Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

COMBUSTIO

RSUD BANGKINANG

NAMA: INDAH AZMA SARI


NIM: 2015201015

PRODI SI KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI

TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka bakar atau combustio adalah suatu bentuk kerusakan dan
kehilangn jaringan disebabkan kontak dengan sumber suhu yang
sangat tinggi seperti kobaran api di tubuh (flash), terkena air panas
(scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat serangan
listrik, akibat bahan-bahan kimia serta sengatan matahari
(semburn) dan suhu yang sangat rendah.
Luka bakar bakar dapat mengakibatkan masalah yang
kompleks yang dapat meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat
pada jaringan yang terluka secara langsung. Masalah kompleks ini
mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa keadaan yang
mengancam kehidupan. Dua puluh tahun lalu, seorang dengan luka
bakar 50% dari luas permukaan tubuh dan mengalami komplikasi
dari luka dan pengobatan dapat terjadi gangguan fungsional, hal ini
mempunyai harapan hidup kurang dari 50%. Sekarang,seorang
dewasa dengan luas luka bakar 75% mempunyai harapan hidup
50%. danbukan merupakan hal yang luar biasa untuk
memulangkanpasien dengan luka bakar 95% yang diselamatkan.
Pengurangan waktu penyembuhan, antisipasi dan penanganan
ssecara dini untuk mencegah komplikasi, pemeliharaan fungsi
tubuh dalam perawatan luka dan tehnik rehabilitasi yang lebih
efektif semuanya dapat meningkatkan rata-rata harapan hidup pada
sejumlah klien dengan luka bakar serius. Beberapa karakteristik
luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus yang
berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab (etiologi)
dan anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan
tubuh yang besar atau yang meluas kejaringan yang lebih dalam,
memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka bakar yang
lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang disebabkan oleh cairan
yang panas (scald burn) mempunyai perbedaan prognosis dan
komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh
api atau paparan radiasi ionisasi. Luka bakar karena bahan kimia
memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan karena
sengatan listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar yang
mengenai genetalia menyebabkan resiko Infeksi yang lebih besar
dari pada di tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar
pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi
kerja klien dan memerlukan tehnik pengobatan yang berbeda dari
lokasi pada tubuh yang lain. Pengetahuan umum perawat tentang
anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar sangat diperlukan
untuk mengenal perbedaan dan derajat luka bakar tertentu dan
berguna untuk mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya
komplikasi multi organ yang menyertai.
Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar
berhubungan langsung dengan lokasi dan ukuran luka bakar.
Faktor lain seperti umur, status kesehatan sebelumnya dan inhalasi
asap dapat mempengaruhi beratnya luka bakar dan pengaruh lain
yang menyertai. Klien luka bakar sering mengalami kejadian
bersamaan yang merugikan, seperti luka atau kematian anggota
keluarga yang lain, kehilangan rumah dan lainnya. Klien luka
bakar harus dirujuk untuk mendapatkan fasilitas perawatan yang
lebih baik untuk menangani segera dan masalah jangka panjang
yang menyertai pada luka bakar tertentu.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemberian asuhan kepada pasien dengan diagnosa
media combustio?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari laporan pendahuluan ini adalah untuk
mendapatkan gambaran tentang bagaimana menerapkan asuhan
pada pasien dengan diagnosa media combustion.

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah ilmu dan
wawasan dengan menerapkan proses asuhan dan
memanfaatkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama
menempuh pendidikan di S1 Kebidanan Universitas Pahlawan
Tuanku Tambusai.
2. Bagi Klien dan Keluarga
Klien dan keluarga mengerti cara perawatan pada penyakit
dengan diagnose media combustion di RSUD Bangkinang
secara benar.
3. Bagi Instusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan tentang Combustio dan Asuhannya.
4. Bagi Institusi Rumah Sakit
Memberikan gambaran pelaksanaan asuhan dan meningkatkan
mutu pelayanan di Rumah Sakit kepada pasien dengan
diagnosa media combustio melalui asuhan yang dilaksanakan
secara komprehensif.
5. Bagi IPTEK
Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja alat-alat
yang membantu serta menunjang pelayanan asuhan combustio
yang berguna bagi status kesembuhan pasien.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Penyakit
1. Definisi Combustio
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh pengalihan
energi dari suatu sumber panas pada tubuh, panas dapat
dipindahkan oleh hantraran / radiasi electromagnet (Brunner &
Suddart, 2002).
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontrak dengan sumber panas seperti api, air, panas,
bahan kimia, listrik dan radiasi (Moenajar, 2002). Luka bakar
adalah kerusakan pada kulit diakibatkan oleh panas, kimia atau
radio aktif (Wong, 2003).
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan
jaringan yang disebabkan adanya kontak dengan sumber panas
seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Kerusakan
jaringan yang disebabkan api dan koloid (misalnya bubur panas)
lebih berat dibandingkan air panas. Ledakan dapat menimbulkan
luka bakar dan menyebabkan kerusakan organ. Bahan kimia
terutama asam menyebabkan kerusakan yang hebat akibat reaksi
jaringan sehingga terjadi diskonfigurasi jaringan yang
menyebabkan gangguan proses penyembuhan. Lama kontak
jaringan dengan sumber panas menentukan luas dan kedalaman
kerusakan jaringan. Semakin lama waktu kontak, semakin luas dan
dalam kerusakan jaringan yang terjadi (Moenadjat, 2003). Luka
bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas, bahan kimia, listrik dan
radiasi. Kulit dengan luka bakar akan mengalami kerusakan pada
epidermis, dermis, maupun jaringan subkutan tergantung faktor
penyebab dan lamanya kontak dengan sumber panas/penyebabnya.
Kedalaman luka bakar akan mempengaruhi kerusakan/ gangguan
integritas kulit dan kematian sel-sel (Yepta, 2003). Luka bakar
adalah luka yang terjadi karena terbakar api langsung maupun
tidak langsung, juga pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik,
maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak
langsung dari api, misalnya tersiram air panas banyak terjadi pada
kecelakaan rumah tangga (Sjamsuidajat, 2004) Luka bakar yaitu
luka yang disebabkan oleh suhu tinggi, dan disebabkan banyak
faktor, yaitu fisik seperti api, air panas, listrik seperti kabel listrik
yang mengelupas, petir, atau bahan kimia seperti asam atau basa
kuat (Triana, 2007). Luka bakar adalah suatu trauma yang
disebabkan oleh panas, arus listrik bahan kimia dan petir yang
mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam
(Kusumaningrum, 2008) Luka bakar bisa berasal dari berbagai
sumber, dari api, matahari, uap, listrik, bahan kimia, dan cairan
atau benda panas. Luka bakar bisa saja hanya berupa luka ringan
yang bisa diobati sendiri atau kondisi berat yang mengancam
nyawa yang membutuhkan perawatan medis yang intensif (Precise,
2011).

2. Anatomi Fisiologi
Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan
mempunyai fungsi sebagai pelindung tubuh dan berbagai
trauma ataupun masuknya bakteri, kulit juga mempunyai fungsi
utama reseptor yaitu untuk mengindera suhu, perasaan nyeri,
sentuhan ringan dan tekanan, pada bagian stratum korneum
mempunyai kemampuan menyerap air sehingga dengan
demikian mencegah kehilangan air serta elektrolit yang
berlebihan dan mempertahankan kelembaban dalam jaringan
subkutan.mTubuh secara terus menerus akan menghasilkan
panas sebagai hasil metabolism makanan yang memproduksi
energi, panas ini akan hilang melalui kulit, selain itu kulit yang
terpapar sinar ultraviolet dapat mengubah substansi yang
diperlukan untuk mensintesis vitamin D. kulit tersusun atas 3
lapisan utama yaitu epidermis, dermis dan jaringan subkutan.
a. Lapisan epidermis, terdiri atas:
1) Stratum korneum, selnya sudah mati, tidak
mempunyai inti sel, inti selnya sudah mati dan
mengandung keratin, suatu protein fibrosa tidak
larut yang membentuk barier terluar kulit dan
mempunyai kapasitas untuk mengusir patogen dan
mencegah kehilangan cairan berlebihan dari tubuh.
2) Stratum lusidum. Selnya pipih, lapisan ini hanya
terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki.
3) Stratum granulosum, stratum ini terdiri dari sel-sel
pipi seperti kumparan, sel-sel tersebut terdapat
hanya 2-3 lapis yang sejajar dengan permukaan
kulit. d. Stratum spinosum/stratum akantosum.
Lapisan ini merupakan lapisan yang paling tebal
dan terdiri dari 5-8 lapisan. Sel-selnya terdiri dari
sel yang bentuknya polygonal (banyak sudut dan
mempunyai tanduk).
4) Stratum basal/germinatum. Disebut stratum basal
karena sel-selnya terletak di bagian basal/basis,
stratum basal menggantikan sel-sel yang di atasnya
dan merupakan sel-sel induk.
b. Lapisan dermis terbagi menjadi dua yaitu:
a. Bagian atas, pars papilaris (stratum papilaris)
Lapisan ini berada langsung di bawah epidermis
dan tersusun dari sel-sel fibroblas yang
menghasilkan salah satu bentuk kolagen.
b. Bagian bawah, pars retikularis (stratum retikularis).
Lapisan ini terletak di bawah lapisan papilaris dan
juga memproduksi kolagen. Dermis juga tersusun
dari pembuluh darah serta limfe, serabut saraf,
kelenjar keringat serta sebasea dan akar rambut.
c. Jaringan subkutan atau hypodermis Merupakan lapisan
kulit yang terdalam. Lapisan ini terutamanya adalah
jaringan adipose yang memberikan bantalan antara
lapisan kulit dan struktur internal seperti otot dan
tulang. Jaringan subkutan dan jumlah deposit lemak
merupakan faktor penting dalam pengaturan suhu
tubuh.
Kelenjar keringat ditemukan pada kulit pada
sebagian besar permukaan tubuh. Kelenjar ini terutama
terdapat pada telapak tangan dan kaki. Kelenjar
keringat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu kelenjar
ekrin dan apokrin. Kelenjar ekrin ditemukan pada
semua daerah kulit. Kelenjar apokrin berukuran lebih
besar dan kelenjar ini terdapat aksila, anus, skrotum
dan labia mayora.

3. Etiologi
Luka bakar (combustio) dapat disebabkan oleh paparan api,
baik secara langsung maupun tidak langsung, misal akibat
tersiram air panas yang banyak terjadi pada kecelakaan rumah
tangga. Selain itu, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik
maupun bahan kimia juga dapat menyebabkan luka bakar.
Secara garis besar, penyebab terjadinya luka bakar dapat dibagi
menjadi:
a. Paparan api
1) Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan
dengan api terbuka, dan menyebabkan cedera
langsung ke jaringan tersebut. Api dapat membakar
pakaian terlebih dahulu baru mengenai tubuh. Serat
alami memiliki kecenderungan untuk terbakar,
sedangkan serat sintetik cenderung meleleh atau
menyala dan menimbulkan cedera tambahan berupa
cedera kontak.
2) Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak
langsung dengan benda panas. Luka bakar yang
dihasilkan terbatas pada area tubuh yang
mengalami kontak. Contohnya antara lain adalah
luka bakar akibat rokok dan alat-alat seperti solder
besi atau peralatan masak.
b. Scalds (air panas)
Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental
cairan dan semakin lama waktu kontaknya, semakin besar
kerusakan yang akan ditimbulkan. Luka yang disengaja
atau akibat kecelakaan dapat dibedakan berdasarkan pola
luka bakarnya. Pada kasus kecelakaan, luka umumnya
menunjukkan pola percikan, yang satu sama lain dipisahkan
oleh kulit sehat. Sedangkan pada kasus yang disengaja, luka
umumnya melibatkan keseluruhan ekstremitas dalam pola
sirkumferensial dengan garis yang menandai permukaan
cairan.
c. Uap panas
Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat
kecelakaan radiator mobil. Uap panas menimbulkan cedera
luas akibat kapasitas panas yang tinggi dari uap serta
dispersi oleh uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi
inhalasi, uap panas dapat menyebabkan cedera hingga ke
saluran napas distal di paru.
d. Gas panas Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada
saluran nafas bagian atas dan oklusi jalan nafas akibat
edema.
e. Aliran listrik Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat
menembus jaringan tubuh. Umumnya luka bakar mencapai
kulit bagian dalam. Listrik yang menyebabkan percikan api
dan membakar pakaian dapat menyebabkan luka bakar
tambahan.
f. Zat kimia (asam atau basa)
g. Radiasi
h. Sunburn sinar matahari, terapi radiasi.

4. Klasifikasi
a. Berdasarkan penyebab
1) Luka bakar karena api
2) Luka bakar karena air panas
3) Luka bakar karena bahan kimia
4) Luka bakar karena listrik
5) L$uka bakar karena radiasi
6) Luka bakar karena suhu rendah (frost bite)
b. Berdasarkan kedalaman luka bakar
1) Luka bakar derajat I
Luka bakar derajat pertama adalah setiap luka bakar
yang di dalam proses penyembuhannya tidak
meninggalkan jaringan parut. Luka bakar derajat
pertama tampak sebagai suatu daerah yang berwarna
kemerahan, terdapat gelembung gelembung yang
ditutupi oleh daerah putih, epidermis yang tidak
mengandung pembuluh darah dan dibatasi oleh kulit
yang berwarna merah serta hiperemis.
Luka bakar derajat pertama ini hanya mengenai
epidermis dan biasanya sembuh dalam 5-7 hari,
misalnya tersengat matahari. Luka tampak sebagai
eritema dengan keluhan rasa nyeri atau hipersensitifitas
setempat. Luka derajat pertama akan sembuh tanpa
bekas.
2) Luka bakar derajat II
Kerusakan terjadi pada epidermis dan sebagian dermis,
berupa reaksi inflamasi akut disertai proses eksudasi,
melepuh, dasar luka berwarna merah atau pucat,
terletak lebih tinggi di atas permukaan kulit normal,
nyeri karena ujungujung saraf teriritasi. Luka bakar
derajat II ada dua:
a) Derajat II dangkal (superficial)
Kerusakan yang mengenai bagian superficial
dari dermis, apendises kulit seperti folikel
rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
masih utuh. Luka sembuh dalam waktu 10- 14
hari.
b) Derajat II dalam (deep)
Kerusakan hampir seluruh bagian dermis.
Apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar
keringat, kelenjar sebasea sebagian masih utuh.
Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung
apendises kulit yang tersisa. Biasanya
penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari
satu bulan.
3) Luka bakar derajat III
Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan
lapisan yang lebih dalam, apendises kulit seperti folikel
rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea rusak, tidak
ada pelepuhan, kulit berwarna abu-abu atau coklat,
kering, letaknya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar
karena koagulasi protein pada lapisan epidermis dan
dermis, tidak timbul rasa nyeri. Penyembuhan lama
karena tidak ada proses epitelisasi spontan.
c. Bedasrakan tingkat keseriusan luka
1) Luka bakar ringan/ minor

a) Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa


b) Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia
lanjut
c) Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia
(tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum.
2) Luka bakar sedang (moderate burn)
a) Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa,
dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %
b) Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia <
10 tahun atau dewasa > 40 tahun, dengan luka bakar
derajat III kurang dari 10 %
c) Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak
maupun dewasa yang tidak mengenai muka, tangan,
kaki, dan perineum.
3) Luka bakar berat (major burn)
a) Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah
10 tahun atau di atas usia 50 tahun
b) Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain
disebutkan pada butir pertama
c) Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan
perineum
d) Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi)
tanpa memperhitungkan luas luka bakar
e) Luka bakar listrik tegangan tinggi
f) Disertai trauma lainnya
g) Pasien-pasien dengan resiko tinggi

5. Patofisiologi
Luka bakar (Combustio) disebabkan oleh pengalihan
energi dari suatu sumber panas kepada tubuh. Panas dapat
dipindahkan lewat hantaran atau radiasi elektromagnetik.
Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein
atau ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran nafas atas
merupakan lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam
termasuk organ visceral dapat mengalami kerusakan karena
luka bakar elektrik atau kontak yang lama dengan burning
agent. Nekrosis dan keganasan organ dapat terjadi.
Kedalam luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab
luka bakar dan lamanya kontak dengan gen tersebut. Pajanan
selama 15 menit dengan air panas dengan suhu sebesar 56.10 C
mengakibatkan cidera full thickness yang serupa. Perubahan
patofisiologik yang disebabkan oleh luka bakar yang berat
selama awal periode syok luka bakar mencakup hipoperfusi
jaringan dan hipofungsi organ yang terjadi sekunder akibat
penurunan curah jantung dengan diikuti oleh fase hiperdinamik
serta hipermetabolik. Kejadian sistemik awal sesudah luka
bakar yang berat adalah ketidakstabilan hemodinamika akibat
hilangnya integritas kapiler dan kemudian terjadi perpindahan
cairan, natrium serta protein dari ruang intravaskuler ke dalam
ruanga interstisial. urin. Bila aliran darah lewat tubulus renal
tidak memadai, hemoglobin dan mioglobin menyumbat tubulus
renal sehingga timbul nekrosis akut tubuler dan gagal ginjal.
Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan
faktor-faktor inflamasi yang abnormal, perubahan
immunoglobulin serta komplemen serum, gangguan fungsi
neutrofil, limfositopenia. Imunosupresi membuat pasien luka
bakar bereisiko tinggi untuk mengalmai sepsis. Hilangnya kulit
menyebabkan ketidakmampuan pengaturan suhunya. Beberapa
jam pertama pasca luka bakar menyebabkan suhu tubuh
rendah, tetapi pada jam-jam berikutnya menyebabkan
hipertermi yang diakibatkan hipermetabolisme.
Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang
signifikan pada volume darah terlihat dengan jelas. Karena
berkelanjutnya kehilangan cairan dan berkurangnya volume
vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan terjadi
penurunan tekanan darah. Sebagai respon, system saraf
simpatik akan melepaskan ketokelamin yang meningkatkan
vasokontriksi dan frekuensi denyut nadi. Selanjutnya
vasokontriksi pembuluh darah perifer menurunkan curah
jantung.
Umumnya jumlah kebocoran cairan yang tersebar terjadi
dalam 24 hingga 36 jam pertama sesudah luka bakar dan
mencapai puncaknya dalam tempo 6-8 jam. Dengan terjadinya
pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan menghilang
dan cairan mengalir kembali ke dalam kompartemen vaskuler,
volume darah akan meningkat. Karena edema akan bertambah
berat pada luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap
pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal
menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia.
Komplikasi ini dinamakan sindrom kompartemen.
Volume darah yang beredar akan menurun secara dramatis
pada saat terjadi syok luka bakar. Kehilangan cairan dapat
mencapai 3-5 liter per 24 jam sebelum luka bakar ditutup.
Selama syok luka bakar, respon luka bakar respon kadar
natrium serum terhadap resusitasi cairan bervariasi. Biasanya
hipnatremia terjadi segera setelah terjadinya luka bakar,
hiperkalemia akan dijumpai sebagai akibat destruksi sel massif.
Hipokalemia dapat terhadi kemudian dengan berpeindahnya
cairan dan tidak memadainya asupan cairan. Selain itu juga
terjadi anemia akibat kerusakan sel darah merah
mengakibatkan nilai hematokrit meninggi karena kehilangan
plasma. Abnormalitas koagulasi yang mencakup
trombositopenia dan masa pembekuan serta waktu protrombin
memanjang juga ditemui pada kasus luka bakar. Kasus luka
bakar dapat dijumpai hipoksia. Pada luka bakar berat, konsumsi
oksigen oleh jaringan meningkat 2 kali lipat sebagai akibat
hipermetabolisme dan respon lokal. Fungsi renal dapat berubah
sebagai akibat dari berkurangnya volume darah. Destruksi sel-
sel darah merah pada lokasi cidera akan menghasilkan
hemoglobin bebas dalam urin. Bila aliran darah lewat tubulus
renal tidak memadai, hemoglobin dan mioglobin menyumbat
tubulus renal sehingga timbul nekrosis akut tubuler dan gagal
ginjal.
Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan
pelepasan faktor-faktor inflamasi yang abnormal, perubahan
immunoglobulin serta komplemen serum, gangguan fungsi
neutrofil, limfositopenia. Imunosupresi membuat pasien luka
bakar bereisiko tinggi untuk mengalmai sepsis. Hilangnya kulit
menyebabkan ketidakmampuan pengaturan suhunya. Beberapa
jam pertama pasca luka bakar menyebabkan suhu tubuh
rendah, tetapi pada jam-jam berikutnya menyebabkan
hipertermi yang diakibatkan hipermetabolisme.
Pathway Combustio
6. Manifestasi Klinis

Kedalaman Bagian gejala Penampilan Perjalanan


dan kulit luka kesembuhan
penyebab yang
luka bakar terkena

Derajat satu Epidermis Kesemutan, Memerah, Kesembuhan


(Superficial) hiperestesia(su menjadi lengkap
tersengat persensivita) putih ketika dalam waktu
matahari, rasa nyeri ditekan satu minggu,
terkena api mereda jika minimal atau terjadi
dengan didinginkan tanpa edema pengelupasan
intensitas kulit
rendah

Derajat dua Epidermis Nyeri Melepuh, Kesembuhan


(Partial- dan hiperestesia, dasar luka dalam waktu
Thickness) bagian sensitive berbintik- 2-3 minggu,
tersiram air dermis terhadap udara bintik merah, pembentukan
mendidih, yang dingin epidermis parut dan
terbakar oleh retak, depigmentasi,
nyala api permukaan infeksi dapat
luka basah, mengubahnya
terdapat menjadi
edema derajat tiga

Derajat tiga Epidermis Tidak terasa Kering, luka Pembentukan


(Full- , nyeri, syok, bakar eskar,
Thickness) keseluruh hematuria berwarna diperlukan
terbakar nyala an dermis (adanya darah putih seperti pencangkokan
api, terkena dan dalam urine) bahan kulit ,
cairan kadang- dan atau gosong, pembentukan
mendidih kadang kemungkinan kulit retak parut dan
dalam waktu jaringan pula hemolisis dengan hilangnya
yang lama, subkutan (destruksi sel bagian lemak kontur serta
tersengat arus darah merah ) yang tampak, fungsi kulit,
listrik kemungkinan terdapat hilangnya jari
terdapat luka edema. tangan atau
masuk dan ekstremitas
keluar (pada dapat terjadi
luka bakar
listrik)

7. Komplikasi
a. Gagal jantung kongestif dan edema pulmonal
b. Sindrom kompartemen
Sindrom kompartemen merupakan proses terjadinya
pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan
menghilang dan cairan mengalir kembali ke dalam
kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat.
Karena edema akan bertambah berat pada luka bakar yang
melingkar. Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan
saraf pada ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran
darah sehingga terjadi iskemia.
c. Adult Respiratory Distress Syndrome
Akibat kegagalan respirasi terjadi jika derajat gangguan
ventilasi dan pertukaran gas sudah mengancam jiwa pasien.
d. Ileus Paralitik dan Ulkus Curling
Berkurangnya peristaltic usus dan bising usus merupakan
tanda-tanda ileus paralitik akibat luka bakar. Distensi
lambung dan nausea dapat mengakibatnause. Perdarahan
lambung yang terjadi sekunder akibat stress fisiologik yang
massif (hipersekresi asam lambung) dapat ditandai oleh
darah okulta dalam feces, regurgitasi muntahan atau
vomitus yang berdarha, ini merupakan tanda-tanda ulkus
curling.
e. Syok sirkulasi terjadi akibat kelebihan muatan cairan atau
bahkan hipovolemik yang terjadi sekunder akibat resusitasi
cairan yang adekuat. Tandanya biasanya pasien
menunjukkan mental berubah, perubahan status respirasi,
penurunan haluaran urine, perubahan pada tekanan darah,
curah janutng, tekanan cena sentral dan peningkatan
frekuensi denyut nadi.

f. Gagal ginjal akut


Haluran urine yang tidak memadai dapat menunjukkan
resusiratsi cairan yang tidak adekuat khususnya hemoglobin
atau mioglobin terdektis dalam urin.

8. Pemeriksaan Penunjang
a. Hitung darah lengkap : Hb (Hemoglobin) turun
menunjukkan adanya pengeluaran darah yang banyak
sedangkan peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan
adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat
menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun
dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan yang
diakibatkan oleh
panas terhadap pembuluh darah.
b. Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan
adanya infeksi atau inflamasi.
c. GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya
kecurigaaan cedera inhalasi. Penurunan tekanan oksigen
(PaO2) atau peningkatan tekanan karbon dioksida (PaCO2)
mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.
d. Elektrolit Serum Kalium dapat meningkat pada awal
sehubungan dengan cedera jaringan dan penurunan fungsi
ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena
kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi
ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai dieresis.
e. Natrium Urin Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan
kelebihan cairan , kurang dari 10 mEqAL menduga
ketidakadekuatan cairan.
f. Alkali Fosfat : Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan
dengan perpindahan cairan interstisial atau gangguan
pompa, natrium.
g. Glukosa Serum Peninggian Glukosa Serum menunjukkan
respon stress.
h. Albumin Serum Untuk mengetahui adanya kehilangan
protein pada edema cairan.
i. BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan
perfusi atau fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat
karena cedera jaringan
j. Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif
terhadap efek atau luasnya cedera.
k. EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial
atau distritmia.
l. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk
penyembuhan luka bakar.

9. Penatalaksanaan Medis
Prinsip penanganan luka bakar adalah penutupan lesi sesegera
mungkin, pencegahan infeksi, mengurangi rasa sakit,
pencegahan trauma mekanik pada klit yang vital dan elemen di
dalamnya, dan pembatasan pembentukan jaringan parut. Pada
saat kejadian, hal pertama yang harus dilakukan adalah
menjauhkan korban dari sumber trauma. Padamkan api dan
siram kulit yang panas dengan air. Pada trauma bahan kimia,
siram kulit dengan air mengalir. Proses koagulasi protein sel di
jaringan yang terpajan suhu tinggi berlangsung terus walau api
telah dipadamkan, sehingga destruksi tetap meluas. Proses
tersebut dapat dihentikan dengan mendinginkan daerah yang
terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini pada jam
pertama. Oleh karena itu, merendam bagian yang terbakar
selama 15 menit pertama sangat bermanfaat. Tindakan ini tidak
dianjurkan pada luka bakar > 10%, karena akan terjadi
hipotermia yang menyebabkan cardiac arrest.
Tindakan selanjutnya adalah sebagai berikut :
a. Lakukan resusitasi dengan memperhatikan jalan nafas,
pernafasan dan sirkulasi, yaitu:
1) Periksa jalan nafas
2) Bila dijumpai obstruksi jalan nafas, buka jalan nafas
dengan pembersihan jalan nafas (suction, dsb), bila
perlu lakukan trakeostomi atau intubasi.
3) Berikan oksigen
4) Pasang IV Line untuk resusitasi cairan, berikan cairan
RL untuk mengatasi syok
5) Pasang kateter buli-buli untuk pemantauan diuresis
6) Pasang pipa lambung untuk mengosongkan lambung
selama ada ileus paralitik
b. Periksa cedera yang terjadi diseluruh tubuh secara
sistematis untuk menentukan adanya cedera inhalasi, luas
dan derajat luka bakar. Dengan demikian jumlah dan jenis
cairan yang diperlukan untuk resusitasi dapat ditentukan.
Terapi cairan diindikasikan pada luka bakar derajat 2 atau 3
dengan luas > 25%, atau pasien tidak dapat minum. Terapi
cairan dihentikan bila maskan oral dapa menggantikan
parenteral. Dua cara yang lazim digunakan untuk
menghitung kebutuhan cairan pada penderita luka bakar,
yaitu :
1) Cara Evans. Untuk menghitung kebutuhan cairan pada
har pertama hitunglah : Berat badan (kg) x % luka bakar
x 1 cc NaCl (1).
Berat badan (kg) x % luka bakar x 1 cc larutan koloid
(2) 2.000 cc glkosa 5% (3) separuh dari jumlah (1), (2),
dan (3) diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya
diberikan dalam 16 jam berikutnya.pada hari kedua
diberikan setengah jumlah cairan hari kedua. Sebagai
monitoring pemberian cairan lakukan penghitungan
diuresis.
2) Cara Baxter. Merupakan cara lain yang lebih sederhana
dan banyak dipakai. Jumlah kebutuhan cairan pada hari
pertama dihitung dengan rumus = % luka bakar x BB
(kg) x 4 cc. Separuh dari jumlah cairan ini diberkan
dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam.
Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu larutan
Ringer Laktat karena terjadi hiponatremi. Untuk hari
kedua diberikan setengah dari jumlah pemberian hari
pertama.
3) Berikan analgetik. Analgetik yang efektif adalah morfin
atau petidin, diberikan secara intravena. Hati-hati
dengan pemberian intramuskular karena dengan
sirkulasi yang terganggu akan terjadi penimbunan di
dalam otot.
4) Lakukan pencucian luka setelah sirkulasi stabil.
Pencucian luka dilakukan dengan melakukan
debridement dan memandikan pasien menggunakan
cairan steril dalam bak khusus yang mengandung
larutan antiseptik. Antiseptik lokal yang dapat dipakai
yaitu Betadine atau nitras argenti 0,5%.
5) Berikan antibiotik topikal pasca pencucian luka dengan
tujuan untuk mencegah dan mengatasi infeksi yang
terjadi pada luka. Bentuk krim lebih bermanfaat
daripada bentuk salep atau ointment. Yang dapat
digunakan adalah silver nitrate 0,5%, mafenide
acetate10%, silver sulfadiazin 1%, atau gentamisin
sulfat.
6) Balut luka dengan menggunakan kassa gulung kering
dan steril
7) Berikan serum anti-tetanus / toksoid yaitu ATS 3.000
unit pada orang dewasa dan separuhnya pada anak-
anak.

10. Manajemen Asuhan Keperawatan Medis


a. Pengkajian
1) Aktifitas/istirahat
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan
rentang gerak pada area yang sakit; gangguan massa
otot, perubahan tonus.
2) Sirkulasi
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20%
APTT): hipotensi (syok) penurunan nadi perifer distal
pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer
umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin
(syok listrik); taki kardi (syok/ansietas/nyeri); disritmia
(syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua
luka bakar).
3) Integritas ego
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan,
kecacatan. Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan,
menyangkal, menarik diri, marah.
4) Eliminasi
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase
darurat; warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi
mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam;
diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi
cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak
ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar
dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik
gastrik.
5) Makanan/cairan:
Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia;
mual/muntah.
6) Neurosensori
Gejala: area batas; kesemutan. Tanda: perubahan
orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon
dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang
(syok listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal;
penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur
membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera
listrik pada aliran saraf)
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat
pertama secara eksteren sensitif untuk disentuh;
ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar
ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara
respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua
tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar
derajat tiga tidak nyeri.
8) Pernafasan
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama
(kemungkinan cedera inhalasi)
Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam
sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral dan
sianosis; indikasi cedera inhalasi. Pengembangan torak
mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada;
jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan
dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas:
gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal);
sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
9) Keamanan
Tanda: Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin
tidak terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan
proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka. Area
kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat,
dengan pengisian kapiler lambat pada adanya
penurunan curah jantung sehubungan dengan
kehilangan cairan/status syok.
Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam
sehubunagn dengan variase intensitas panas yang
dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong;
mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada
faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar
nasal.
Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen
penyebab. Kulit mungkin coklat kekuningan dengan
tekstur seprti kulit samak halus; lepuh; ulkus; nekrosis;
atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih
dalam dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan
jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.
Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih
sedikit di bawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi
dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif),
luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh
tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan
pakaian terbakar.Adanya fraktur/dislokasi (jatuh,
kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik
sehubungan dengan syok listrik).
10) Pemeriksaan diagnostik:
a) LED: mengkaji hemokonsentrasi.
Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan
dan biokimia. Ini terutama penting untuk memeriksa
kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam pertama
karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti
jantung.
b) Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada
mengkaji fungsi pulmonal, khususnya pada cedera
inhalasi asap.
c) BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
d) Urinalisis menunjukkan mioglobin dan
hemokromogen menandakan kerusakan otot pada
luka bakar ketebalan penuh luas.
e) Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi
asap.
f) Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan
yang dapat menurun pada luka bakar masif.
g) Kadar karbon monoksida serum meningkat pada
cedera inhalasi asap.
11. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan;
pembentukan edema. Manifulasi jaringan cidera contoh
debridemen luka.
b. Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan,
perubahan/disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan
dengan Penurunan/interupsi aliran darah arterial/vena,
contoh luka bakar seputar ekstremitas dengan edema.
c. Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan statushipermetabolik (sebanyak 50 %
- 60% lebih besar dari proporsi normal pada cedera berat)
atau katabolisme protein.
d. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuskuler, nyeri/tak nyaman, penurunan kekuatan dan
tahanan.
e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Trauma :
kerusakan permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit
(parsial/luka bakar dalam).
f. Gangguan citra tubuh (penampilan peran) berhubungan
dengan krisis situasi; kejadian traumatik peran klien
tergantung, kecacatan dan nyeri.
g. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan Salah
interpretasi informasi Tidak mengenal sumber informasi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontrak dengan sumber panas seperti api, air, panas, bahan
kimia, listrik dan radiasi. Kerusakan jaringan yang disebabkan api dan
koloid (misalnya bubur panas) lebih berat dibandingkan air panas.
Ledakan dapat menimbulkan luka bakar dan menyebabkan kerusakan
organ. Bahan kimia terutama asam menyebabkan kerusakan yang
hebat akibat reaksi jaringan sehingga terjadi diskonfigurasi jaringan
yang menyebabkan gangguan proses penyembuhan. Lama kontak
jaringan dengan sumber panas menentukan luas dan kedalaman
kerusakan jaringan. Semakin lama waktu kontak, semakin luas dan
dalam kerusakan jaringan yang terjadi.

B. Saran
1. Bagi Penulis Pembaca
Semoga karya tulis ini dapat meningkatkan kemampuan belajar
penulis dan pembaca dalam menangani masalah pada kasus
combustion khususnya dan dapat memberikan informasi pembaca
dan masyarkat pada umumnya.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Untuk lebih memberikan informasi tentang hal-hal yang
berhubungan dengan pemulihan klien dengan combustion agar
klien tidak kekurangan informasi.
3. Bagi Instansi Pendidikan
Agar dapat mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan
pendidikan yang lebih baik, berkualitas dan professional sehingga
dapat tercipta tenaga kesehatan yang professional, terampil dan
handal yang mampu memberikan asuhan secara komprehensif.

Anda mungkin juga menyukai