Anda di halaman 1dari 64

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis yang berat
memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan cedera oleh
sebab lain. Biaya yang dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannnya. Penyebab luka bakar
selain karena api ( secara langsung ataupun tidak langsung ), juga karena pajanan suhu tinggi dari
matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api
(misalnya tersiram panas ) banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga (Sjamsuhidajat, 2005 ).
Dengan memperhatikan prinsip- prinsip dasar resusitasi pada trauma dan penerapannya pada
saat yang tepat diharapkan akan dapat menurunkan sekecil mungkin angka- angka tersebut diatas.
Prinsip- prinsip dasar tersebut meliputi kewaspadaan akan terjadinya gangguan jalan nafas pada
penderita yang mengalami trauma inhalasi, mempertahankan hemodinamik dalam batas normal
dengan resusitasi cairan, mengetahui dan mengobati penyulit- penyulit yangmungkin terjadi akibat
trauma listrik, misalnya rabdomiolisis dan disritmia jantung. Mengendalikan suhu tubuh dan menjuhkan
atau mengeluarkan penderita dari lingkungan trauma panas juga merupakan prinsip utama dari
penanganan trauma termal ( American College of Surgeon Committee on Trauma, 1997).
Kulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan tubuh pertama terhadap kemungkinan
lingkungan yang merugikan. Kulit melindungi tubuh terhadap infeksi, mencegah kehilangan cairan
tubuh, membantu mengontrol suhu tubuh, berfungsi sebagai organ eksretoridan sensori, membantu
dalam proses aktivasi vitamin D, dan mempengaruhi citra tubuh. Luka bakar adalah hal yang umum,
namun merupakan bentuk cedera kulit yang sebagian besar dapat dicegah ( Horne dan Swearingen,
2000 ).
Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas melebihi kerusakan
fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung. Masalah kompleks ini mempengaruhi
semua sistem tubuh dan beberapa keadaan yang mengancam kehidupan.
Dua puluh tahun lalu, seorang dengan luka bakar 50% dari luas permukaan tubuh dan mengalami
komplikasi dari luka dan pengobatan dapat terjadi gangguan fungsional, hal ini mempunyai harapan
hidup kurang dari 50%. Sekarang, seorang dewasa dengan luas luka bakar 5% mempunyai harapan
hidup 50% dan bukan merupakan hal yang luar biasa untuk memulangkan pasien dengan luka bakar
5% yang diselamatkan. Pengurangan waktu penyembuhan, antisipasi dan penanganan secara dini
untuk mencegah komplikasi, pemeliharaan fungsi tubuh dalam perawatan luka dan tehnik rehabilitasi
yang lebih efektif semuanya dapat meningkatkan rata-rata harapan hidup pada sejumlah klien dengan
luka bakar serius.
Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus yang berbeda dan
karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab (etiologi dan anatomi luka bakar.Luka bakar yang
melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke jaringanyang lebih dalam, memerlukan
tindakan yang lebih intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial.
Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai perbedaan
prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau paparan
radiasi ionisasi. Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan
karena sengatan listrik (elektrik atau persikan api). Luka bakar yang mengenai genetalia menyebabkan
resiko nifeksi yang lebih besar dari pada di tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada
kaki atau tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan tehnik
pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain.
Pengetahuan umum perawat tentang anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar sangat
diperlukan untuk mengenal perbedaan dan derajat luka bakar tertentu dan berguna untuk
mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya komplikasi multi organ yang menyertai. Prognosis klien
yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung dengan lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor
lain seperti umur, status kesehatan sebelumnya dan inhalasi asap dapat mempengaruhi beratnya luka
bakar dan pengaruh lain yang menyertai.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang di angkat pada laporan pendahuluan ini adalah “Bagaimana Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Luka Bakar?”

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu menganalisa serta mengaplikasikan materi-materi yang
berhubungan dengan penyakit Pneumonia
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Menjelaskan definisi luka bakar
2) Mengetahui klasifikasi pada luka bakar
3) Mengetahui anatomi fisiologi system integument
4) Menjelaskan etiologi dari luka bakar
5) Menjelaskan manifestasi klinis luka bakar
6) Mengetahui patofisiologi atau perjalanan penyakit pada luka bakar
7) Mengetahui fase pada luka bakar
8) Mengetahui pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien dengan luka bakar
9) Mengetahui penatalaksanaan medis pada luka bakar
10) Mengetahui komplikasi yang ditimbulkan luka bakar
11) Mampu menentukan prioritas diagnose pada kasus luka bakar
12) Menjelaskan implementasi berdasarkan diganosa NANDA, NIC dan NOC
13) Mampu menentukan legal etis dan nursing advokasi pada kasus luka bakar
14) Mengetahui pencegahan primer, sekunder dan tersier pada luka bakar
15) Mampu mentelaah jurnal mengenai luka bakar

1.4 Manfaat Penulisan


1. Sebagai syarat memenuhi tugas semester III
2. Sebagai sumber reverensi mengenai asuhan keperawatan lintas budaya pada anak

1.5 Metode Penulisan


Metode Pustaka
Yaitu metode yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka,
baik berupa buku maupun informasi dari internet.

1.6 Sistematika Penulisan


BAB I
Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang, identifikasi dan perumusan masalah, batasan/ruang lingkup
masalah, maksud dan tujuan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II
Tinjauan Teoritis
BAB ini berisi teori-teori pendukung penganalisaan dan pengembangan dari materi luka bakar
mengatasi klien dengan kondisi khusus
BAB III
Pembahasan Asuhan Keperawatan Luka Bakar
BAB ini menjelaskan secara analisis dari materi yang ada di tinjauan teoritis termasuk pengkajian
sampai rencana asuhan keperawatan
BAB IV
Penutup
BAB ini berisi tentang kesimpulan hasil analisa materi luka bakar mengatasi klien dengan kondisi
khusus dalam rangka menjawab tujuan yang diajukan, serta saran-saran yang penulis berikan.
Daftar Pustaka
Daftar pustaka ini berisi tentang judul-judul buku, artikel-artikel yang terkait dalam makalah ini.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar Teori Luka Bakar


2.1.1 Definisi Luka Bakar
Luka bakar (combustio) adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi (Moenadjat,
2001).
Combutsio (Luka bakar) adalah injury pada jaringan yang disebabkan oleh suhu panas
(thermal), kimia, elektrik dan radiasi (Suriadi, 2010).
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia
dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam.
Luka bakar merupakan luka yang unik diantara bentuk-bentuk luka lainnya karena luka
tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati (eskar) yang tetap berada pada tempatnya untuk
jangka waktu yang lama. (Smeltzer, 2002)
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa luka bakar merupakan
kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api,
air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi.
2.1.2 Klasifikasi
1) Kedalaman Luka Bakar
Menurut Brunner & Suddarth (2002), luka bakar dapat diklasifikasikan menurut
dalamnya jaringan yang rusak dan disebut sebagai luka bakar superficial partial-
thickness, deep partial-thickness, dan full-thickness. Istilah deskriptif yang sesuai
adalah luka bakar derajat-satu, -dua dan -tiga.
(a) Pada luka bakar derajat-satu, epidermis mengalami kerusakan atau cedera dan
sebagian dermis turut cedera. Luka tersebut bias terasa nyeri, tampak merah dan
kering seperti luka bakar matahari, atau mengalami lepuh/bullae.
(b) Luka bakar derajat-dua meliputi destruksi epidermis serta lapisan atas dermis dan
cedera pada bagian dermis yang lebih dalam. Luka tersebut terasa nyeri, tampak
merah dan mengalami eksudasi cairan. Pemutihan jaringan yang terbakar diikuti
oleh pengisian kembali kapiler; folikel rambut masih utuh.
(c) Luka bakar derajat-tiga meliputi destruksi total epidermis serta dermis, dan pada
sebagian kasus, jaringan yang berada di bawahnya. Warna luka bakar sangat
bervariasi mulai dari warna putih hingga merah, cokelat atau hitam. Daerah yang
terbakar tidak terasa nyeri karena serabut-serabut sarafnya hancur. Luka bakar
tersebut tampak seperti bahan kulit. Folikel rambut dan kelenjar keringat turut
hancur.

Setiap daerah yang terbakar memiliki tiga zona cedera:


a. Daerah sebelah dalam dikenal sebagai zona koagulasi dimana terjadi
kematian selular.
b. Daerah tengah disebut zona stasis tempat terjadinya gangguan suplai
darah, inflamasi dan cedera jaringan.
c. Daerah sebelah luar merupakan zona hiperemia. Zona ini merupakan luka
bakar derajat-satu yang harus sudah sembuh dalam waktu satu minggu dan
lebih khas untuk cedera terbakar atau tersengat arus listrik ketimbang
cedera akibat cairan yang panas.
2) Luas Permukaan Tubuh Yang Terbakar
Brunner & Suddarth (2002) mengestimasi luas permukaan tubuh yang terbakar
disederhanakan dengan menggunakan Rumus Sembilan (Rule of Nine). Rumus
Sembilan merupakan cara yang cepat untuk menghitung luas daerah yang terbakar.
Sistem tersebut menggunakan persentase dalam kelipatan Sembilan terhadap
permukaan tubuh yang luas.
3) Berat ringannya luka bakar
American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori,
yaitu:
(a) Luka bakar mayor
- Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih dari
20% pada anak-anak.
- Luka bakar fullthickness lebih dari 20%.
- Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki dan perineum.
- Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa memperhitungkan derajat
dan luasnya luka.
- Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.
(b) Luka bakar moderat
- Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada
anak-anak.
- Luka bakar fullthickness kurang dari 10%.
- Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki dan
perineum.
(c) Luka bakar minor
Luka bakar minor saperti yang didefinisikan oleh Trofino (1991) dan Griglak
(1992) adalah :
- Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang
dari 10% pada anak-anak.
- Luka bakar fullthickness kurang dari 2%.
- Tidak terdapat luka bakar pada wajah, tangan dan kaki.
- Luka tidak sirkumfer.
- Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik dan fraktur.

2.1.3 Anatomi Fisiologi Luka Bakar

Kulit merupakan pembungkus tubuh dan pelindung organ didalamnya. Luas


permukaannya pada orang dewasa 1,5-1,75 m². Berat 15% dari total berat badan. Tebal tidak
sama, bervariasi antara 5-6mm, pada telapak tangan dan kaki, 0,5mm pada kulit penis.
1. Lapisan- Lapisan Kulit
Kulit terdiri dari 3 lapisan pokok :
a. Lapisan Epidermis

Lapisan epidermis merupakan lapisan kulit yang paling luar. Ketebalannya <
1 mm. Epidermis dibagi menjadi 5 lapisan yaitu stratum germinativum, stratum
spinosum, stratum granulosum, dan korneum.epidermis akan bertambah tebal akan
bertambah tebal jika sering digunakan.
b. Lapisan Dermis

Merupakan lapisan dibawah epidermis. Terdiri dari jaringan ikat yang terdiri
2 lapisan yaitu pars papilaris dan retikularis.
c. lapisan Subkutis

Lapisan terdalam yang banyak mengandung sel liposit yang menghasilkan


banyak lemak. Merupakan jaringan adipose sebagai bantalan antara kulit dan
struktur internal seperti otot dan tulang.
2. Kelenjar – Kelenjar pada Kulit
a. Kelenjar Sebasea
Berfungsi mengontrol sekresi minyak kedalam ruang antara folikel rambut dan
batang rambut yang akan melumasi rambut sehingga menjadi halus, lentur dan
lunak.
b. Kelenjar Apokrin
Terdapat di aksil, anus, skrotum, labia mayora dan bermuara pada folikel
rambut. Kelenjar ini memproduksi keringat yang keruh seperti susu yang diuraikan
oleh bakteri menghasilkan bau khas pada aksila.
c. Kelenjar Ekrin
Kelenjar ini terdapat disemua kulit. Melepaskan keringat sebagai reaksi
peningkatan suhu lingkunagn dan suhu tubuh. Kecepatan eksresi keringat
dikendalikan oleh saraf simpatik.
3. Fungsi Kulit :
a. Fungsi Adaptasi
Kulit sebagai adaptor terhadap rangsangan antara lain temperatu, tekanan, fisik dan
kimia
b. Fungsi Transmisi
Kulit dapat berfungsi sebagai alat sensorik karena adanya akhiran saraf
c. Fungsi Proteksi
d. Melindungi dari benda luar (benda asing, invasi bakteri), melindungi dari trauma yang
terus menerus, mencegah keluarnya cairan yang berlebihan, dan memproduksi
melanin yang mencegah kerusakan kulit dari sinar UV.
e. Fungsi Metabolisme
Sebagai tempat metaboisme lemak, sintesa vitamin D dan penyimpanan serum pada
lapisan dermis

2.1.4 Etiologi
Menurut Smeltzer (2002), luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu
sumber panas kepada tubuh melalui hantaran atau radiasi elektromagnetik. Berikut ini adalah
beberapa penyebab luka bakar, antara lain :
1) Panas (misal api, air panas, uap panas)
2) Radias
3) Listrik
4) Pet
5) Bahan kimia (sifat asam dan basa kuat)
6) Ledakan kompor, udara panas
7) Ledakan ban, bom
8) Sinar matahari
9) Suhu yang sangat rendah (frost bite)

2.1.5 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis menurut ( Suriadi, 2010):
1) Riwayat terpaparnya
2) Lihat derajat luka bakar
3) Status pernapasan; tachycardia,nafas dengan menggunakan otot asesoris, cuping
hidung dan stridor
4) Bila syok; tachycardia, tachypnea, tekanan nadi lemah, hipotensi, menurunnya
pengeluaran urine atau anuri
5) Perubahan suhu tubuh dari demam ke hipotermi.

2.1.6 Patofisiologi
Menurut Corwin, Elizabeth J (2009), Berat ringannya luka bakar tergantung pada faktor,
agent, lamanya terpapar, area yang terkena, kedalamannya, bersamaan dengan trauma, usia
dan kondisi penyakit sebelumnya.
Derajat luka bakar terbagi menjadi tiga bagian; derajat satu (superficial) yaitu hanya
mengenai epidermis dengan ditandai eritema, nyeri, fungsi fisiologi masih utuh, dapat terjadi
pelepuhan, serupa dengan terbakar mata hari ringan. Tampak 24 jam setelah terpapar dan fase
penyembuhan 3-5 hari. Derajat dua (partial) adalah mengenai dermis dan epidermis dengan
ditandai lepuh atau terbentuknya vesikula dan bula, nyeri yang sangat, hilangnya fungsi fisiologis.
Fase penyembuhan tanpa infeksi 7-21 hari. Derajat tiga atau ketebalan penuh yaitu mengenai
seluruh lapisan epidermis dan dermis, tanpa meninggalkan sisa-sisa sel epidermis untuk mengisi
kembali daerah yang rusak, hilangnya rasa nyeri, warnanya dapat hitam, coklat dan putih,
mengenai jaringan termasuk (fascia, otot, tendon dan tulang).
Fisiologi syok pada luka bakar akibat dari lolosnya cairan dalam sirkulasi kapiler secara
massive dan berpengaruh pada sistem kardiovaskular karena hilangnya atau rusaknya kapiler,
yang menyebabkan cairan akan lolos atau hilang dari compartment intravaskuler kedalam
jaringan interstisial. Eritrosit dan leukosit tetap dalam sirkulasi dan menyebabkan peningkatan
hematokrit dan leukosit. Darah dan cairan akan hilang melalui evaporasi sehingga terjadi
kekurangan cairan.
Kompensasi terhadap syok dengan kehilangan cairan maka tubuh mengadakan respon
dengan menurunkan sirkulasi sistem gastrointestinal yang mana dapat terjadi ilius paralitik,
tachycardia dan tachypnea merupakan kompensasi untuk menurunkan volume vaskuler dengan
meningkatkan kebutuhan oksigen terhadap injury jaringan dan perubahan sistem. Kemudian
menurunkan perfusi pada ginjal, dan terjadi vasokontriksi yang akan berakibat pada depresi
filtrasi glomerulus dan oliguri.
Repon luka bakar akan meningkatkan aliran darah ke organ vital dan menurunkan aliran
darah ke perifer dan organ yang tidak vital.
Respon metabolik pada luka bakar adalah hipermetabolisme yang merupakan hasil dari
peningkatan sejumlah energi, peningkatan katekolamin; dimana terjadi peningkatan temperatur
dan metabolisme, hiperglikemi karena meningkatnya pengeluaran glukosa untuk kebutuhan
metabolik yang kemudian terjadi penipisan glukosa, ketidakseimbangan nitrogen oleh karena
status hipermetabolisme dan injury jaringan.
Kerusakan pada sel darah merah dan hemolisis menimbulkan anemia, yang kemudian
akan meningkatkan curah jantung untuk mempertahankan perfusi.
Pertumbuhan dapat terhambat oleh depresi hormon pertumbuhan karena terfokus pada
penyembuhan jaringan yang rusak.
Pembentukan edema karena adanya peningkatan permeabilitas kapiler dan pada saat
yang sama terjadi vasodilatasi yang menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dalam kapiler.
Terjadi pertukaran elektrolit yang abnormal antara sel dan cairan interstisial dimana secara
khusus natrium masuk kedalam sel dan kalium keluar dari dalam sel. Dengan demikian
mengakibatkan kekurangan sodium dalam intravaskuler. Skema berikut menyajikan mekanisme
respon luka bakar terhadap injury pada anak atau orang dewasa dan perpindahan cairan setelah
injury thermal.
Patwey

2.1.7 Fase Luka Bakar


Berdasarkan perjalanan penyakitnya luka bakar dibagi menjadi 3 fase, yaitu:
1) Fase akut
Pada fase ini problema yang ada berkisar pada gangguan saluran napas
karena adanya cedera inhalasi dan gangguan sirkulasi. Pada fase ini terjadi
gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termis bersifat
sistemik.
2) Fase sub akut
Fase ini berlangsung setelah shock berakhir. Luka terbuka akibat kerusakan
jaringan (kulit dan jaringan di bawahnya) menimbulkan masalah inflamasi, sepsis,
dan penguapan cairan tubuh disertai panas/energy.
3) Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadi maturasi.
Masalah pada fase ini adalah timbulnya penyulit dari luka bakar berupa hipertrofik,
kontraktur, dan deformitas lainnya.

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang


1) Hitung darah lengkap : Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya pengeluaran
darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan adanya
cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya kehilangan
cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan yang
diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh darah.
2) Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau
inflamasi.
3) GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera inhalasi.
Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon dioksida
(PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.
4) Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera
jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena
kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi
dapat terjadi bila mulai diuresis.
5) Natrium Urin : Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan , kurang
dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.
6) Alkali Fosfat : Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan cairan
interstisial atau gangguan pompa, natrium.
7) Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.
8) Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema cairan.
9) BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi ginjal,
tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.
10) Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau luasnya
cedera.
11) EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.
12) Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar.
13) CVP: untuk mengetahui tekana vena sentral, diperlukan pada luka bakar lebih dari
30% dewasa dan lebih dari 20% pada anak

2.1.9 Penatalaksanaan
Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien trauma, karenanya harus dicek
ABC (Airway, Breathing dan Circulation) terlebih dahulu.
1) Airway
Apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera pasang
Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma inhalasi antara lain adalah:
terkurung dalam api, luka bakar pada wajah, bulu hidung yang terbakar, dan sputum
yang hitam.
2) Breathing
Eschar yang melingkari dada dapat menghambat pergerakan dada untuk
bernapas, segera lakukan escharotomi. Periksa juga apakah ada trauma-trauma lain
yang dapat menghambat pernapasan, misalnya pneumothorax, hematothorax, dan
fraktur costae.
3) Circulation
Luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga menimbulkan edema,
pada luka bakar yang luas dapat terjadi syok hipovolumik karena kebocoran plasma
yang luas. Manajemen cairan pada pasien luka bakar, dapat diberikan dengan
Formula Baxter.
Formula Baxter
(a) Total cairan: 4cc x berat badan x luas luka bakar
(b) Berikan 50% dari total cairan dalam 8 jam pertama, sisanya dalam 16 jam
berikutnya.
4) Obat – obatan:
(a) Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian.
(b) Analgetik : antalgin, aspirin, asam mefenamat, dan morfin.
2.1.10 Komplikasi Luka Bakar
1) Gagal jantung kongestif dan edema pulmonal
2) Sindrom kompartemen
Sindrom kompartemen merupakan proses terjadinya pemulihan integritas
kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir kembali ke dalam
kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat. Karena edema akan
bertambah berat pada luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap pembuluh
darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah
sehingga terjadi iskemia.
3) Adult Respiratory Distress Syndrome
Akibat kegagalan respirasi terjadi jika derajat gangguan ventilasi dan pertukaran
gas sudah mengancam jiwa pasien.
4) Ileus Paralitik dan Ulkus Curling
Berkurangnya peristaltic usus dan bising usus merupakan tanda-tanda ileus
paralitik akibat luka bakar. Distensi lambung dan nausea dapat mengakibatnause.
Perdarahan lambung yang terjadi sekunder akibat stress fisiologik yang massif
(hipersekresi asam lambung) dapat ditandai oleh darah okulta dalam feces,
regurgitasi muntahan atau vomitus yang berdarha, ini merupakan tanda-tanda ulkus
curling.
5) Syok sirkulasi
Terjadi akibat kelebihan muatan cairan atau bahkan hipovolemik yang terjadi
sekunder akibat resusitasi cairan yang adekuat. Tandanya biasanya pasien
menunjukkan mental berubah, perubahan status respirasi, penurunan haluaran urine,
perubahan pada tekanan darah, curah janutng, tekanan cena sentral dan
peningkatan frekuensi denyut nadi.
6) Gagal ginjal akut
Haluran urine yang tidak memadai dapat menunjukkan resusiratsi cairan yang
tidak adekuat khususnya hemoglobin atau mioglobin terdektis dalam urine.
2.2 Konsep Teori Asuhan Keperawatan Luka Bakar
2.2.1 Pengkajian
1) Biodata
Terdiri atas nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamt, tnggal MRS,
dan informan apabila dalam melakukan pengkajian klita perlu informasi selain dari
klien. Umur seseorang tidak hanya mempengaruhi hebatnya luka bakar akan tetapi
anak dibawah umur 2 tahun dan dewasa diatsa 80 tahun memiliki penilaian tinggi
terhadap jumlah kematian (Lukman F dan Sorensen K.C). Data pekerjaan perlu karena
jenis pekerjaan memiliki resiko tinggi terhadap luka bakar agama dan pendidikan
menentukan intervensi ynag tepat dalam pendekatan
2) Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar (Combustio) adalah nyeri,
sesak nafas. Nyeri dapat disebabakna kerena iritasi terhadap saraf. Dalam melakukan
pengkajian nyeri harus diperhatikan paliatif, severe, time, quality (p,q,r,s,t). sesak nafas
yang timbul beberapa jam / hari setelah klien mengalami luka bakardan disebabkan
karena pelebaran pembuluh darah sehingga timbul penyumbatan saluran nafas bagian
atas, bila edema paru berakibat sampai pada penurunan ekspansi paru.
3) Riwayat penyakit sekarang
Gambaran keadaan klien mulai tarjadinya luka bakar, penyabeb lamanya kontak,
pertolongan pertama yang dilakuakn serta keluhan klien selama menjalan
perawatanketika dilakukan pengkajian. Apabila dirawat meliputi beberapa fase : fase
emergency (±48 jam pertama terjadi perubahan pola bak), fase akut (48 jam pertama
beberapa hari / bulan ), fase rehabilitatif (menjelang klien pulang)
4) Riwayat penyakit masa lalu
Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien sebelum
mengalami luka bakar. Resiko kematian akan meningkat jika klien mempunyai riwaya
penyakit kardiovaskuler, paru, DM, neurologis, atau penyalagunaan obat dan alkohol
5) Riwayat penyakit keluarga
Merupakan gambaran keadaan kesehatan keluarga dan penyakit yang
berhubungan dengan kesehatan klien, meliputi : jumlah anggota keluarga, kebiasaan
keluarga mencari pertolongan, tanggapan keluarga mengenai masalah kesehatan,
serta kemungkinan penyakit turunan
6) Pola ADL
Meliputi kebiasaan klien sehari-hari dirumah dan di RS dan apabila terjadi
perubahan pola menimbulkan masalah bagi klien. Pada pemenuhan kebutuhan nutrisi
kemungkinan didapatkan anoreksia, mual, dan muntah. Pada pemeliharaan kebersihan
badan mengalami penurunan karena klien tidak dapat melakukan sendiri. Pola
pemenuhan istirahat tidur juga mengalami gangguan. Hal ini disebabkan karena
adanya rasa nyeri.
7) Riwayat psiko social
Pada klien dengan luka bakar sering muncul masalah konsep diri body image yang
disebabkan karena fungsi kulit sebagai kosmetik mengalami gangguan perubahan.
Selain itu juga luka bakar juga membutuhkan perawatan yang lama sehingga
mengganggu klien dalam melakukan aktifitas. Hal ini menumbuhkan stress, rasa
cemas, dan takut.
8) Aktifitas/istirahat:
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang
sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
9) Sirkulasi:
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok);
penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum
dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia
(syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua
luka bakar).
10) Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam
kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis
(setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising
usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres
penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
11) Makanan/cairan:
Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
12) Neurosensori:
Gejala: area batas; kesemutan.
13) Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD)
pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan
retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik (syok
listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
14) Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif
untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan
sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat
kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
15) Pernafasan:
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera
inhalasi). Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan
menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan
nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema
laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret
jalan nafas dalam (ronkhi).
16) Keamanan
Tanda:
(a) Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari
sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka. Area kulit
tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada
adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status
syok.
(b) Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase
intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa
hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut
dan atau lingkar nasal.
(c) Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab. Kulit mungkin coklat
kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau
jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari tampaknya secara
perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.
(d) Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis.
Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka
bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal
sehubungan dengan pakaian terbakar. Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan
sepeda motor, kontraksi otot tetanik sehubungan dengan syok listrik).
17) Pemeriksaan fisik
(a) Keadaan umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan kotor mengeluh panas sakit dan
gelisah sampai menimbulkan penurunan tingkat kesadaran bila luka bakar
mencapai derajat cukup berat
(b) TTV
Tekanan darah menurun nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah sehingga
tanda tidak adekuatnya pengembalian darah pada 48 jam pertama
(c) Pemeriksaan Head To Toe
- Kepala dan rambut
Catat bentuk kepala, penyebaran rambut, perubahan warna rambut setalah
terkena luka bakar, adanya lesi akibat luka bakar, grade dan luas luka bakar
- Mata
Catat kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi adanya
benda asing yang menyebabkan gangguan penglihatan serta bulu mata yang
rontok kena air panas, bahan kimia akibat luka bakar
- Hidung
Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan dan bulu hidung
yang rontok.
- Mulut
Sianosis karena kurangnya supplay darah ke otak, bibir kering karena intake
cairan kurang.
- Telinga
Catat bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan dan
serumen
- Leher
Catat posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami peningkatan sebagai
kompensasi untuk mengataasi kekurangan cairan
- Pemeriksaan thorak / dada
Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan, ireguler, ekspansi dada tidak
maksimal, vokal fremitus kurang bergetar karena cairan yang masuk ke paru,
auskultasi suara ucapan egoponi, suara nafas tambahan ronchi.
- Abdomen
Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi adanya nyeri pada
area epigastrium yang mengidentifikasi adanya gastritis.
- Urogenital
Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi merupakantempat
pertumbuhan kuman yang paling nyaman, sehingga potensi sebagai sumber
infeksi dan indikasi untuk pemasangan kateter.
- Muskuloskletal
Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru pada
muskuloskleletal, kekuatan oto menurun karen nyeri
- Pemeriksaan neurologi
Tingkat kesadaran secara kuantifikasi dinilai dengan GCS. Nilai bisa menurun
bila supplay darah ke otak kurang (syok hipovolemik) dan nyeri yang hebat
(syok neurogenik)
- Pemeriksaan kulit
Merupakan pemeriksaan pada darah yang mengalami luka bakar (luas dan
kedalaman luka). Prinsip pengukuran prosentase luas uka bakar menurut
kaidah 9 (rule of nine lund and Browder) sebagai berikut :
Dewasa Anak
- Kepala dan leher: 9% Untuk yang anak sama
- Ekstremitas atas: 2 x 9% (kiri dan kanan) dengan yang dewasa, namun
- Paha dan betis – kaki: 4 x 9% (kiri dan ada perbedaan dibagian:
kanan) - Kepala dan leher: 18%
- Dada, perut, punggung, bokong: 4 x 9% - Paha dan betis – kaki: 4 x
- Perineum dan genetalia: 1% 13,5 (kiri dan kanan)

Bagian tubuh

2.2.2 Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


1) Ketidakefektifan pola nafas b.d deformitas dinding dada, keletihan otot-otot pernafasan,
hiperventilasi
2) Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan secara aktif (evaporasi akibat luka
bakar)
3) Pennurunan curah jantung b.d penurunan volume sekuncup jantung, kontraktilitas dan
frekuensi jantung
4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d hipermetabolisme dan
kebutuhan bagi kesembuhan luka
5) Kerusakan integritas kulit b.d luka bakar terbuka
6) Nyeri akut b.d saraf yang terbuka, kesembuhan luka dan penanganan luka bakar
7) Gangguan citra tubuh b.d perubahan pada penampilan tubuh (trauma)
8) Resiko ketidaefektifan perfusi ginjal b.d menurunnya sirkulasi darah ke ginjal (hipoksia
di ginjal)
9) Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
10) Resiko infeksi b.d hilangnya barier kulit dan respon imun
11) Defisiensi pengetahuan b.d proses penanganan luka bakar
12) Ansietas b.d perubahan pada status kesehatan dan pola interaksi
2.2.3 Rencana Tindakan Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah upaya yang dilakukan perawat untuk mencapai hasil yang
diharapkan yaitu kesembuhan pasien dan kemampuan pasien melakukan atau memenuhi
kebutuhan hidupnya kembali dan tujuan pemulangan pasien.

2.2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuia dengan rencana
yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif.
Selama melaksanankan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien.

2.2.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasai adalah hasil asuhan keperawatan yang dilakukan (Judith M.W. 2007)
Hasil evaluai yang mungkin didapat yaitu:
1) Tujuan tercapai seluruhnya, yaitu jika pasien menunjukkan tanda atau gejala sesuai
dengan kriteria hasil yang ditetapkan.
2) Tujuan sebagian yaitu jika pasien menunjukkan tanda dan gejala sebagian dari
kriteria hasil yang sudah ditetapkan.
3) Tujuan tidak tercapai, jika pasien tidak menunjukkan tanda dan gejala sesuai dengan
kriteria hasil yang sudah ditetapkan.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Skenario Kasus

Seorang perempuan berusia 45 tahun dengan BB: 50 kg datang ke IGD diantar oleh
keluarganya, menurut keterangan dari pengantar saat pasien sedang memasak tiba-tiba kompor gas
nya meledak dan menyambar anggota tubuh orang tersebut. Hasil pemeriksaan di dapatkan data
Tanda-tanda vital TD: 110/70 mmHg, frekuensi napas: 28x/menit, frekuensi nadi 100x/menit, Suhu:
38,5˚C, dan anggota tubuh yang terkena adalah kedua kaki dan kedua tangan.

PERTANYAAN PENTING

1. Dari kasus tersebut berapa persen luas luka bakarnya jika memakai rumus Rule of 9?
2. Dari kasus tersebut berapa cairan infus yang dibutuhkan dalam waktu 24 jam menurut
rumus baxter?

CURAH GAGASAN (BRAINSTORMING)

1. Coba ajukan sebanyak mungkin pertanyaan yang muncul setelah membaca deskripsi
kasus di atas!
2. Coba Saudara identifikasi kata kunci-kata kunci yang mendukung masalah keperawatan
utama sesuai kasus di atas !

PERTANYAAAN UNTUK ANALISIS KASUS

1. Setelah membaca dan menjawab beberapa pertanyaan yang muncul dari kasus di
atas, coba diskusikan sistem organ apa yang terkait masalah di atas? Jelaskan
dengan menggunakan peta konsep struktur anatomi organ yang terkait serta
mekanisme fisiologis sistem organ itu bekerja!
2. Coba identifikasi diagnosis keperawatan utama pada pasien dalam kasus tersebut!
3. Coba Saudara buat clinical pathway dari masalah keperawatan utama pada kasus di
atas?
4. Tindakan-tindakan dan intervensi keperawatan apa saja yang seharusnya dilakukan
seorang perawat untuk mengatasi masalah keperawatan utama pasien dan keluarga
pasien di atas!
5. Bagaimana patofisiologi dari kasus diatas ?
6. Temukan diagnosa keperawatan lainnya sesuai dengan kasus diatas ?
7. Bagaimana NCP dari masing – masing diagnosa keperawatan sesuai dengan kasus
diatas ?
8. Bagaimana evaluasi keperawatan yang diharapkan dari masalah – masalah
keperawatan yang ditemukan sesuai dengan kasus diatas ?
9. Bagaimana simulasi penkes pada kasus pasien diatas baik pencegahan primer, sekunder
dan tersier ?
10. Apa masalah prinsip legal etis pada kasus pasien diatas yang tepat ?
11. Bagaimana nursing advocacy yang seharusnya dilakukan oleh perawat pada kasus
diatas ?
12. Coba anda telaah isi jurnal sesuai dengan kasus yang dipelajari saat ini ( Min makna
tentang hasil penelitiannya secara umum dan saran atau solusi yang baik dari masalah
yang diteliti tersebut ) !

3.2 Jawaban dari Pertanyaan Kasus


1. Rumus Rule of 9
- Kedua tangan = 9 + 9 = 18
- Kedua kaki = 18 + 18 = 36
Jumlah = 54

Jadi luas luka bakar pada pasien tersebut adalah 54 %

2. Rumus Baxter
4 cc x BB x luas luka bakar / 24 jam = 4 cc x 50 kg x 54 / 24 jam
= 10.800 cc / 24 jam
Cara pemberian:
a) 5400 / 8 jam = 675 tetes per menit
b) 5400 / 16 jam = 337,5 tetes per menit

CURAH GAGASAN (BRAINSTORMING)


STEP 1
- Perempuan berusia 45 tahun
- BB : 50 kg
- Menurut keterangan dari pengantar saat pasien sedang memasak tiba-tiba kompor
gas nya meledak dan menyambar anggota tubuh orang tersebut.
- TD: 110/70 mmHg
- Frekuensi napas: 28x/menit
- Frekuensi nadi 100x/menit
- Suhu: 38,5˚C
- Anggota tubuh yang terkena adalah kedua kaki dan kedua tangan.

STEP 2
1. Mengapa pada kasus diatas pasien tersebut mengalami peningkatan frekuensi nafas ?
2. Dalam keadaan penuh luka bakar tersebut seberapa boleh pasien melakukan
mobilisasi ?
3. Bagaimana sikap kita menghadapi kejadian ledakan gas ?
4. Berdasarkan kasus, berada di derajat berapa luka bakar pasien tersebut dan
bagaimana penanganannya?
5. Apa yang menyebabkan suhu dan frekuensi napas pasien meningkat ?
6. Sebutkatkan komplikasi yang di timbulkan dari luka bakar ?
7. Bagaimana cara mencegah agar luka bakar yang diderita tidak menyebabkan infeksi ?
8. Sebutkan faktor-faktor yang menghambat penyembuhan luka bakar ?
9. Makanan apa saja yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka bakar ?

STEP 3
1. Mengapa pada kasus diatas pasien tersebut mengalami peningkatan frekuensi nafas ?
Jawaban :
Karena pasien terpapar ledakan gas, sehingga gas tersebut terhirup ke saluran
pernapasan yang mengakibatkan rusaknya silia dan mukosa pernapasan. Terjadilah
inflamasi disaluran tersebut, sehingga menyebabkan edema dan mengalami obstruksi
pada jalan napas. Pasien mengalami peningkatan frekuensi napas.
2. Dalam keadaan penuh luka bakar tersebut seberapa boleh pasien melakukan
mobilisasi ?
Jawaban : pasien harus membatasi pergerakan sampai luka bakar tersebut kering
3. Bagaimana sikap kita menghadapi kejadian ledakan gas ?
Jawaban :
Sikap kita sebagai mahasiswa apabila melihat kejadian seperti itu, kita harus sigap
untuk membantu pertolongan pertama yang harus dilakukan yaitu:
- Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya dengan
menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan
oksigen pada api yang menyala
- Singkirkan baju, perhiasan dan dan benda-benda lain yang membuat efek
pengencangan pada tubuh, karena jaringan yang terkena akan segera menjadi
oedem.
- Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar dalam air atau
menyiramnya dengan air yang mengalir selama sekurang-kurangnya 15 menit.
Akan tetapi, cara ini tidak dipakai untuk luka yang lebih luas karena bahaya
terjadinya hipotermi.
4. Berdasarkan kasus, berada di derajat berapa luka bakar pasien tersebut danM
bagaimana penanganannya?
Jawaban :
Pada kasus diatas pasien mengalami luka bajar derajat 3.
Penanganan luka bakar derajat 3 yaitu:
1. Alirkan air bersih ke daerah yang luka bila terdapat bahan kimia terus alirkan air
selama 20 menit atau lebih.
2. Lepaskan pakaian dan perhiasan. Jika pakaian melekat pada luka bakar gunting
pakaian yang tidak menempel dan jangan memaksa untuk melepasnya.
3. Tutup luka bakar, gunakan penutup luka steril, dan jangan memecahkan
gelembung.
4. Jangan menggunakan mentega, odol, kecap, kopi, atau air es.
5. Segera rujuk ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan penanganan selanjutnya
5. Apa yang menyebabkan suhu dan frekuensi napas pasien meningkat ?
Jawab :
Pada pasien dengan luka bakar terjadi proses inflamasi sehingga menyebabkan pasien
luka bakar mengalami peningkatan suhu dan napas
6. Sebutkatkan komplikasi yang di timbulkan dari luka bakar ?
Jawab :
 Bekas luka
Luka bakar bisa menyebabkan bekas luka dan juga keloid. Keloid adalah
pertumbuhan jaringan bekas luka yang berlebih di atas kulit. Luka bakar ringan
biasanya hanya meninggalkan bekas luka yang sedikit. Bekas luka bisa dikurangi
dengan menggunakan krim atau salep pada bekas luka bakar dan juga memakai
tabir surya.
 Rendahnya volume darah
Luka bakar dapat merusak pembuluh darah dan menyebabkan hilangnya cairan.
Hal ini dapat menimbulkan rendahnya volume darah dalam tubuh.

 Infeksi
Infeksi dapat terjadi jika bakteri mulai berkembang biak di luka yang terbuka. Oleh
karena itu, penting untuk menjaga kebersihan luka melepuh yang telah
pecah.Beberapa tanda terjadinya infeksi adalah ketika luka terasa lebih sakit atau
menjadi bau. Selain itu, Anda mungkin mengalami demam dan pembengkakan
pada kulit yang terinfeksi. Infeksi biasanya bisa diatasi dengan antibiotik dan obat
pereda rasa sakit. Segera periksakan ke dokter jika Anda mencurigai luka telah
terinfeksi.Luka bakar yang terinfeksi bisa menyebabkan terjadinya sepsis dan
sindrom syok toksik. Sepsis dan sindrom syok toksik terjadi ketika infeksi telah
menyebar ke dalam darah, dan dapat menyebabkan kematian jika tidak segera
ditangani.
 Masalah pernapasan
Menghirup udara panas atau asap bisa melukai saluran udara dan menyebabkan
kesulitan dalam bernapas. Menghirup asap bisa merusak paru-paru dan
menyebabkan kegagalan fungsi organ pernapasan.
 Masalah tulang dan persendian
Luka bakar yang dalam bisa membatasi pergerakan tulang dan juga persendian.
Bekas luka bisa menyebabkan kontraktur. Kontraktur adalah ketika kulit, otot,
maupun urat memendek dan/atau mengencang. Akibatnya, sendi tidak bisa
digerakkan secara normal.
 Sengatan panas
Sengatan panas adalah kondisi ketika suhu tubuh mencapai 40° celcius atau
lebih. Kondisi ini disebabkan oleh tubuh yang terlalu lama terkena pajanan
terhadap sinar matahari atau cuaca panas. Beberapa gejalanya antara lain:
Kelelahan yang parah, kulit terlihat merah, bernapas dengan cepat, mual dan
muntah-muntah, pusing atau sakit kepala, denyut jantung cepat, menjadi linglung.
Jika mencurigai terjadi sengatan panas, pindahkan penderita ke tempat teduh.
Pastikan penderita minum banyak air dan longgarkan pakaian mereka.Coba
turunkan suhu tubuh penderita dengan kain yang telah dibasahkan dengan air
dingin. Sengatan panas merupakan kondisi darurat yang perlu segera ditangani di
rumah sakit.
 Suhu tubuh sangat rendah
Jika sebagian besar kulit menjadi rusak karena terbakar, penderita bisa
kehilangan panas tubuh dan resiko terkena hipotermia akan meningkat.
 Syok
Syok adalah kondisi berbahaya yang muncul ketika tubuh kekurangan pasokan
oksigen. Orang yang terkena luka bakar parah bisa mengalami syok. Beberapa
gejala syok adalah ketika wajah terlihat pucat, denyut jantung cepat, bernapas
cepat atau pendek, sering menguap, kulit terasa dingin dan bahkan pingsan.
Jika terjadi syok, segera antar ke rumah sakit. Baringkan penderita dan posisikan
kaki mereka lebih tinggi dari tubuh. Hangatkan suhu tubuh dengan memakai
selimut, usahakan untuk tidak menutupi bagian yang mengalami luka bakar.
7. Bagaimana cara mencegah agar luka bakar yang diderita tidak menyebabkan infeksi
?
Jawab :
 Cuci tangan sebelum dan setelah merawat luka
 Bersihgkan luka dengan cairan NaCl
 Kompres luka dengan kasa yang telah dibasahi cairan NaCl
 Apabila lukanya luas, luka bisa ditutup dengan menggunakan kasa steril
 Ganti kassa bila kotor atau basah
8. Sebutkan faktor-faktor yang menghambat penyembuhan luka bakar ?
Jawab :
 Infeksi
Kulit adalah dinding pertanhanan pertama yang dimiliki tubuh untuk melindungi
diri dari serangan bakteri. Ketika kulit rusak karena lukaka bakteri dari luar dapat
masuk ke dalam tubuh menyebabkan infeksi sehingga menghambat
penyembuhan. Luka yang terinfeksi punya ciri khas kulit sekitarnya merah,
bengkak, nyeri, dan muncul nanah dengan bau busuk.
 Kurang Nutrisi
Makanan buah dan sayur memunyai vitamin di dalamnya yang dapat membantu
tubuh untuk memperbaiki luka lebih cepat terutama vitamin A dan C (dr.Manny).
Selain vitamin, tubuh juga memerlukan asupan protein yang cukup sehingga
bahan baku untuk memperbaiki luka. Hal ini bisa tercapai karena protein asam
amino bisa memperbaiki peran meregenerasi sel-sel yang rusak.
 Diabetes
Orang dengan diabetes dapat menghambat penyembuhan luka karena
kandungan gula dalam darah tinggi, orang dengan diabetes lukanya dapat lebih
lama sembuh. Ini karena gula tinggi punya dampak negatif terhadap sikulasi
darah dan kerja sistem imun. selain itu orang dengan diabetes juga bisa
mengalami kerusakan saraf membuat diri jadi sulit untuk merasakan sakit.
Karena tidak bisa merasakan sakit sesorang bisa jadi tidak tahu kalau ada
sesuatu yang menyakiti tubuhnya hingga berujung pada lebih banyak luka.
 Pengaruh Obat
Kadang kala efek samping dari obat-obatan bisa jadi penyebab mengapa luka di
tubuh jadi lebih lama sembuh. Sebagai contoh obat kemoterapi dan radioterapi
dapat mengganggu kerja imun yang berdampak pada proses penyembuhan
luka. Obat antibiotik dapat membunuh bakteri baik sehingga resiko infeki pada
luka dapat meningkat. Terakhir obat antiradang juga bisa mengganggu
peradangan yang diperlukan dalam proses penyembuhan luka.
 Sirkulasi Darah Buruk
Bagaimana luka bisa sembuh pada dasarnya karena peran darah merah
membawa pa yang dibutuhkan untuk sel-sel baru tumbuh. Oleh sebab itu bila
sesorang mmiliki sikulasi darah yang buruk di area luka maka proses
penyembuhan juga jadi akan lebih lama. Kondisi seperti diabetes, penyumbatan
arteri, penggumpalan darah, hingga obesitas dapat jadi penyebab buruknya
sirkulasi darah.
 Ulkus Kulit
Ulkus kulit atau oleh orang awam disebut eksim basah merupakan luka yang
disebabkan oleh tekanan berlebih. Bila seseorang misalnya tidak bisa bangun
diri tempa tidur untuk waktu yang lama akan ada tekanan pada bagian tubuh
yang bersentukan langsung dengan kasur. Tekanan tersebut dapat
menyebabakan munculnya luka dengan ingkat keparahan tertentu. Bila luka
masih ringn maka bisa sembuh dengan sendirinya, namun bila sudah berat
dibutuhkan pengobatan medis.
 Minuman Alkohol
Satu studi tahun 2014 yang dipublikasi di jurnal Alcholism : Clinical and
experimental research menyebut bahwa konsumsi alkohol juga bisa
memperlambat penyembuhan luka. Alsannya karena orang yang sering minum-
minum dapat pengurangan sel darah putih yang berperan melawan infeksi.
Karena minim sel darah putih maka resiko infeksi pun akan meningkat secara
signifikan.
9. Makanan apa saja yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka bakar ?
Jawab :
 Kedelai
Protein yang terkandung dalam kedelai bailk untuk pembentukan jaringan baru
yang rusak saat terluka. Jenis kacang ini juga bagus untuk kulit, terutama jika
terjadi peradangan atau luka.
 Brokoli
Zat fitronutrien tinggi yang ada dalam brokioli juga berpengaruh pada kecepatan
penyembuhan luka. Selain itu, broloki juga merupakan sumber antioksidan serta
vitamin c yang baik. Kedua zat tersebut membantu pemeliharaan luka,
penyembuhan infeksi, pembentukan jaringan baru, serta menunjang kekebalan
tubuh.
 Putih telur
Asam amino jadi senyawa yang dibutuhkan tubuh untuk membentuk
memperbaiki dan membentuk jaringan yang rusak. Salah satu sumber asam
amino yang baik dikonsumsi adalah putih telur. Kandungan gizi dalam putih telur
bisa meningkatkan imunitas tubuh untuk melawan infeksi,
 Daging dan sumber zat besi lain
Salah satu penyebab luka infeksi paling umu adalah terhambatnya penyaluran
oksigen ke jaringan yang rusak. Kekurangan mineral dapat menunda
pembentukan dan perbaikan jaringan. Makanan kaya protein adalah sumber zink
dan besi yang baik.
STEP 4
Mind Mapping

Luka Definisi Luka bakar adalah suatu trauma yang sdisebabkan oleh
Bakar panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai
kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Dr. Soetomo,
2001).
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air
panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi ( Moenajat, 2001).

Luka bakar dapat disebabkan oleh panas, sinar ultraviolet,


sinar X, radiasi nuklir, listrik, bahan kimia, abrasi mekanik.
Etiologi
Luka bakar yang disebabkan oleh panas api, uap atau
cairan yang dapat membakar merupakan hal yang lasim
dijumpai dari luka bakar yang parah

 Cedera
 Sepsis
 Pada ginjal meningkatkan pengeluaran urin
Tanda dan  metabolik
Gejala
Komplikasi
1. Infeksi. luka yang terbuka menyebabkan memudahkan
kuman patogen masuk kedalam tubuh.
2. Kehilangan anggota tubuh atau cacat fisik.
3. Sepsis. keadaan terinfeksi oleh mokroorganisme yang
menghasilkan pus.
4. Gangguan fungsi organ.
5. Gangguan psikologis terhadap perubahan keadaan
citra tubuh (cacat permanen)
6. Syok hipovolemik.
7. Kontraktur. pengerutan jaringan otot atau parut yang
menyebabbkan deformitas.

Pencegahan  Cuci tangan sebelum dan setelah merawat luka


 Bersihgkan luka dengan cairan NaCl
 Kompres luka dengan kasa yang telah dibasahi cairan
NaCl
 Apabila lukanya luas, luka bisa ditutup dengan
menggunakan kasa steril
 Ganti kassa bila kotor atau basah
Penanganan

 Penilaian keadaan umum klien. Perhatikan A: Airway


(jalan napas); B: Breathing (pernapasan); C:
Circulation (sirkulasi).
 Penilaian luas dan kedalaman luka bakar.
 Kaji adanya kesulitan menelan atau bicara
(kemungkinan klien mengalami trauma inhalasi).
 Kaji adanya edema saluran pernapasan (mungkin klien
perlu dilakukan intubasi atau trakheostomi).
 Kaji adanya faktor-faktor lain yang memperberat luka
bakar seperti adanya fraktur, riwayat penyakit
sebelumnya (seperti diabetes, hipertensi, gagal ginjal,
dll) dan penyebab luka bakar karena tegangan listrik
(sulit diketahui secara akurat tingkat kedalamannya).

STEP 5
AnalisisKasus
Menurut kelompok kami, seorang perempuan berusia 45 tahun didiagnosa telah
terkena luka bakar.menurut hasil wawancar dengan seorang yang mengantarkan pasien ,hal
tersebut terjadi ketika pasien sedang memasak namun tiba-tiba kompor gas nya meledak dan
menyambar anggota tubuh si pasien dan mengakibatkan luka bakar yang cukup serius.
Hasil pemeriksaan fisik didaptkan adanya luka bakar di kedua bagian ekstremitas
atas dan bawah (bagian tangan dan kaki) yang cukup serius dengan persenatse kedua
tangan 18%,kedua kaki 36% dengan jumlah keselurahan area luka bakar adalah 54%.
Hasil dari pemeriksaaan tanda-tanda vital diperoleh respirasi rate : 28x/menit,nadi
:100x/menit dan suhu :38,5c,pasien mengalami respirasi rate yang tinggi diatas normal
sehingga dapat di indikasikan mengalami sesak napas dan harus mendapatkan bantuan
oksigen supaya pernapasan nya terbantu.
Pasien mendapatkan bantuan cairan dalam jumlah yang sudah di tentukan dilihat dari
area luas luka bakar pada pasien tersbut dengan jumlah 675/ menit karena luka bakar pasien
cukup parah dan cairan dalam tubuh banyak yang hilang sehingga membutuhkan cukup
banyak cairan.

STEP 6
Materi Tambahan
Luka bakar adalah cedera pada kulit yang disebabkan oleh panas, listrik, zat kimia,
gesekan atau radiasi. Banyak cara untuk menyembuhkan luka bakar salah satunya yaitu
dengan pengobatan, pengobatan sendiri bisa dilakukkan baik dengan cara medis maupun non
medis atau tradisional. Dibawah ini merupakan cara pengobatan tradisional pada luka bakar
diantaranya :
1. Air dingin
Obat luka bakar alami yang sangat direkomendasikan untuk pertolongan
pertama pada luka bakar adalah air dingin. Caranya yaitu dengan cara
mengalirkan air dingin (Antara 2-5 C) ke area luka selama 10-20 menit. Air
dingin tidak hanya mengurangi peradangan dan memberikan sensasi dingin
tetapi juga mencegah luka bakar menjadi lebih parah. Semakin cepat luka bakar
kontak dengan air dingin maka akan semakin baik.
Cara mengobati luka bakar dengan air dingin yaitu :
- Sesaat setelah mengalami luk bakar, segera menuju ke arah keran air
terdekat
- Nyalakan keran dengan aliran sedang letakkan area yang terluka
dibawah keran selama 10-20 menit
2. Madu

Madu dapat digunakan sebagai obat luka bakar yang efektif. Madu memiliki
khasiat untuk mempercepat proses penyembuhan bagi luka bakar tingkat I dan
II. Madu merupakan antibiotik alami yang secara efektif mensterilkan luka dan
membantu penyembuhan luka bakar. Manfaat utama dari madu tidak hanya
membantu mengobati luka bakar tetapi juga menyediakan bantuan instan untuk
meringankan rasa sakit akibat luka bakar.
Cara memanfaatkan medu sebagai obat luka bakar alami sangat mudah,
yaitu :
- Carilah madu yang 100% murni
- Oleskan madu dengan lembut ke area luka bakar dan biarkan sampai
mengering agar efek madu bekerja
- Ulangi mengoleskan madu minimal 5 kali dalam sehari
3. Lidah buaya
Obat luka bakar yang ampuh dan mudah ditemukan berikutnya yaitu lidah
buaya. Lidah buaya memiliki sifat menyejukkan dan sangat bagus dalam
penyembuhan luka bakar. Yang harus dilakukkan adalah memotong beberapa
daun dari tanaman lidah buaya kemudian gosokan langsung pada area kulit
yang terbakar. Penggunaan lidah buaya tidak hanyak membantu untuk
menghilangkan luka bakar tetapi untuk memberi sensasi dingin yang akan
mengurangi rasa sakit dan peradangan.
Cara menggunaka lidah buaya sebagai obat luka bakar yaitu :
- Ambil sebatang lidah buaya segar dan belah hingga nampak
dagingnya
- Oleskan lendir atau gel yang keluar dari lidah buaya ke area yang
mengalami luka bakar
- Setelah mengering, bilas dengan air bersih lalu oleskan sekali lagi
gel lidah buaya tersebut
- Ulangi beberapa kali hingga lukanya sembuh.
4. Cuka

Selain dimanfaatkan sebagai bumbu masakan cuka juga berguna sebagai


pertolongan pertama luka bakaralami. Cuka putih mengandung asam asetat,
komponen aspirin yang dapat membantu meringankan rasa sakit, gatal, dan
radang pada luka bakar. Cuka adalah zat antiseptik yang baik yang mampu
mencegah infeksi dan membantu mengobati luka bakar ringan.
Cara memanfaatkan cuka untuk pengobatan alami luka bakar yaitu :
- Gunakan larutan cuka putih untuk membasuh area luka
bakarBasahi kain dengan cuka putih lalu gunakan sebagai perban
untuk menutupi kulit yang terkena luka bakar
- Ganti perban larutan cuka sebanyak 3 kali sehari

5. Kentang

Keberadaan kentang untuk mengobati luka bakar mungkin cukup asing bagi
sebgian orang, tapi pada faktanya melakukkan hal tersebut sangatlah efektif.
Kentang mentah dapat membantu dalam penyembuhan kulit akibat luka bakar
karena sifat anti-iritasi nya yang dapat mengurangi rasa sakit dan mencegah
kulit melepuh.
Cara menjadikan kentang sebagai obat luka bakar yang ampuh yaitu :
- Cuci bersih kentang mentah lalu iris atau potong dengan
menggunakan pisau
- Gosokkan kentang pada kulit yang terkena luka bakar hingga sari
kentang terserap ke kulit
- Cara lainnya yaitu dengan menempelkan irisan kentang pada area
luka bakar lalu bungkus menggunakan perban
JAWABAN DARI UNTUK ANALISA KASUS
1. System Organ yang terganggu terkait dengan kasus.
a. System integument
Anatomi Fisiologi Sistem Integumen

Kulit merupakan organ tubuh yang paling luas yang berkontribusi terhadap total berat
tubuh sebanyak 7 %. Keberadaan kulit memegang peranan penting dalam mencegah
terjadinya kehilangan cairan yang berlebihan, dan mencegah masuknya agen-agen yang ada
di lingkungan seperti bakteri, kimia dan radiasi ultraviolet. Kulit juga akan menahan bila terjadi
kekuatan-kekuatan mekanik seperti gesekan (friction), getaran (vibration) dan mendeteksi
perubahan-perubahan fisik di lingkungan luar, sehingga memungkinkan seseorang untuk
menghindari stimuli-stimuli yang tidak nyaman. Kulit membangun sebuah barier yang
memisahkan organ-organ internal dengan lingkungan luar, dan turut berpartisipasi dalam
berbagai fungsi tubuh vital.

Kulit tersusun atas tiga lapisan, yaitu :


1) Epidermis
Epidermis berasal dari ektoderm, terdiri dari beberapa lapis (multilayer). Epidermis sering
kita sebut sebagai kuit luar. Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan
memiliki tebal yang berbeda-beda: 400-600 μm untuk kulit tebal (kulit pada telapak tangan dan
kaki) dan 75-150 μm untuk kulit tipis (kulit selain telapak tangan dan kaki, memiliki rambut).
Selain sel-sel epitel, epidermis juga tersusun atas lapisan:
(a) Melanosit, yaitu sel yang menghasilkan melanin melalui proses
melanogenesis.Melanosit (sel pigmen) terdapat di bagian dasar epidermis. Melanosit
menyintesis dan mengeluarkan melanin sebagai respons terhadap rangsangan
hormon hipofisis anterior, hormon perangsang melanosit (melanocyte stimulating
hormone, MSH). Melanosit merupakan sel-sel khusus epidermis yang terutama
terlibat dalam produksi pigmen melanin yang mewarnai kulit dan rambut. Semakin
banyak melanin, semakin gelap warnanya. Sebagian besar orang yang berkulit gelap
dan bagian-bagian kulit yang berwarna gelap pada orang yang berkulit cerah (misal
puting susu) mengandung pigmen ini dalam jumlah yang lebih banyak. Warna kulit
yang normal bergantung pada ras dan bervariasi dari merah muda yang cerah
hingga cokelat. Penyakit sistemik juga akan memengaruhi warna kulit. Sebagai
contoh, kulit akan tampak kebiruan bila terjadi inflamasi atau demam. Melanin
diyakini dapat menyerap cahaya ultraviolet dan demikian akan melindungi seseorang
terhadap efek pancaran cahaya ultraviolet dalam sinar matahari yang berbahaya.
(b) Sel Langerhans, yaitu sel yang merupakan makrofag turunan sumsum tulang, yang
merangsang sel Limfosit T, mengikat, mengolah, dan merepresentasikan antigen
kepada sel Limfosit T. Dengan demikian, sel Langerhans berperan penting dalam
imunologi kulit. Sel-sel imun yang disebut sel Langerhans terdapat di seluruh
epidermis. Sel Langerhans mengenali partikel asing atau mikroorganisme yang
masuk ke kulit dan membangkitkan suatu serangan imun. Sel Langerhans mungkin
bertanggung jawab mengenal dan menyingkirkan sel-sel kulit displastik dan
neoplastik. Sel Langerhans secara fisik berhubungan dengan saraf-sarah simpatis ,
yang mengisyaratkan adanya hubungan antara sistem saraf dan kemampuan kulit
melawan infeksi atau mencegah kanker kulit. Stres dapat memengaruhi fungsi sel
Langerhans dengan meningkatkan rangsang simpatis. Radiasi ultraviolet dapat
merusak sel Langerhans, mengurangi kemampuannya mencegah kanker.
(c) Sel Merkel, yaitu sel yang berfungsi sebagai mekanoreseptor sensoris dan
berhubungan fungsi dengan sistem neuroendokrin difus.
(d) Keratinosit, lapisan eksternal kulit tersusun atas keratinosit (zat tanduk) dan lapisan
ini akan berganti setiap 3-4 minggu sekali. Keratinosit yang secara bersusun dari
lapisan paling luar hingga paling dalam sebagai berikut:
- Stratum Korneum, terdiri atas 15-20 lapis sel gepeng, tanpa inti dengan
sitoplasma yang dipenuhi keratin. Lapisan ini merupakan lapisan terluar dimana
eleidin berubah menjadi keratin yang tersusun tidak teratur sedangkan serabut
elastis dan retikulernya lebih sedikit sel-sel saling melekat erat.
- Stratum Lucidum, tidak jelas terlihat dan bila terlihat berupa lapisan tipis yang
homogen, terang jernih, inti dan batas sel tak terlihat. Stratum lucidum terdiri dari
protein eleidin.
- Stratum Granulosum, terdiri atas 2-4 lapis sel poligonal gepeng yang
sitoplasmanya berisikan granul keratohialin. Pada membran sel terdapat granula
lamela yang mengeluarkan materi perekat antar sel, yang bekerja sebagai
penyaring selektif terhadap masuknya materi asing, serta menyediakan efek
pelindung pada kulit.
- Stratum Spinosum,tersusun dari beberapa lapis sel di atas stratum basale. Sel
pada lapisan ini berbentuk polihedris dengan inti bulat/lonjong. Sel-sel spinosum
saling terikat dengan filamen; filamen ini memiliki fungsi untuk mempertahankan
kohesivitas (kerekatan) antar sel dan melawan efek abrasi. Dengan demikian,
sel-sel spinosum ini banyak terdapat di daerah yang berpotensi mengalami
gesekan seperti telapak kaki.
- Stratum Basal/Germinativum, merupakan lapisan paling bawah pada epidermis,
tersusun dari selapis sel-sel pigmen basal, berbentuk silindris dan dalam
sitoplasmanya terdapat melanin. Pada lapisan basile ini terdapat sel-sel mitosis.

Setiap kulit yang mati akan terganti tiap 3- 4 minggu. Epidermis akan bertambah
tebal jika bagian tersebut sering digunakan. Persambungan antara epidermis dan dermis di
sebut rete ridge yang berfunfgsi sebagai tempat pertukaran nutrisi yang essensial. Dan
terdapat kerutan yang disebut fingers prints.
Pada daerah kulit terdapat juga kelenjar keringat. Kelenjar keringat terdiri dari fundus
(bagian yang melingkar) dan duet yaitu saluran semacam pipa yang bermuara pada
permukaan kulit membentuk pori-pori keringat. Semua bagian tubuh dilengkapi dengan
kelenjar keringat dan lebih banyak terdapat dipermukaan telapak tangan, telapak kaki, kening
dan di bawah ketiak. Kelenjar keringat mengatur suhu badan dan membantu membuang sisa-
sisa pencernaan dari tubuh. Kegiatannya terutama dirangsang oleh panas, latihan jasmani,
emosi dan obat-obat tertentu. Ada dua jenis kelenjar keringat yaitu :
- Kelenjar keringat ekrin, kelenjar keringat ini mensekresi cairan jernih, yaitu
keringat yang mengandung 95 – 97 persen air dan mengandung beberapa
mineral, seperti garam, sodium klorida, granula minyak, glusida dan sampingan
dari metabolisme seluler. Kelenjar keringat ini terdapat di seluruh kulit, mulai dari
telapak tangan dan telapak kaki sampai ke kulit kepala. Jumlahnya di seluruh
badan sekitar dua juta dan menghasilkan 14 liter keringat dalam waktu 24 jam
pada orang dewasa.Bentuk kelenjar keringat ekrin langsing, bergulung-gulung
dan salurannya bermuara langsung pada permukaan kulit yang tidak ada
rambutnya.
- Kelenjar keringat apokrin, yang hanya terdapat di daerah ketiak, puting susu,
pusar, daerah kelamin dan daerah sekitar dubur (anogenital) menghasilkan
cairan yang agak kental, berwarna keputih-putihan serta berbau khas pada
setiap orang. Sel kelenjar ini mudah rusak dan sifatnya alkali sehingga dapat
menimbulkan bau. Muaranya berdekatan dengan muara kelenjar sebasea pada
saluran folikel rambut. Kelenjar keringat apokrin jumlahnya tidak terlalu banyak
dan hanya sedikit cairan yang disekresikan dari kelenjar ini. Kelenjar apokrin
mulai aktif setelah usia baligh dan aktivitas kelenjar ini dipengaruhi oleh hormon.

2) Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai “True Skin”
karena 95% dermis membentuk ketebalan kulit.Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong
epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang
paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm. Kulit, janringan, atau dermis menjadi tempat
ujung saraf perasa, tempat keberadaan kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar
palit atau kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah bening, dan otot penegak
rambut (muskulus arektor pili). Lapisan ini elastis & tahan lama, berisi jaringan kompleks
ujung-ujung syaraf, kelenjar sudorifera, kelenjar. Sebasea, folikel jaringan rambut &pembuluh
darah yang juga merupakan penyedia nutrisi bagi lapisan dalam epidermis.
Dermis atau cutan (cutaneus), yaitu lapisan kulit di bawah epidermis. Penyusun utama
dari dermis adalah kolagen. Membentuk bagian terbesar kulit dengan memberikan kekuatan
dan struktur pada kulit, memiliki ketebalan yang bervariasi bergantung pada daerah tubuh dan
mencapai maksimum 4 mm di daerah punggung. Dermis terdiri atas dua lapisan dengan batas
yang tidak nyata, yaitu stratum papilare dan stratum reticular.
(a) Stratum papilare, yang merupakan bagian utama dari papila dermis, terdiri atas jaringan
ikat longgar. Pada stratum ini didapati fibroblast, sel mast, makrofag, dan leukosit yang
keluar dari pembuluh (ekstravasasi). Lapisan papila dermis berada langsung di bawah
epidermis tersusun terutama dari sel-sel fibroblas yang dapat menghasilkan salah satu
bentuk kolagen, yaitu suatu komponen dari jaringan ikat. Dermis juga tersusun dari
pembuluh darah dan limfe, serabut saraf , kelenjar keringat dan sebasea, serta akar
rambut. Suatu bahan mirip gel, asam hialuronat, disekresikan oleh sel-sel jaringan ikat.
Bahan ini mengelilingi protein dan menyebabkan kulit menjadi elastis dan memiliki turgor
(tegangan).
(b) Stratum retikulare, yang lebih tebal dari stratum papilare dan tersusun atas jaringan ikat
padat tak teratur. Terdiri atas serabut-serabut penunjang (kolagen, elastin, retikulin),
matiks (cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat serta fibroblas). Serta terdiri
dari sel fibroblast yang memproduksi kolagen dan retikularis yang terdapat banyak
pembuluh darah , limfe, akar rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebaseus.

Lapisan dermis juga ini mengandung sel-sel khusus yang membantu mengatur suhu,
melawan infeksi, air menyimpan dan suplai darah dan nutrisi ke kulit. Sel-sel khusus dari
dermis juga membantu dalam mendeteksi sensasi dan memberikan kekuatan dan fleksibilitas
untuk kulit. Komponen dermis meliputi:
- Pembuluh darah berfungsi sebagai transport oksigen dan nutrisi ke kulit dan
mengeluarkan produk sampah. Kapal ini juga mengangkut vitamin D dari kulit
tubuh.
- Pembuluh getah bening sebagai pasokan (cairan susu yang mengandung sel-sel
darah putih dari sistem kekebalan tubuh) pada jaringan kulit untuk melawan
mikroba.
- Kelenjar Keringat untuk mengatur suhu tubuh dengan mengangkut air ke
permukaan kulit di mana ia dapat menguap untuk mendinginkan kulit.
- Sebasea (minyak) kelenjar yaitu membantu untuk kulit tahan air dan melindungi
terhadap mikroba. Mereka melekat pada folikel rambut.
- Folikel rambut, seperti rongga berbentuk tabung yang melampirkan akar rambut
dan memberikan nutrisi pada rambut.
- Sensory reseptor syaraf yang mengirimkan sensasi seperti sentuhan, nyeri, dan
intensitas panas ke otak.
- Kolagen protein struktural tangguh yang memegang otot dan organ di tempat
dan memberikan kekuatan dan bentuk ke jaringan tubuh.
- Elastin protein karet yang memberikan elastisitas dan membuat kulit
merenggang. Hal ini juga ditemukan di ligamen, organ, otot dan dinding arteri.
3) Subkutan atau Hipodermis
Pada bagian subdermis ini terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di
dalamnya. Pada lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan getah
bening. Untuk sel lemak pada subdermis, sel lemak dipisahkan oleh trabekula yang fibrosa.
Lapisan terdalam yang banyak mengandung sel liposit yang menghasilkan banyak lemak.
Disebut juga panikulus adiposa yang berfungsi sebagai cadangan makanan. Berfungsi juga
sebagai bantalan antara kulit dan setruktur internal seperti otot dan tulang. Sebagai mobilitas
kulit, perubahan kontur tubuh dan penyekatan panas.Sebagai bantalan terhadap trauma.
Tempat penumpukan energi.
Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah dan limfe, saraf-saraf
yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit. Cabang-cabang dari pembuluh-pembuluh dan
saraf-saraf menuju lapisan kulit jangat. Jaringan ikat bawah kulit berfungsi sebagai bantalan
atau penyangga benturan bagi organ-organ tubuh bagian dalam, membentuk kontur tubuh
dan sebagai cadangan makanan.Ketebalan dan kedalaman jaringan lemak bervariasi
sepanjang kontur tubuh, paling tebal di daerah pantat dan paling tipis terdapat di kelopak
mata. Jika usia menjadi tua, kinerja liposit dalam jaringan ikat bawah kulit juga menurun.
Bagian tubuh yang sebelumnya berisi banyak lemak, lemaknya berkurang sehingga kulit akan
mengendur serta makin kehilangan kontur.
2. Diagnose keperawatan utama pada kasus diatas
Ketidakefektifan pola nafas b.d hiperventilasi ditandai dengan menurut keterangan
dari pengantar saat pasien sedang memasak tiba-tiba kompor gasnya meledak

3. Pathway dari masalah keperawatan utama

Terpapar ledakan gas



Gas (panas) terhisap ke saluran nafas

Merusak silia, mukosa pernafasan

Edema saluran pernafasan bagian atas

Obstruksi jalan nafas

Ventilasi tidak adekuat

Ketidakefektifan pola nafas
4. Tindakan dan Intervensi Keperawatan pada Masalah Keperawatan Utama
NANDA NOC NIC
Ketidakefektifan pola Tujuan panjang: 1. Posisikan pasien untuk
nafas - Setelah dilakukan memaksimalkan ventilasi
tindakan 4 x 24 jam, 2. Identifikasi pasien
diharapkan pola nafas perlunya pemasangaan
pasien efektif alat jalan nafas buatan
- Tujuan pendek: 3. Monitor respirasi dan
- Setelah dilakukan status O2
tindakan selama 1 x 24 4. Monitor tanda-tanda vital
jam, diharapkan
frekuensi nafas
mendekati normal

5. Prinsip Legal Etik


Pada kasus tersebut tidak terdapat masalah legal etik
6. Nursing Advokasi
Apabila perawat menemukan masalah luka bakar seperti kasus diatas prioritas pertama yang
harus dilakukan yaitu menghentikan proses luka bakar. Pada luka bakar termal (api):
“berhenti, berbaring, dan berguling”. Tutup individu dengan selimut dan gulingkan pada api
yang lebih kecil.
7. Analaisa Jurnal

No Komponen Penilaian Hasil Telaah


1. Judul Jurnal Perbedaan efektivitas penyembuhan luka bakar
dengan propolis dan Silvers Sulfadiazin 1%
2. Latar Belakang Penelitian Luka bakar adalah kerusakan kulit tubuh yang
disebabkan oleh api atau penyebab lain seperti
air panas, listrik, bahan kimia dan radiasi. Luka
bakar memerlukan perawatan berupa agen
topical untuk mendukung penyembuhan luka.
Silver Sulfadiazine 1% sering digunakan sebagai
agen topical dalam luka bakar karena
menimbulkan efek antimicrobial. Selain itu,
dalam penyembuhan luka bakar dapat
menggunakan bahan alami, salah satunya
adalah propolis. Propolis merupakan salah satu
produk yang dihasilkan oleh lebah dan
mengandung komposisi kimia yang kompleks
yang bersifat sebagai antibakteri, anti-inflamasi
dan anti-oksidan yang mampu mempercepat
penyembuhan luka bakar. (loffg,2006)
3. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui perbedaan efektifitas Silver
Sulfadiazine 1% dan propolis dalam proses
penyembuhan luka baka.
4. Hasil Penelitian Penelitian dilakuka 14hari dengan menggunakan
hewan percobaan marmot (carvia cobaya) :
Terbagi dalam kelompok tropolos, SSD 1%, dan
kelompok control normal salin. Berdasarkan
hasil perawatan 14 hari, kelompok propolius
memiliki ukuran luka terkecil diantara semua
kelompok. Kelompok SSD 1% dan control
normal salin memiliki ukuran diameter luka bakar
yang hamper sama pada hari ke 14 post
pembukaan luka. Hal ini menunjukan propolis
lebih efektif dalam penyembuhan luka bakar
disbanding SSD 1%.
5. Pembahasan Hasil Penelitian Penelitian dilakukan untuk mengetahui
perbedaan efektifitas penyembuhan luka bakar
dengan menggunakan Silver Sulfadiazine 1% ,
propolis, dan control normal salin 0,9%.
Perbedaan yang dilihat adalah pada ukuran
kemerahan, cairan luka, granulasi luka, dan
ukuran diameter luka.
Dalam perawatan yang dilakukan 14 hari
menunjukan bahwa kemerahan hari ke-3
kelompok propolis berukuran rata-rata 0,41cm
dari tepi luka, sedangkan pada kelpompok SSD
1% adalah o,1 cm dan kelompok control 0,4 cm.
ukurann kemerahan pada ketiga kelompok
tersebut mengalami penurunan pada hari ke 7
dimana ukuran kemerahan kelompok propolis
menjadi sebesar 0,13 cm, kelpompok SSD 1%
menjadi 0,32 cm ,dan kelpompok control menjadi
0,33 cm. hal ini menunjukan bahwa baik
penggunaan propolis maupun SSD 1% dapat
menunjukan kemerahan.
Edema hari 3 pada kelompok propolis
nbberukuran rata-rata 0,44 cm dari tepi luka,
sedangkan nilai edema SSD 1% 0,6 cm dan
control 0,55 cm. ukuran edema pada kelompok
tersebut mengalami penurunan pada hari ke7,
dimana ukuran edema kelompok propolis
menjadi 0,14 cm, kelompok SSD 1% sebesar
0,32 cm dan kelompok kontro 0,33 cm. hal ini
menunjukan bahwa pengguna propolis maupun
SSD 1% dapat menurunkan edema. Propolis
dan SSD 1% sana-sama mengandung
antibakteri, sehingga mampu mencegah infeksi
dan dapat menurunkan edema .
Hasil penelitian yang dilakukan dilabolatorium
biokimia di fakultas Unair Surabaya didapatkan
bahwa perawatan luka dengan propolis, SSD 1%
dan control normal salin 0,9% tidak ditemukan
adanya cairan pus, sehingga kelompok tersebut
tidak mengalami infeksi mikroba pada luka
bakar.
Fase proliperasi disebut juga fase pribloblasi
karena yang meninjiol adalah proses proliperasi
plibrolilas. Fase ini berlangsung dari akhir fase
inflamasi sampai kira-kira minggu ke 3 (syasu
hidayat 2005).
Fase proliperasi dapat diamati secara
makroskopis melalui jaringan granulasi yang
terbentuk pada luka dan mengecilnya diameter
pada luka. Jaringan granulasi baru terlihat pada
hari ke 14 dimana kelompok profolis 100%
terdapat granulasi di seluruh bagian luka.
Kelompok SSD 1 % juga 100% terdapat
granulasi diseluruh bagian luka, dan kelompok
control normal salin hanya terdapat granulasi di
sebgian luka. Hal ini menunjukan bahwa baik
oenggunaan profolis SSD 1% mampu
meningkatkan granulasi luka.
Penggunaan profolis SSD 1% membuat
diameter luka bakar semakin mengecil tetapi
diameter kelompok profolis lebih kecil darpada
kelompok SSD 1%, sehingga penggunaan
profolis lebih efektif dalam memperkecil diameter
ukuran luka bakar yang merupakan tanda fase
proliferasi dibandikan SSD 1%. Hal tersebut
membuktikan bahwa penggunaan profolis lebih
efektif dalam penyembuhan luka bakar
dibandingkan dengan SSD 1%.
6. Simpulan Penelitian Profolis lebih efektif menghilangkan kemerahan
dan edema pada fase implamasi saat
memperkecil ukuran diameter luka bakar pada
fase proliferasi dibandingkan ssd 1%. Hal ini
disebabkan senyawa bioflavonoid dan lape di
dalam profolis yang bersifat anti implamasi, anti
oksidaan, anti bakteri dan merangsang
pembentukan fibroblast pada luka bakar.
7. Saran Penelitian Peneliti menyarankan agar dilakukan penelitian
lebih lanjut tentang luka bakar dengan observasi
selain mikroskopis agar dapat melihat berbagai
perubahan yang terjadi pada sel kolagen, PMN,
dan sel limfosit dan monosit selama
penyembuhan luka baik fase implamasi maupun
fase proliferasi perlu dilakukan. Penelitian lebih
lanjut dengan menggunaan sample manusia
perlu dilakukan.
8. Aplikasi Jurnal dalam Pelayanan Pemebrian profolis dapat diberikan kepada
Kesehatan pasien dengan luka bakaar untuk menurunkan
infeksi dan penurunan ukuran diameter luka.
Selain dilakukan sebagai tindakan keperawatan,
pemberian profolis juga dapat diberikan di rumah
sebagai tindakan post-hospitalisasi.

3.3 Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama : Tidak ada data
Tempat Tanggal Lahir : Tidak ada data
Umur : 45 tahun
Pendidikan : Tidak ada data
Pekerjaan : Tidak ada data
Suku/ Bangsas : Tidak ada data
Alamat : Tidak ada data
Golongan Darah : Tidak ada data
Diagnosa Medis : Luka bakar
No. Medrek : Tidak ada data
b. Keluhan Utama
Tidak ada data
c. Riwayat Penyakit Saat Ini
Seorang perempuan berusia 45 tahun dengan BB: 50 kg datang ke IGD diantar
oleh keluarganya, menurut keterangan dari pengantar saat pasien sedang memasak tiba-
tiba kompor gas nya meledak dan menyambar anggota tubuh orang tersebut.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada data
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada data
f. Pola ADL
Tidak ada data
g. Riwayat psiko social
Tidak ada data
h. Aktifitas/istirahat
Tidak ada data
i. Sirkulasi
Tanda cedera luka bakar didapatkan hasil 54%
j. Eliminasi
Tidak ada data
k. Pemeriksaan fisik
B. Keadaan umum
Tidak ada data
C. TTV
Tekanan Darah = 110/70 mmHg
Respirasi = 28x/menit
Nadi = 100x/menit
Suhu = 38,5˚C

Data Fokus

Data Subjektif Data Objektif

D. Menurut keterangan dari pengantar E. Perempuan berusia 45 tahun


saat pasien sedang memasak tiba- F. BB : 50 kg
tiba kompor gas nya meledak dan G. Tanda-tanda vital:
menyambar anggota tubuh orang TD = 110/70 mmHg
tersebut. RR = 28x/menit
N = 100x/menit
Suhu = 38,5˚C
H. Anggota tubuh yang terkena adalah
kedua kaki dan kedua tangan.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. DS: Terpapar ledakan gas Ketidakefektifan
1. Menurut keterangan dari ↓ pola nafas
pengantar saat pasien sedang Gas (panas) terhisap ke saluran
memasak tiba-tiba kompor gas nafas
nya meledak dan menyambar ↓
anggota tubuh orang tersebut. Merusak silia, mukosa
DO pernafasan
1. RR = 28x/menit ↓
2. Tanda-tanda vital: Edema saluran pernafasan
TD = 110/70 mmHg bagian atas
N = 100x/menit ↓
S = 38,5˚C Obstruksi jalan nafas

Ventilasi tidak adekuat

Ketidakefektifan pola nafas
1. DS: Terpapar ledakan gas Kekurangan
1. Menurut keterangan dari ↓ volume cairan
pengantar saat pasien sedang Gas panas mengenai kedua
memasak tiba-tiba kompor gas ekstremitas (54%)
nya meledak dan menyambar ↓
anggota tubuh orang tersebut. Kerusakan permukaan kulit
ekstremitas
DO ↓
1. Luka bakar di kedua tangan dan Inflamasi
kedua kaki ↓
2. Tanda-tanda vital: Peningkatan permeabilitas
TD = 110/70 mmHg kapiler
RR = 28x/menit ↓
N = 100x/menit Perpindahan cairan dari
S = 38,5˚C intraseluler dan intra vascular
ke jaringan

Penurunan volume cairan di
intraseluler dan intravaskular

Kekurangan volume cairan
3. DS: Terpapar ledakan gas Kerusakan
1. Menurut keterangan dari ↓ integritas kulit
pengantar saat pasien sedang Luka bakar
memasak tiba-tiba kompor gas ↓
nya meledak dan menyambar Biologis
anggota tubuh orang tersebut. ↓
Kerusakan kulit

DO: Kerusakan integritas kulit
1. Luka bakar di kedua tangan dan
kedua kaki
2. Tanda-tanda vital:
TD = 110/70 mmHg
RR = 28x/menit
N = 100x/menit
S = 38,5˚C
4. DS: Terpapar ledakan gas Resiko infeksi
1. Menurut keterangan dari ↓
pengantar saat pasien sedang Luka bakar
memasak tiba-tiba kompor gas ↓
nya meledak dan menyambar Biologis
anggota tubuh orang tersebut. ↓
Kerusakan kulit
DO: ↓
1. Luka bakar di kedua tangan dan Resiko infeksi
kedua kaki
2. Tanda-tanda vital:
TD = 110/70 mmHg
RR = 28x/menit
N = 100x/menit
S = 38,5˚C

b. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan pola nafas b.d hiperventilasi ditandai dengan menurut keterangan
dari pengantar saat pasien sedang memasak tiba-tiba kompor gasnya meledak
2) Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan secara aktif ditandai dengan luka
bakar pada kedua kaki dan kedua tangan
3) Kerusakan integritas kulit b.d luka bakar terbuka ditandai dengan luka bakar pada
kedua kali dan kedua tangan
4) Resiko infeksi b.d hilangnya barier kulit dan respon imun ditandai dengan luka bakar
pada kedua kaki dan tangan

3. Intervensi Keperawatan

NO NANDA NOC NIC RASIONAL


1. Ketidak efektifan Tujuan panjang: NIC
pola napas b.d - Setelah dilakukan Air way management dan
hiperventilasi tindakan 4 x 24 Vital Sign Monitoring
ditandai dengan jam, diharapkan 1. Posisikan pasien 1. Untuk
menurut pola nafas pasien untuk memaksimalka
keterangan dari efektif memaksimalkan n ventilasi
pengantar saat - Tujuan Pendek: ventilasi 2. Untuk
pasien sedang - Setelah dilakukan 2. Identifikasi pasien megetahui alat
memasak tiba- tindakan selama perlunya bantu nafas
tiba kompor 1 x 24 jam, pemasangaan alat yang cocok
gasnya meledak diharapkan jalan nafas buatan dipakai oleh
frekuensi nafas 3. Monitor respirasi pasien
mendekati normal dan status O2 3. Untuk
4. Monitor tanda- mengetahui
tanda vital kondisi
pernafsan dan
status oksigen
pasien
4. Untuk
mengetahui
hasil dari
tanda-tanda
vital
2. Kekurangan Tujuan panjang: Fluid dan Hypovolemia
volume cairan I. Setelah dilakukan Management
b.d kehilangan tindakan selama 3 1. Pertahankan catatan 1. Untuk
cairan secara x 24 jam, intake dan output mengetahui
aktif ditandai diharapkan yang akurat jumlah
dengan luka pemenuhan 2. Monitor vital sign pemasukan
bakar pada kebutuhan cairan 3. Kolaborasi pemberian dan
kedua kaki dan pasien terpenuhi cairan IV pengeluaran
kedua tangan yaitu yaitu 5.400 2. Untuk
ml cairan. Dan mengetahui
pada 16 jam keadaan
berikutnya tanda-tanda
terpenuhi vital
kebutuhan cairan 3. Untuk
sebanyak 5.400 menambah
ml. pemasukan
cairan
J. Tujuan Pendek:
- Setelah
dilakukan
tindakan selama
1 x 24 jam,
diharapkan
pasien tidak
mengalami
penurunan
tekanan darah
dan penigkatan
suhu.
3. Kerusakan Tujuan panjang: Presure manajement dan
intregritas kulit K. Setelah dilakukan Insisions site care
b.d luka bakar tindakan selama 5 1. Anjurkan pasien untuk 1. Untuk
terbuka ditandai x 24 jam, menggunakan pakaian mengindari
dengan luka diharapkan yang longgar 2. Untuk
bakar pada integritas kulit baik 2. Jaga kebersihan kulit menjaga
kedua kali dan agar tetap bersih dan struktur
kedua tangan L. Tujuan Pendek: kering kulit
- Setelah dilakukan 3. Mobilisasi pasien 3. Untuk
tindakan selama 1 (ubah posisi pasien) mencegah
x 24 jam, setiap 2 jam sekali terjadinya
diharapkan 4. Monitor aktifitas dan dekubitus
lapisan kulit mobilisasi pasien 4. Untuk
(dermis) sedikit mengetahui
megalami perkemban
perbaikan dan gan
gannguan aktifitas
permukaan kulit pasien
(epidermis)
berkurang.
4. Resiko infeksi Tujuan panjang: Infection control (kontrol
b.d hilangnya M. Setelah infeksi)
barier kulit dan dilakukan tindakan 1. Cuci tangan setiap 1. Untuk
respon imun selama 3 x 24 sebelum dan sesudah mengurangi
ditandai dengan jam, diharapkan tindakan keperawatan terjadinya
luka bakar pada pasien terhindar 2. Gunakan baju, sarung infeksi
kedua kaki dan dari risiko infeksi tangan, sebagai alat 2. Untuk
tangan pelindung mencegah
N. Tujuan Pendek: 3. Pantau: terjadinya infesi
O. Setelah - Penampilan luka nosokomial
dilakukan tindakan bakar (area luka 3. Untuk
selama 1 x 24 bakar) setiap 8 mengidentifikasi
jam, diharapkan jam indikasi-indikasi
pasien dan - Suhu setiap 4 jam kemajuan atau
keluarga - Jumlah makanan penyimpanan
menunjukan yang dikonsumsi dari hasil yang
kemampuan untuk setiap kali makan diharapkan
mencegah 4. Bersihkan area luka 4. Untuk
timbulnya infeksi bakar setiap hari membersihkan
luka
5. Berikan terapi 5. Untuk
antibiotik bila perlu mengindentifika
infection protection si pathogen
(proteksi terhadap penyebab
infeksi) 6. Untuk membuat
6. Ajarkan pasien dan keluarga
keluarga tanda dan maupaun
gejala infeksi pasien
memahami
tentang tanda-
tanda infeksi

4. Implementasi Keperawatan
Tanggal
No. Diagnosa Implementasi Paraf
Dan Jam
Ketidak efektifan Tanggal
1. pola napas b.d 04-10-18
hiperventilasi (07.10) 1. Memposisikan pasien untuk
ditandai dengan memaksimalkan ventilasi
menurut keterangan (07.20) 2. Mengidentifikasi pasien perlunya
dari pengantar saat pemasangaan alat jalan nafas buatan
pasien sedang (07.30) 3. Memonitor respirasi dan status O2
memasak tiba-tiba (07.40) 4. Memonitor tanda-tanda vital
kompor gasnya
meledak
2. Kekurangan volume (08.00) 1. Mempertahankan catatan intake dan
cairan b.d output yang akurat
kehilangan cairan (08.10) 2. Memonitor vital sign
secara aktif ditandai (08.20) 3. Memberian cairan IV
dengan luka bakar
pada kedua kaki
dan kedua tangan
3. Kerusakan (09.00) 1. Menganjurkan pasien untuk
intregritas kulit b.d menggunakan pakaian yang longgar
luka bakar terbuka (09.10) 2. Menjaga kebersihan kulit agar tetap
ditandai dengan bersih dan kering
luka bakar pada (09.20) 3. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien)
kedua kali dan setiap 2 jam sekali
kedua tangan (09.30) 4. Memonitor aktifitas dan mobilisasi
pasien
4. Resiko infeksi b.d (10.00) 1. Menuci tangan setiap sebelum dan
hilangnya barier sesudah tindakan keperawatan
kulit dan respon (10.10) 2. Menggunakan baju, sarung tangan,
imun ditandai sebagai alat pelindung
dengan luka bakar (10.20) 3. Memantau:
pada kedua kaki - Penampilan luka bakar (area luka
dan tangan bakar) setiap 8 jam
- Suhu setiap 4 jam
- Jumlah makanan yang dikonsumsi
setiap kali makan
(11.00) 4. Membersihkan area luka bakar setiap
hari
(11.10) 2. Memberikan terapi antibiotik bila perlu
infection protection (proteksi terhadap
infeksi)
(11.20) 3. Mengajarkan pasien dan keluarga tanda
dan gejala infeksi

5. Evaluasi Keperawatan
Tanggal
No. Diagnosa Evaluasi Paraf
Dan Jam
1. Ketidak efektifan 05-10-18 S: -
pola napas b.d (07.10) O: frekuensi nafas normal 20x/menit
hiperventilasi A: masalah teratasi
ditandai dengan P: intervensi dihentikan
menurut keterangan
dari pengantar saat
pasien sedang
memasak tiba-tiba
kompor gasnya
meledak
2. Kekurangan volume (07.30) S: -
cairan b.d O: elektolit serum dalam batas normal,
kehilangan cairan tekanan darah normal 130/70 mmHg,
secara aktif ditandai suhu dalam batas normal 37˚C
dengan luka bakar A: masalah teratasi
pada kedua kaki P: intervensi dihentikan
dan kedua tangan
3. Kerusakan (07.50) S: -
intregritas kulit b.d O: luka bakar pada kedua tangan dan kaki
luka bakar terbuka pasien membaik (kering)
ditandai dengan A: masalah teratasi
luka bakar pada P: intervensi dihentikan
kedua kali dan
kedua tangan
4. Resiko infeksi b.d (08.10) S: -
hilangnya barier O: suhu tubuh pasien normal 37˚C
kulit dan respon A: masalah teratasi
imun ditandai P: intervensi dihentikan
dengan luka bakar
pada kedua kaki
dan tangan
BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan
Luka bakar merupakan kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan
sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi.
Klasifikasi pada luka bakar tebagi tiga yaitu:
1) Kedalaman Luka Bakar
2) Luas Permukaan Tubuh Yang Terbakar
3) Berat ringannya luka bakar

Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas melebihi kerusakan
fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung. Masalah kompleks ini mempengaruhi
semua sistem tubuh dan beberapa keadaan yang mengancam kehidupan. Dua puluh tahun lalu,
seorang dengan luka bakar 50% dari luas permukaan tubuh dan mengalami komplikasi dari luka dan
pengobatan dapat terjadi gangguan fungsional

4.2 Saran
Pengetahuan umum perawat tentang anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar sangat
diperlukan untuk mengenal perbedaan dan derajat luka bakar tertentu dan berguna untuk
mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya komplikasi multi organ yang menyertai. Prognosis klien
yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung dengan lokasi dan ukuran luka bakar.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Volume 3. Jakarta: EGC
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta: EGC
Maliya, Arina. 2012. Penuntun Praktek Laboratorium KMB IIIB. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Marylin E. Doenges (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3. Jakarta: EGC
Moenadjat, Yefla. 2001. Luka Bakar. Jakarta: FKUI
Nuratif, Amin H dan Kusuma Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan Nanda Nic-Noc. Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction
Smeltzer, 2002 . Keperawatan Medikal Bedah Volume 3. Jakarta: ECG
Suriadi, Rita. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV. Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai