Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN KEPERAWATAN BURNS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan
kimia, listrik dan radiasi (Smeltzer, Suzanna, 2002 dalam Huda A,
Kusuma H, 2015).
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh
dokter,jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang
relatif tinggi dibandingkan dengan cedera oleh sebab lain.Biaya yang
dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannnya. Penyebab luka
bakar selain karena api (secara langsung ataupun tidak langsung),juga
karena pajanan suhu tinggi dari matahari,listrik maupun bahan kimia.
Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api (misalnya
tersiram panas) banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga (
Sjamsuhidajat, 2005 ).
Kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar di Amerika
Serikat setiap tahunnya. Dari kelompok ini 200 ribu pasien memerlukan
penanganan rawat jalan dan 100 ribu pasien dirawat di rumah sakit.
Sekitar 12 ribu orang meninggal setiap tahunnya akibat luka bakar dan
cedera inhalasi yang berhubungan dengan luka bakar lebih separuh dari
kasus luka bakar dirumah sakit seharusnya dapat dicegah.
Perawat dapat memainkan peranan yang aktif dalam pencegahan
kebakaran dan luka bakar dengan mengajarkan konsep pencegahan dan
mempromosikan undang-undang tentang pengamanan kebakaran. Asuhan
keperawatan komprehensif yang diberikan manakala terjadi luka bakar
adalah penting untuk pencegahan kematian dan kecacatan. Hanya dengan
dasar pengetahuan komprehensif perawat dapat memberikan intervensi
terapeutik yang diperlukan pada semua tahapan penyembuhan.
Prognosis dan penanganan luka bakar terutama pada dalam dan
luasnya permukaan luka bakar; dan penanganan sejak awal hingga

PSIK 7-B NHM(2017) 1


ASUHAN KEPERAWATAN BURNS

penyembuhan. Selain itu faktor letak daerah yang terbakar, usia, dan
keadaan kesehatan penderita juga turut menentukan kecepatan
penyembuhan. Luka bakar pada daerah perineum, ketiak, leher, dan tangan
sulit dalam perawatannya, antara lain karena mudah mengalami
kontraktur. (Mansjor, 2000).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi dan fisiologikulit?
2. Apa pengertian burns?
3. Apa penyebab terjadinya burns?
4. Apa saja klasifikasi pada burns?
5. Apa manifestasi klinis pada burns?
6. Bagaimana patofisiologi burns?
7. Bagaimana WOC dari burns?
8. Bagaimana pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada kasus
burns?
9. Bagaimana penatalaksanaan dan pengobatan yang dapat dilakukan pada
kasus burns?
10. Bagaimana komplikasi yang akan terjadi pada burns?
11. Bagaimana asuhan keperawatan yang dilakukan pada kasus burns?
1.3 Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat memahami tentang keperawatan gawat
darurt yang diakibatkan oleh burns dan dapat mengetahui
bagaimana asuhan keperawatan pada kasus burns.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk memahami anatomi dan fisiologikulit.
2. Untuk mengetahui pengertian burns.
3. Untuk mengetahui etiologi terjadinya burns.
4. Untuk mengetahui klasifikasi pada burns.
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada burns.
6. Untuk mengetahui patofisiologi burns.
7. Untuk mengetahui WOC dari burns.

PSIK 7-B NHM(2017) 2


ASUHAN KEPERAWATAN BURNS

8. Untuk memahami pemeriksaan penunjang yang dapat


dilakukan pada kasus burns.
9. Untuk memahami penatalaksanaan dan pengobatan yang dapat
dilakukan pada kasus burns.
10. Untuk mengetahui komplikasi yang akan terjadi pada burns.
11. Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang dilakukan pada
kasus burns.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Bagi Mahasiswa Keperawatan
Dengan membaca makalah ini, maka pengetahuan mahasiswa
tentang burns semakin luas. Sehingga diharapkan, mahasiswa
keperawatan dapat menjadi perawat yang bisa merawat pasien
burns dengan baik dan efektif dan efisien.
2.4.1 Manfaat Bagi Masyarakat
Dengan adanya makalah ini diharapkan masyarakat Indonesia
dapat memahami tentang burns, cara penanganan, dan pengobatan
burns. Dengan begitu maka masyarakat dapat melakukan
pengobatan secara cepat dan tepat agar tidak terjadi komplikasi
yang serius.

PSIK 7-B NHM(2017) 3


ASUHAN KEPERAWATAN BURNS

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit


Kulit terdiri atas tiga
lapisan, yang masing-masing
memiliki berbagai jenis sel dan
memiliki fungsi yang bermacam-
macam. Ketiga lapisan tersebut
adalah epidermis, dermis, dan
subkutis (Muttaqin, 2013).
1. Epidermis
Epidermis terbagi atas lima lapisan:
a. Lapisan tanduk atau stratum korneum yaitu lapisan kulit yang paling luar
yang terdiri dari beberapa lapis sel gepeng yang mati, tidak berinti dan
protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk).
b. Stratum lusidum yaitu lapisan sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma
berubah menjadi eleidin (protein). Tampak jelas pada telapak tangan dan
kaki.
c. Stratum granulosum yaitu 2 atau 3 lapisan sel gepeng dengan sitoplasma
berbutir kasar dan terdapat inti di antaranya. Mukosa biasanya tidak
memiliki lapisan ini. Tampak jelas pada telapak tangan dan kaki.
d. Stratum spinosum yaitu terdiri dari beberapa lapis sel berbentuk
poligonal dengan besar berbeda-beda karena adanya proses mitosis.
Protoplasma jernih karena mengandung glikogen dan inti terletak di
tengah-tengah. Makin letak letaknya ke permukaan bentuk sel semakin
gepeng. Diantara sel terdapat jembatan antar sel terdiri dari protoplasma
dan tonofibril atau keratin.
e. Lapisan basal atau stratum germinativium yaitu terdiri dari sel berbentuk
kubus tersusun vertikal pada peratasan dermo-epidermal, berbaris seperti
pagar (palisade), mengadakan mitosis dari berbagai fungsi reproduktif
dan terdiri dari:

PSIK 7-B NHM(2017) 4


ASUHAN KEPERAWATAN BURNS

Sel berbentuk kolumnar dengan protoplasma basofilik inti lonjong dan


besar, dihubungkan satu dengan yang lain dengan jembatan antar sel. Sel
pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell merupakan sel berwarna
muda dengan sitoplasma basofilik dan inti gelap dan mengandung butiran
pigmen (melanosomes).
Epidermis mengandung juga: kelenjar ekrin, kelenjar apokrin, kelenjar
sebaseus, rambut dan kuku. Kelenjar keringat ada dua jenis, ekrin dan
apokrin. Fungsinya mengatur suhu, menyebbkan panas dilepaskan dengan
cara penguapan.
Kelanjar ekrin terdapat disemua daerah kulit, tetapi tidak terdapat
diselaput lendir. Seluruhnya berjumlah antara 2 sampai 5 juta yang
terbanyak ditelapak tangan. Sekretnya cairan jernih kira-kira 99 persen
mengandung klorida,asam laktat,nitrogen dan zat lain.
Kelenjar apokrin adalah kelenjar keringat besar yang bermuara ke folikel
rambut, terdapat di ketiak, daerah anogenital, papilla mamma dan areola.
Kelenjar sebaseus terdapat di seluruh tubuh, kecuali di manus, plantar pedis,
dan dorsum pedis. Terdapat banyak di kulit kepala, muka, kening, dan dagu.
Sekretnya berupa sebum dan mengandung asam lemak, kolesterol dan zat
lain.
2. Dermis
Dermis atau kutan merupakan lapisan kulit dibawah epidermis
yang membentuk bagian terbesar kulit dibawah epidermis yang membentuk
bagian terbesar kulit dengan memberikan kekuatan dan struktur pada
kulit.Lapisan papila dermis berada lansung dibawah epidermis dan tersusun
terutama dari sel-sel fibroblas yang dapat menghasilkan salah satu bentuk
kolagen, yaitu suatu komponen dari jaringan ikat. Dermis juga tersusun dari
pembuluh darah dan limfe, serabut saraf, kelenjar keringat dan sebasea, serta
bahan rambut, suatu bahan mirip gel, asam hialuronat, disekresika oleh sel-
sel jaringan ikat. Bahan ini mengelilingi protein dan menyebabkan kulit
menjadi elastik dan memiliki turgor (tegangan).

PSIK 7-B NHM(2017) 5


ASUHAN KEPERAWATAN BURNS

3. Subkutan
Jaringan subkutan merupakan lapisan yang langsung dibawah
dermis. Batas antara jaringan subkutan dan dermis tidak tegas. Sel-sel yang
terbanyak adalah liposit yang menghasilkan banyak lemak. Jaringan
subkutan mengandung saraf, pembuluh darah dan limfe, kandungan rambut
dan dilapisan atas jaringan subkutan terdapat kelenjar keringat. Fungsi dari
jaringan subkutan adalah peyekat panas, bantalan terhadap trauma, dan
tempat penumpukan energi.
Fisiologi kulit
Kulit mempunyai berbagai fungsi yaitu sebagai berikut :
1. Pelindung atau proteksi
Epidermis terutama lapisan tanduk berguna untuk menutupi jaringan-
jaringan tubuh di sebelah dalam dan melindungi tubuh dari pengaruh-
pengaruh luar seperti luka dan serangan kuman. Lapisan paling luar dari
kulit ari diselubungi dengan lapisan tipis lemak, yang menjadikan kulit tahan
air. Kulit dapat menahan suhu menahan suhu tubuh, menahan luka-luka
kecil, mencegah zat kimia dan bakteri masuk ke dalam tubuh serta
menghalau rangsang-rangsang fisik seperti sinar ultraviolet dari matahari.
2. Penerima rangsang
Kulit sangat peka terhadap berbagai rangsang sensorik yang
berhubungan dengan sakit,suhu panas atau dingin, tekanan, rabaan, dan
getaran. Kulit sebagai alat perasa dirasakan melalui ujung ujung syaraf
sensasi.
3. Pengatur panas thermoregulasi
Kulit mengatur suhu tubuh melalui dilatasi dan konstruksi pembuluh
kapiler serta melalui respirasi yang keduanya dipengaruhi saraf
otonom. Tubuh yang sehat memiliki suhu tetap kira-kira 98,6 derajat
Farenheit atau sekitar 36,50C. Ketika terjadi perubahan pada suhu luar,
darah dan kelenjar keringat kulit mengadakan penyesuaian seperlunya
dalam fungsinya masing-masing. Pengatur panas adalah salah satu fungsi
kulit sebagai organ antara tubuh dan lingkungan. Panas akan hilang
dengan penguapan keringat.

PSIK 7-B NHM(2017) 6


ASUHAN KEPERAWATAN BURNS

4. Pengeluaran (ekskresi)
Kulit mengeluarkan zat-zat tertentu yaitu keringat dari kelenjar-kelenjar
keringat yang dikeluarkan melalui pori-pori keringat dengan membawa
garam, yodium dan zat kimia lainnya. Air yang dikeluarkan melalui kulit
tidak saja disalurkan melalui keringat tetapi juga melalui penguapan air
transepidermis sebagai pembentukan keringat yang tidak disadari.
5. Penyimpanan
Kulit dapat menyimpan lemak di dalam kelenjar lemak.
6. Penyerapan terbatas
Kulit dapat menyerap zat-zat tertentu, terutama zat-zat yang larut
dalam lemak dapat diserap ke dalam kulit. Hormon yang terdapat pada
krim muka dapat masuk melalui kulit dan mempengaruhi lapisan kulit pada
tingkatan yang sangat tipis. Penyerapan terjadi melalui muara kandung
rambut dan masuk ke dalam saluran kelenjar palit, merembes melalui
dinding pembuluh darah ke dalam peredaran darah kemudian ke berbagai
organ tubuh lainnya
7. Penunjang penampilan
Fungsi yang terkait dengan kecantikan yaitu keadaan kulit yang
tampak halus, putih dan bersih akan dapat menunjang penampilan Fungsi
lain dari kulit yaitu kulit dapat mengekspresikan emosi seseorang seperti
kulit memerah, pucat maupun konstraksi otot penegak rambut.
2.2Definisi Burns
Luka bakar adalah kerusakan
atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber
panas seperti api, air panas, bahan
kimia, listrik dan radiasi (Smeltzer,
Suzanna, 2002 dalam Huda A,
Kusuma H, 2015).
Cedera luka bakar memiliki

PSIK 7-B NHM(2017) 7


ASUHAN KEPERAWATAN BURNS

beragam penyebab dan berpotensi menyebabkan kematian atau cedera yang


berdampak seumur hidup pada pasien yang mengalami cedera luka bakar
(Muttaqin, 2013).
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi
seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi; juga oleh sebab kontak
dengan suhu rendah (frost bite). Luka bakar ini dapat mengakibatkan kematian,
atau akibat lain yang berkaitan dengan problem fungsi maupun estetik
(Mansjoer, 2000).
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebebkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan
radiasi. (Musliha, 2010)
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik,
bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih
dalam (Padila, 2012).
Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak
langsung atau terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik
(electrict), zat kimia (chemycal), atau radiasi atau radiation (Pamela, 2010).
Luka bakar (Burn) adalah kerusakan pada jaringan kulit dan tubuh karena
nyala api, panas, dingin friksi, radiasi (kulit menggelap terbakar matahari),
bahan kimia, atau listrik. Luka bakar biasanya terbagi menjadi tiga kategori,
bergantung pada keparahannya (Digiulio, 2014).
2.3Etiologi Burns
Etioliogi menurut Musliha (2010) sebagai berikut :
1. Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn)
Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak
dengan:
a. Gas
Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan
oklusi jalan nafas akibat edema.
b. Cairan
c. Bahan padat (solid)

PSIK 7-B NHM(2017) 8


ASUHAN KEPERAWATAN BURNS

2. Luka bakar bahan kimia (Hemical Burn)


Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit
dengan asam atau basa kuat. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena
kontak dengan zat-zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan
rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang industri,
pertanian dan militer.
3. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)
Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan dari
energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka
dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang
elektrik itu sampai mengenai tubuh.
4. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe
injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada
industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia
kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar yang terlalu lama
juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.
2.4Klasifikasi Burns
Klasifikasi menurut Musliha (2010) antara lain :
1. Menurut dalamnya luka bakar
a. Derajad 1
Pada derajad 1 luka bakar akan sembuh pada
waktu yang singkat. Paling lambat 1 minggu
tanpa dilakukan pengobatan apapun, kecuali
apabila pada derajad satu ini penderita
kesakitan, bisa diberikan analgesik tetapi
analgesik yang tidak dapat menurunkan suhu tubuh. Ciri luka bakar
derajad satu adalah kulit hanya tampak kemerahan tanpa ada kerusakan
jaringan kulit.

PSIK 7-B NHM(2017) 9


ASUHAN KEPERAWATAN BURNS

b. Derajad 2
1) Derajad 2 dangkal (superficial)
Pada derajad dua ini kulit berwarna merah
dan adanya bula (gelembung), organ kulit
seperti kelenjar sebasea, dan kelenjar kulit
masih utuh, pada luka bakar ini terjadi
kerusakan epidermis yang ditandai dengan rasa nyeri dan akan
sembuh dalam waktu 10-14 hari, dapat bula diberikan pengompresan
dengan NaCl.
2) Derajad 2 dalam (deep)
Luka bakar derajad dua ini kulit
kemerahan, dengan jaringan yang
terkelupas (kerusakan dermis dan
epidermis). Organ-organ kulit seperti
kelenjar keringat, folikel rambut, kelenjar
sebasea sebagian besar masih utuh, proses
penyembuhan pada darejad dua dalam ini biasanya memerlukan
waktu yang lama tergantung jaringan epitel yang masih tersisa.
c. Derajad 3
Luka bakar derajad tiga ini ditandai dengan
seluruh dermis dan epidermis mengalami
kerusakan. Tidak dijumpai rasa nyeri dan
kehilangan sensasi, oleh karena ujung-ujung
saraf sensori mengalami kerusakan atau
kematian, bahkan bisa merusak kematian
jaringan lemak maupun otot walaupun jaringan tersebut tidak mengalami
nekrosis. Penyembuhan terjadi lama karena tidak terbentuk epitelisasi
jaringan dari dasar luka yang spontan. Kulit yang terbakar berwarna abu-
abu dan pucat. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang
dikenal sebagai eskar.

1
PSIK 7-B NHM(2017)
0
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS

2. Menurut luas luka bakar


Wallance membagi tubuh
atas bagian 9% atau kelipatan 9
yang terkenal dengan nama rule of
nine atau rules of wallance yaitu :
a. Kepala dan leher : 9%
b. Lengan masing-masing 9% : 18%
c. Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
d. Tungkai masing-masing 18% : 36%
e. Genetalia atau perineum : 1%
Total keseluruhan : 100%
Pada anak dan bayi
digunakan rumus lain karena luas
relatif permukaan kepala anak
jauh lebih besar dan luas relatif
permukaan kaki lebih kecil.
Karena perbandingan luas
permukaan bagian tubuh anak
kecil berbeda, dikenal rumus 10
untuk bayi, dan rumus 10-15-20
untuk anak.
3. Berat ringannya luka bakar
a. Persentasi area (luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh.
b. Kedalaman luka bakar
c. Anatomi lokasi luka bakar
d. Umur klien
e. Riwayat pengobatan yang lalu
f. Trauma yang menyertai atau bersamaan
American Collage of surgeon dalam Padila (2012) membagi dalam:
1. Parah Critical) :
a. Tingkat II : 30% atau lebih

1
PSIK 7-B NHM(2017)
1
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS

b. Tingkat III : 10% atau lebih


c. Tingkat III : pada tangan, kaki, dan wajah
d. Dengan adanya komplikasi pernafasan, jantung, fraktur, soft tissue yang
luas.
2. Sedang (moderate) :
a. Tingkat II : 15-30%
b. Tingkat III : 1-10%
3. Ringan (minor) :
a. Tingkat II : kurang dari 15%
b. Tingkat III : kurang dari 1%
Klasifikasi luka bakar menurut Muttaqin (2013)Respon luka bakar
terhadap tubuh bergantung pada kondisi ledalaman dan luas dari cedera luka
bakar. Semakin dalam dan semakin luas cedera bakar dapat mempengaruhi
respons sitemik kardiovaskuler, pernapasan, kondisi cairan elektrolit, dan
gastroinestinal.
1. Kedalaman Luka Bakar
Derajat kedalaman luka bakar dapat digolongkan sebagai
a. derajat pertama yaitu luka bakar superfisial;
b. derajat kedua yaitu luka bakar partial-thickness;
c. derajat tiga yaitu fill-thickness dalam; dan
d. derajat empat yaitu luka bakar yang merusak tulang, otot, dan jaringan
dalam, serta luka bakar akibat sengatan arus listrik yang menyebabkan
robeknya jaringan.
Derajat kedalaman berdampak pada waktu penyembuhan, kebutuhan rawat
inap dan intervensi bedah, serta potensi untuk pengembangan bekas luka.
Meskipun klasifikasi akurat tidak selalu memungkinkan awalnya, penyebab,
dan karakteristik fisik luka bakar sangat membantu dalam kategori dan
penetapan rencana intervensi yang akan dilakukan.

1
PSIK 7-B NHM(2017)
2
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS

Klasifikasi berdasarkan kedalaman luka bakar


Deskripsi Gambar klinis Ilustrasi

Luka bakar derajat pertama

Derajat dua, jaringan luka bakar dengan lesi


superfisial dengan karakteristik luka bakar
partial thickness

Derajat dua, dengan karakteristik luka bakar


partial thickness dalam.

Derajat tiga, dengan karakteristik luka bakar


full-thickness.

Derajat empat dengan luka bakar yang


merusak otot.

Untuk membedakan derajat 2 dan derajat 3 pada awalnya bisa sangat sulit.
Sebagai contoh, luka bakar full-thickness biasanya dengan tampilan warna putih
atau merah setelah bulu pecah. Hal ini juga terjadi pada luka bakar partial-
thickness dalam. Penilaian estimasi derajat kedalaman luka bakar sangat
diperlukan dalam 24-72 jam sebagai indikator awal untuk pencernaan intervensi
selanjutnya.

1
PSIK 7-B NHM(2017)
3
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS

Klasifikasi Etiologi Karakteristik

Penampilan Sensasi Waktu penyembuhan Bekas luka

Luka Terbakar Terbatas di Nyeri Penyembuhan tejadi Tidak


bakar matahari epidermis. secara spontan dalam 3-4 menimbulkan
superfisial Terdapat eritema, hari. biasanya tidak
tetapi tidak segera timbul
timbul lepuh. komplikasi.

Luka Pajanan air Meluas ke Sangat nyeri 7-20 hari Luka bakar ini
bakar panas epidermis dan ke biasanya sembuh
partial- daam lapisan tanpa
thickness dermis, serta meninggalkan
menimbulkan jaringan perut,
bula dalam komplikasi jarang
beberapa menit. terjadi, walaupun
mungkin timbul
infeksi sekunder
pada luka.

Luka Pajanan air Meluas ke Nyeri dengan Penyembuhan beberapa Folikel rambut
bakar panas, seluruh dermis. tekanan parsial. minggu. Memerlukan mungkin utuh
partial- kontak Namun, daerah di tindakan debridement dan akan tumbuh
thickness langsung sekitarnya untuk membuang jaringan kembali. Pada
dalam. dengan api, biasanya yang mati. Biasanya luka bakar ini
atau mengalami luka diperlukan tandur kulit. selalu terjdi
minyak bakar derajat pembentukan
panas. kedua superfisial jaringan perut.
yang nyeri.

Luka Pajanan air Meluas ke Saraf rusak Luka bakar jenis ini Luka bakar
bakar full- panas, epidermis, sehingga luka mungkin memerlukan derajat ketiga

1
PSIK 7-B NHM(2017)
4
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS

thickness kontak dermis, dan tidak terasa nyeri waktu berbulan-bulan membentuk
langsung jaringan subkutis. kecuali dengan untuk sembuh dan jaringan parut dan
dengan api, Kapiler dan vena tekanan dalam. diperlukan pembersihan jaringan tampak
minyak mungkin hangus Namun, daerah di secara bedah dan seperti kulit yang
panas, uap dan aliran darah sekitarnya penanduran. keras. Risiko
panas, agen ke daerah tersebut biasanya nyeri tinggi untuk
kimia, dan berkurang. seperti pada luka terjadinya
listrik bakar derajat kontraktur.
tegangan kedua.
tinggi

Berdasarkan Kriteria Berat Ringannya:


1. Luka bakar ringan
a. Luka bakar derajat II < 15%
b. Luka bakar derajatt II < 10% Pada anak - anak
c. Luka bakar derajat III < 2%
2. Luka bakar sedang
a. Luka bakar derajat II 15-25% Pada orang dewasa
b. Luka bakar derajat II 10-20% Pada anak – anak
c. Luka bakar derajat III < 10%
3. Luka bakar berat
a. Luka bakar derajat II 25% atau lebih pada orang dewasa
b. Luka bakar derajat II 20% atau lebih pada anak – anak
c. Luka bakar derajat III 10% atau lebih
d. Luka bakar mengenai tangan,wajah,telinga,mata,kaki dan genetalia/
perineum.
e. Luka bakar dengan cedera inhalasi,listrik,disertai trauma lain.
2. Luas Luka Bakar
Penilaian luas luka bakar dilakukan dengan persentase total luas
permukaan tubuh (TBSA) yang disebabkan oleh cedera. Penilaian estimasi

1
PSIK 7-B NHM(2017)
5
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS

yang akurat dari TBSA sangat penting untuk intervensi selanjutnya. Penilaian
luas luka bakar dapat menggunakan (1) metode lund dan browder (2) metode
rumus sembilan (rule of nines), atau (3) metode telapak tangan.
a. Metode lund dan browder
Metode yang lebih tepat
untuk memperkirakan luas
permukaan tubuh yang terbakar
adalah metode lund dan browder
yang mengakui bahwa
persentase luas luka bakar pada
berbagai bagian anatomik,
khususnya kepala dan tungkai
akan berubah menurut
pertumbuhan. Dengan membagi
tubuh menjadi daerah-daerah
yang sangat kecil dan memberikan estimasi proporsi luas permukaan
tubuh untuk bagian-bagian tubuh tersebut, kita bisa memperoleh estimasi
luas permukaan tubuh yang terbakar. Evaluasi pendahuluan di buat ketika
pasien tiba dirumah sakit dan kemudian di revisi pada hari kedua, serta
ketiga pasca luka bakar karena garis demarkasi baru tampak jelas sesudah
periode tersebut.
Estimasi dengan metode lund dan browder sangat akurat dan
efektif dilakukan pada anak-anak.

1
PSIK 7-B NHM(2017)
6
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS

Penilaian luas luka bakar dengan metode lund dan browder.


Area Lahir-1 tahun 1-4 5-9 10-14 15 Dewasa 2nd 3nd TB
tahun tahun tahun tahun SA

Kepala 19 17 13 11 9 7

Leher 2 2 2 2 2 2

Dada dan 13 13 13 13 13 13
abdomen
depan

Dada dan 13 13 13 13 13 13
abdomen
belakang

Bokong 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5


kanan

Bokong 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5


kiri

Genitalia 1 1 1 1 1 1

Lengan 4 4 4 4 4 4
atas kanan

Lengan 4 4 4 4 4 4
atas kiri

Lengan 3 3 3 3 3 3
bawah
kanan

Lengan 3 3 3 3 3 3
bawah kiri

1
PSIK 7-B NHM(2017)
7
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS

Telapak 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5


tangan
kanan

Telapak 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5


tangan kiri

Paha kanan 5.5 6.5 8 8.5 9 9.5

Paha kiri 5.5 6.5 8 8.5 9 9.5

Kaki kanan 5 5 5.5 6 6.5 7

Kaki kiri 5 5 5.5 6 6.5 7

Kaki kanan 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5

Kaki kiri 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5

Total:

b. Rumus sembilan (rule of nines)


Estimasi luas
permukaan tubuh yang
terbakar disederhanakan
dengan menggunakan
rumus sembilan. Rumus
sembilan merupakan cara
yang cepat untuk
menghitung luas daerah
yang terbakar. Sistem
tersebut menggunakan
persentase dalam kelipatan
sembilan terhadap
permukaan tubuh yang

1
PSIK 7-B NHM(2017)
8
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS

luas.Pada dewasa digunakan ‘rumus 9’, yaitu luas kepala dan leher, dada,
punggung, pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas
kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki
kiri masing-masing 9%. Sisanya 1% adalah daerah genitalia. Rumus ini
membantu menaksir luasnya permukaan tubuh yang terbakar pada orang
dewasa.Penilaian luas luka bakar dengan metode rumus Sembilan (rule of
nine) pada orang dewasa
Kepala dan leher → 9%
Lengan → 18%
Badan depan → 18%
Badan belakang → 18%
Tungkai → 36%
Genetalia / perineum → 1%
Total → 100%
Pada anak dan bayi
digunakan rumus lain
karena luas relatif
permukaan kepala anak jauh
lebih besar dan luas relatif
permukaan kaki lebih kecil.
Karena perbandingan luas
permukaan bagian tubuh
anak kecil berbeda, dikenal
rumus 10 untuk bayi, dan
rumus 10-15-20 untuk anak.
Penilaian luas luka bakar dengan metode rumus Sembilan (rule of nine)
pada orang anak-anak.
Kepala →20%
Tangan masing masing →10%
Kaki masing masing →10%
Badan kanan →20%

1
PSIK 7-B NHM(2017)
9
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS

Badan kiri →20%


c. Metode telapak tangan
Pada banyak pasien dengan luka bakar yang menyebar, metode
yang dipakai untuk memperkirakan persentase luka bakar adalah metode
telapak tangan (palm method). Lebar telapak tangan pasien kurang lebih
sebesar 1% luas permukaan tubuhnya. Lebar telapak tangan dapat digunakan
untuk menilai luas luka bakar.

2.5Manifestasi Klinis
Manifestasi menurut Pamela (2011) :
Kedalaman Dan Bagian Kulit Gejala Penampilan Perjalanan
Penyebab Luka Yang Terkena Luka Kesembuhan
Bakar
Derajat Satu Epidermis Kesemutan, Memerah, Kesembuhan
(Superfisial): hiperestesia menjadi putih lengkap dalam
tersengat matahari, (supersensivitas), ketika ditekan waktu satu
terkena api dengan rasa nyeri minimal atau minggu, terjadi
intensitas rendah mereda jika tanpa edema pengelupasan
didinginkan kulit
Derajat Dua Epidermis Nyeri, Melepuh, Kesembuhan
(Partial-Thickness): dan bagian hiperestesia, dasar luka dalam waktu 2-
tersiram air dermis sensitif terhadap berbintik- 3 minggu,
mendidih, terbakar udara yang bintik merah, pembentukan
oleh nyala api dingin epidermis parut dan
retak, depigmentasi,
permukaan infeksi dapat
luka basah, mengubahnya
terdapat menjadi derajat-
edema tiga
Derajat Tiga (Full- Epidermis, Tidak terasa Kering, luka Pembentukan

2
PSIK 7-B NHM(2017)
0
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS

Thickness): keseluruhan nyeri, syok, bakar eskar,


terbakar nyala api, dermis dan hematuria berwarna diperlukan
terkena cairan kadang- (adanya darah putih seperti pencangkokan,
mendidih dalam kadang dalam urin) dan bahan kulit pembentukan
waktu yang lama, jaringan kemungkinan atau gosong, parut dan
tersengat arus subkutan pula hemolisis kulit retak hilangnya
listrik (destruksi sel dengan kontur serta
darah merah), bagian lemak fungsi kulit,
kemungkinan yang tampak, hilangnya jari
terdapat luka terdapat tangan atau
masuk dan edema ekstremitas
keluar (pada luka dapat terjadi
bakar listrik)

2.6Patofisiologi
Pada dasarnya luka bakar itu terjadi akibat paparan suhu yang tinggi,
akibatnya akan merusak kulit dan pembuluh darah tepi maupun pembuluh darah
besar dan akibat dari kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan cairan
plasma sel darah, protein dan albumin, mengalami gangguan fisiologi.
Akibatnya terjadilah kehilangan cairan yang massif, terganggunya cairan di
dalam lumen pembuluh darah. Suhu tinggi juga merusak pembuluh darah yang
mengakibatkan sumbatan pembuluh darah sehingga beberapa jam setelah reaksi
tersebut bisa mengakibatkan radang sistemik, maupun kerusakan jaringan
lainnya. Dari kilasan diatas maka pada luka bakar juga dapat terjadi syok
hipovolemik atau burn shock.
Dalamnya luka bakar tergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan
lamanya kontak dengan agen tersebut. Sebagai conth, pada kasus luka bakar
tersiram air panas pada orang dewasa, kontak selama 1 detik dengan air yang
panas dari shower dengan suhu 68,90C dapat menimbulkan luka bakar yang
merusak epidermis serta dermis sehingga terjadi cedera derajat- tiga (
fullthickness injury ). Pajanan selama 15 menit dengan air panas yang suhunya

2
PSIK 7-B NHM(2017)
1
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS

sebesar 56,10C mengakibatkan cedera full-thickness yang serupa. Suhu yang


kurang dari 440C dapat ditoleransi dalam periode waktu yang lama tanpa
menyebabkan luka bakar.
Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan faktor-faktor
inflamasi yang abnormal, perubahan immunoglobulin serta komplemen serum,
gangguan fungsi neutrofil, limfositopenia. Imunosupresi membuat pasien luka
bakar bereisiko tinggi untuk mengalmai sepsis. Hilangnya kulit menyebabkan
ketidakmampuan pengaturan suhunya. Beberapa jam pertama pasca luka bakar
menyebabkan suhu tubuh rendah, tetapi pada jam-jam berikutnya menyebabkan
hipertermi yang diakibatkan hipermetabolisme. (Musliha, 2010)
Fase-fase luka bakar menurut Padila (2012) sebagai berikut :
1. Fase akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan
mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme
bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat
terjadi segera atau beberapa saat terbakar, namun masih dapat terjadi
obstruksi saluran pernafasan akibat cidera inhalasi dalam 48-72 jam pasca
trauma. Cedera inhalasi adalah penyebabkematian utama penderita pada fase
akut.
2. Fase sub akut
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah
kerusakan atau kehilangan jaringan akibat akibat kontak dengan sumber
panas. Luka yang terjadi menyebabkan:
a. Proses inflamasi dan infeksi.
b. Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau
tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ-organ
fungsional.
c. Keadaan hipermetabolisme.
3. Fase lanjut
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka
dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada

2
PSIK 7-B NHM(2017)
2
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS

fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, keloid, gangguan
pigmentasi, deformitas dan kontraktur.

2
PSIK 7-B NHM(2017)
3
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS

2.7 WOC
Terlampir

2
PSIK 7-B NHM(2017)
4
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS

2
PSIK 7-B NHM(2017)
5
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS

2.8 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien dengan luka bakar menurut
Padila (2012) sebagai berikut :
1. LED: mengkaji hemokonsentrasi. Nilai normal (L:15mm/jam; P:
<20mm/jam)
2. Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini
terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24
jam pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.
3. Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar-X dada untuk mengkaji fungsi
pulmonal, khususnya pada cidera inhalasi asap.
4. BUN dan kreatinin untuk mengkaji fungsi ginjal.
5. Urinalisis untuk menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan
kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
6. Bronkoskopi untuk membantu memastikan cedera inhalasi asap.
7. Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada
luka bakar masif.
8. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.
9. CVP : untuk mengetahui tekanan vena sentral, diperlukan pada luka bakar
lebih dari 30 % dewasa dan lebih dari 20 % pada anak.
2.9 Penatalaksanaan
1. Lakukan resusitasi dengan memperhatikan A, B, C.
a. Periksa jalan nafas
b. Bila jumpai obstruksi jalan nafas, buka jalan nafas dengan pembersihan
jalan nafas, bila perlu lakukan trakeostomi atau intubasi.
c. Berikan oksigen
d. Pasang kateter buli-buli untuk pemantauan diuresis
e. Pasang pipa lambung untuk mengosongkan lambung selama ada ileus
paralitik
2. Infus, kateter, CVP, oksigen, laboratorium, kultur luka.
3. Periksa cedera yang terjadi di seluruh tubuh secara sistematis untuk
menentukan adanya cedera inhalasi, luas dan derajat luka bakar. Dengan

2
PSIK 7-B NHM(2017)
6
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS

demikian jumlah dan jenis cairan yang diperlukan untuk resusitasi dapat
ditentukan. cara yang lazim digunakan untuk menghitung kebutuhan cairan
pada penderita luka bakar yaitu: Cara baxter
Hari pertama
Jumlah kebutuhan cairan pada hari pertama dihitung dengan
Dewasa: Baxter RL 4 cc x BB (kg) x % Luka bakar /24 jam.
Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya
diberikan dalam 16 jam.
Anak: jumlah resusitasi + kebutuhan faal
RL : Dextran = 17 : 3
2 cc x BB (kg) x % luka bakar
Kebutuhan Faal:
< 1 tahun: BB x 100 cc
1 -3 tahun: BB x 75 cc
3 - 5 tahun: BB x 50 cc
½ diberikan 8 jam pertama, ½ diberikan 16 jam berikutnya.
Hari kedua
Dewasa: Dextran 500 – 2000 + D5 %/ albumin.
(3x) x 80 x BB gr/hr : 100
(albumim 25 % = gram x4 cc) dengan 1 cc/menit
Anak: diberikan sesuai kebutuhan faal
4. Monitor urine dan CVP
5. Topikal dan tutup luka
a. Cuci luka dengan Savlon : NaCl 0,9 % (1 : 30) + buang jaringan nekrotik
b. Tulle
c. Silver sulfa diazin tebal
d. Tutup kassa tebal
e. Evaluasi 6 -7 hari, kecuali baluan kotor
6. Obat-obatan
a. Antibiotika: tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian

2
PSIK 7-B NHM(2017)
7
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS

b. Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil
kultur
c. Analgetik: kuat (morfin, petidine)
d. Antasida: kalua perlu
2.10 Komplikasi
1. Syok hipovolemik
2. Kekurangan cairan dan elektrolit
3. Hypermetabolisme
4. Infeksi
5. Gagal ginjal akut
6. Masalah pernapasan akut; injury inhalasi, aspirasi gastric, pneumonia
bakteri, edema.
7. Paru dan emboli
8. Sepsis pada luka
9. Ilius paralitik

2
PSIK 7-B NHM(2017)
8
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS

3.1 Pengkajian
A. Anamnese
1. Identitas Pasien dan Penanggung Jawab
2. Riwayat sakit dan kesehatan:
a. Keluhan Utamayang dirasakan oleh klien luka bakar adalah nyeri,
sesak nafas. Nyeri dapat disebabkan karena iritasi terhadap saraf.
Dalam melakukan pengkajian nyeri harus diperhatikan PQRST.
Sesak nafas yang timbul beberapa jam / hari setelah klien
mengalami luka bakar dan disebabkan karena pelebaran pembuluh
darah sehingga timbul penyumbatan saluran nafas bagian atas, bila
edema paru berakibat sampai pada penurunan ekspansi paru.
b. Riwayat Penyakit Sekarang: Gambaran keadaan klien mulai
tarjadinya luka bakar, penyabeb lamanya kontak, pertolongan
pertama yang dilakuakn serta keluhan klien selama menjalan
perawatan ketika dilakukan pengkajian. Apabila dirawat meliputi
beberapa fase : fase emergency (±48 jam pertama terjadi perubahan
pola bak), fase akut (48 jam pertama beberapa hari / bulan ), fase
rehabilitatif (menjelang klien pulang).
c. Riwayat Penyakit Dahulu :Merupakan riwayat penyakit yang
mungkin pernah diderita oleh klien sebelum mengalami luka bakar.
Resiko kematian akan meningkat jika klien mempunyai riwayat
penyakit kardiovaskuler, paru, DM, neurologis, atau
penyalagunaan obat dan alkohol
3. Pengkajian fokus pada klien dengan luka bakar menurut Padila (2012),
adalah sebagai berikut :
Pengkajian Primer
a. Airway (jalan napas)

2
PSIK 7-B NHM(2017)
9
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS

Penurunan kekuatan, keterbatasan rentang gerak pada area yang


sakit, gangguan masa otot, perubahan tonus.
b. Breathing (pernapasan)
Serak, batuk mengi, partikel karbon dalam sputum,
ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis, penggunaan
otot bantu pernafasan (indikasi cidera inhalasi), stridor/mengi,
bunyi nafas gemericik (oedema paru), stridor (oedema laringeal),
secret jalan nafas dalam (ronkhi).
c. Circulation (sirkulasi)
Hipotensi (syok), penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas
yang cidera, fase konstriksi perifer umum dengan kehilangan nadi,
kulit putih dan dingin (syock listrik), takikardia
(syok/ansietas/nyeri), disritmia (syok listrik), pembentukan oedema
jaringan (semua luka bakar).
d. Disability
Area batas kesemutan, penurunan reflek tendon dalam pada cedera
ekstremitas, aktivitas kejang (syok listrik), kerusakan retinal,
penurunan ketajaman pengelihatan.
e. Exposure
Area kulit tidak terbakar mungkin dingin/lembab.
Pengkajian Sekunder (Head To Toe)
1. keadaan umum
Datang dengan keadaan kotor,mengeluh panas sakit, gelisah, penurunan
tingkat kesadaran apabila luka bakar mencapai derajat cukup berat.
2. TTV
Tekanan darah menurun, nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah
sehingga tanda tidak adekuatnya pengembalian darah pada 48 jam
pertama.
3. Pemeriksaan kepala dan leher
a. Kepala dan rambut

3
PSIK 7-B NHM(2017)
0
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS

Bentuk kepala, penyebaran rambut, warna rambut setalah terkena


luka bakar, adanya lesi akibat luka bakar, grade dan luas luka
bakar.
b. Mata
Kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi, benda asing yang
menyebabkan gangguan penglihatan, bulu mata yang rontok.
c. Hidung
Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan dan
bulu hidung yang rontok.
d. Mulut
Sianosis karena kurangnya suplay darah ke otak, bibir kering.
e. Telinga
Bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan
dan serumen.
f. Leher
Posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami peningkatan sebagai
kompensasi untuk mengatasi kekurangan cairan.
4. Pemeriksaan thorak / dada
Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan, ekspansi dada tidak
maksimal, vokal fremitus kurang bergetar karena cairan yang masuk
ke paru, auskultasi suara ucapan egoponi, suara nafas tambahan ronchi.
5. Abdomen
Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi adanya
nyeri pada area epigastrium.
6. Genetalia
Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi merupakan
tempat pertumbuhan kuman yang paling nyaman, sehingga potensi
sebagai sumber infeksi dan indikasi untuk pemasangan kateter.
7. Muskuloskletal
Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru
pada muskuloskleletal, kekuatan otot menurun karen nyeri.

3
PSIK 7-B NHM(2017)
1
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS

8. Pemeriksaan neurologi
Tingkat kesadaran dinilai dengan GCS. Nilai bisa menurun bila suplay
darah ke otak kurang (syok hipovolemik) dan nyeri yang hebat (syok
neurogenik).
9. Pemeriksaan kulit
Kaji daerah yang mengalami luka bakar (luas dan kedalaman luka).
Prinsip pengukuran prosentase luas luka bakar menurut kaidah 9 (rule
of nine).
Pengkajian AMPLE
1. A : Alergi (Adakah alergi pada pasien, seperti obat-obatan, plester,
makanan)
2. M : Medikasi/obat-obatan (Obat-obatan yang diminum seperti sedang
menjalani pengobatan hipertensi, kencing manis, jantung, dosis, atau
penyalahgunaan obat)
3. P : Pertinent medical history (Riwayat medis pasien seperti penyakit
yang pernah diderita, obatnya apa, berapa dosisnya, penggunaan obat-
obatan herbal)
4. L : Last meal (Obat atau makanan yang baru saja dikonsumsi,
dikonsumsi berapa jam sebelum kejadian, selain itu juga periode menstruasi
termasuk dalam komponen ini)
5. E : Events (Hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cedera aatu
kejadian yang menyebabkan adanya keluhan utama/ kronologi kejadian).
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan
cairan melalui rute abnormal, peningkatan kebutuhan: status
hypermetabolik, ketidak cukupan pemasukan, kehilangan perdarahan.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi asap atau
sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial
dari dada atau leher.
3. Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema.
Manifulasi jaringan cidera contoh debridemen luka.

3
PSIK 7-B NHM(2017)
2
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS

4. Gangguan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi neurovaskuler perifer


berhubungan dengan penurunan/interupsi aliran darah arterial/vena,
contoh luka bakar seputar ekstremitas dengan edema.
5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan trauma: kerusakan
permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar dalam).
3.3 Intervensi
1. kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan
cairan melalui rute abnormal. Peningkatan kebutuhan: status
hypermetabolik, ketidak cukupan pemasukan. Kehilangan perdarahan.
Tujuan:Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jamdiharapkan
status cairan dan biokimia membaik
Kriteria Hasil:
Tidak ada manifestasi dehidrasi, resolusi oedema, elektrolit serum dalam batas
normal, haluaran urine di atas 30 ml/jam.
INTERVENSI RASIONAL

MANDIRI
Timbang berat badan setiap hari. Penggantian cairan tergantung pada
berat badan pertama dan perubahan
selanjutnya.
Ukur lingkar ekstremitas yang terbakar Memperkirakan luasnya
tiap hari sesuai indikasi. oedema/perpindahan cairan yang
mempengaruhi volume sirkulasi dan
pengeluaran urine.
KOLABORASI
Pasang / pertahankan kateter urine. Memungkinkan infus cairan cepat
Berikan penggantian cairan IV yang Mengidentifikasi kehilangan
dihitung, elektrolit, plasma, albumin. darah/kerusakan SDM dan kebutuhan
penggantian cairan dan elektrolit.
Berikan obat sesuai indikasi: Diuretika
contohnya Manitol (Osmitrol), Kalium,

3
PSIK 7-B NHM(2017)
3
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS

Antasida Penggantian lanjut karena kehilangan


urine dalam jumlah besar, Menurunkan
keasaman gastrik sedangkan inhibitor
histamin menurunkan produksi asam
hidroklorida untuk menurunkan
produksi asam hidroklorida untuk
menurunkan iritasi gaster.Meningkatkan
OBSERVASI pengeluaran urine dan membersihkan
Awasi hasil pemeriksaan laboratorium tubulus dari debris /mencegah nekrosis.
(Hb, elektrolit, natrium). Mengidentifikasi penyimpangan
Pantau: Tanda-tanda vital indikasi kemajuan atau penyimpangan
Pantau intake dan output dari hasil yang diharapkan.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi asap atau


sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial
dari dada atau leher.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan
pertukaran gas yang adekuat
Kriteria Hasil:
Pasien tidak sesak, bunyi nafas bersih
RR dalam rentang normal 16-24 x/mnt, warna kulit normal,
GDA dalam rentang normal
INTERVENSI RASIONAL

MANDIRI
Kaji factor penyebab gangguan Pemeriksaan untuk mengkaji
pertukaan gas pertukaran gas yang adekuat dan
bersihan saluran nafas
Istirahatkan pasien dalam posisi fowler Posisi fowler akan meningkatkan
ekspansi paru optimal, istirahat akan
mengurangi kerja jantung

3
PSIK 7-B NHM(2017)
4
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS

Manajemen linkungan: lingkungan Lingkungan yang tenang akan


tenang dan batasi pengunjung menurunkan stimulus nyeri eksternal
dan pembatasan pengujung akan
membantu meningkatkan kondisi O2
HEALT EDUCATION
Anjurkan pernafasan dalam dengan Pernafasan dalam mengembangkan
penggunaan spirometri insentif setiap alveoli, menurunkan resiko
2 jam selama tirah baring. atelektasis.
KOLABORASI
Beri oksigen 4 lpm dengan metode Terapi pemeliharaan untuk kebutuhan
kanul atau non rebreathing asupan oksigenasi
OBSERVASI
Monitor ketat TTV Perubahan TTV akan memberikan
dampak pada resiko asidosis yang
bertambah berat
Pantau laporan GDA dan kadar karbon Mengidentifikasi kemajuan dan
monoksida serum. penyimpangan dari hasil yang
diharapkan. Inhalasi asap dapat
merusak alveoli, mempengaruhi
pertukaran gas pada membran kapiler
alveoli.
3. Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit/jaringan; pembentukan
edema. Manipulasi jaringan cidera contoh debridemen luka.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan
nyeri berkurang/ hilang atau teradaptasi
Kriteria Hasil:
Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi (skala nyeri 0-
4)
Pasien rileks dan tidak gelisah
INTERVENSI RASIONAL

3
PSIK 7-B NHM(2017)
5
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS

MANDIRI
Kaji nyeri dengan pendekatan PQRST Menjadi parameter dasar untuk
Lakukan manajemen nyeri mengetahui sejauh mana intervensi
keperawatan: yang dperlukan
Atur posisi fisiologis Posisi fisiologis akan meningkatkan
asupan oksigen ke jaringan yang
mengalami peradangan.
Istirahatkan klien Untuk meningkatkan suplai darah pada
jaringan yang mengalami peradangan
Ajarkan tekhnik relaksasi pernafasan Meningkatkan asupan oksigen dan
dalam dan tekhnik distraksi pada saat menurunkan rasa nyeri
nyeri
HEALTH EDUCATION
Jelaskan dan bantu pasien dengan Pendekatan dengan relaksasi dan
tindakan Pereda nyeri nonfarmakologi nonfarmakologi lainnya telah
dan noninvasive menunjukkan keefektifan dalam
KOLABORASI mengurangi nyeri
Berikan analgesik narkotik yang
diresepkan dokter dan diberikan
sedikitnya 30 menit sebelum prosedur Analgesik narkotik diperlukan untuk
perawatan luka. memblok lintasan nyeri sehingga nyeri
OBSERVASI akan berkurang
Observasi PQRST

sebagai evaluasi keberhasilan dari


intervensi manajemen nyeri

Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi


neurovaskuler perifer berhubungan dengan Penurunan/interupsi aliran darah
arterial/vena, contoh luka bakar seputar ekstremitas dengan edema.

3
PSIK 7-B NHM(2017)
6
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS

Tujuan: dalam waktu 1x24 jam Mempertahankan nadi perifer teraba dengan
kualitas atau kekuatan sama an warna kulit normal pada area yang cedera.

Kriteria hasil:

a. pengisian kapiler
b. warna kulit normal pada area yang cedera.
Intervensi Rasional

Untuk luka bakar melingkari Untuk mengidentifikasi indikasi-


ekstrimitas pantau status indikasi kemajuan atau
neurovaskuler dari ekstrimitas setiap penyimpangan dari hasil yang
2 jam. diharapkan

Pertahankan ekstrimitas bengkak di untuk meningkatkan aliran balik


tinggikan vena dan menurunkan
pembengkakan.

Kolaborasi dengan tim medis bila Temuan ini menandakan kerusakan


terjadi penuruan nadi, pengisian sirkulasi distal
kapiler buruk / penurunan sensasi

Gangguan integritas kulit b.d luka bakar terbuka

Tujuan: dalam waktu 12x24 jam integritas kulit membaik secara optimis.

Kriteria evaluasi:

Pertumbuhan jaringan membaik dan lesi psoarisis berkurang.

Intervensi Rasional

Kaji kerusakan jaringan kulit yang terjadi Menjadi data dasar untuk memberikan
pada klien. informasi intervensi perawatan yang akan
digunakan.

Lakukan tindakan peningkatan integritas Perawatan luka biasanya menjadi

3
PSIK 7-B NHM(2017)
7
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS

jaringan. kompenen satu-satunya yang paling


menghabiskan waktu dalam perawatan
luka bakar pasca fase darurat. Perawat
harus memahami dasar pemikiran dan
implikasi keperawatan untuk berbagai
cara pendekatan dalam penatalaksaan
luka bakar.

Lakukan perawatan pascadebridemen Kasa beranyaman kasar yang ditaruh


pada luka bakar dalam keadaan kering
atau basar sampai kering ( ditaruh dalam
keadaan basah dan dibiarkan mengering
sendiri) akan menimbulkan efek
membersihkan luka (debridemen) secara
perlahan-lahan dari eksudat dan jaringan
nekrotik ketika kasa pembalut tersebut
dilepas.

Tingkatkan asupan nutrisi Diet TKTP diperlukan untuk


meningkatkan asupan dari kebutuhan
pertumbuhan jaaringan.

Evaluasi kerusakan jaringan dan Apabila masih belum mencapai dari


perkembangan pertumbuhan jaringan. kriteria evaluasi 5x24 jam, maka perlu
dikaji ulang faktor-faktor menghambat
pertumbuhan dan perbaikan dari lesi.

Kolaborasi untuk pemberian albumin. Pasien dengan luka bakar luas


dcenderung mengalami penurunan kadar
albumin darah. Hipoalbuminemia akan
menurunkan peningkatan integritas
jaringan sehingga diperlukan albumin
tambahan agar terjadi peningkatan

3
PSIK 7-B NHM(2017)
8
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS

integritas jaringan yang ideal.

3
PSIK 7-B NHM(2017)
9
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Mengingat kasus luka bakar merupakan suatu bentuk cedera berat
yang memerlukan penanganan dan penatalaksanaan yang sangat komplek
dengan biaya yang cukup tinggi serta angka morbiditas dan mortalitas karena
beberapa faktor yang sangat komplek,antara lain faktor penderita,faktor
pelayanan petugas,faktor fasilitas pelayanan dan faktor cederanya.
Untuk penanganan luka bakar perlu diketahui fase luka
bakar,penyebab luka bakar,derajat kedalaman luka bakar,luas luka bakar.Pada
penanganan luka bakar seperti penanganan trama yang lain harus ditangani
secara teliti dan sistemik.Penatalaksanaan sejak awal harus sebaik-baiknya
karena pertolongan pertama kali sangan menentukan perjalanan penyakit ini
selanjutnya.
4.2 Saran
Dengan adanya makalah ini kami berharap dapat menambah pengetahuan para
pembaca mengenai burns atau luka bakar. Kami selaku pembaca pula
mengharapkan kritik dan saran bagi para pembaca untuk kebaikan
makalah kami.

4
PSIK 7-B NHM(2017)
0
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS

DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin A & Sari K. 2013. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguanh Sistem
Integumen. Jakarta: Salemba Medika
Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI.
Digiulio, Marry. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Rapha Publishing
Kartikawati, Dewi. 2011. Dasar-dasar Keperawatan Gawat Darurat Jilid 1.
Jakarta:Salemba Medika
Musliha. 2010. Kerawatan Gawat Darurat Dengan Pendekatan NANDA NIC-
NOC.Yogyakarta: Nuha Medika
Nurarif, Amin Huda. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
NANDANIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction Publishing
Padila. 2012. Perawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika
Patty, Pamela. 2010. Pedoman Keperawatan Emergency. Jakarta: EGC

4
PSIK 7-B NHM(2017)
1

Anda mungkin juga menyukai