ondancentron 3x4 mg

Omeprazole 2x40 mg

Gentamicyn 2x80 mg

B. Data Fokus
Data Subyektif Data Obyektif

- Pasien mengeluh lemas - Keadaan umum lemah


- Pengkajian nyeri : - Kesadaran compos mentis
P : Pasien mengeluh nyeri pada luka - Tampak terpasang oksigen 3 lpm nasal
post operasi kanul
Q : Nyeri seperti di sayat-sayat - TTV ( TD : 98/60 mmHg, N : 81x/m,
R : Nyeri di daerah perut R : 20x /m, S : 36.2 C
S : Skala nyeri 5 - CRT < 2 detik
T : Nyeri dirasakan 4-5 detik, nyeri - Wajah tampak meringis
bertambah jika berubah posisi, nyeri - Konjungtiva anemis
bersifat hilang timbul - Akral teraba dingin
- Warna kulit pucat
- Tampak ada luka post operasi (hari ke
2), luka tertutup kassa, tidak ada
rembesan darah/pus.
- Tampak terpasang kateter
- Tampak terpasang kolostomi (terdapat
feses warna kuning, konsistensi cair)
- Tampak terpasang Drainase di daerah
perut sebelah kiri (produksi 450 cc,
warna merah muda)
- Tampak terpasang CVP +5 cmH2O
- Leukosit : 15.480/μL
- Hemoglobin : 9.80 g/dl
- EKG : Sinus Bradikardi

33
C. Analisa Data

Data Masalah Etiologi


No
Ds : Penurunan curah Perubahan irama
1.
- Pasien mengatakan lemas jantung jantung
DO :
- KU tampak lemah
- Kesadaran compos mentis
- Akral teraba dingin
- Warna kulit pucat
- Tampak terpasang O2 3 lpm
nasal canul
- TTV ( TD : 98/60mmHg, N :
81x/m, R : 20x/m, S : 36,2C)
- EKG : Sinus Bradikardi
DS : Perfusi jaringan Suplay O2
2.
- Pasien mengatakan lemas perifer tidak efektif menurun
DO :
- KU tampak lemah
- Akral teraba dingin
- Warna kulit pucat
- Konjungtiva anemis
- Tampak terpasang O2 3 lpm
nasal canul
- TTV ( TD : 98/60mmHg, N :
81x/m, R : 20x/m, S : 36,2C)
- CRT < 2 detik
- Hb 9.80 g/dl
- EKG : Sinus Bradikardi
DS : Nyeri Akut Agen pencedera
3
P : Pasien mengeluh nyeri pada fisik (prosedur
luka post operasi operasi)
Q : Nyeri seperti di sayat-sayat
R : Nyeri di daerah perut
S : Skala nyeri 5
T : Nyeri dirasakan 4-5 detik,
nyeri bertambah jika berubah
posisi, nyeri bersifat hilang
timbul
DO :
- TTV (TD : 98/60mmHg, N:
81x/m, R : 20x/m, S : 36,2C)
- Wajah tampak meringis
- Tampak ada luka post operasi
(hari ke 2), luka tertutup kassa,
tidak ada rembesan darah/pus.
- Tampak terpasang Drainase di

34
daerah perut sebelah kiri
(produksi 450 cc, warna merah
muda)
DS : Resiko Infeksi Penurunan system
4.
- Pasien mengeluh nyeri pada imun
luka post operasi
DO :
- TTV (TD : 98/60mmHg, N:
81x/m, R : 20x/m, S : 36,2C)
- Tampak ada luka post operasi
(hari ke 2), luka tertutup kassa,
tidak ada rembesan darah/pus.
- Tampak terpasang kateter
- Tampak terpasang kolostomi
(terdapat feses warna kuning,
konsistensi cair)
- Tampak terpasang Drainase di
daerah perut sebelah kiri
(produksi 450 cc, warna merah
muda)
- Tampak terpasang CVP +5
cmH2O
- Leukosit : 15.480/μL

D. Diagosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung
2. Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan suplay O2 menurun
3. Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisik (prosedur operasi)
4. Resiko Infeksi Berhubungan dengan penurunan system imun

E. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional

Keperawatan

1. Penurunan curah Setelah dilakukan 1. Monitor tanda-tanda 1. Untuk mengetahui


jantung berhubungan tindakan keperawatan vital keadaan
dengan perubahan selama 3x24 jam hemodinamik
irama jantung penurunan kardiak 2. Monitor suhu, 2. Untuk memantau
ditandai dengan: output klien teratasi warna, dan status hemodinamik
dengan kriteria hasil: kelembaban kulit
Ds :
- Pasien mengatakan - Tanda vital dalam 3. Monitor jumlah, 3. Untuk memantau
lemas rentang normal bunyi dan irama status hemodinamik
DO : (tekanan darah, nadi, jantung

35
- KU tampak lemah respirasi) 4. Monitor frekuensi 4. Untuk memantau
- Kesadaran compos - Warna kulit normal dan irama status hemodinakmik
mentis - Tidak ada penurunan pernafasan
- Akral teraba dingin
kesadaran 5. Monitor balance 5. Untuk memantau
- Warna kulit pucat
- Tampak terpasang diuresis keseimbangan cairan
O2 3 lpm nasal
canul
- TTV ( TD :
98/60mmHg, N :
81x/m, R : 20x/m,
S : 36,2C)
- EKG : Sinus
Bradikardi
2. Perfusi jaringan Setelah dilakukan 1. Kaji secara 1. Untuk mengetahui
perifer tidak efektif tindakan keperawatan komprehensif status hemodinamik
berhubungan dengan selama 3x24 jam perfusi sirkulasi perifer
suplay O2 menurun.
jaringan perifer teratasi (denyut nadi perifer,
Ditandai dengan :
DS : dengan kriteria hasil: edema warna kulit,
- Pasien mengatakan - Tidak ada sianosis suhu, CRT)
lemas - Konjungtiva tidak 2. Monitor tanda-tanda 2.Untuk memantau
DO : anemis vital hasil hemodinakmik
- KU tampak lemah - Tanda-tanda vital secara akurat
- Akral teraba dingin dalam rentang normal 3. Monitor status 3.Untuk memantau
- Warna kulit pucat
- CRT < 2detik cairan (input dan keseimbangan cairan
- Konjungtiva
anemis output)
- Tampak terpasang 4. Posisikan pasien 4.Untuk meningkatkan
O2 3 lpm nasal dengan ekstremitas venous return
canul bawah lebih rendah
- TTV ( TD : 5. Monitor nilai 5.Untuk membantu
98/60mmHg, N : laboratorium menegakan diagnose
81x/m, R : 20x/m,
S : 36,2C)
- CRT < 2 detik
- Hb 9.80 g/dl
- EKG : Sinus
Bradikardi
3. DS : Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian 1. Untuk memilih
P : Pasien tindakan keperawatan nyeri secara intervensi yang tepat
mengeluh nyeri selama 1x24 jam nyeri komprehensif
pada luka post akut teratasi. (lokasi,
operasi Dengan kriteria hasil: karakteristik, durasi,
Q : Nyeri seperti di - Klien mampu frekuensi, kualitas
sayat-sayat mengontrol nyeri dan factor
R : Nyeri di daerah - Melaporkan bahwa presipitasi)
perut nyeri berkurang 2. Observasi reaksi 2. Untuk

