Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KEPERAWATAN KRITIS PADA PASIEN LUKA BAKAR

Disusun Oleh :

Kelompok 4

1. Irawati
2. Murwani Suryaning Sapartinah
3. Nike Kristanti
4. Zahrocha Fathmanda Refarin

PROGRAM S1/NERS KEPERAWATAN

STIKES KENDEDES MALANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat Nya sehingga
makalah dan askep dengan ini dapat tersusun hingga selesai.
Kami mengucapkan terima kasih yang tiada tara kepada seluruh teman yang
telah membantu kami dalam meyelesaikan makalah dan askep ini, baik secara langsung
maupun tidak. Terlebih terhadap Dosen pembimbing kami yang dengan penuh sabar
membimbing kami dalam mengerjakan makalah dan askep dengan masalah “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Luka Bakar”.Atas kepeduliannya serta bimbingannya kami
mengucapkan banyak kata terima kasih kiranya makalah dan askep ini dapat menjadi
sumber pembelajaran kita semua dalam menambah ilmu pengetahuan.
Bila dalam penyampaian makalah ini ditemukan hal-hal yang tidak berkenan
bagi pembaca dengan segala kerendahan hati saya mohon maaf yang setulusnya.

Malang, 13 November 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar yang menutupi &
melindungi permukaan tubuh (Depkes Ri, Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, 2002).
Kulit merupakan organ tubuh yang paling luar yang membatasinya dengan dunia luar.
Organ yang sangat essensial, vital, serta cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga
sangat kompleks, elastic, dan sangat sensitive, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks,
ras, dan lokasi tubuh. Luas kulit kira-kira 1,5-2 m2, berat kulit kira-kira 4kg. pada orang
dewasa 7% dari berat badan, tebal 1,5-4 mm, berbeda pada setiap bagian dari tubuh.
Setiap 1 cm2 kulit mengandung 70 cm pembuluh darah, 55 cm saraf, 100 kelenjar
keringat, 15 kelenjar, 230 reseptor sensori, dan ½ juta sel mati dan sel baru.
Kulit mempunyai susunan serabut saraf yang teranyam secara halus & berguna untuk
merasakan sentuhan/sebagai alat peraba. Kulit merupakan organ hidup yang mempunyai
keadaan yang sangat bervariasi. Bagian kulit yang sangat tipis terdapat disekitar mata &
yang paling tebal terdapat ditelapak kaki & telapak tangan. Masing-masing mempunyai
cirri khas (dermatoglipic pattern) yang berbeda-beda pada setiap orang yaitu berupa garis
lengkung & berkelok-kelok. Hal ini berguna untuk mengidentifikasi seseorang. Kulit
dapat dibedakan menjadi 3 lapisan yaitu kulit ari (epidermis), kulit jangat (dermis=kutis),
dan hipodermis (sub kutis).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui dan mengenal tentang system integument pada manusia.
2. Tujuan Khusus
a. Mengerti tentang konsep dasar system integument
b. Dapat menyebutkan dan menjelaskan anatomi integument
c. Menjelaskan fisiologi integument
d. Menjelaskan mekanisme terjadinya nyeri
e. Dapat mengenal derajat luka bakar dan perhitungan cairan berdasarkan derajatnya
f. Mengenal alat – alat keperawatan luka bersih dan kotor
g. Mengenal jenis – jenis balutan luka
h. Dapat mengerti dan mengetahui askep terkait kasus integument
i. Askep Luka Bakar
BAB II
TINJAUAN KASUS

A. Konsep Dasar Luka Bakar


1. Pengertian Luka Bakar
Luka bakar adalah luka yang dapat timbul akibat kulit terpajan ke suhu tinggi,
syok listrik, atau bahan kimia (Corwin, 2001). Luka bakar adalah suatu bentuk
kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan adanya kontak dengan sumber
panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi (Moenadjat, 2009).
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang dapat disebabkan
oleh terpapar langsung oleh panas (api, cairan/lemak panas, uap panas), radiasi,
listrik, kimia. Luka bakar merupakan jenis trauma yang merusak dan merubah
berbagai sistem tubuh. Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan
permukaan tubuh dengan dengan benda-benda yang menghasilkan panas baik
kontak secara langsung maupun tidak langsung (Anggowarsito, 2014).

2. Etiologi Luka Bakar


a. Luka Bakar Termal
Luka bakar termal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak
dengan api, cairan panas atau objek-objek panas lainnya. Penyebab paling sering
yaitu luka bakar yang disebabkan karena terpajan dengan suhu panas seperti
terbakar api secara langsung atau terkena permukaan logam yang panas
(Moenadjat, 2009).
b. Luka Bakar Kimia
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit
dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan
banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat kimia
ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak dengan zat– zat
pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan
berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang industri, pertanian dan militer
(Rahayuningsih, 2012).
c. Luka Bakar Elektrik
Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakkan dari
energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi
oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai
mengenai tubuh (Rahayuningsih, 2012). Luka bakar listrik ini biasanya lukanya
lebih serius dari apa yang terlihat di permukaan tubuh (Moenadjat, 2009).
d. Luka Bakar Radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe
injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri
atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran.
Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan
salah satu tipe luka bakar radiasi (Rahayuningsih, 2012).

3. Manifestasi Klinis
a. Cedera Inhalasi
Cedera inhalasi biasanya timbul dalam waktu 24 jam -48 jam pertama
pasca luka bakar. Jika luka bakar disebabkan oleh nyala api atau korban terbakar
pada tempat yang terkurung atau kedua-duanya, maka perlu diperhatikan tanda-
tanda sebagai berikut :
1) Keracunan Karbon Monoksida
Karakteristik tanda fisik tidak ada dan warna kulit merah bertanda
chery hamper tidak pernah terlihat pada pasien luka bakar. Manifestasi
susunan syaraf pusat dari sakit kepala sampai koma hingga kematian.
2) Distress Pernafasan
Penurunan oksigenasi arterial akibat rendahnya peruse jaringan dan
syok. Penyebab distress adalah edema laring atau spasme dan akumulasi
lendir. Adapun tanda-tanda distress pernafasan yaitu serak, ngiler, dan
ketidakmampuan mengenai sekresi.
3) Cidera pulmonal
Inhalasi produk-produk terbakar tidak sempurna mengakibatkan
pneumonis kimiawi. Pohon pulmonal menjadi tariritasi dan edematosa
pada 24 jam pertama. Edema pulmonal terjadi sampai 7 hari setelah
cidera. Pasien irasional atau tidak sadar tergantung tingkat hipoksia.
Tanda- tanda cedera puimonal adalah pernafasan cepat dan sulit, krakles,
stridor, dan batuk pendek.

b. Hematologi
Hematocrit meningkat sekunder kebocoran kapiler dan kehilangan volume
plasma dan sirkulasi. Menurunnya sel darah putih dan trombosit serta
meningkatnya leukosit.
c. Elektrolit
Menurunya kalium dan meningkatnya natrium, klorida, serta BUN.
d. Ginjal
Terjadi peningkatan produksi urin dan mioglobinuria
e. Sepsis
Sepsis terjadi jika pasien memiliki luka bakar luas, hal itu disebabkan oleh
bakteri yang masuk melalui luka dan masuk ke aliran darah.
f. Burn Shock : syok hipovolemik
Respon pulmoner : hipoksia
g. Metabolik
Terjadinya hipermetabolik serta kehilangan berat badan.

4. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doenges M.E (2000) pemeriksaan penunjang yang
diperlukan adalah :
1. Hitung darah lengkap: Perhatikan Hematokrit menunjukkan hemokonsentrasi
sehubungan dengan perpindahan cairan. Menurutnya hematokrit dan sel darah
merah menjadi sehubungan dengan kerusakan oleh panas terhadap pembuluh
darah.
2. Analisa Gas Darah ( AGD ) : untuk kecurigaan cidera inhalasi
3. Elektrolit Serum. Kalium meningkat sehubungan dengan cidera jaringan,
hypokalemia terjadi bila diuresis.
4. Albumin serum meningkat akibat kehilangan protein pada edema jaringan.
5. Kreatinin meningkat menunjukan kerusakan perfusi jaringan.
6. EKG : tanda iskemik miokardia dapat terjadi pada luka bakar

5. Patofisiologi Luka Bakar


Luka bakar mengakibatkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah sehingga
air, natrium, klorida dan protein tubuh akan keluar dari dalam sel dan menyebabkan
terjadinya edema yang dapat berlanjut pada keadaan hipovolemia dan
hemokonsentrasi. Kehilangan cairan tubuh pada klien luka bakar dapat disebabkan
oleh beberapa faktor antara lain: peningkatan mineralokortikoid (retensi air, natrium,
klorida, ekskresi kalium), peningkatan permeabilitas pembuluh darah, perbedaan
tekanan osmotik intra dan ekstra sel.(Djuanda,A 2001).
Perpindahan cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler melalui kebocoran kapiler
yang mengakibatkan kehilangan Na, air dan protein plasma serta edema jaringan
diikuti dengan; penurunan curah jantung, hemokonsentrasi sel darah merah,
penurunan perfusi pada organ mayor, edema menyeluruh. ( Mansjoer, A.dkk. 2000).
Dengan menurunnya volume intravaskuler, maka aliran plasma ke ginjal dan GFR
akan menurun yang mengakibatkan penurunan haluaran urine.(Djuanda, A.2001).
Sepertiga dari klien-klien luka bakar akan mengalami masalah pulmoner yang
berhubungan dengan luka bakar. Meskipun tidak terjadi cedera pulmoner, hipoksia
(starvasi oksigen) dapat dijumpai. Pada luka bakar yang berat, konsumsi oksigen oleh
jaringan tubuh klien akan meningkat dua kali lipat sebagai akibat dari keadaan
hipermetabolisme dan repon lokal.(Djuanda, A. 2001).
Cedera inhalasi merupakan penyebab utama kematian pada korban-korban
kebakaran. Karbonmonoksida mungkin merupakan gas yang paling sering
menyebabkan cedera inhalasi karena gas ini merupakan produk sampingan
pembakaran bahan-bahan organik. Efek patofisiologiknya adalah hipoksia jaringan
yang terjadi ketika karbonmonoksida berikatan dengan hemoglobin untuk
membentuk karboksihemoglobin.(Djuanda, A. 2001).
Respon umum yang biasa terjadi pada klien luka bakar >20% adalah penurunan
aktivitas gastrointestinal. Hal ini disebabkan oleh kombinasi efek repson hipovolemik
dan neurologik serta respon endokrin terhadap adanya perlukaan luas.(Djuanda, A.
2001). Pertahanan imunologik tubuh sangat berubah akibat luka bakar. Semua tingkat
respon imun akan dipengaruhi nsecara merugikan. Kehilangan integritas kulit
diperparah lagi dengan pelepasan faktor-faktor inflamasi yang abnormal, perubahan
kadar imunoglobulin serta komplemen serum, gangguan fungsi neutrofil, dan
penurunan jumlah limfosit (limfositopenia). Imunosupresi membuat klien luka bakar
berisiko tinggi untuk mengalami sepsis.(Djuanda, A. 2001).
Hilangnya kulit juga menyebabkan ketidakmampuan tubuh untuk mengatur
suhunya. Karena itu klien-klien luka bakar dapat memperlihatkan suhu tubuh yang
rendah dalam beberapa jam pertama pasca luka bakar, tetapi kemudian setelah
keadaan hipermetabolisme menyetel kembali suhu inti tubuh, klien luka bakar akan
mengalami hipertermi selama sebagian besar periode pasca luka bakar kendati tidak
terdapat infeksi.

6. Klasifikasi Luka Bakar


a. Berdasarkan kedalaman kerusakan jaringan

Gambar 1. Kedalaman luka bakar


1) Luka bakar derajat I:
a) Kerusakan terbakar pada lapisan epidermis (superficial).
b) Kulit kering, hiperemik berupa eritema.
c) Tidak dijumpai bulae.
d) Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi.
e) Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 5-10 hari. Contohnya
adalah luka bakar akibat sengantan matahari.

Gambar 2. Luka bakar derajat I


2) Luka bakar derajat II
a) Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi
inflamasi disertai proses eksudasi.
b) Dijumpai bullae.
c) Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi.
d) Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas
kulit normal.
A) Luka bakar derajat II dibedakan menjadi:
a. Derajat II dangkal (superficial).
1) Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis.
2) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea masih utuh.
3) Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10-14 hari,
tanpa operasi penambalan kulit (skin graft).

Gambar 3. Luka bakar derajat Iisuperficial


B) Derajat II dalam (deep).
1. Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis.
2. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh.
3. Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung biji epitel yang
tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari
satu bulan. Bahkan perlu dengan operasi penambalan kulit (skin
graft).

Gambar 4. Luka bakar derajat II dalam


3) Luka bakar derajat III
a. Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dan lapisan yang lebih dalam.
b. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea mengalami kerusakan.
c. Tidak dijumpai bulae.
d. Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat, karena kering letaknya
lebih rendah dibanding kulit sekitar.
e. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal
sebagai eskar.
f. Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung
saraf sensorik mengalami kerusakan/kematian.
g. Penyembuhan terjadi lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan
dari dasar luka.

Gambar 6. Luka bakar derajat III


b. Berdasarkan berat ringannya luka bakar
Berat ringannya luka bakar ditentukan berdasarkan luas permukaan tubuh
yang terkena (Total Body Surface Area atau TBSA) yang dihitung berdasarkan
persentase, misalnya dengan cara Rule of Nine dari Wallace dan derajat
kedalaman luka bakar. Disamping faktor tersebut ternyata masih terdapat faktor-
faktor lain yang berperan menentukan berat ringannya luka bakar seperti usia,
ada/tidaknya cedera inhalasi, dan sebagainya.
Banyak cara menghitung luas luka bakar, tetapi yang banyak dipakai adalah
cara Rule of Nine dari Wallace, adalah sebagai berikut (untuk dewasa)
Tabel 1
Luas Luka Bakar Berdasarkan Rule Of Nine
N AREA %
O
1 Head and neck 9
2 Anterior trunk 18
3 Posterior trunk 18
4 Genitalia 1
5 Right arm 9
6 Left arm 9
7 Right thigh 9
8 Left thigh 9
9 Right leg 9
10 Left leg 9
Total 100
Perhitungan luas luka bakar untuk anak ≤ 15 tahun ditetapkan berdasarkan
modifikasi dari Rule of Nine sebagai berikut:
Tabel 2.
Luas Luka Bakar Berdasarkan Rule Of Nine Untuk Usia ≤ 15 Tahun

No Daerah Permukaan Tubuh 0-1 Th 5 Th 15 Th


1 Kepala, muka dan leher 18 % 14 % 10 %
2 Badan sebelah depan 18 % 18 % 18 %
3 Badan sebelah belakang 18 % 18 % 18 %
4 Alat gerak atas kanan 9% 9% 9%
5 Alat gerak atas kiri 9% 9% 9%
6 Alat gerak bawah kanan 14 % 16 % 18 %
7 Alat gerak bawah kiri 14 % 16 % 18 %
100 %
100 100 %
Jumlah total
%
Antara umur 1-5 tahun, tiap tahun tiap tungkai bertambah 0,4 % dan antara
umur 5-15 tahun, tiap tahun tiap tungkai bertambah 0,2 %. Satu telapak tangan
penderita mempunyai luas 1 % dari luas tubuhnya.
Disamping dengan cara Rule of Nine, ada cara yang kadang dipaka iuntuk
menghitung luas permukaan tubuh yang terkena luka bakar sesuai dengan
golongan usia. Cara ini menggunakan Lund and Browder Chart.
Tabel 3
Luas Luka Bakar Berdasarkan Lund And Browder Chart
AGE-YEARS
NO AREA
0-1 1-4 4-9 10-15 ADULT
1 Head 19 17 13 10 7
2 Neck 2 2 2 2 2
3 Anterior trunk 13 17 13 13 13
4 Posterior trunk 13 13 13 13 13
5 Right buttock 2½ 2½ 2½ 2½ 2½
6 Left buttock 2½ 2½ 2½ 2½ 2½
7 Genitalia 1 1 1 1 1
8 Right upper arm 4 4 4 4 4
9 Left upper urm 4 4 4 4 4
10 Right lower arm 3 3 3 3 3
11 Left lower arm 3 3 3 3 3
12 Right hand 2½ 2½ 2½ 2½ 2½
13 Left hand 2½ 2½ 2½ 2½ 2½
14 Right thigh 5½ 6½ 8½ 8½ 9½
15 Left thigh 5½ 6½ 8½ 8½ 9½
16 Right leg 5 5 5½ 6 7
17 Left leg 5 5 5½ 6 7
18 Right foot 3½ 3½ 3½ 3½ 3½
19 Left foot 3½ 3½ 3½ 3½ 3 ½

Berdasarkan berat / ringan luka bakar, diperoleh beberapa kategori penderita


(Yefta Moenadjat, 2003)
1. Luka bakar berat / kritis (major burn)
a) Derajat II-III > 20% pada klien berusia di bawah 10 tahun atau di atas
usia 50 tahun.
b) Derajat II-III > 25% pada kelompok usia selain disebutkan pada butir
pertama.
c) Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki dan perineum.
d) Adanya trauma pada jalan napas (cedera inhalasi) tanpa
memperhitungkan luas luka bakar.
e) Luka bakar listrik tegangan tinggi.
f) Disertai trauma lainnya (misal fraktur iga / lain-lain).
g) Klien-klien dengan risiko tinggi.
2. Luka bakar sedang (moderate bur)
a) Luka bakar dengan luas 15-25% pada dewasa, dengan luka bakar
derajat III < 10%.
b) Luka bakar dengan luas 10-20% pada anak usia < 10 tahun atau dewasa
> 40 tahun, dengan luka bakar derajat III < 10%.
c) Luka bakar dengan derajat III < 10% pada anak maupun dewasa yang
tidak mengenai muka, tangan, kaki dan perineum.
3. Luka bakar ringan (mild burn)
a) Luka bakar dengan luas < 15% pada dewasa.
b) Luka bakar dengan luas < 10% pada anak dan usia lanjut.
c) Luka bakar dengan luas < 2% pada segala usia; tidak mengenai muka,
tangan, kaki dan perineum.

7. Pembagian Zona Kerusakan Jaringan


a. Zona koagulasi
Daerah yang langsung mengalami kerusakan (koagulasi protein) akibat pengaruh
panas.
b. Zona statis
Daerah yang berada langsung di luar zona koagulasi. Di daerah ini terjadi
kerusakan endotel pembuluh darah disertai kerusakan trombosit dan leukosit,
sehingga terjadi gangguan perfusi (no flow phenomena), diikuti perubahan
permeabilitas kapiler dan respon inflamasi lokal. Proses ini berlangsung selama
12-24 jam pasca cedera, dan mungkin berakhir dengan nekrosis jaringan.
c. Zona hiperemi
Daerah di luar zona statis, ikut mengalami reaksi berupa vasodilatasi tanpa
banyak melibatkan reaksi seluler.
8. Fase Luka Bakar
Dalam perjalanan penyakitnya dibedakan 3 fase pada luka bakar yaitu:
a. Fase darurat/resusitasi
Fase ini berlangsung dari awal terjadinya luka bakar hingga selesainya
resusitasi cairan. Pada fase ini masalah yang muncul yaitu pada gangguan saluran
nafas karena adanya cedera inhalasi dan gangguan sirkulasi. Pada fase ini juga
terjadi gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit, akibat cedera
termis yang bersifat sistemik.
b. Fase akut atau intermediate
Fase akut atau intermediat berlangsung sesudah fase darurat/resusitasi dan
dimulai 48 hingga 72 jam setelah terjadi luka bakar. Selama fase ini, hal yang
perlu diperhatikan yaitu status respirasi dan sirkulasi, keseimbangan cairan dan
elektrolit, serta fungsi gastrointestinal. Perawatan luka bakar dan kontrol nyeri
merupakan prioritas pada tahap ini. Pada tahap ini sudah dipertimbangkan
intervensi pembedahan (debridement, skin grafting)
c. Fase rehabilitasi
Fase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadi maturasi.
Masalah pada fase ini adalah timbulnya penyulit dari luka bakar berupa parut
hipertrofik, kontraktur dan deformitas lain yang terjadi kerapuhan jaringan atau
organ-organ strukturil (misal, bouttonierre deformity).

9. Indikasi Rawat Inap Klien Luka Bakar


Kebutuhan klien untuk dirawat di rumah sakit ditentukan berdasarkan pada
keparahan cedera luka bakar yang dideritanya. Berikut ini adalah kondisi dimana
klien harus dirawat di rumah sakit (Christantie Effendi, S.Kp., 1999):
a. Luka bakar derajat II > 15% pada dewasa dan > 10% pada anak.
b. Luka bakar derajat II pada muka, leher, tangan, kaki dan perineum.
c. Luka bakar derajat III > 2% pada dewasa dan setiap derajat III pada anak.
d. Luka bakar disertai trauma visera, tulang dan jalan napas.
e. Luka bakar karena sengatan listrik tegangan tinggi.
10. Penatalaksanaan Luka Bakar
Penatalaksanaan klien luka bakar sesuai dengan kondisi dan tempat klien
dirawat melibatkan berbagai lingkungan perawatan dan disiplin ilmu antara lain
mencakup penanganan awal (di tempat kejadian), penanganan pertama di unit gawat
darurat, penanganan klien luka bakar di ruang perawatan intensif dan penanganan
klien luka bakar di bangsal perawatan atau unit luka bakar
A. Penanganan awal di tempat kejadian
Tindakan yang harus dilakukan terhadap korban luka bakar:
1. Jauhkan korban dari sumber panas. Jika penyebabnya api, jangan biarkan
korban berlari, anjurkan korban untuk berguling-guling atau bungkus
tubuh korban dengan kain basah dan pindahkan segera korban ke ruangan
yang cukup berventilasi jika kejadian luka bakar berada di ruangan
tertutup.
2. Buka pakaian dan perhiasan logam yang dikenakan korban.
3. Kaji kelancaran jalan napas korban, beri bantuan pernapasan (life support)
dan oksigen jika diperlukan.
4. Beri pendinginan dengan merendam korban dalam air bersih yang bersuhu
20 oC (suhu air yang terlalu rendah akan menyebabkan hipotermia) selama
15-20 menit segera setelah terjadinya luka bakar (jika tidak ada masalah
pada jalan napas korban).
5. Jika penyebab luka bakar adalah zat kimia, siram korban dengan air
sebanyak-banyaknya untuk menghilangkan zat kimia dari tubuh korban.
6. Kaji kesadaran, keadaan umum, luas dan kedalaman luka bakar dan cedera
lain yang menyertai luka bakar.
7. Segera bawa penderita ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut
(tutup tubuh korban dengan kain/kasa yang bersih selama perjalanan ke
rumah sakit).
B. Penanganan pertama luka bakar di unit gawat darurat
1. Penilaian keadaan umum klien. Perhatikan A: Airway (jalan napas); B:
Breathing (pernapasan); C: Circulation (sirkulasi).
2. Penilaian luas dan kedalaman luka bakar.
3. Kaji adanya kesulitan menelan atau bicara (kemungkinan klien mengalami
trauma inhalasi).
4. Kaji adanya edema saluran pernapasan (mungkin klien perlu dilakukan
intubasi atau trakheostomi).
5. Kaji adanya faktor-faktor lain yang memperberat luka bakar seperti adanya
fraktur, riwayat penyakit sebelumnya (seperti diabetes, hipertensi, gagal
ginjal, dll) dan penyebab luka bakar karena tegangan listrik (sulit diketahui
secara akurat tingkat kedalamannya).
6. Pasang infus (IV line). Jika luka bakar > 20% derajat II/III biasanya
dipasang CVP (kolaborasi dengan dokter).
7. Pasang kateter urine.
8. Pasang nasogastrik tube (NGT) jika diperlukan.
9. Beri terapi cairan intra vena (kolaborasi dengan dokter). Biasanya
diberikan sesuai formula Parkland yaitu 4 ml/kg BB/ % luka bakar pada 24
jam pertama. Pada 8 jam I diberikan ½ dari kebutuhan cairan dan pada 16
jam II diberikan sisanya (disesuaikan dengan produksi urine tiap jam)
10. Beri terapi oksigen sesuai kebutuhan . pada klien yang mengalami trauma
inhalasi/gangguan sistem pernapasan dapat dilakukan nebulisasi dengan
obat bronkodilator.
11. Periksa lab darah.
12. Berikan suntikan ATS/Toxoid.
13. Perawatan luka.
14. Pemberian obat-obatan (kkolaborasi dengan dokter); analgetik, antibiotik
dll.
15. Mobilisasi secara dini (range of motion).
16. Pengaturan posisi
C. Penanganan klien luka bakar di unit perawatan intensif
Pada kondisi klien yang makin memburuk, perlu adanya penanganan secara
intensif di unit perawatan intensif terutama klien yang membutuhkan alat bantu
pernapasan (ventilator). Hal yang harus diperhatikan selama klien dirawat di
unit ini meliputi:
1. Observasi kondisi pasien dan setting ventilator (jika diperlukan).
2. Observasi tanda-tanda vital; tekanan darah, nadi dan pernapasan setiap
jam dan suhu setiap jam.
3. Observasi nilai CVP (Central Venous Pressure).
4. Observasi produksi urine (0,5-1 cc/kg BB/jam)
5. Cek GDA (jika diperlukan).
6. Lakukan suction setiap 2 jam atau jika diperlukan.
7. Lakukan Oral Hygien setiap pergantian shift
8. Lakukan perubahan posisi klien setiap 3 jam.
9. Lakukan perawatan daerah invasif seperti daerah pemasangan CVP,
kateter, tube setiap hari.
10. Observasi letak tube (ETT) setiap shift (jika diperlukan).
11. Observasi terhadap aspirasi cairan lambung.
12. Lakukan pemeriksaan lab darah: elektrtolit, ureum/creatinin, AGD,
protein (albumin), gula darah (kolaborasi dengan dokter).
13. Lakukan perawatan luka bakar sesuai SOP rumah sakit.
14. Pemberian terapi sesuai dengan advice dokter.
D. Penanganan klien luka bakar di unit perawatan luka bakar
Klien luka bakar memerlukan waktu perawatan yang lama karena proses
penyembuhan luka yang lama terlebih pada klien dengan luka bakar yang luas
dan dalam.
Tindakan perawatan yang utama dalam merawat klien di unit  luka bakar
yaitu perawatan luka, pengaturan posisi, pemenuhan kebutuhan nutrisi yang
adekuat, pencegahan komplikasi dan rehabilitasi.
Perawatan luka bakar ada dua yaitu perawatan terbuka dan perawatan
tertutup. Perawatan terbuka yaitu perawatan tanpa menggunakan balutan
setelah diberi obat  topikal. Perawatan tertutup dengan menggunakan balutan
gaas steril setelah diberikan obat topikal atau tulle yang mengandung
chlorhexidine 0,05%, gaas lembab (moist) dengan NaCl 0,9% dan gaas kering.
Penggunaan obat topikal disesuaikan dengan kedalaman luka bakar. Luka
bakar grade II superficial menggunakan chlorampenicol zalf mata, sedangkan
luka bakar grade II dalam dan grade III menggunakan SSD.
            Hal-hal yang perlu diketahui dalam perawatan luka bakar:
1. Anatomi dan fisiologi kulit.
2. Pathofisiologi luka bakar.
3. Prinsip-prinsip penyembuhan luka.
4. Prinsip-prinsip pengontrolan infeksi (Universal precaution:
teknik cuci tangan bersih, penggunaan handschoen, masker, topi,
baju steril; teknik bersih dan aseptik).
5. Faktor-faktor penyebab infeksi.
6. Cara mengatasi nyeri.
11. Komplikasi
1. Segera
Sindrom kompartemen dari luka bakar sirkum ferensial (luka bakar pada
ekstremitas iskemia ekstremitas, luka bakar pada toraks hipoksia dari gagal napas
restriktif) ( cegah dengan eskaratomi segera).
2. Awal
a. Infeksi (waspada isteptococcus) obati infeksi yang timbul (10% organisme
pada biopsi luka ) dengan antibiotic sistemis.
b. Ulkus akibat stres (ulkus cerling) ( cegah dengan antasida, broker H2 atau
inhibitor pompa proton profilaksis
c. Hiperkalsemia (dari sitolisis pada luka bakar luas). Obati dengan insulin atau
dekstrosa.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata
Terdiri atas nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal
MRS, dan informan apabila dalam melakukan pengkajian klita perlu informasi
selain dari klien. Umur seseorang tidak hanya mempengaruhi hebatnya luka bakar
akan tetapi anak dibawah umur 2 tahun dan dewasa diatsa 80 tahun memiliki
penilaian tinggi terhadap jumlah kematian (Lukman F dan Sorensen K.C). data
pekerjaan perlu karena jenis pekerjaan memiliki resiko tinggi terhadap luka bakar
agama dan pendidikan menentukan intervensi ynag tepat dalam pendekatan
b. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar (Combustio) adalah nyeri,
sesak nafas. Nyeri dapat disebabakna kerena iritasi terhadap saraf. Dalam
melakukan pengkajian nyeri harus diperhatikan paliatif, severe, time, quality
(PQRST). sesak nafas yang timbul beberapa jam / hari setelah klien mengalami
luka bakardan disebabkan karena pelebaran pembuluh darah sehingga timbul
penyumbatan saluran nafas bagian atas, bila edema paru berakibat sampai pada
penurunan ekspansi paru.
c. Riwayat penyakit sekarang
Gambaran keadaan klien mulai tarjadinya luka bakar, penyabeb lamanya
kontak, pertolongan pertama yang dilakuakn serta keluhan klien selama menjalan
perawatanketika dilakukan pengkajian. Apabila dirawat meliputi beberapa fase :
fase emergency (±48 jam pertama terjadi perubahan pola bak), fase akut (48 jam
pertama beberapa hari / bulan ), fase rehabilitatif (menjelang klien pulang)
d. Riwayat penyakit masa lalu
Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien sebelum
mengalami luka bakar. Resiko kematian akan meningkat jika klien mempunyai
riwaya penyakit kardiovaskuler, paru, DM, neurologis, atau penyalagunaan obat
dan alcohol
e. Riwayat penyakut keluarga
Merupakan gambaran keadaan kesehatan keluarga dan penyakit yang
berhubungan dengan kesehatan klien, meliputi : jumlah anggota keluarga,
kebiasaan keluarga mencari pertolongan, tanggapan keluarga mengenai masalah
kesehatan, serta kemungkinan penyakit turunan
f. Pola ADL
Meliputi kebiasaan klien sehari-hari dirumah dan di RS dan apabila terjadi
perubahan pola menimbulkan masalah bagi klien. Pada pemenuhan kebutuhan
nutrisi kemungkinan didapatkan anoreksia, mual, dan muntah. Pada pemeliharaan
kebersihan badan mengalami penurunan karena klien tidak dapat melakukan
sendiri. Pola pemenuhan istirahat tidur juga mengalami gangguan. Hal ini
disebabkan karena adanya rasa nyeri .
g. Riwayat Psikososial
Pada klien dengan luka bakar sering muncul masalah konsep diri body image
yang disebabkan karena fungsi kulit sebagai kosmetik mengalami gangguan
perubahan. Selain itu juga luka bakar juga membutuhkan perawatan yang laam
sehingga mengganggu klien dalam melakukan aktifitas. Hal ini menumbuhkan
stress, rasa cemas, dan takut.
h. Aktivitas / istirahat
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan, keterbatasan rentang gerak pada area
yang sakit, gangguan massa otot, perubahan tonus.
i. Sirkulasi
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok),
penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera, vasokontriksi perifer
umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik), takikardia
(syok/ansietas/nyeri), disritmia (syok listrik), pembentukan oedema jaringan
(semua luka bakar).
j. Integritas ego
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan. Tanda:
ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
k. Eliminasi
Tanda: produksi urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin
hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam,
diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi),
penurunan bising usus/tak ada, khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar
dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
l. Makanan / cairan
Tanda: oedema jaringan umum, anoreksia, mual/muntah.
m. Neuroligis
Gejala: area batas, kesemutan.
Tanda: perubahan orientasi, afek, perilaku, penurunan refleks tendon dalam
(RTD) pada cedera ekstremitas, aktifitas kejang (syok listrik), laserasi korneal,
kerusakan retinal, penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik), ruptur membran
timpanik (syok listrik), paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
n. Nyeri/ kenyamanan
Gejala: Berbagai nyeri, contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren
sensitif untuk disentuh, ditekan, gerakan udara dan perubahan suhu, luka bakar
ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri, smentara respon pada luka bakar
ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf, luka bakar derajat
tiga tidak nyeri.
o. Pernapasan
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera
inhalasi). Tanda: serak, batuk mengii, partikel karbon dalam sputum,
ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis, indikasi cedera inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan
nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema
laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal);
sekret jalan nafas dalam (ronkhi)

2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan kotor mengeluh panas sakit dan
gelisah sampai menimbulkan penurunan tingkat kesadaran bila luka bakar
mencapai derajat cukup berat
b. TTV
Tekanan darah menurun nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah sehingga
tanda tidak adekuatnya pengembalian darah pada 48 jam pertama
c. Pemeriksaan kepala dan leher
1) Kepala dan rambut
Catat bentuk kepala, penyebaran rambut, perubahan warna rambut
setalah terkena luka bakar, adanya lesi akibat luka bakar, grade dan luas luka
bakar
2) Mata
Catat kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi adanya
benda asing yang menyebabkan gangguan penglihatan serta bulu mata yang
rontok kena air panas, bahan kimia akibat luka bakar
3) Hidung
Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan dan bulu
hidung yang rontok.
4) Mulut
Sianosis karena kurangnya supplay darah ke otak, bibir kering karena
intake cairan kurang
5) Telinga
Catat bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan dan
serumen
6) Leher
Catat posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami peningkatan sebagai
kompensasi untuk mengataasi kekurangan cairan
d. Pemeriksaan thorak / dada
Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan, ireguler, ekspansi dada tidak
maksimal, vokal fremitus kurang bergetar karena cairan yang masuk ke paru,
auskultasi suara ucapan egoponi, suara nafas tambahan ronchi
e. Abdomen
Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi adanya nyeri pada
area epigastrium yang mengidentifikasi adanya gastritis.
f. Urogenital
Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi merupakan
tempat pertumbuhan kuman yang paling nyaman, sehingga potensi sebagai
sumber infeksi dan indikasi untuk pemasangan kateter.
g. Muskuloskletal
Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru pada
muskuloskleletal, kekuatan oto menurun karen nyeri
h. Pemeriksaan neurologi
Tingkat kesadaran secara kuantifikasi dinilai dengan GCS. Nilai bisa menurun
bila supplay darah ke otak kurang (syok hipovolemik) dan nyeri yang hebat
(syok neurogenik)
i. Pemeriksaan kulit
Merupakan pemeriksaan pada darah yang mengalami luka bakar (luas dan
kedalaman luka). Prinsip pengukuran prosentase luas uka bakar menurut kaidah
9 (rule of nine lund and Browder) sebagai berikut

Pengkajian kedalaman luka bakar dibagi menjadi 3 derajat (grade). Grade


tersebut ditentukan berdasarkan pada keadaan luka, rasa nyeri yang dirasanya dan
lamanya kesembuhan luka

3. Diagnosa dan Intervensi


1) Bersihan Jalan Napas tidak efektif b/d Benda asing dalam jalan napas
(D.0001)
Luaran: Bersihan jalan napas meningkat (L.01001)
 Dispnea dan Wheezing menurun
 Sianosis dan gelisah menurun
 Frekuensi napas membaik
 Pola napas membaik
Intervensi Keperawatan:
a. Pemantauan Respirasi (I.01014)
 Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
 Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi, Kussmaul,
Cheyne-Stokes, Biot, ataksik)
 Monitor kemampuan batuk efektif
 Monitor adanya produksi sputum
 Monitor adanya sumbatan jalan napas
 Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
 Auskultasi bunyi napas
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor nilai AGD
 Monitor hasil x-ray toraks
 Dokumentasikan hasil pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
b. Manajemen Jalan napas (I.01011)
 Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, dan usaha napas)
 Monitor bunyi napas tambahan
 Monitor sputum baik jumlah dan warna
 Pertahankan kepatenan jalan napas
 Posisikan semi-fowler atau fowler
 Berikan minum hangat
 Lakukan fisioterapi dada jika perlu
 Berikan oksigen jika perlu
 Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari jika tidak ada kontraindikasi
 Kolaborasi pemberian brinkodilator, ekspektoran, mukolitik jika perlu
2) Risiko Hipovolemia b/d Evaporasi (D.0034)
Luaran : Status Cairan membaik (L.03028)
 Kekuatan nadi meningkat
 Turgor kulit meningkat
 Output Urin meningkat
 Perasaan lemah menurun
 Keluhan Haus menurun
 Konsentrasi urin menurun
 Intake cairan membaik
 Frekwensi nadi, tekanan darah, dan tekanan nadi membaik
Intervensi Keperawatan:
a. Pemantauan Cairan (I.03121)
 Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
 Monitor frekuensi nafas
 Monitor tekanan darah
 Monitor berat badan
 Monitor waktu pengisian kapiler
 Monitor elastisitas atau turgor kulit
 Monitor jumlah, waktu dan berat jenis urine
 Monitor kadar albumin dan protein total
 Monitor hasil pemeriksaan serum (mis. Osmolaritas serum, hematocrit,
natrium, kalium, BUN)
 Identifikasi tanda-tanda hipovolemia (mis. Frekuensi nadi meningkat,
nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit,
turgor kulit menurun, membrane mukosa kering, volume urine menurun,
hematocrit meningkat, haus, lemah, konsentrasi urine meningkat, berat
badan menurun dalam waktu singkat)
 Identifikasi tanda-tanda hypervolemia mis. Dyspnea, edema perifer,
edema anasarka, JVP meningkat, CVP meningkat, refleks hepatojogular
positif, berat badan menurun dalam waktu singkat)
 Identifikasi factor resiko ketidakseimbangan cairan (mis. Prosedur
pembedahan mayor, trauma/perdarahan, luka bakar, apheresis, obstruksi
intestinal, peradangan pankreas, penyakit ginjal dan kelenjar, disfungsi
intestinal)
 Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
 Dokumentasi hasil pemantauan
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
b. Manajemen Hipovolemia (I.03116)
 Periksa tanda-tanda hipovolemia
 Monitor intake dan output cairan
 Hitung kebutuhan cairan
 Berikan posisi modified trendelenburg
 Berikan asupan cairan oral
 Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
 Kolaborasi pemberian cairan IV isotonik
 Kolaborasi pemberian cairan IV Hipotonik
 Kolaborasi pemberian cairan IV koloid
 Kolaborasi pemberian produk darah
3) Nyeri Akut b/d agen pencedera fisik atau kimiawi (D.0077)
Luaran: Tingkat nyeri menurun (L.08066)
 Keluhan nyeri menurun
 Merigis menurun
 Sikap protektif menurun
 Gelisah dan kesulitan tidur menurun
 Anoreksia, mual, muntah menurun
 Ketegangan otot dan pupil dilatasi menurun
 Pola nafas dan tekanan darah membaik
Intervensi Keperawatan:
a. Manajemen Nyeri (I.08238)
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respon nyeri non verbal
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan analgetik
 Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
b. Pemberian Analgetik (I.08243)
 Identifikasi karakteristik nyeri (mis. Pencetus, pereda, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi, durasi)
 Identifikasi riwayat alergi obat
 Identifikasi kesesuaian jenis analgesik (mis. Narkotika, non-narkotika,
atau NSAID) dengan tingkat keparahan nyeri
 Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesik
 Monitor efektifitas analgesik
 Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk mencapai analgesia
optimal, jika perlu
 Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus opioid untuk
mempertahankan kadar dalam serum
 Tetapkan target efektifitas analgesic untuk mengoptimalkan respon
pasien
 Dokumentasikan respon terhadap efek analgesic dan efek yang tidak
diinginkan
 Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
 Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai indikasi
4) Risiko Infeksi b/d Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer –kerusakan
integritas kulit (D.0142)
Luaran: Tingkat Infeksi Menurun (L.14137)
 Kebersihan tangan dan badan meningkat
 Demam, kemerahan, nyeri, dan bengkak menurun
 Periode malaise menurun
 Periode menggigil, letargi, dan ganggauan kognitif menurun
 Kadar sel darah putih membaik
Intervensi Keperawatan: 
a. Pencegahan Infeksi (I.14539)
 Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
 Batasi jumlah pengunjung
 Berikan perawatan kulit pada daerah edema
 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien
 Pertahankan teknik aseptik pada psien beresiko tinggi
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara memeriksa luka
5) Gangguan Citra tubuh b/d perubahan struktur/bentuk tubuh akibat luka
bakar (D.0083)
Luaran: Harapan Meningkat (L.09068)
Intervensi Keperawatan: 
Promosi Citra Tubuh (I.09305)
 Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap perkembangan
 Identifikasi budaya, agama, jenis kelamin, dan umur terkait citra tubuh
 Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi sosial
 Monitor frekuensi pernyataan kritik tehadap diri sendiri
 Monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh yang berubah
 Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
 Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri
 Diskusikan kondisi stres yang mempengaruhi citra tubuh (mis.luka,
penyakit, pembedahan)
 Diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh secara realistis
 Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan citra tubuh
 Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan perubahan citra tubuh
 Anjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap citra tubuh
 Anjurkan menggunakan alat bantu
 Latih fungsi tubuh yang dimiliki
 Latih peningkatan penampilan diri (mis. berdandan)
 Latih pengungkapan kemampuan diri kepada orang lain maupun kelompok
BAB IV

KESIMPULAN

Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan
sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi.

Luka bakar dapat tejadi pada setiap orang dengan berbagai faktor penyebab
seperti :panas, sengatan listrik, zat kimia, maupun radiasi. Penderita luka bakar memerluakn
penanganan yang serius secara holistik/ menyeluruh dari berbagai aspek dan disiplin ilmu.
Pada penderita luka bakar yang luas dan dalam memerluakn perawatan luka bakar yang lama
dan mahal serta mempunyai efek resiko kematian yang tinggi.

Dampak luka bakar bagi penderita dapat menimbulkan berbagai masalah fisik, psikis
dan sosial bagi pasien dan juga keluarganya.Perawat sebagai tim yang paling banyal
berhubungan dengan asien dituntut untuk terus meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya sehingga mampu merawat pasien luka bakar secara komprehensif dan
optimal.

Prinsip-prinsip penanganan pasien luka bakar selama perawatan dirumah sakit yaitu :

1. Pemberian terapi cairan dan nutrisi yang adekuat


2. Pencegahan infeksi
3. Penanganan/penyembuahn luka
4. Pencegahan kontraktur/ deformitas
5. Rehabilitasi lanjut
Tingkat keberhasilan perawatan penderita luka bakar sanagt dipengaruhi oleh cara
penanganan, kerjasama dan kecekatan tim kesehatan yang merawat disamping faktor-faktor
lain (usia penderita, riwayat kesehatan, penyebab luka bakar,cedera lain yang menyertai dan
kebiasaan hidup)

Dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan tehnologi maka makin


berkembang pula tehnik/ cara penanganan luka bakar sehingga makin meningkatkan
kesempatan untuk sembuh bagi penderita luka bakar
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn E.2000.Rencana AsuhanKeperawatan.Jakarta :EGC
http://semaraputraadjoezt.wordpress.com/2012/09/12/asuhan-keperawatan-pada-klien-
dengan-luka-bakar-combustio/
Mansjoer, Arif.2000.Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2.Jakarta:Media Aesculapis
Smeltzer, Suzanne C, Bare, Brenda G.2001.Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi 8. PPNI,
2017. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI.
Jakarta
PPNI, 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI.
Jakarta
PPNI, 2019. Standart Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI.
JakartaJakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai