LUKA BAKAR
Disusun oleh:
Fatya Welinsa
NIM. 1108114713
Pembimbing
dr. Fakhrul, Sp.Bp
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Luka bakar atau combustio adalah suatu bentuk kerusakan dan kehilangan
jaringan disebabkan kontak dengan sumber suhu yang sangat tinggi seperti
terkena air panas (scald), koboran api di tubuh (flame), jilitan api ke tubuh
(flash), tersentuh benda panas (contact), akibat serangan listrik, akibat bahanbahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn) dan suhu yang sangat rendah.1,2
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter. Jenis
yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi
dibanding dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan dalam
penagannnya pun tinggi. Trauma termal menimbulkan morbiditas dan moratalitas
yang cukup tinggi. Menguasai prinsip-prinsip dasar resusitasi awal pada penderita
trauma dan menerapkan tindakan sederhana pada saat yang tepat dapat
mengurangi
morbiditas
dan
mortalitas. Prinsip
yang
dimaksud
adalah
kewaspadaan yang tinggi akan terjadinya gangguan jalan napas pada trauma
inhalasi, serta mempertahankan hemodinamik dalam batas normal melalui
resusitasi cairan. Dokter penolong juga harus waspada dalam melaksanakan
tindakan untuk mencegah dan mengobati penyulit trauma termal, seperti misalnya
rhabfomiolisis dan gangguan irama jantung yang sering terjadi pada trauma
listrik. Kontrol suhu tubuh dan menyingkirkan penderita dari lingkungan yang
berbahaya juga merupakan prinsip utama pengelolaan trauma termal. 1,3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh
dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api secara langsung maupun tidak
langsung, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia, air, dll)
atau zat-zat yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat). 3
2.2 Epidemiologi
Luka bakar disebabkan oleh berbagai sumber. Luka bakar akibat terkena air
panas merupakan penyebab tersering diantara populasi masyarakat. Dan penyebab
kedua terbanyak merupakan luka bakar yang disebabkan oleh api yang berasal
dari kebakaran rumah atau pada saat membakar daun-daun dan sampah. Dari
laporan American Burn Association 2012 dikatakan bahwa angka morbiditas
96,1% lebih banyak terjadi pada wanita (69%). Berdasarkan tempat kejadian, 69
% di rumah tangga dan 9% di tempat kerja, 7% di jalan raya, 5% di rekreasi atau
olahraga 10% dan lain-lain.4,5
terjadi
perfusi
jaringan
diikuti
perubahan
sehingga
permeabilitas
3. Zona Hiperemia
Pada zona hiperemia terjadi vasodilatasi karena inflamasi, jaringannya
masih viable. Proses penyembuhan berawal dari zona ini kecuali jika
terjadi sepsi berat dan hipoperfusi yang berkepanjangan.
Gambar 4: Zona luka bakar Jackson 1947 dan efeknya terhadap resusitasi
adekuat dan inadekuat.1
Respon Sistemik
Perlepasan sitokin dan mediator inflamasi lainnya di tempat terjadinya luka
bakar memiliki efek sistemik jika luka bakar mencapai 30% luas permukaan
tubuh. Perubahan- perubahan yang terjadi sebagai efek sistemik tersebut berupa1:
a. Gangguan Kardiovaskuler, berupa peningkatan permeabilitas vaskuler yang
menyebabkan keluarnya protein dan cairan dari intravaskuler ke interstitial.
Terjadi vasokontriksi di pembuluh darah splanchnic dan perifer. Kontratilitas
miokardium menurun, kemungkinan adanya tumor necrosis factor- (TNF-).
Perubahan ini disertai dengan kehilangan cairan dari luka bakar menyebabkan
hipotensi sistemik dan hipoperfusi oragan.
b. Gangguan respirasi, mediator inflamasi menyebabkan bronkokontriksi, dan
pada luka bakar yang berat dapat timbul Respiratory Distress Syndrome
(RDS).
c. Gangguan metabolik, terjadi peningkatan basal metabolic rate hingga 3 kali
lipat. Hal ini disertai dengan dengan adanya hipoperfusi splanchnic
menyababkan dibutuhkannya pemberian makanan enteral secara agresif untuk
menurunkan katabolisme dan mempertahankan integritas saluran pencernaan.
d. Gangguan imunologis, terdapat penurunan sistem imun yang mempengaruhi
sistem imun humoral dan seluler.
memerlukan eksisi
10
11
1.
Partial- thickness burns (luka bakar derajat II) dan full-thickness burns (luka
bakar derajat III) dengan >10 % dari TBSA pada pasien berumur kurang dari
2.
3.
bakar derajat III) dengan >20 % dari TBSA pada kelompok usia lainnya.
Partial- thickness burns (luka bakar derajat II) dan full-thickness burns (luka
bakar derajat III) yang melibatkan wajah, tangan, kaki, amlat kelamin,
4.
5.
6.
7.
8.
9.
mempengaruhi kematian.
Luka bakar kimia.
Trauma inhalasi
Setiap luka bakar dengan trauma lain (misalnya, patah tulang) di mana luka
10.
11.
2.8 Penatalaksanaan
Prehospital
Hal pertama yang harus dilakukan jika menemukan pasien luka bakar di
tempat kejadian adalah menghentikan proses kebakaran. Maksudnya adalah
membebaskan pasien dari pajanan atau sumber dengan memperhatikan
keselamatan diri sendiri. Bahan yang meleleh atau menempel pada kulit tidka bisa
dilepaskan. Air suhu kamar dapat disiramkan ke atas luka dalam waktu 15 menit
sejak kejadian, namun air dingin tidak dapat diberikan untuk mencegah terjadinya
hipotermia dan vasokonstriksi.1,3,4
1. Resusitasi jalan nafas
Bertujuan untuk mengupayakan suplai oksigen yang adekuat. Pada luka bakar
dengan kecurigaan cedera inhalasi, tindakan intubasi sikerjakan sebelum edema
mukosa menimbulkan manifestasi obstruksi. Sebelum dilakukan intubasi, oksigen
100% diberikan dengan menggunakan face mask. Intubasi bertujuan untuk
12
Larutan
garam
hipertonik
meningkatkan
volume
jam
pertama
diberikan
cairan
kristaloid
sebanyak
15
vena
Jumlah produksi urin melalui kateter, saat resusitasi (0,5- 1ml /kg
dan sedimen).
Pemantauan sirkulasi splangnikus dengan menilai kualitas dan
kuantitas cairan lambung melaui pipa nasogastrik. Jika , 200ml tidak
ada gangguan pasase lambung, 200-400ml ada gangguan ringan, >400
ml gangguan berat.1
Penatalaksanaan 24 jam kedua
Pemberian cairan yang menggunakan glukosa dan dibagi rata dalam 24
jam. Jenis cairan yang dapat diberikan adalah glukosa 5% atau 10%
1500-2000 ml. Batasan
interstisial.
Pemantauan sirkulasi dengan menilai tekanan vena pusat dan jumlah
Keberhasilan
pemberian cairan dapat dilihat dari diuresis normal yaitu 1ml/kgBB/jam. Yang
penting juga adalah sirkulasi normal atau tidak dengan menilai produksi
urin,analisa gas darah, elektrolit, hemoglobin dan hematokrit.1,2,5
2.9 Komplikasi
Komplikasi pada luka bakar dibagi menjadi dua, yaitu komplikasi saat
perawatan kritis atau akut dan komplikasi yang berhubungan dengan eksisi dan
grafting. Kompilkasi yang dapat terjadi pada masa akut adalah SIRS, sepsis dan
MODS. Selain itu komplikasi pada gastrointestinal juga dapat terjadi, yaitu atrofi
mukosa, ulserasi dan perdarahan mukosa, motilitas usus menurun dan ileus. Pada
ginjal dapat terjadi acute tubular necrosis karena perfusi ke renal menurun. Skin
graft loss merupakan komplikasi yang sering terjadi, hal ini disebabkan oleh
hematoma, infeksi dan robeknya graft. Pada fase lanjut suatu luka bakar, dapat
19
terjadi jaringan parut pada kulit berupa jaringan parut hipertrofik., keloid dan
kontraktur.Kontraktur kulit dapat menganggu fungsi dan menyebabkan kekeauan
sendi. Kekakuan sendi memerlukan program fisioterapi yang intensif dan
kontraktur memerlukan tindakan bedah.1
2.10
Prognosis
Prognosis pada luka bakar tergantung dari derajat luka bakar, luas permukaan
badan yang terkena luka bakar, adanya komplikasi seperti infeksi, dan kecepatan
pengobatan medikamentosa. Luka bakar minor ini dapat sembuh 5-10 hari tanpa
adanya jaringan parut. Luka bakar moderat dapat sembuh dalam 10-14 hari dan
mugkin dapat menimbulkan luka parut. Jaringan parut akan membatasi gerakan
dan fungsi. Dalam beberapa kasus, pembedahan dapat diperlukan untuk
membuang jaringan parut.1,3
BAB III
ILUSTRASI KASUS
Identitas pasien
Nama
: Ny. S
Umur
: 35 Tahun
Pekerjaan
Alamat
Masuk RS
: 26 desember 2015
ANAMNESIS (Autoanamnesis)
Keluhan Utama
Primary Survey
Airway
Objective:
Gurgling (-) stridor (-)
sumbatan jalan napas (-)
udem mukosa mulut, faring (-)
20
Assesment
Airway Clear
Pemberian O2 nasal kanul 4l/menit
Breathing
Objective
kali/menit.
Palpasi : krepitasi (-)
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi: suara nafas vesikuler (+/+), suara jantung normal
Assessment
Ventilasi baik
Circulation
Objective
Nadi teraba kuat dan teratur, frekuensi nadi 86 kali/menit
Tekanan darah 120/80 mmHg
Akral hangat
Capillary refill time (CRT) <2 detik
Assessment
sirkulasi baik
Disability
Objective
Glasglow coma scale (GCS): GCS 15 (E4V5M6)
Assessment
Hasil pemeriksaan mini neurologis baik
21
Exposure
Pakaian pasien dibuka seluruhnya kemudian pasien diselimuti untuk mencegah
hipotermi
Secondary Survey
Anamnesis
Keluhan Utama : luka bakar sejak 16 jam SMRS
Mekanisme trauma:
16 jam SMRS, pasien sedang tertidur di dalam kamar karyawan, tiba tiba lampu
minyak tanah yang ada di sana meledak sehingga menyebabkan semburan api.
Semburan api mengenai sebagian wajah, dada, punggung, tangan kanan dan kiri,
kaki kanan dan kaki kiri. Pasien dibawa ke RSUD teluk kuantan, lalu kemudian
dirujuk ke RSUD AA. Pasien tidak mengeluh sesak.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis :
Terdapat luka bakar di hampir seluruh tubuh, (status lokalis).
Per
Aus
Jantung :
I
: BJ SI/SII reguler
Abdomen :
I
: perut datar
: BU (+) normal
22
Pal
: perut supel, Nyeri tekan (-) Hepar dan Lien tidak teraba
: timpani (+)
Status lokalis
Regio
Kepala dan leher
Trunkus anterior
Trunkus posterior
Ekstremitas superior
Ekstremitas inferior
Genitalia
Jumah
Luas
4,5 %
3%
13%
18%
30%
0%
68,5 %
Derajat
3
2B
2B
3
3
2B-3
Resume :
Ny. S, berusia 35 tahun datang dengan luka akar sejak 16 jam SMRS. 16 jam
SMRS, pasien sedang tertidur di dalam kamar karyawan, tiba tiba lampu minyak
tanah yang ada di sana meledak sehingga menyebabkan semburan api. Semburan
api mengenai sebagian wajah, dada, punggung, tangan kanan dan kiri, kaki kanan
dan kaki kiri. Pasien dibawa ke RSUD teluk kuantan, lalu kemudian dirujuk ke
RSUD AA. Pada pemeriksaan didapatkan luka bakar hamper di seluruh tubuh
pasien, didapatkan pada daerah wajah tampak luka bakar bakar grade 2b-3 seluas
4,5% , ada bagian wajah yang kemerahan dan memucat tapi tidak terdapat bula,
dan sebagian wajah memiliki eskar yang berwarna kehitaman. Pada daerah
Extremitas superior kiri dan kanan, tampak luka bakar grade 3 dengan luas 13 %.
Pada daerah dada dan punggung, tampak luka bakar grade II B 16% ,berwana
pucat, nyeri, dan tidak terdapat bula. Pada daerah ekstremitas inferior terdapat
luka bakar grade 3 dengan luas 30% .
Diagnosis kerja:
combustio grade 2B-3 68,5% e.c api regio kepala, leher, trunkus anterior, trunkus
posterior, ekstremitas superior, ekstremitas inferior
PEMERIKSAAN PENUNJANG:
-
Laboratorium:
Darah rutin (26 desember 2015)
Hb
: 22,4 gr/dl
Ht
: 68,3 %
23
Leukosit
: 52.700/uL
Trombosit
: 285.000/mm3
Kimia darah (26 desember 2015)
glukosa
: 196 mg/dl
ureum
: 67,6 mg/dl
creatinin
: 2,0mg/dl
AST
: 51 u/L
ALT
: 52 u/L
Elektrolit (26 desember 2015)
Na : 116,3 mmol/l
K : 5,82 mmol/l
Cl : 92,2 mmol/l
Albumin : 2,30 g/dl
Foto torax : paru dan jantung dalam batas normal
Diagnosis :
combustio grade 2B-3 68,5% e.c api regio kepala, leher, trunkus anterior, trunkus
posterior, ekstremitas superior, ekstremitas inferior
Rencana Terapi
Non-farmakologis
Rawat di ruangan hcu
Pemasangan kateter urin
Pemasangan NGT
O2 nasal canul 4 l/m
Escarharectomy
Farmakologis
Resusitasi cairan dengan IVFD RL
Jumlah cairan yang akan diberikan :
IVFD: RL : % luka bakar x 4 x Kgbb
68,5 x 4 x 50 = 13.700
8 jam I: 6.850 ml
16 jam ke2 : 428,125 ml
Ketorolac 1 amp/8jam/iv
Cefotaxim 2 x 1 gram
Tetagam 1 gram
Ranitidin 2 x 1 amp
Perawatan luka dengan Burnazin cream
Vitamin C 2 x 200 mg
Follow up
4 januari 2016
24
5 januari 2016:
S: demam
O: Status generalis: KU: tampak sakit sedang, kes: CM, TD: 120/70mmhg,
HR: 100x/menit, RR: 22 kali/menit, T: 38,1 c
A : combustio grade 2-3 68,5% e.c api regio kepala, leher, trunkus anterior,
trunkus posterior, ekstremitas superior, ekstremitas inferior hari rawat ke 10
P : observasi ttv
paracetamol drip 1 gram/8jam
ketorolac 3x1
Ceftriaxon 3xi
Perawatan luka dengan burnazin
Koreksi albumin 100ul 20% selama 3 hari
6 januari 2016
S: demam
O: Status generalis: KU: tampak sakit sedang, kes: CM, TD: 120/70mmhg,
HR: 100x/menit, RR: 22 kali/menit, T: 38,1 c
A : combustio grade 2-3 68,5% e.c api regio kepala, leher, trunkus anterior,
trunkus posterior, ekstremitas superior, ekstremitas inferior hari rawat ke 11
P : observasi ttv
Paracetamol 2x1gram
Ceftriaxon 3xi
Perawatan luka dengan burnazin
Rencana debridement
7 januari 2016
S : demam, menggigil,sesak
25
O: Status generalis: KU: tampak sakit sedang, kes: CM, HR: 91x/menit, RR:
26 kali/menit, T: 36,1 c
p. gas darah :
pH : 7,59 ( )
pCO2 : 26 mmhg ( )
pO2 : 79 mmhg ( )
HCO3 : 22,2 mmol/l(N)
TCO2 : 23 mmol/l (N)
Pemeriksaan elektrolit:
Na : 127 mmol/l ( )
K : 2,1 mmol /l ( )
Ca : 0,75 mmol/l ( )
Cl: 92, 7 mmol/l ( )
A : combustio grade 2B-3 68,5% e.c api regio kepala, leher, trunkus anterior,
26
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien dengan riwayat luka bakar pada daerah wajah, ekstremitas atas
damn bawah kiri dan kanan, dan daerah dada dan punggung dialami sejak 16 jam
sebelum masuk rumah sakit yang disebabkan terkena semburan api dari lampu
minyak tanah yang meledak. Pasien mengeluh adanya nyeri pada daerah tempat
luka bakar tersebut. Kemudian dari pemeriksaan fisik yang bermakna, pasien
tampak sakit sedang, compos mentis. Tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 88
x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu 37.2C (axilla). Dari pemeriksaan tempat
luka, didapatkan pada daerah wajah tampak luka bakar bakar grade 2b-3 4,5% ,
ada bagian wajah yang kemerahan dan memucat tapi tidak terdapat bula, dan
sebagian wajah memiliki eskar yang berwarna kehitaman. Pada daerah Extremitas
superior kiri dan kanan, tampak luka bakar grade 3 13 % ,berwarna coklat
kehitaman,tidak terdapat bulla,. Pada daerah dada dan punggung, tampak luka
bakar grade II B 16% ,berwana pucat, nyeri, dan tidak terdapat bula. Pada daerah
ekstremitas inferior terdapat luka bakar grade 3 30% dengan adanya jaringan
nekrosis berwarna coklat kehitaman.
Berdasarkan pemeriksaan laboratorium, terdapat peningkatan dari Hb pasien
yakni menjadi 22,4 gr/dl yang menunjukkan hemokonsentrasi, hal ini terjadi
karena adanya respon kardiovaskuler yakni terjadi perpindahan cairan dari
intravaskuler ke ekstravaskuler melalui kebocoran kapiler mengakibatkan kehilangan Na, air dan
protein plasma serta edema jaringan yang diikuti dengan penurunan curah jantung,
Hemokonsentrasi sel darah merah, penurunan perfusi pada organ mayor dan edema
menyeluruh. Pada pasien peningkatan jumlah leukosit (sel darah putih) yaitu 52.700
yang menunjukkan adanya infeksi dan peradangan pada luka bakar. Resusitasi
27
cairan dalam rangka mengatasi resiko terjadinya syok harus dilakukan sejak dari
awal masuk rumah sakit dengan pemberian cairan berupa Ringer Laktat mengikuti
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Moenadjat,Y. Resusitasi Luka Bakar. Dalam: Moenadjat Y, editor. Luka
bakar Masalah dan Tatalaksana. Edisi ke-4. FKUI: Jakarta. 2009. hal. 1-13,
113-75
2. Holmes JH, Heimbach DM. Burns. In: Brunicardi CF, Andersen DK,
Billiar TR, Duno DL, Hunter JG, Pollock RE, editors. Schwartz Manual
of Surgery. 8th Ed. McGRAW-HILL: New York. 2006. p. 139-64
3. Sjamsuhidajat R, Jong WD. Luka. Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi
ke-2. 2006. EGC: Jakarta. hal.
4. Jenkins, A. Emergent Management of Thermal Burns. [online]. 2011 Sept
26.
[diakses:
januari
2016].
Available
from
URL:
http://emedicine.medscape.com/article/769193-overview#showall
5. Klein MB. Thermal, Chemical and Electrical Injuries. In: Thorne CH,
Beasley RW, Aston SJ, Bartlett SP, Gurtner GC, Spoor SL. Grabb and
Smiths Plastic Surgery. 6th Ed. Wolters Kluwer/Lippincott Williams &
Wilkins: Philadelphia. 2007. p. 132-49
6. Djuanda,A. Anatomi dan Faal Kulit. Dalam: Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin. Edisi ke-5. FKUI: Jakarta. hal. 1-8
7. Hansen JT, Lambert DR. Skin Anatomy. [online]. 2011 Sept 26. [diakses:
2
januari
2016].
Available
from
URL:
http://www.netterimages.com/image/7444.htm
8. Barret JP. Initial Management and Resuscitation. In: Barret JP, Herndon
DN, editors. Principles and Practice of Burn Surgery. Marcel-Dekker:
New York. 2005. p.1-31
29
30