35
S : Skala nyeri 5 dengan menggunakan non verbal dari mengidentifikasi
T : Nyeri dirasakan manajemen nyeri ketidaknyamanan komplikasi dan untuk
4-5 detik, nyeri - Tanda vital dalam memilih intervensi
bertambah jika rentang normal selanjutnya
berubah posisi,
nyeri bersifat 3. Monitor tanda-tanda 3. Untuk mengetahui
hilang timbul vital status hemodinamik
DO : 4. Ajarkan tentang 4. Untuk mengalihkan
- TTV (TD : teknik non perhatian pasien dari
98/60mmHg, N: farmakologis, nafas nyeri
81x/m, R : 20x/m, dalam, relaksasi dan
S : 36,2C) distraksi
- Wajah tampak 5. Tingkatkan istirahat 5. Untuk mengurangi
meringis persepsi nyeri
- Tampak ada luka 6. Kolaborasi dalam 6. Untuk mengurangi
post operasi (hari pemberian obat nyeri
ke 2), luka tertutup analgetik:
kassa, tidak ada  Fentanil 200
rembesan mg+naCl
darah/pus.  Pct drip 3x1 gr
- Tampak terpasang
Drainase di daerah
perut sebelah kiri
(produksi 450 cc,
warna merah
muda)
4 Klien menunjukan 1. Observasi dan 1. Untuk mengetahui
DS :
pengendalian resiko laporkan tanda- tanda infeksi
- Pasien mengeluh
infeksi setelah 3 hari tanda infeksi
nyeri pada luka
perawatan, dengan 2. Kaji faktor yang 2. Untuk mencegah
post operasi
kriteria hasil : meningkatkan infeksi
DO :
- Luka operasi kering infeksi
- TTV (TD :
- Suhu dan leukosit 3. Pantau hasil lab 3. Untuk membantu
98/60mmHg, N:
normal menegakan diagnose
81x/m, R : 20x/m,
- Tanda infeksi tidak ada 4. Lakukan cuci 4. Mencegah infeksi
S : 36,2C)
- Luka tidak berbau tangan sebelum dan silang
- Tampak ada luka
- Berkurangnya drainase setelah tindakan
post operasi (hari
- Menunjukkan
ke 2), luka tertutup
kemampuan untuk 5. Lakukan perawatan 5. Untuk mencegah
kassa, tidak ada
mencegah timbulnya luka dengan tehnik infeksi
rembesan
infeksi aseptic dan
darah/pus.
antiseptic
- Tampak terpasang
6. Monitor TTV 6. Untuk mengetahui
kateter
status hemodinamik
- Tampak terpasang
7. Tingkatkan intake 7. Untuk
kolostomi (terdapat
cairan dan nutrisi mempertahankan
feses warna
keseimbangan tubuh
kuning, konsistensi
dan membantu
cair)

36
- Tampak terpasang mempercepat
Drainase di daerah penyembuhan luka
perut sebelah kiri 8. Kolaborasi dalam 8. Mencegah infeksi
(produksi 450 cc, pemberian obat dan penyebuhan luka
warna merah antibiotic
muda)  Meropenem 3x1
- Tampak terpasang gr
CVP +5 cmH2O  Metronidazole
- Lekosit : 15.480/μL 3x500 mg

F. Implementasi dan Evaluasi


Tgl/ No. Implementasi Evaluasi Paraf
Waktu DK
1 1. Memonitor tanda-tanda vital S : Pasien mengatakan lemas
01-11-
H/ : TD 100/60MmHg, N 82x/mnt, S O:
2019
36.1o C, R 20x/mnt - KU tampak lemah
2. Memonitor suhu, warna, dan - TD : 100/60mmHg
kelembaban kulit - N : 82x/m
H/ : S 36.1o C, kulit tampak pucat, - R : 20x/m
turgor kulit elastis - S : 36.1C
3. Memonitor jumlah, bunyi dan irama - Kesadaran Compos mentis
jantung A : Masalah teratasi sebagian
H/ : Bunyi jantung S1, S2 normal P : Lanjutkan Intervensi Keperawatan
4. Memonitor frekuensi dan irama (No 1, 2, 3, 4, 5)
pernafasan
H/ : R 20x/mnt, irama teratur,
terpasang O2 3 lpm nasal kanul

5. Memonitor balance diuresis


H/ : Intake : 2.978 cc
Output : 1600 cc
IWL : 600 cc
Balance : + 778 cc
2 1. mengkaji secara komprehensif sirkulasi S : Pasien mengatakan lemas
01-11-
perifer (denyut nadi perifer, edema O:
2019 warna kulit, suhu, CRT) - KU tampak lemah
H/ : N 82x/mnt, warna kulit tampak - TD : 100/60mmHg
pucat, S 36.1o C, CRT < 2 detik - N : 82x/m
2. Memonitor tanda-tanda vital - R : 20x/m
H/ : TD 100/60MmHg, N 82x/mnt, S - S : 36.1C
36.1o C, R 20x/mnt - Warna kulit pucat
3. Memonitor status cairan (input dan - Intake : 2.978 cc
output) - Output : 1600 cc
H/ : Intake : 2.978 cc
A : Masalah teratasi sebagian
Output : 1600 cc
4. Memposisikan pasien dengan P : Lanjutkan Intervensi Keperawatan
ekstremitas bawah lebih rendah (No 1, 2, 3, 4, 5)

37
H/ : Posisi semi fowler, pasien tampak
nyaman
5. Memonitor nilai laboratorium
H/ : Hb 9.80 g/dl
3. 1. Melakukan pengkajian nyeri secara S:
01-11-
komprehensif (lokasi, karakteristik, Pasien mengatakan nyeri pada luka
2019 durasi, frekuensi, kualitas dan factor post operasi sedikit berkurang
presipitasi) O:
H/ : - KU tampak lemah
P : Pasien mengeluh nyeri pada luka - TD : 100/60mmHg
post operasi - N : 82x/m
Q : Nyeri seperti di sayat-sayat - R : 20x/m
R : Nyeri di daerah perut - S : 36.1C
S : Skala nyeri 4 - Skala nyeri 4
T : Nyeri dirasakan 4-5 detik, nyeri - Wajah tampak meringis
bertambah jika berubah posisi, nyeri menahan nyeri
bersifat hilang timbul
A : Masalah teratasi sebagian
2. mengobservasi reaksi non verbal dari
ketidaknyamanan P : Lanjutkan Intervensi Keperawatan
H/ : wajah tampak meringis menahan (No 1, 2, 3, 4, 5, 6)
nyeri
3. Memonitor tanda-tanda vital
H/ : TD 100/60MmHg, N 82x/mnt, S
36.1o C, R 20x/mnt
4. Mengajarkan tentang teknik non
farmakologis, nafas dalam, relaksasi
dan distraksi
H/ : Pasien mengikuti anjuran perawat,
nyeri sedikit berkurang
5. Meningkatkan istirahat
H/ : pasien tampak sering tidur
6. Kolaborasi dalam pemberian obat
analgetik:
 Fentanyl 200 mg+naCl
 Pct drip 3x1 gr
1 1. Memonitor tanda-tanda vital S:
02-11-
H/ : TD 90/60MmHg, N 80x/mnt, S Pasien mengatakan lemas
2019 36.0o C, R 20x/mnt O:
2. Memonitor suhu, warna, dan - KU tampak lemah
kelembaban kulit - TD : 90/60mmHg
H/ : S 36.0o C, kulit tampak pucat, - N : 80x/m
turgor kulit elastis - R : 20x/m
3. Memonitor jumlah, bunyi dan irama - S : 36.0C
jantung - Kesadaran Compos mentis
H/ : Bunyi jantung S1, S2 normal A : Masalah teratasi sebagian
4. Memonitor frekuensi dan irama P : Lanjutkan Intervensi Keperawatan
pernafasan (no 1, 2, 3, 4, 5)
H/ : R 20x/mnt, irama teratur,

38
terpasang O2 3 lpm nasal kanul
2 1. mengkaji secara komprehensif sirkulasi S : Pasien mengatakan masih lemas
02-11-
perifer (denyut nadi perifer, edema O:
2019 warna kulit, suhu, CRT) - KU tampak lemah
H/ : N 80x/mnt, warna kulit tampak - TD : 90/60mmHg
pucat, S 36.0o C, CRT < 2 detik - N : 80x/m
2. Memonitor tanda-tanda vital - R : 20x/m
H/ : TD 90/60MmHg, N 80x/mnt, S - S : 36.0C
36.0o C, R 20x/mnt - Warna kulit pucat
3. Memposisikan pasien dengan
A : Masalah teratasi sebagian
ekstremitas bawah lebih rendah
H/ : Posisi semi fowler, pasien tampak P : Lanjutkan Intervensi Keperawatan
nyaman (No 1, 2, 3, 4, 5)
4. Memonitor nilai laboratorium
H/ : Hb 8.30 g/dl
3. 1. Melakukan pengkajian nyeri secara S:
02-11-
komprehensif (lokasi, karakteristik, Pasien mengatakan nyeri pada luka
2019 durasi, frekuensi, kualitas dan factor post operasi berkurang
presipitasi) O:
H/ : - KU tampak lemah
P : Pasien mengeluh nyeri pada luka - TD : 90/60mmHg
post operasi - N : 80x/m
Q : Nyeri seperti di sayat-sayat - R : 20x/m
R : Nyeri di daerah perut - S : 36.0C
S : Skala nyeri 3 - Skala nyeri 3
T : Nyeri dirasakan 4-5 detik, nyeri - Wajah tampak meringis
bertambah jika berubah posisi, nyeri menahan nyeri
bersifat hilang timbul
A : Masalah teratasi sebagian
2. Memonitor tanda-tanda vital
H/ : TD 100/60MmHg, N 82x/mnt, S P : Lanjutkan Intervensi Keperawatan
36.1o C, R 20x/mnt (No 1, 2, 3, 4, 5, 6)
3. Mengajarkan tentang teknik non
farmakologis, nafas dalam, relaksasi
dan distraksi
H/ : Pasien mengikuti anjuran perawat,
nyeri sedikit berkurang
4. Meningkatkan istirahat
H/ : pasien tampak sering tidur
5. Kolaborasi dalam pemberian obat
analgetik:
 Fentanyl 200 mg+naCl
 Pct drip 3x1 gr
4. 1. Mengobservasi dan laporkan tanda- S:-
02-10-
tanda infeksi O:
2019 H/ : Luka tertutup kassa, tidak ada - Luka post operasi tertutup
rembesan darah/pus kassa, tidak ada rembesan
2. Memantau hasil lab darah/pus
H/ : Lekosit 18.360/μL - Tempat insersi CVP tidak

39
3. Melakukan cuci tangan sebelum dan terdapat kemerahan dan tidak
setelah tindakan ada bengkak
4. Lakukan perawatan luka dengan tehnik - TD : 90/60mmHg
aseptic dan antiseptic - N : 80x/m
H/ : Mengganti kassa insersi CVP, - R : 20x/m
tidak terdapat kemerahan dan tidak ada - S : 36.1C
bengkak
A : Masalah teratasi sebagian
5. Monitor TTV
H/ : TD 90/60MmHg, N 80x/mnt, S P : Lanjutkan Intervensi Keperawatan
36.0o C, R 20x/mnt (No 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7)
6. Kolaborasi dalam pemberian obat
antibiotic
 Meropenem 3x1 gr
 Metronidazole 3x500 mg
1 1. Memonitor tanda-tanda vital S:
03-11-
H/ : TD 96/60MmHg, N 80x/mnt, S Pasien mengatakan lemas berkurang
2019
36.3o C, R 20x/mnt O:
2. Memonitor suhu, warna, dan - KU tampak lemah
kelembaban kulit - TD : 96/60mmHg
H/ : S 36.1o C, kulit tampak pucat, - N : 80x/m
turgor kulit elastis - R : 20x/m
3. Memonitor jumlah, bunyi dan irama - S : 36.3C
jantung - Kesadaran Compos mentis
H/ : Bunyi jantung S1, S2 normal A : Masalah teratasi sebagian
4. Memonitor frekuensi dan irama P : Lanjutkan Intervensi Keperawatan
pernafasan (No 1, 2, 3, 4, 5)
H/ : R 20x/mnt, irama teratur,
terpasang O2 3 lpm nasal kanul
2 1. mengkaji secara komprehensif sirkulasi S : Pasien mengatakan lemas
03-11-
perifer (denyut nadi perifer, edema O:
2019 warna kulit, suhu, CRT) - KU tampak lemah
H/ : N 80x/mnt, warna kulit tampak - TD : 96/60mmHg
pucat, S 36.3o C, CRT < 2 detik - N : 80x/m
2. Memonitor tanda-tanda vital - R : 20x/m
H/ : TD 96/60MmHg, N 80x/mnt, S - S : 36.3C
36.3o C, R 20x/mnt - Warna kulit pucat
3. Memposisikan pasien dengan
A : Masalah teratasi sebagian
ekstremitas bawah lebih rendah
H/ : Posisi semi fowler, pasien tampak P : Lanjutkan Intervensi Keperawatan
nyaman (No 1, 2, 3, 4, 5)
4. 1. Mengobservasi dan laporkan tanda- S:-
03-10-
tanda infeksi O:
2019 H/ : Luka tertutup kassa, tidak ada - Luka post operasi tertutup
rembesan darah/pus kassa, tidak ada rembesan
2. Melakukan cuci tangan sebelum dan darah/pus
setelah tindakan - TD : 96/60mmHg
3. Monitor TTV - N : 80x/m
H/ : TD 90/60MmHg, N 80x/mnt, S - R : 20x/m

40
36.0o C, R 20x/mnt - S : 36.3C
4. Kolaborasi dalam pemberian obat
A : Masalah teratasi sebagian
antibiotic
 Meropenem 3x1 gr P : Lanjutkan Intervensi Keperawatan
 Metronidazole 3x500 mg (No 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7)

41
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bedah laparatomi merupakan tindakan operasi pada daerah abdomen.

laparatomi yaitu pembedahan perut, membuka selaput perut dengan operasi.

Laparotomi adalah salah satu prosedur pembedahan mayor dengan

cara melakukan penyayatan pada lapisan dinding abdomen untuk

mendapatkan organ dalam abdomen yang mengalami masalah, misalnya

kanker, pendarahan, obstruksi, dan perforasi.

Tindakan bedah laparotomi diperkirakan mencapai 32% dari seluruh

tindakan bedah yang ada di Indonesia berdasarkan data tabulasi nasional

Depkes RI tahun 2009 (Fahmi, 2012). Banyaknya kasus terjadinya infeksi

bahkan sampai pada kematian yang diakibatkan oleh tindakan bedah

laparotomi ini, maka sangat perlu dilakukannya patient care kepada mereka

yang menjalani bedah laparotomi.

B. Saran

Dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari masih banyak


kekurangan yang harus diperbaiki. Namun untuk meningkatkan pemahaman
tentang tindakan kolaboratif persiapan operasi, maka penulis berkeinginan
menyumbangkan beberapa pemikiran yang dituangkan dalam bentuk saran
sebagai berikut :

1. Bagi Pembaca
Dalam pembuatan makalah ini diharapkan pembaca dapat
menambah pengetahuannya tentang tindakan kolaboratif persiapan
sebelum dan sesudah operasi. Sehingga, dapat dijadikan sebagai
penambahan ilmu dalam bidang keperawatan.

42
2. Bagi Mahasiswa
Dalam pembuatan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu
untuk melakukan pengkajian secara langsung dan dapat
mengaplikasikannya dengan baik dan benar di dunia kerja nantinya.

43
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and suddart. (2011). Textbook of Medical Surgical Nursing. Sixth Edition. J.B.

Lippincott Campany, Philadelpia.

Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan Ed.31. EGC : Jakarta.

Doenges, Marilynn E. (2011). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta.

Guyton, Arthur C. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedoteran. Jakarta: EGC.

Hudak, Carolyn M. 1996. Keperawatan Kritis. Jakarta: EGC.

Judith M. Wilkinson. & Nancy R. Ahern,(2012), Diagnosa Keperawatan Nanda NIC NOC,

Jakarta, EGC

Mansjoer, Arif. 2012. Capita ,Selekta Kedokteran. Bakarta :Media Aesculapius.

Nurarif, Amin Huda % Kusuma, Hardhi, (2013), Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA

NIC-NOC, Jakarta, Medi Action Publishing.

Muttaqin, Arif. 2014. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pencernaan.

Jakarta: Salemba Medika

NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan NANDA : Masalah Yang Lazim Muncul

Nazir, Moh. 2011. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Nursalam. 2010. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Edisi II.

Salemba Medika. Jakarta

Prasetyo, S. N. 2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Soeparman, dkk. 2010. Ilmu Penyakit Dalam : Balai Penerbit FKUI, Jakarta

Smeltzer, Suzanne C. 2010. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth Ed.8

Vol.3. EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai