Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

“COMBUSTIO”

OLEH :
GHOZWUL FIKRIYAH ANTIKA REVYANTI
NIM. 17650022

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PONOROGO
2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadihat Allah SWT atas limpahan rahmat dan kasih
sayangnya hingga selesainya laporan pendahuluan tentang luka bakar ini,
shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada tauladan terbaik
Rasulullah Muhammad SAW. Penulis mengucapkan banyak terimakasih pada
pihak-pihak yang membantu penyusunan laporan pendahuluan ini.
Saran dan kritik sangat penulis harapkan untuk perbaikan lebih lanjut.
Semoga laporan pendahuluan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

2
DAFTAR ISI
Sampul ........................................................................................................ 1
Kata Pengantar ............................................................................................ 2
Daftar Isi...................................................................................................... 3
BAB I Pendahuluan .................................................................................... 4
BAB II Laporan Pendahuluan ..................................................................... 6
BAB III Konsep Asuhan Keperawatan ....................................................... 10
BAB IV Penutup ......................................................................................... 15
Daftar Pustaka ............................................................................................ 16

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurang-lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar di Amerika Serikat
setiap tahunnya. Dari kelompok ini, 200.000 pasien memerlukan penanganan
rawat-jalan dan 100.000 pasien dirawat di ramah sakit. Sekitar 12.000 orang
meninggal setiap tahunnya akibat luka bakar dan cedera inhalasi yang
berhubungan dengan luka bakar. Satu juta hari kerja hilang setiap tahunnya karena
luka bakar. Lebih separuh dari kasus-kasus luka bakar yang dirawat di rumah sakit
seharusnya dapat dicegah. Perawat dapat memainkan peranan yang aktif dalam
pencegahan kebakaran dan luka bakar dengan mengajarkan konsep-konsep
pencegahan dan mempromosikan undang-undang tentang pengamanan kebakaran.
Anak-anak kecil dan orang tua merupakan populasi yang berisiko tinggi
untuk mengalami luka bakar. Kaum remaja laki-laki dan pria dalam usia kerja
juga lebih sering menderita luka bakar ketimbang yang diperkirakan lewat
representasinya dalam total populasi. Sebagian besar luka bakar terjadi di rumah.
Memasak, memanaskan atau menggunakan alat-alat listrik merupakan pekerjaan
yang lazimnya terlibat dalam kejadian ini. Kecelakaan industri juga menyebabkan
banyak kejadian luka bakar.
The National Institute of Bum Medicine yang mengumpulkan data-data
statistik dari berbagai pusat luka bakar di seluruh Amerika Serikat mencatat
bahwa sebagian besar pasien (75%) merupakan korban dari perbuatan mereka
sendiri. Tersiram air mendidih pada anak-anak yang baru belajar berjalan;
bermain-main dengan korek api pada anak-anak usia-sekolah, cedera karena arus
listrik pada remaja laki-laki; dan penggunaan obat bius, alkohol serta sigaret pada
orang dewasa semuanya ini turut memberikan kontribusinya pada angka statistik
tersebut. Cobb, Maxwell dan Silverstem (1992) menemukan bahwa sekitar 13 %
pasien luka bakar yang dirawat di rumah sakit atau pun anggota keluarganya
sudah pernah dirawat sebelumnya karena luka bakar. Perawat harus menjadi alat
untuk memutuskan rantai luka bakar ini.

4
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Luka Bakar
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui tentang pengertian Luka Bakar
b. Mengetahui Etiologi dan faktor resiko Luka Bakar
c. Mengetahui patofisiologi dan pathway Luka Bakar
d. Mengetahui tanda dan gejala Luka Bakar
e. Mengetahui indikasi dan komplikasi dari Luka Bakar
f. Mampu melakukan pemeriksaan diagnostik Luka Bakar
g. Penatalaksanaan medis
h. Mampu memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Luka
Bakar

5
BAB 2
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Combustio atau luka bakar adalah kerusakan pada kulit yang disebabkan
oleh panas, kimia/radioaktif. (Long, 1996). Combustio atau Luka bakar
disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh. Panas tersebut
dapat dipindahkan melalui konduksi/radiasi elektromagnetik. (Effendi. C, 1999)
Kecelakaan arus listrik dapat terjadi apabila arus listrik dapat terjadi
apabila arus/ledakan dengan tegangan tinggi. Energi panas yang timbul
menyebabkan luka bakar pada jaringan tubuh. Pada luka jenis ini yang khas
adalah adanya luka tempat masuk yang menimbulkan hiperemesis dan
ditengahnya ada daerah nekrosis yang dikelilingi daerah pucat (Junaidi. P, 1997).
Metacarpal adalah jari-jari tangan. Tulang metacarpal dapat bergerak fleksi,
ekstensi, abduksi, adduksi dan rotasi (Junaidi. P, 1997)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa combustio metacarpal
adalah kerusakan jaringan yang mengenai jari-jari tangan akibat dari aliran listrik
yang bertegangan tinggi. Luka pada daerah masuknya arus listrik biasanya gosong
dan tampak mencukung serta ditengahnya ada daerah nekrosis yang dikelilingi
derah pucat.

B. Etiologi
Menurut Hudak Gallo (1996) Luka bakar dapat diklasifikasikan berdasarkan agen
penyebab antara lain :
1. Termal : Basah (air panas, minyak panas), kering (uap, metal, api)
2. Listrik : Voltage tinggi, petir
3. Kimia : asam kuat, basa kuat.
4. Radiasi : termasuk X-Ray
Berbagai faktor dapat menjadi penyebab luka bakar. Beratnya luka bakar
dipengaruhi oleh cara dan lamanya kontak dengan sumber panas, (misal: suhu
benda yang membakar, jenis pakaian yang terbakar, api, air panas, minyak panas),
listrik, zat kimia, radiasi, kondisi ruangan saat terjadi kebakaran (Effendi. C,
1999)

6
C. Manifestasi Klinis

Menurut Effendi, 1999 manifestasi klinik yang muncul pada luka bakar sesuai
dengan kerusakannya :
1. Grade I
Kerusakan pada epidermis, kulit kering kemerahan, nyeri sekali, sembuh
dalam 3-7 dan tidak ada jaringan parut.
2. Grade II
Kerusakan pada epidermis dan dermis, terdapat vesikel dan edema subkutan,
luka merah, basah dan mengkilat, sangat nyeri, sembuh dalam 28 hari
tergantung komplikasi infeksi.
3. Grade III
Kerusakan pada semua lapisan kulit, tidak ada nyeri, luka merah
keputihputihan dan hitam keabu-abuan, tampak kering, lapisan yang rusak
tidak sembuh sendiri maka perlu Skin graff.

D. Patofisiologis
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke
tubuh. Panas tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi atau radiasi
elektromagnetik, derajat luka bakar yang berhubungan dengan beberapa faktor
penyebab, konduksi jaringan yang terkena dan lamanya kulit kontak dengan
sumber panas. Kulit dengan luka bakar mengalami kerusakan pada epidermis,
dermis maupun jaringan subkutan tergantung pada penyebabnya. Terjadinya
integritas kulit memungkinkan mikroorganisme masuk kedalam tubuh.
Kehilangan cairan akan mempengaruhi nilai normal cairan dan elektrolit tubuh
akibat dari peningkatan pada permeabilitas pembuluh darah sehingga terjadi
perpindahan cairan dari intravaskular ke ekstravaskuler melalui kebocoran kapiler
yang berakibat tubuh kehilangan natrium, air, klorida, kalium dan protein plasma.
Kemudian terjadi edema menyeluruh dan dapat berlanjut pada syok hipovolemik
apabila tidak segera ditangani (Hudak dan Gallo, 1996).
Menurunnya volume intra vaskuler menyebabkan aliran plasma ke ginjal
dan GFR (Rate Filtrasi Glomerular) akan menurun sehingga haluaran urin

7
meningkat. Jika resusitasi cairan untuk kebutuhan intravaskuler tidak adekuat
bisa terjadi gagal ginjal dan apabila resusitasi cairan adekuat, maka cairan
interstitiel dapat ditarik kembali ke intravaskuler sehingga terjadi fase
diuresis.

E. Pathway

8
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doenges M.E (2000) pemeriksaan penunjang yang diperlukan
adalah :
1. Hitung darah lengkap : Peningkatan Hematokrit menunjukkan
hemokonsentrasi sehubungan dengan perpindahan cairan. Menurutnya
Hematokrit dan sel darah merah terjadi sehubungan dengan kerusakan oleh
panas terhadap pembuluh darah.
2. Leukosit akan meningkat sebagai respon inflamasi
3. Analisa Gas Darah (AGD) : Untuk kecurigaan cidera inhalasi
4. Elektrolit Serum. Kalium meningkat sehubungan dengan cidera jaringan,
hipokalemia terjadi bila diuresis.
5. Albumin serum meningkat akibat kehilangan protein pada edema jaringan
6. Kreatinin meningkat menunjukkan perfusi jaringan
7. EKG : Tanda iskemik miokardial dapat terjadi pada luka bakar
8. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar
selanjutnya.

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien luka bakar sesuai dengan kondisi dan tempat pasien
dirawat melibatkan berbagai lingkungan perawatan dan disiplin ilmu antara lain
mencakup penanganan awal (ditempat kejadian), penanganan pertama di unit
gawat darurat, penanganan diruangan intensif dan bangsal. Tindakan yang
dilakukan antara lain terapi cairan, fisioterapi dan psikiatri pasien dengan luka
bakar memerlukan obat-obatan topikal karena eschar tidak dapat ditembus dengan
pemberian obat antibiotik sistemik. Pemberian obatobatan topikal anti mikrobial
bertujuan tidak untuk mensterilkan luka akan tetapi untuk menekan pertumbuhan
mikroorganisme dan mengurangi kolonisasi, dengan pemberian obat-obatan
topikal secara tepat dan efektif dapat mengurangi terjadinya infeksi luka dan
mencegah sepsis yang seringkali masih terjadi penyebab kematian pasien.

9
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan. Keterbatasan rentang gerak pada
area yang sakit. Gangguan massa otot, perubahan tonus.
2. SIRKULASI
Tanda: Hipotensi (syok). (dengan cederaluka bakar lebih dari 20%
APTT): Penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera;
vasokonstriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin
(syok listrik). Takikardia (syok/ansietas/nyeri). Disritmia (syok listrik).
Pembentukan edema jaringan (semua luka bakar).
3. INTEGRITAS EGO
Gejala: Masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: Ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri,
marah.

4. ELIMINASI
Tanda: Haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat. Warna
mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan
kerusakan otot dalam. Diuresis (setelah kebocoran kapiler dan
mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi). Penurunan bising usus/tak
ada, khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20%
sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
5. MAKANAN/CAIRAN
Tanda: Edema jaringan umum. Anoreksia, mual/muntah.
6. NEUROSENSORI
Gejala: Area kebas, kesemutan.
Tanda: Perubahan orientasi, afek, perilaku. Penurunan refleks tendon
dalam (RTD) pada cedera ekstremitas. Aktivitas kejang (syok listrik).
Laserasi korneal, kerusakan retinal, penurunan ketajaman penglihatan (syok

10
listrik). Ruptur membran timpanik (syok listrik). Paralisis (cedera listrik pada
aliran saraf).
7. NYERI/KENYAMANAN
Gejala: Berbagai nyeri, contoh luka bakar derajat pertama secara ekstrem
sensitif untuk disentuh, ditekan, gerakan udara, dan perubahan suhu; luka
bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri, sementara respons pada
luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf;
luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
8. PERNAPASAN
Gejala: Terkurung dalam ruang tertutup, terpajan lama (kemungkinan
cedera inhalasi).
Tanda: Serak, batuk mengi, partikel karbon dalam sputum,
ketidakmampuan menelan sekresi oral, dan sianosis, indikasi cedera inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada.
Jalan napas atas stridor/mengi (obstruksi sehubungan dengan laringospasme,
edema laringeal)
Bunyi napas: gemericik (edema paru), stridor (edema laringeal). sekret jalan
napas dalam (ronki).
9. KEAMANAN
Tanda: Kulit: Umum: Destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti
selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trombus mikrovaskuler pada
beberapa luka. Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan
pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan
dengan kehilangan cairan/status syok
Cedera api: Terdapat area cedera campuran dalam sehubungan dengan
vanase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung
gosong; mukosa hidung dan mulut kering, merah; lepuh pada faring posterior;
edema lingkar mulut dan/atau lingkar nasal
Cedera kimia: Tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab. Kulit mungkin
coklat kekuningan dengan tekstur seperti kulit samak halus; lepuh, ulkus,
nekro sis, atau jaringan parut tebal. Cedera secara umum lebih dalam dari

11
tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72
jam setelah cedera.
Cedera listrik: Cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit dari di bawah
nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar
(eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup, dan
luka bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar. Adanya
fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor; kontraksi otot tetanik
sehubungan dengan syok listrik).
10. PENYULUHAN/PEMBELAJARAN
Pertimbangan Rencana Pemulangan: DRG menunjukkan rerata lama
dirawat: Tergantung pada beratnya dan terlibatnya sistem organ.
Memerlukan bantuan untuk pengobatan, perawatan luka/bahan, aktivitas
perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah, transportasi, keuangan, konsul
kejuruan, perubahan susunan rumah atau fasilitas tempat tinggal selain itu
rehabilitasi lama (Marlyn Doenges, 2000).

B. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan


1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan keracunan karbonmonoksida,
obstruksi trakeobronkial, keterbatasan pengembangan dada (Doenges, 2000).
Tujuan : Pemeliharaan oksigenasi jaringan adekuat
Intervensi :
1) Awasi frekwensi, irama, kedalaman napas
2) Berikan terapi O2 sesuai pesanan dokter
3) Berikan pasien dalam posisi semi fowler bila mungkin
4) Pantau AGD, kadar karbonsihemoglobin
5) Dorongan batuk atau latihan nafas dalam dan perubahan posisi
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan kebocoran kapiler
dan perpindahan cairan dari intravaskuler ke ruang Interstitiel (Effendi. C,
1999)
Tujuan : Pemulihan cairan optimal dan keseimbangan elektrolit serta perfusi
organ vital
Intervensi :
1) Pantau tanda-tanda vital

12
2) Pantau dan catat masukan dan haluaran cairan
3) Berikan pengganti cairan intravena dan elektrolit (kolaborasi)
4) Timbang berat badan setiap hari
5) Awasi pemeriksaaan laboratorium (Hemoglobin, Hematokrit, Elektrolit).
3. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipovolemi,
penurunan aliran darah arteri (Doenges, 2000)
Tujuan : Perfusi jaringan perifer adekuat
Intervensi :
1) Kaji warna, sensasi, gerakan dan nadi perifer
2) Tinggikan ekstremitas yang sakit dengan tepat
3) Berikan dorongan untuk melakukan ROM aktif
4) Hindari memplester sekitar yang terbakar
5) Kolaborasi ; pertahankan penggantian cairan perprotokol
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan status
hipermetaboik, katabolisme protein (Doenges, 2000)
Tujuan : masukan nutrisi adekuat
Intervensi :
1) Pertahankan jumlah kalori ketat
2) Berikan makanan sedikit tapi sering
3) Timbang berat badan setiap hari
4) Dorong orang terdekat untuk menemani saat makan
5) Berikan diit tinggi protein dan kalori
6) Kolaborasi dengan ahli gizi
5. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit/ jaringan,
pembentukan edema (Doenges, 2000)
Tujuan : nyeri berkurang/terkontrol, ekspresi wajah rileks
Intervensi :
1) Kaji terhadap keluhan nyeri lokasi, karakteristik, dan intensitas (skala 0-
10)
2) Anjuran tehnik relaksasi
3) Pertahanan suhu lingkungan yang nyaman
4) Jelaskan setiap prosedur tindakan pada pasien

13
5) Kolaborasi pemberian analgetik
6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan barier kulit, kerusakan
respon imun, prosedur invasif (Effendi. C, 1999).
Intervensi :
1) Kaji adanya tanda-tanda infeksi
2) Terapkan tehnik aseptik antiseptik dalam perawatan luka
3) Pertahankan personal hygiene pasien
4) Ganti balutan dan bersihkan areal luka bakar tiap hari
5) Kaji tanda-tanda vital dan jumlah leukosit
6) Kolaborasi pemberian antibiotic
7. Gangguan Integritas kulit berhubungan dengan trauma kerusakan permukaan
kulit (Doenges, 2000).
Tujuan : Menunjukkan regresi jaringan, mencapai penyembuhan tepat waktu.
Intervensi :
1) Kaji atau catat ukuran, warna, kedalaman luka terhadap iskemik
2) Berikan perawatan luka yang tepat
3) Pertahankan tempat tidur bersih, kering
4) Pertahankan masukan cairan 2500-3000 ml/hr
5) Dorong keluarga untuk membantu dalam perawatan diri
8. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan edema, nyeri, kontraktur
(Effendi. C, 1997)
Tujuan : Mempertahankan posisi fungsi, meningkatkan kekuatan dan fungsi
yang sakit.
Intervensi :
1) Kaji ROM dan kekuatan otot pada area luka bakar
2) Pertahankan area luka bakar dalam posisi fungsi fisiologis
3) Beri dorongan untuk melakukan ROM aktif tiap 2-4 jam
4) Jelaskan pentingnya perubahan posisi dan gerakan pada pasien
5) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi dalam rehabilitasi

14
BAB 4
PENUTUP

A. Kesimpulan
Luka bakar merupakan suatu krisis yang menimbulkan pelbagai respons
emosional. Kemampuan koping pasien dan keluarga dan dukungan yang tersedia
harus dinilai bersama-sama dengan pengkajian terhadap status fisik dart penye-
lenggaraan perawatan. Lingkungan di sekeliling luka bakar perlu diperhatikan
ketika melaksanakan perawatan. Dukungan psikososial yang disesuaikan dengan
kebutuhan masing-masing pasien harus diberikan kepada pasien dan keluarganya.
Karena pasien luka bakar yang bersifat darurat biasanya mengalami ansietas dan
rasa sakit, maka petugas yang merawatnya harus menenteramkan perasaan
tersebut serta memberikan dukungan, menjelaskan prosedur yang akan
dilaksanakan, dan melakukan terapi untuk mengurangi rasa sakit. Karena perfusi
jaringan yang buruk akan menyertai luka bakar, pemberian obat pereda nyeri
(biasanya morfin) hanya dilakukan secara intravena. Jika pasien ingin menemui
penasihat spiritualnya (ulama, pendeta dll.), kita harus memberitahukannya.

B. Saran
Dari uraian diatas dapat kami sarankan sebaiknya para pembaca khususnya
perawat dengan kasus luka bakar mengetahui tentang: penyebab luka bakar, tes
laboratorium yang perlu dilakukan dan asuhan keperawatan pada klien dengan
luka bakar.

15
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart (2002) “Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah”, Jakarta :


AGC.
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F. & Geissler, A. C. (2000) “Rencana Asuhan
Keperawatan”, Jakarta : EGC.
Guyton & Hall (1997) “Buku Ajar Fisiologi Kedokteran”, Jakarta : EGC.
Price, S & Wilson, L. M. (1995) “Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit”,Jakarta : EGC.
Sudoyo Aru, dkk (2006) “Ilmu Penyakit Dalam”. Jakarta: FKUI.

16

Anda mungkin juga menyukai