Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

Cedera yang terjadi dari kontak langsung ataupun paparan terhadap sumber
panas, kimia, listrik, atau radiasi disebut sebagai luka bakar. Cedera luka bakar terjadi
ketika energy dari sumber panas dipindahkan ke jaringan tubuh.

            Perawatan luka bakar telah meningkat dalam beberapa decade terakhir,
menyebabkan tingkat mortalitas korban cedera luka bakar yang lebih rendah. Pusat-
pusat luka bakar yang khusus telah didirikan dan di dalamnya anggota tim luka bakar
multidisiplin bekerja sama untuk melayani klien dengan luka bakar dan keluarganya.
Kemajuan dalam perawatan prarumah sakit dan rawat inap telah menyumbang
banyak terhadap ketahanan hidup.

Pada korban luka bakar usia kurang dari empat tahun dan korban yang berusia
lebih dari 60 tahun terdapat insidensi komplikasi yang lebih tinggi dan dengan
demikian angka mortalitas juga lebih tinggi. Penanganan luka bakar yang agresif dan
segera akan memperbesar peluang pasien untuk bertahan hidup. Selanjutnya, tindakan
suportif dan teknik steril yang ketat dapat meminimalkan insidensi infeksi. Perawatan
luka bakar yang teliti dan komprehensif dapat memberikan perbadaan antara hidup
dan mati. Kemungkinan untuk bertahan hidup dan sembuh setelah mengalami luka
bakar berat lebih besar jika luas luka bakar kurang dari 20% luas total permukaan
tubuh.

Perawat dapat memainkan peranan yang aktif dalam pencegahan kebakaran


dan luka bakar dengan mengajarkan konsep-konsep pencegahan dan mempromosikan
undang-undang tentang pengamanan kebakaran. (Brunner & Suddarth, 2001)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Luka bakar merupakan perlukaan pada daerah kulit dan jaringan epitel
lainnya. Luka bakar ialah perlukaan yang disebabkan karena kontak atau
terpapar dengan zat-zat termal, chemical, elektrik atau radiasi yang
menyebabkan Luka bakar . luka bakar ialah truama pada kulit yang
disebabkan oleh panas tinggi.
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para medis.
Jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif
tinggi dibanding dengan cedera oleh sebab lain.
Penyebab luka bakar selain terbakar api langsung atau tidak langsung,
juga pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka
bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api, misalnya tersiram air
panas banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga

B. Etiologi
Listrik : voltase aliran, listrik, petir, defibrilator.
Thermal : api, air panas, kontak dengan objek panas, berjemur, sinar
ultraviolet (luka bakar karena sinar panas matahari).
Chemical : organo phospat, acid (asam), korosi, alkalis.
Inhalasi : saluran pernafasan yang terpapar dengan panas yang
hebat, inhalasi zat kimia yang merugikan, merokok dan CO.
C. Anatomi organ terkait
Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai
fungsi sebagai pelindung tubuh dan berbagai trauma ataupun masuknya
bakteri, kulit juga mempunyai fungsi utama reseptor yaitu untuk mengindera
suhu, perasaan nyeri, sentuhan ringan dan tekanan, pada bagian stratum
korneum mempunyai kemampuan menyerap air sehingga dengan demikian
mencegah kehilangan air serta elektrolit yang berlebihan dan
mempertahankan kelembaban dalam jaringan subkutan.
Tubuh secara terus menerus akan menghasilkan panas sebagai hasil
metabolisme makanan yang memproduksi energi, panas ini akan hilang
melalui kulit, selain itu kulit yang terpapar sinar ultraviolet dapat mengubah
substansi yang diperlukan untuk mensintesis vitamin D. kulit tersusun atas 3
lapisan utama yaitu epidermis, dermis dan jaringan subkutan.

a) Lapisan epidermis, terdiri atas:


- Stratum korneum, selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel, inti
selnya sudah mati dan mengandung keratin, suatu protein fibrosa tidak
larut yang membentuk barier terluar kulit dan mempunyai kapasitas
untuk mengusir patogen dan mencegah kehilangan cairan berlebihan
dari tubuh.
- Stratum lusidum. Selnya pipih, lapisan ini hanya terdapat pada telapak
tangan dan telapak kaki.
- Stratum granulosum, stratum ini terdiri dari sel-sel pipi seperti
kumparan, sel-sel tersebut terdapat hanya 2-3 lapis yang sejajar
dengan permukaan kulit.
- Stratum spinosum/stratum akantosum. Lapisan ini merupakan lapisan
yang paling tebal dan terdiri dari 5-8 lapisan. Sel-selnya terdiri dari sel
yang bentuknya poligonal (banyak sudut dan mempunyai tanduk).
- Stratum basal/germinatum. Disebut stratum basal karena sel-selnya
terletak di bagian basal/basis, stratum basal menggantikan sel-sel yang
di atasnya dan merupakan sel-sel induk.
b) Lapisan dermis terbagi menjadi dua yaitu:
- Bagian atas, pars papilaris (stratum papilaris)
Lapisan ini berada langsung di bawah epidermis dan tersusun dari sel-
sel fibroblas yang menghasilkan salah satu bentuk kolagen.

- Bagian bawah, pars retikularis (stratum retikularis).


- Lapisan ini terletak di bawah lapisan papilaris dan juga memproduksi
kolagen.
- Dermis juga tersusun dari pembuluh darah serta limfe, serabut saraf,
kelenjar keringat serta sebasea dan akar rambut.
c) Jaringan subkutan atau hipodermis
Merupakan lapisan kulit yang terdalam. Lapisan ini terutamanya
adalah jaringan adipose yang memberikan bantalan antara lapisan kulit
dan struktur internal seperti otot dan tu lang. Jaringan subkutan dan
jumlah deposit lemak merupakan faktor penting dalam pengaturan suhu
tubuh.

D. Patifisiologi
Luka bakar disebabkan karena terpapar panas, radiasi, bahan kimia
dan listrik. Sehingga terjadi pengalihan dari suatu sumber panas kepada tubuh.
Akibat adanya rangsangan tersebut maka terjadi kehilangan barier kulit
sehingga menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan, dan berlanjut
kerusakan termogulasi. Kehilangan barier kulit ini juga menimbulkan respon
inflamasi yang kemudian terjadi pelepasan makrofag, karena makrofag ini
adalah berperan untuk pertahanan yang penting yang mencakup fagositosis
serta respon imun maka terjadi reaksi antigen-antibody, lalu dari reaksi
tersebut terjadi pelepasan tromboplastin dan fibrinogen sehingga terjadi
tromus, iskemia dan nekrosis.
Segera setelah cedera termal, terjadi kenaikan nyata pada tekanan
hidrostatik kapiler pada jaringan yang cedera, disertai peningkatan
permeabilitas kapiler, hal ini mengakibatkan perpindahan cairan plasma
intravaskular menembus kapiler yang rusak karena panas dalam daerah
interstisial (mengakibatkan edema).
Kehilangan plasma dan protein cairan mengakibatkan penurunan tekanan
osmotik koloid pada kompartemen vaskular kemudian kebocoran cairan dan
elektrolit, kemudian berlanjut pembentukan edema tambahan pada jaringan
yang terbakar dan ke seluruh tubuh.
Kebocoran ini yang terdiri atas natrium, air dan protein plasma diikuti
penurunan curah jantung, maka terjadilah penurunan perfusi pada organ besar
seperti aliran darah ke ginjal menurun yang akhirnya menyebabkan asidosis
metabolik, aliran darah gastrointestinal menurun akibatnya resiko ileus, begitu
pula aliran darah tidak lancar yang jika tidak segera diatasi menyebabkan
nekrosis.

E. Tanda dan gejala


Derajat 1 : Memerah, menjadi putih jika ditekan, tanpa edema,
kesemutan, rasa nyeri reda jika kedinginan, hiperestesia.
Derajat 2 : Melepuh, dasar luka berbintik-bintik merah, permukaan
luka basah, edema, nyeri, supersensitifitas (sensitif
terhadap udara dingin).
Derajat 3 : Kering, luka berwarna putih, edema, syok, hemature, tak
terasa nyeri.
Derajat 4 : Pengelupasan kulit, kering, tidak menimbulkan nyeri.

F. Luas luka bakar


Berat luka bakar (Combustio) bergantung pada dalam, luas, dan letak
luka. Usia dan kesehatan pasien sebelumnya akan sangat mempengaruhi
prognosis. Adanya trauma inhalasi juga akan mempengaruhi berat luka bakar.
Jaringan lunak tubuh akan terbakar bila terpapar pada suhu di atas 46oC.
Luasnya kerusakan akan ditentukan oleh suhu permukaan dan lamanya
kontak. Luka bakar menyebabkan koagulasi jaringan lunak. Seiring dengan
peningkatan suhu jaringan lunak, permeabilitas kapiler juga meningkat, terjadi
kehilangan cairan, dan viskositas plasma meningkat dengan resultan
pembentukan mikrotrombus. Hilangnya cairan dapat menyebabkan
hipovolemi dan syok, tergantung banyaknya cairan yang hilang dan respon
terhadap resusitasi. Luka bakar juga menyebabkan peningkatan laju metabolik
dan energi metabolisme.
Semakin luas permukaan tubuh yang terlibat, morbiditas dan
mortalitasnya meningkat, dan penanganannya juga akan semakin kompleks. 
Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Ada
beberapa metode cepat untuk menentukan luas luka bakar, yaitu:
1. Estimasi luas luka bakar menggunakan luas permukaan palmar pasien.
Luas telapak tangan individu mewakili 1% luas permukaan tubuh. Luas
luka bakar hanya dihitung pada pasien dengan derajat luka II atau III.
2. Rumus 9 atau rule of nine untuk orang dewasa
Pada dewasa digunakan ‘rumus 9’, yaitu luas kepala dan leher, dada,
punggung, pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas
kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki
kiri masing-masing 9%. Sisanya 1% adalah daerah genitalia. Rumus ini
membantu menaksir luasnya permukaan tubuh yang terbakar pada orang
dewasa.
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal
dengan nama rule of nine atua rule of wallace yaitu:
a.       Kepala dan leher                                     : 9%
b.      Lengan masing-masing 9%                       : 18%
c.       Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
d.      Tungkai maisng-masing 18%                    : 36%
e.       Genetalia/perineum                                   : 1%
Total         : 100%

Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif
permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki
lebih kecil. Karena perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil
berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi, dan rumus 10-15-20 untuk anak.

Gambar 5. Luas luka bakar


3. Metode Lund dan Browder
Metode yang diperkenalkan untuk kompensasi besarnya porsi massa
tubuh di kepala pada anak. Metode ini digunakan untuk estimasi besarnya
luas permukaan pada anak. Apabila tidak tersedia tabel tersebut, perkiraan
luas permukaan tubuh pada anak dapat menggunakan ‘Rumus 9’ dan
disesuaikan dengan usia:
a. Pada anak di bawah usia 1 tahun: kepala 18% dan tiap tungkai 14%.
Torso dan lengan persentasenya sama dengan dewasa.
b. Untuk tiap pertambahan usia 1 tahun, tambahkan 0.5% untuk tiap
tungkai dan turunkan persentasi kepala sebesar 1% hingga tercapai nilai
dewasa.
Luas luka bakar

G. Pemeriksaan Penunjang
Darah lengkap : Menunjukkan hemokonsentrasi
sehubungan dengan perpindahan/kehilangan
cairan.
AGD : Dasar penting untuk kecurigaan cedera inhalasi.
Penurunan PaO2 atau PaCO2.
Elektrolit serum
CoHbg : Peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan
keracunan karbon monoksida.
BUN : Mengetahui penurunan fungsi ginjal.
Foto rontgen dada : Dapat tampak normal/tidak normal pada pasca
luka bakar dini.
Bronkoskopi : Berguna dalam diagnosa luas cedera inhalasi
hasil dapat meliputi edema, pendarahan/tukak
pada saluran pernafasan atas.
Skan paru : Menentukan luasnya cedera inhalasi.
EKG :Tanda iskemia miokardial/disritmia dapat
terjadi pada luka bakar listrik.
Fotografi luka bakar :Memberikan catatan untuk menyembuhkan luka
bakar selanjutnya.

H. Komplikasi
1. Gagal respirasi yang akut
Perawat harus melakukan pengkajian lebih lanjut terhadap tanda-tanda
cedera instalasi seperti bertambahnya keparauan suara, stridor (pernafasan
berbunyi). Frekuensi dan dalam respirasi abnormal atau perubahan mental
yang disebabkan oleh hipoksia
Syok sirkulasi

Pasien harus dipantau untuk mendeteksi tanda-tanda awal syok


hipovolemik atau kelebihan muatan cairan yang terjadi sekunder akibat
resusitasi cairan yang paling sering dijumpai adalah kekurangan cairan
yang dapat berkembang menjadi syok sirkulasi (atau syok distribusi).

2. Gagal ginjal

Haluaran urin yang tidak memadai dapat menunjukkan resusitasi yang


tidak adekuat atau awal terjadinya gagal ginjal akut.

3. Sindrom kompartemen
Status neurovaskuler ekstremitas harus dinilai dengan teliti, khususnya
jika luka bakar tersebut melingkar (sekumfenensial). Pengkajian ini akan
membantu kita untuk mendeteksi gangguan sirkulasi akibat peningkatan
edema karena konstriksi yang disebabkan oleh pembentukan esker pada
luka bakar derajat tiga.

4. Ileus paralitik

Dilatasi lambung dan ileus paralitik kerapkali terjadi pada periode


awal pasca luka bakar. Mual dan distensi abdomen (kembung,
meteorasmus) merupakan gejala yang ditemukan.

I. Penaktalaksanaan Medis
a) Pemberian cairan
b) Pemberian analgetik
c) Pemberian antibiotic
d) Perawatan luka dengan hidroterapi dan penggantian balutan
e) Bedrest
f) Debridement
g) Meningkatkan nutrisi.

J. Pengkajian keperawatan
Pengkajian
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
- Pengetahuan pasien terhadap luka bakar
- Penyebab luka bakar sekarang ini
- Bagaimana kejadiannya
- Apa yang dilakukan
- Lamanya kontak dan lokasinya
- Luas dan keadaan luka bakar
- Ada pendarahan pada daerah luka bakar.
b. Pola nutrisi metabolik
- Mual, muntah
- Demam
- Frekuensi pemberian makan dan minum dalam sehari
c. Pola eliminasi
- Pengeluaran urine, jumlah dan warna
- Diuresis
d. Pola aktivitas dan latihan
- Kelemahan fisik, keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit
- Penurunan kekuatan otot
- Sesak nafas
e. Pola tidur dan istirahat
- Gangguan pola tidur dan istirahat akibat adanya nyeri
f. Pola persepsi kognitif
- Penggunaan alat bantu
- Gangguan proses berpikir
- Nyeri pada daerah luka, nyeri hilang timbul
- Gangguan pengenalan terhadap rasa posisi, sikap tubuh

K. Asuhan Keperawatan

Pre Operasi
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan edema dan
efek inhalasi asap.
b. Nyeri berhubungan dengan luka bakar.
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka bakar.
d. Kurang volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
kapiler dan kehilangan cairan.

Post Operasi
a. Nyeri berhubungan dengan kerusakan integritas kulit.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pemulihan kembali
integritas kapiler.
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan hilangnya barier kulit dan
terganggunya respon imun.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kebutuhan nutrisi bagi kesembuhan luka.
e. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan edema luka bakar, rasa
nyeri.

Rencana Keperawatan

Pre Operasi
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan edema dan
efek inhalasi asap.
HYD: Jalan nafas paten dan pola, bunyi nafas normal.

Intervensi:

1) Kaji bunyi nafas, frekuensi pernafasan, irama dan dalam.


R/ Untuk mengetahui tindakan lanjut apa yang akan dilakukan.

2) Berikan posisi semi fowler.


R/ Untuk meningkatkan ekspansi paru sehingga melancarkan
pernafasan.

3) Awasi 24 jam keseimbangan cairan.


R/ Mencegah terjadinya kekurangan/kelebihan cairan.
4) Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian O2.
R/ Untuk mencegah hipoksemia/asidosis.

5) Kolaborasi dengan tim medis untuk fisioterapi dada.


R/ Untuk memperbaiki jalan nafas klien sehingga meningkatkan
fungsi pernafasan.

b. Nyeri berhubungan dengan luka bakar.


HYD: Nyeri berkurang sampai dengan hilang.

Intervensi:

1) Balut luka segera mungkin.


R/ Untuk mencegah tumbuhnya bakteri yang menyebabkan infeksi.

2) Tinggikan ekstremitas luka bakar secara periodik.


R/ Membantu mengatasi nyeri.

3) Berikan tempat tidur ayunan sesuai indikasi.


R/ Untuk memberikan rasa nyaman.

4) Kaji keluhan dan skala nyeri, lokasi.


R/ Untuk menentukan tindakan yang tepat selanjutnya.

5) Beri lingkungan yang nyaman.


R/ Untuk mengurangi rasa nyeri.

6) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat analgetik.


R/ Untuk mengurangi rasa nyeri.

c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka bakar.


HYD: Penyembuhan tepat waktu pada area luka bakar.

Intervensi:
1) Kaji ukuran, warna, dan kedalaman luka.
R/ Untuk mengetahui apakah terjadi proses infeksi.

2) Berikan perawatan luka bakar yang tepat.


R/ Untuk mencegah terjadinya infeksi dan membantu proses
penyembuhan luka.

3) Amati tanda infeksi: suhu dan warna.


R/ Untuk menghindari komplikasi.

4) Anjurkan pasien agar tidak memegang daerah luka bakar.


R/ Agar tidak terkontaminasi dengan kuman yang ada di tangan
pasien.

5) Rubah posisi tiap 4 jam.


R/ Untuk mencegah terjadi kerusakan integritas kulit lebih lanjut.

d. Kurang volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas


kapiler dan kehilangan cairan.
HYD: Volume cairan adekuat, turgor kulit elastis dan mukosa lembab.

Intervensi:

1) Observasi TTV (TD, N, S, P) tiap 4 jam.


R/ Sebagai tindakan lebih lanjut yang lebih tepat.

2) Observasi intake-output cairan.


R/ Mengetahui keseimbangan cairan.

3) Ukur lingkar ekstremitas yang terbakar tiap hari.


R/ Untuk mengetahui apakah pasien kekurangan volume cairan.

4) Kaji perubahan/kesadaran.
R/ Sebagai tanda awal kekurangan volume cairan.
5) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan parenteral.
R/ Untuk memenuhi kebutuhan cairan pasien.

Post Operasi
a. Nyeri berhubungan dengan kerusakan integritas kulit.
HYD: Nyeri berkurang sampai dengan hilang dengan intensitas 1-2 dalam
waktu 1 minggu.

Intervensi:

1) Tinggikan ekstremitas luka bakar secara periodik.


R/ Membantu untuk mengatasi nyeri.

2) Observasi TTV tiap 4 jam.


R/ Peningkatan tanda-tanda vital merupakan indikator dini
komplikasi.

3) Kaji lokasi dan intensitas nyeri, keluhan nyeri, luas luka bakar.
R/ Untuk menentukan tindakan yang tepat selanjutnya.

4) Ubah posisi setiap 4 jam sesuai indikasi.


R/ Memberikan rasa nyaman.

5) Berikan lingkungan yang nyaman.


R/ Untuk mengatasi/mengurangi rasa nyeri.

6) Ganti balutan sesering mungkin.


R/ Untuk mencegah terjadinya pertumbuhan mikroorganisme yang
menghambat penyembuhan luka.

7) Berikan obat analgesik sesuai indikasi.


R/ Untuk mengurangi rasa nyeri.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pemulihan kembali
integritas kapiler.
HYD: Kebutuhan cairan seimbang, tidak ada tanda-tanda edema.

Intervensi:

1) Observasi tanda-tanda kekurangan/kelebihan cairan.


R/ Untuk melakukan tindakan lebih dini yang lebih tepat.

2) Observasi intake-output cairan.


R/ Mengetahui keseimbangan cairan.

3) Observasi TTV: TD, N, S, P tiap 4 jam.


R/ Sebagai tindakan lebih lanjut yang lebih tepat.

4) Pemberian obat diuretik misalnya Lasix.


R/ Untuk meningkatkan produksi urine.

c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan hilangnya barier kulit dan


terganggunya respon imun.
HYD: Infeksi tidak terjadi ditandai dengan tidak terjadi peradangan pada
daerah luka bakar.

Intervensi:

1) Observasi tanda-tanda peradangan pada daerah luka bakar.


R/ Sebagai tindakan yang akan dilanjutkan untuk mencegah infeksi.

2) Jaga kebersihan balutan.


R/ Untuk mencegah terjadinya infeksi.

3) Ganti balutan sesering mungkin.


R/ Untuk mencegah infeksi dan cepatnya penyembuhan luka.
4) Observasi TTV: TD, N, S, P tiap 4 jam.
R/ Merupakan indikator dini proses infeksi.

5) Jaga kebersihan alat tenun.


R/ Untuk mencegah timbulnya bakteri yang mengakibatkan infeksi.

d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


kebutuhan nutrisi bagi kesembuhan luka.
HYD: Kebutuhan nutrisi adekuat, BB normal/ideal.

Intervensi:

1) Berikan porsi makan kecil tapi sering.


R/ Untuk pemasukan nutrisi yang adekuat.

2) Timbang BB setiap hari.


R/ Mengetahui penurunan/penaikan BB.

3) Berikan lingkungan yang nyaman.


R/ Meningkatkan nafsu makan klien.

4) Berikan makan TKTP sesuai indikasi.


R/ Untuk memenuhi kebutuhan dasar klien dalam nutrisinya.

e. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan edema luka bakar, rasa


nyeri.
HYD:

Intervensi:

1) Ubah posisi setiap 4 jam.


R/ Memberikan rasa nyaman.

2) Berikan latihan pasif pada pasien.


R/ Untuk mencegah kekakuan pada otot.
3) Bantu pasien untuk duduk dan ambulasi dini.
R/ Untuk mobilisasi secara bertahap.

4) Gunakan bidai dan alat-alat latihan yang dianjurkan oleh spesialis


terapi.
R/ Untuk meningkatkan klien dalam bermobilisasi.

5) Dorong kemampuan mandiri sesuai kemampuan pasien.


R/ Untuk memandirikan pasien agar tidak tergantung dengan perawat.
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
1. Biodata pasien
Nama : Tn.W
Alamat : semarang
Jenis kelamin : laki-laki
Diagnosa medis : combustio listrik
Tanggal masuk RS : 13-07-2018
Tanggal pengkajian : 16-07-2018
2. Biodata penanggungjawab
Nama : Ny. E
Alamat : semarang
Hubungan dengan pasien : kakak
3. Riwayat penyakit
a. Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri pada luka
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan tersengat listik saat memperbaiki genteng,
kemudian jatuh dari ketinggian 2,5 meter, oleh keluarga di bawa ke RS
pelita anugrah demak kemudian di rujuk ke RSUP Dr.kariadi
c. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya belum pernah dirawat di rumah sakit
d. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan di keluarga tidak ada yang mederita penyakit
menular atau menurun.
4. Pengkajian pola fungsi
a. Nutrisi
Salama sakit pasien tidak nafsu makan, ingin muntah jika makan,
makanan yang disediakan RS hanya habis ½ porsi, BB: 60kg, TB:
165cm.

b. Aktivitas dan latihan

Aktivitas 0 1 2 3 4

Makan/minum √
Mandi √
Berpakaian √
Toileting √
Berpindah √

Keterangan :
0 = mandiri
1 = dibantu alat
2 = dibantu alat
3 = dibantu alat dan orang lain
4 = ketergantungan
c. istirahat dan tidur
selama sakit pasien mengatakan tidur malam hanya ± 3 jam/hari sering
terbangun karena nyeri, tidur siang ± 2 Jm /hari.
d. Eliminasi
Pasien terpasang DC, produksi urine 1000 cc/hari dengan warna
kuning keruh
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : composmentis
b. TTV : TD : 130/70 mmHg
N : 87x/menit
S : 36,5o C
RR : 20x/menit
c. Kepala : ada luka di kening tampak dijahit
Mata : konjungtiva anemis
Dada : I : simetris
P : tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan
P : sonor
A : vesikuler
Abdomen : I : simetris
A : peristaltik 12x/menit
P : tympani
P : tidak ada pembesaran hepar
Ekstremitas : atas : tangan kanan dan kiri tampak melepuh , luka
berwarna merah dan dibalut kassa, tangan kanan
terpasang infus RL 20tpm.
Bawah : kaki kanan dan kiri tampak melepuh luka
bakar listrik, luka berwarna merah dan
dibalut kassa.
Genetalia : terpasang DC

B. Pemeriksaan penunjang
Hasil laboratorium tanggal 12-07-2018

pemeriksaan Hasil
Hemoglobin 13,8
Hematokrit 39,7
Eritrosit 4,28
MCH 32,2
MCV 92,6
MCHC 34,8
Leukosit 19,5
Trombosit 249
RDW 11,3
MPV 7,20
Kimia klinik
Glukosa sewaktu 117
Ureum 36
Kreatinin 1,4
Natrium 141
Kalium 2,6
Chlorida 98 - 107
Immunoserologi
HbsAg 0 - 25

X foto cervical AP lateral


Kesan :
- Tak tampak fraktur maupun listhetis pada x foto cervical
- Airway space baik

X foto thorax AP supine

Kesan :

- Cor tak tampak membesar


- Pulmo tak tampak kelainan

C. Terapi
1. Infus RL 20tpm
2. Ceftriaxone 2 gr / 24 jam iv
3. Ketorolac 30 mg/ 8 jam iv
4. Codein 20 mg/ 8 jam p.o
5. Paracetamol 1 gr / 8 jam p.o
D. Analisa data

Data fokus Etiologi Problem


DS : pasien mengatakan nyeri pada Adanya luka bakar di Nyeri akut
kedua tangan dan kaki ekstremitas
DO : - tampak luka bakar listrik pada
kedua kaki
- Luka tampak di balut
- Post op debridement H+1
- TD : 130 / 70 mmHg
- N : 87x/menit
- S : 36,7
- RR : 20x/menit
- Pasien tampak meringis
DS : pasien mengatakan ada luka Luka bakar Kerusakan
bakar pada kedua ekstremitas atas dan integritas kulit
bawah
DO : - luka tampak berwarna merah
melepuh
- Luka di balut kassa
- Badan pasien tampak ditutup
dengan selimut
- TD : 130 / 70 mmHg
- N : 87x/menit
- S : 36,7
- RR : 20x/menit

DS : pasien mengatakan lukanya gatal Luka yang terpapar Resiko infeksi


DO : - luka tampak berwarna merah
- Badan pasien tampak ditutup
dengan selimut
- TD : 130 / 70 mmHg
- N : 87x/menit
- S : 36,7
- RR : 20x/menit

E. Diagnosa
1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya luka bakar di ekstremitas
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka bakar
3. Resiko infeksi berhubungan dengan luka yang terpapar
F. Intervensi

No Dx Tujuan Intervensi

1 Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Observasi TTV


selama 3x24 jam diharapkan nyeri 2. Kaji nyeri
berkurang dengan kriteria hasil : 3. Berikan lingkungan nyaman
- Skala nyeri menjadi 1 4. Berikan terapi analgetik
- Ekspresi pasien tenang 5. Berikan terapi relaksasi musik

2 Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Kaji warna luka


selama 3x24 jam diharapkan 2. Berikan perawatan luka
penyembuhan tepat waktu pada area 3. Amati tanda infeksi
luka bakar dengan kriteria hasil : 4. Anjurkan pasien agar tidak memegang
- Warna luka membaik menjadi daerah luka
merah muda 5. Rubah posisi / 4 jam

3 Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Observasi TTV


selama 3x24 jam diharapkan tidak ada 2. Observasi tanda-tanda peradangan
tanda-tanda infeksi dengan kriteria 3. Jaga kebersihan belutan
hasil: 4. Jaga kebersihan alat tenun
- Tidak ada peradangan pada luka
BAB IV

APLIKASI EVIDENCE BASED NURSING

A. Identitas pasien
Nama : Tn.W
Alamat : semarang
Jenis kelamin : laki-laki
Diagnosa medis : combustio listrik
Tanggal masuk RS : 13-07-2018
B. Data fokus

Data fokus Etiologi Problem


DS : pasien mengatakan nyeri pada Adanya luka Nyeri akut
kedua tangan dan kaki bakar di
DO : - tampak luka bakar listrik pada ekstremitas
kedua kaki
- Luka tampak di balut
- Post op debridement H+1
- TD : 130 / 70 mmHg
- N : 87x/menit
- S : 36,7
- RR : 20x/menit
- Pasien tampak meringis

C. Diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan jurnal evidence


based nursing yang diaplikasikan
- Nyeri akut berhubungan dengan adanya luka bakar di ekstremitas
D. Evidence based nursing practice yang diterapkan pada pasien
Analisis Praktik Keperawatan pada Pasien dengan Post Debridement
Multiple Fraktur dengan Intervensi Inovasi Terapi Musik Suara alam
dalam Penurunan Skala Nyeri dan Kecemasan di Ruang HCU
RSUD A.W. SjahranieSamarinda Tahun 2017
E. Analisa sintesa justifikasi
Perawat berperan dalam mengidentifikasi kebutuhan-
kebutuhan pasien dan membantu serta menolong pasein dalam
memenuhi kebutuhan termasuki dalam manajemen nyeri (Lawrence,
2002). Manajemen nonfarmakologi merupakan tindakan menurunkan
respon nyeri tanpa menggunakan agen farmakologi. Dalam
melakukan intervensi keperawatan, manajemen nonfarmakologi
merupakan tindakan dalam mengatasi respon nyeri pasien (Sulistyo,
2013). Banyak metode dalam managemen nyeri nonfarmakologis
yang meliputi hypnosis, akupresur, yoga, umpan balik biologis
(biofeedback), sentuhan terapeutik kepada pasien seperti distraksi,
guided imagery, nafas dalam, terapi musik, murrotal quran, dan
aromaterapi (Abdurrochman, 2008).
Mendengarkan musik merupakan pilihan alternative untuk
mencapai keadaan relaks sehingga akan mengurangi stress dan
depresi yang dialami. Musik suara alam ini sebagai salah satu terapi
pelengkap, bisa menjadi alternatif pilihan, karena merupakan suara
alam, tanpa adanya lirik sehingga lebih mudah diterima oleh
penderita.dengan pemberian terapi musik sebagai alternatifdari
teknik relaksasi maka diharapkan penderita dapat mencapai keadaan
relaks dan keadaan emosional stabil sehingga tidak berfokus kepada
nyeri yang dirasakan.
BAB V
PEMBAHASAN APLIKASI EVIDENCE BASED NURSING

A. Hasil
Pada Nursing Intervention ClassificationI (NIC) “Manajemen Nyeri”,
penulis melakukan intervensi inovasi untuik mengatasi nyeri akut
BAPAK. H. intervensi inovasi ini berupa managemen nonfarmakologi
terapi music suara alam.Intervensi ini dilakukan sejak tanggal 3-6 Juli
2017.Suara alam berisi tentang suara dari alam seperti suara hujan,
burung, ombak dengan tempo yang lambat serta harmonis.
Penulis melakukan pengamatan terhadap penurunan nyeri
selama menjalani perawatan dan pemberian intervensi inovasi yang
dimaksud. Penurunan skala nyeri signifikan yang di amati oleh penulis
adalah skala 7.

Sebelum Intervensi Setelah intervensi

Senin Sebelum dilakukan tindakan Sebelum dilakukan tindakan


intervensi terapi musi suara intervensi terapi musi suara alam
3 Juli alam pada Bapak H, pasien pada Bapak H, pasien mengatakan
2017 mengatakan skala nyeri 7 skala nyeri 6

Selasa Sebelum dilakukan tindakan Sebelum dilakukan tindakan


intervensi terapi musi suara intervensi terapi musi suara alam
4 juli alam pada Bapak H, pasien pada Bapak H, pasien mengatakan
2017 mengatakan skala nyeri 6 skala nyeri 5

Rabu Sebelum dilakukan tindakan Sebelum dilakukan tindakan


intervensi terapi musi suara intervensi terapi musi suara alam
5 juli alam pada Bapak H, pasien pada Bapak H, pasien mengatakan
2017 mengatakan skala nyeri 5 skala nyeri 4
Kamis Sebelum dilakukan tindakan Sebelum dilakukan tindakan
intervensi terapi musi suara intervensi terapi musi suara alam
6 juli alam pada Bapak H, pasien pada Bapak H, pasien mengatakan
2017 mengatakan skala nyeri 4 skala nyeri 3

S : Setalah dilakukan tindakan keparawatan selama 3 hari pasien


mengatakan nyeri berkurang

 P :   jika digerakan
 Q :   nyeri cenut-cenut
 R :  ekstremitas atas dan bawah
 S :   skala nyeri: 3
 T :   1 menit

O : - Pasien tampak menikmati musik klasik

- Post op debridement H+1


- Pasien sedikit rileks

A :   Masalah nyeri akut teratasi sebagian

P : pertahankan intervensi

B. Manfaat EBN yang diaplikasikan


1. Perawat jelas dalam menerapkan intervensi
2. Perawat mampu mempertimbangkan dan mencari solusi terhadap
tindakan
3. Dapat menurangi waktu perawatan (menghemat biaya)
C. Hambatan yang ditemui
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti kadang tidak menjamin bahwa
hal tersebut dapat diterapkan dalam praktek sehari-hari dan lingkungan
kerja yang tidak mendukung. Masih ada kesulitan untuk menggabungkan
antara perawat klinis dan perawat peneliti untuk berinteraksi dan
berkolaborasi terkait penelitian.
BAB VI

PRNUTUP

Luka bakar merupakan perlukaan pada daerah kulit dan jaringan epitel
lainnya. Luka bakar ialah perlukaan yang disebabkan karena kontak atau
terpapar dengan zat-zat termal, chemical, elektrik atau radiasi yang
menyebabkan Luka bakar . luka bakar ialah truama pada kulit yang
disebabkan oleh panas tinggi.
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para medis.
Jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif
tinggi dibanding dengan cedera oleh sebab lain.
Penyebab luka bakar selain terbakar api langsung atau tidak langsung,
juga pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka
bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api, misalnya tersiram air
panas banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth (2003). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.. Alih bahasa :
dr. H.Y. Kuncara, Edisi 8. Vol 3. Jakarta : EGC.

C. Long Barbara (2006). Keperawatan Medikal Bedah. Suatu Pendekatan Proses


Keperawatan.. Buku 3. Bandung : Yayasan IAPK.

Christine Effendy, SKp. (2004). Perawatan Pasien Luka Bakar. Jakarta : EGC.

Doengoes, Marilyn E. 1999. Rencana asuhan Keperawatan: pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC


Hudak & Gallo (2006). Keperawatan Kritis. Vol. II. Hal. Jakarta : EGC.

Moenadjat, Y. 2003. Luka bakar Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai