BAB I
PENDAHULUAN
penyembuhan. Selain itu faktor letak daerah yang terbakar, usia, dan
keadaan kesehatan penderita juga turut menentukan kecepatan
penyembuhan. Luka bakar pada daerah perineum, ketiak, leher, dan tangan
sulit dalam perawatannya, antara lain karena mudah mengalami
kontraktur. (Mansjor, 2000).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi dan fisiologikulit?
2. Apa pengertian burns?
3. Apa penyebab terjadinya burns?
4. Apa saja klasifikasi pada burns?
5. Apa manifestasi klinis pada burns?
6. Bagaimana patofisiologi burns?
7. Bagaimana WOC dari burns?
8. Bagaimana pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada kasus
burns?
9. Bagaimana penatalaksanaan dan pengobatan yang dapat dilakukan pada
kasus burns?
10. Bagaimana komplikasi yang akan terjadi pada burns?
11. Bagaimana asuhan keperawatan yang dilakukan pada kasus burns?
1.3 Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat memahami tentang keperawatan gawat
darurt yang diakibatkan oleh burns dan dapat mengetahui
bagaimana asuhan keperawatan pada kasus burns.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk memahami anatomi dan fisiologikulit.
2. Untuk mengetahui pengertian burns.
3. Untuk mengetahui etiologi terjadinya burns.
4. Untuk mengetahui klasifikasi pada burns.
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada burns.
6. Untuk mengetahui patofisiologi burns.
7. Untuk mengetahui WOC dari burns.
BAB II
PEMBAHASAN
3. Subkutan
Jaringan subkutan merupakan lapisan yang langsung dibawah
dermis. Batas antara jaringan subkutan dan dermis tidak tegas. Sel-sel yang
terbanyak adalah liposit yang menghasilkan banyak lemak. Jaringan
subkutan mengandung saraf, pembuluh darah dan limfe, kandungan rambut
dan dilapisan atas jaringan subkutan terdapat kelenjar keringat. Fungsi dari
jaringan subkutan adalah peyekat panas, bantalan terhadap trauma, dan
tempat penumpukan energi.
Fisiologi kulit
Kulit mempunyai berbagai fungsi yaitu sebagai berikut :
1. Pelindung atau proteksi
Epidermis terutama lapisan tanduk berguna untuk menutupi jaringan-
jaringan tubuh di sebelah dalam dan melindungi tubuh dari pengaruh-
pengaruh luar seperti luka dan serangan kuman. Lapisan paling luar dari
kulit ari diselubungi dengan lapisan tipis lemak, yang menjadikan kulit tahan
air. Kulit dapat menahan suhu menahan suhu tubuh, menahan luka-luka
kecil, mencegah zat kimia dan bakteri masuk ke dalam tubuh serta
menghalau rangsang-rangsang fisik seperti sinar ultraviolet dari matahari.
2. Penerima rangsang
Kulit sangat peka terhadap berbagai rangsang sensorik yang
berhubungan dengan sakit,suhu panas atau dingin, tekanan, rabaan, dan
getaran. Kulit sebagai alat perasa dirasakan melalui ujung ujung syaraf
sensasi.
3. Pengatur panas thermoregulasi
Kulit mengatur suhu tubuh melalui dilatasi dan konstruksi pembuluh
kapiler serta melalui respirasi yang keduanya dipengaruhi saraf
otonom. Tubuh yang sehat memiliki suhu tetap kira-kira 98,6 derajat
Farenheit atau sekitar 36,50C. Ketika terjadi perubahan pada suhu luar,
darah dan kelenjar keringat kulit mengadakan penyesuaian seperlunya
dalam fungsinya masing-masing. Pengatur panas adalah salah satu fungsi
kulit sebagai organ antara tubuh dan lingkungan. Panas akan hilang
dengan penguapan keringat.
4. Pengeluaran (ekskresi)
Kulit mengeluarkan zat-zat tertentu yaitu keringat dari kelenjar-kelenjar
keringat yang dikeluarkan melalui pori-pori keringat dengan membawa
garam, yodium dan zat kimia lainnya. Air yang dikeluarkan melalui kulit
tidak saja disalurkan melalui keringat tetapi juga melalui penguapan air
transepidermis sebagai pembentukan keringat yang tidak disadari.
5. Penyimpanan
Kulit dapat menyimpan lemak di dalam kelenjar lemak.
6. Penyerapan terbatas
Kulit dapat menyerap zat-zat tertentu, terutama zat-zat yang larut
dalam lemak dapat diserap ke dalam kulit. Hormon yang terdapat pada
krim muka dapat masuk melalui kulit dan mempengaruhi lapisan kulit pada
tingkatan yang sangat tipis. Penyerapan terjadi melalui muara kandung
rambut dan masuk ke dalam saluran kelenjar palit, merembes melalui
dinding pembuluh darah ke dalam peredaran darah kemudian ke berbagai
organ tubuh lainnya
7. Penunjang penampilan
Fungsi yang terkait dengan kecantikan yaitu keadaan kulit yang
tampak halus, putih dan bersih akan dapat menunjang penampilan Fungsi
lain dari kulit yaitu kulit dapat mengekspresikan emosi seseorang seperti
kulit memerah, pucat maupun konstraksi otot penegak rambut.
2.2Definisi Burns
Luka bakar adalah kerusakan
atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber
panas seperti api, air panas, bahan
kimia, listrik dan radiasi (Smeltzer,
Suzanna, 2002 dalam Huda A,
Kusuma H, 2015).
Cedera luka bakar memiliki
b. Derajad 2
1) Derajad 2 dangkal (superficial)
Pada derajad dua ini kulit berwarna merah
dan adanya bula (gelembung), organ kulit
seperti kelenjar sebasea, dan kelenjar kulit
masih utuh, pada luka bakar ini terjadi
kerusakan epidermis yang ditandai dengan rasa nyeri dan akan
sembuh dalam waktu 10-14 hari, dapat bula diberikan pengompresan
dengan NaCl.
2) Derajad 2 dalam (deep)
Luka bakar derajad dua ini kulit
kemerahan, dengan jaringan yang
terkelupas (kerusakan dermis dan
epidermis). Organ-organ kulit seperti
kelenjar keringat, folikel rambut, kelenjar
sebasea sebagian besar masih utuh, proses
penyembuhan pada darejad dua dalam ini biasanya memerlukan
waktu yang lama tergantung jaringan epitel yang masih tersisa.
c. Derajad 3
Luka bakar derajad tiga ini ditandai dengan
seluruh dermis dan epidermis mengalami
kerusakan. Tidak dijumpai rasa nyeri dan
kehilangan sensasi, oleh karena ujung-ujung
saraf sensori mengalami kerusakan atau
kematian, bahkan bisa merusak kematian
jaringan lemak maupun otot walaupun jaringan tersebut tidak mengalami
nekrosis. Penyembuhan terjadi lama karena tidak terbentuk epitelisasi
jaringan dari dasar luka yang spontan. Kulit yang terbakar berwarna abu-
abu dan pucat. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang
dikenal sebagai eskar.
1
PSIK 7-B NHM(2017)
0
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS
1
PSIK 7-B NHM(2017)
1
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS
1
PSIK 7-B NHM(2017)
2
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS
Untuk membedakan derajat 2 dan derajat 3 pada awalnya bisa sangat sulit.
Sebagai contoh, luka bakar full-thickness biasanya dengan tampilan warna putih
atau merah setelah bulu pecah. Hal ini juga terjadi pada luka bakar partial-
thickness dalam. Penilaian estimasi derajat kedalaman luka bakar sangat
diperlukan dalam 24-72 jam sebagai indikator awal untuk pencernaan intervensi
selanjutnya.
1
PSIK 7-B NHM(2017)
3
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS
Luka Pajanan air Meluas ke Sangat nyeri 7-20 hari Luka bakar ini
bakar panas epidermis dan ke biasanya sembuh
partial- daam lapisan tanpa
thickness dermis, serta meninggalkan
menimbulkan jaringan perut,
bula dalam komplikasi jarang
beberapa menit. terjadi, walaupun
mungkin timbul
infeksi sekunder
pada luka.
Luka Pajanan air Meluas ke Nyeri dengan Penyembuhan beberapa Folikel rambut
bakar panas, seluruh dermis. tekanan parsial. minggu. Memerlukan mungkin utuh
partial- kontak Namun, daerah di tindakan debridement dan akan tumbuh
thickness langsung sekitarnya untuk membuang jaringan kembali. Pada
dalam. dengan api, biasanya yang mati. Biasanya luka bakar ini
atau mengalami luka diperlukan tandur kulit. selalu terjdi
minyak bakar derajat pembentukan
panas. kedua superfisial jaringan perut.
yang nyeri.
Luka Pajanan air Meluas ke Saraf rusak Luka bakar jenis ini Luka bakar
bakar full- panas, epidermis, sehingga luka mungkin memerlukan derajat ketiga
1
PSIK 7-B NHM(2017)
4
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS
thickness kontak dermis, dan tidak terasa nyeri waktu berbulan-bulan membentuk
langsung jaringan subkutis. kecuali dengan untuk sembuh dan jaringan parut dan
dengan api, Kapiler dan vena tekanan dalam. diperlukan pembersihan jaringan tampak
minyak mungkin hangus Namun, daerah di secara bedah dan seperti kulit yang
panas, uap dan aliran darah sekitarnya penanduran. keras. Risiko
panas, agen ke daerah tersebut biasanya nyeri tinggi untuk
kimia, dan berkurang. seperti pada luka terjadinya
listrik bakar derajat kontraktur.
tegangan kedua.
tinggi
1
PSIK 7-B NHM(2017)
5
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS
yang akurat dari TBSA sangat penting untuk intervensi selanjutnya. Penilaian
luas luka bakar dapat menggunakan (1) metode lund dan browder (2) metode
rumus sembilan (rule of nines), atau (3) metode telapak tangan.
a. Metode lund dan browder
Metode yang lebih tepat
untuk memperkirakan luas
permukaan tubuh yang terbakar
adalah metode lund dan browder
yang mengakui bahwa
persentase luas luka bakar pada
berbagai bagian anatomik,
khususnya kepala dan tungkai
akan berubah menurut
pertumbuhan. Dengan membagi
tubuh menjadi daerah-daerah
yang sangat kecil dan memberikan estimasi proporsi luas permukaan
tubuh untuk bagian-bagian tubuh tersebut, kita bisa memperoleh estimasi
luas permukaan tubuh yang terbakar. Evaluasi pendahuluan di buat ketika
pasien tiba dirumah sakit dan kemudian di revisi pada hari kedua, serta
ketiga pasca luka bakar karena garis demarkasi baru tampak jelas sesudah
periode tersebut.
Estimasi dengan metode lund dan browder sangat akurat dan
efektif dilakukan pada anak-anak.
1
PSIK 7-B NHM(2017)
6
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS
Kepala 19 17 13 11 9 7
Leher 2 2 2 2 2 2
Dada dan 13 13 13 13 13 13
abdomen
depan
Dada dan 13 13 13 13 13 13
abdomen
belakang
Genitalia 1 1 1 1 1 1
Lengan 4 4 4 4 4 4
atas kanan
Lengan 4 4 4 4 4 4
atas kiri
Lengan 3 3 3 3 3 3
bawah
kanan
Lengan 3 3 3 3 3 3
bawah kiri
1
PSIK 7-B NHM(2017)
7
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS
Total:
1
PSIK 7-B NHM(2017)
8
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS
luas.Pada dewasa digunakan ‘rumus 9’, yaitu luas kepala dan leher, dada,
punggung, pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas
kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki
kiri masing-masing 9%. Sisanya 1% adalah daerah genitalia. Rumus ini
membantu menaksir luasnya permukaan tubuh yang terbakar pada orang
dewasa.Penilaian luas luka bakar dengan metode rumus Sembilan (rule of
nine) pada orang dewasa
Kepala dan leher → 9%
Lengan → 18%
Badan depan → 18%
Badan belakang → 18%
Tungkai → 36%
Genetalia / perineum → 1%
Total → 100%
Pada anak dan bayi
digunakan rumus lain
karena luas relatif
permukaan kepala anak jauh
lebih besar dan luas relatif
permukaan kaki lebih kecil.
Karena perbandingan luas
permukaan bagian tubuh
anak kecil berbeda, dikenal
rumus 10 untuk bayi, dan
rumus 10-15-20 untuk anak.
Penilaian luas luka bakar dengan metode rumus Sembilan (rule of nine)
pada orang anak-anak.
Kepala →20%
Tangan masing masing →10%
Kaki masing masing →10%
Badan kanan →20%
1
PSIK 7-B NHM(2017)
9
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS
2.5Manifestasi Klinis
Manifestasi menurut Pamela (2011) :
Kedalaman Dan Bagian Kulit Gejala Penampilan Perjalanan
Penyebab Luka Yang Terkena Luka Kesembuhan
Bakar
Derajat Satu Epidermis Kesemutan, Memerah, Kesembuhan
(Superfisial): hiperestesia menjadi putih lengkap dalam
tersengat matahari, (supersensivitas), ketika ditekan waktu satu
terkena api dengan rasa nyeri minimal atau minggu, terjadi
intensitas rendah mereda jika tanpa edema pengelupasan
didinginkan kulit
Derajat Dua Epidermis Nyeri, Melepuh, Kesembuhan
(Partial-Thickness): dan bagian hiperestesia, dasar luka dalam waktu 2-
tersiram air dermis sensitif terhadap berbintik- 3 minggu,
mendidih, terbakar udara yang bintik merah, pembentukan
oleh nyala api dingin epidermis parut dan
retak, depigmentasi,
permukaan infeksi dapat
luka basah, mengubahnya
terdapat menjadi derajat-
edema tiga
Derajat Tiga (Full- Epidermis, Tidak terasa Kering, luka Pembentukan
2
PSIK 7-B NHM(2017)
0
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS
2.6Patofisiologi
Pada dasarnya luka bakar itu terjadi akibat paparan suhu yang tinggi,
akibatnya akan merusak kulit dan pembuluh darah tepi maupun pembuluh darah
besar dan akibat dari kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan cairan
plasma sel darah, protein dan albumin, mengalami gangguan fisiologi.
Akibatnya terjadilah kehilangan cairan yang massif, terganggunya cairan di
dalam lumen pembuluh darah. Suhu tinggi juga merusak pembuluh darah yang
mengakibatkan sumbatan pembuluh darah sehingga beberapa jam setelah reaksi
tersebut bisa mengakibatkan radang sistemik, maupun kerusakan jaringan
lainnya. Dari kilasan diatas maka pada luka bakar juga dapat terjadi syok
hipovolemik atau burn shock.
Dalamnya luka bakar tergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan
lamanya kontak dengan agen tersebut. Sebagai conth, pada kasus luka bakar
tersiram air panas pada orang dewasa, kontak selama 1 detik dengan air yang
panas dari shower dengan suhu 68,90C dapat menimbulkan luka bakar yang
merusak epidermis serta dermis sehingga terjadi cedera derajat- tiga (
fullthickness injury ). Pajanan selama 15 menit dengan air panas yang suhunya
2
PSIK 7-B NHM(2017)
1
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS
2
PSIK 7-B NHM(2017)
2
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS
fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, keloid, gangguan
pigmentasi, deformitas dan kontraktur.
2
PSIK 7-B NHM(2017)
3
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS
2.7 WOC
Terlampir
2
PSIK 7-B NHM(2017)
4
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS
2
PSIK 7-B NHM(2017)
5
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS
2
PSIK 7-B NHM(2017)
6
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS
demikian jumlah dan jenis cairan yang diperlukan untuk resusitasi dapat
ditentukan. cara yang lazim digunakan untuk menghitung kebutuhan cairan
pada penderita luka bakar yaitu: Cara baxter
Hari pertama
Jumlah kebutuhan cairan pada hari pertama dihitung dengan
Dewasa: Baxter RL 4 cc x BB (kg) x % Luka bakar /24 jam.
Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya
diberikan dalam 16 jam.
Anak: jumlah resusitasi + kebutuhan faal
RL : Dextran = 17 : 3
2 cc x BB (kg) x % luka bakar
Kebutuhan Faal:
< 1 tahun: BB x 100 cc
1 -3 tahun: BB x 75 cc
3 - 5 tahun: BB x 50 cc
½ diberikan 8 jam pertama, ½ diberikan 16 jam berikutnya.
Hari kedua
Dewasa: Dextran 500 – 2000 + D5 %/ albumin.
(3x) x 80 x BB gr/hr : 100
(albumim 25 % = gram x4 cc) dengan 1 cc/menit
Anak: diberikan sesuai kebutuhan faal
4. Monitor urine dan CVP
5. Topikal dan tutup luka
a. Cuci luka dengan Savlon : NaCl 0,9 % (1 : 30) + buang jaringan nekrotik
b. Tulle
c. Silver sulfa diazin tebal
d. Tutup kassa tebal
e. Evaluasi 6 -7 hari, kecuali baluan kotor
6. Obat-obatan
a. Antibiotika: tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian
2
PSIK 7-B NHM(2017)
7
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS
b. Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil
kultur
c. Analgetik: kuat (morfin, petidine)
d. Antasida: kalua perlu
2.10 Komplikasi
1. Syok hipovolemik
2. Kekurangan cairan dan elektrolit
3. Hypermetabolisme
4. Infeksi
5. Gagal ginjal akut
6. Masalah pernapasan akut; injury inhalasi, aspirasi gastric, pneumonia
bakteri, edema.
7. Paru dan emboli
8. Sepsis pada luka
9. Ilius paralitik
2
PSIK 7-B NHM(2017)
8
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS
3.1 Pengkajian
A. Anamnese
1. Identitas Pasien dan Penanggung Jawab
2. Riwayat sakit dan kesehatan:
a. Keluhan Utamayang dirasakan oleh klien luka bakar adalah nyeri,
sesak nafas. Nyeri dapat disebabkan karena iritasi terhadap saraf.
Dalam melakukan pengkajian nyeri harus diperhatikan PQRST.
Sesak nafas yang timbul beberapa jam / hari setelah klien
mengalami luka bakar dan disebabkan karena pelebaran pembuluh
darah sehingga timbul penyumbatan saluran nafas bagian atas, bila
edema paru berakibat sampai pada penurunan ekspansi paru.
b. Riwayat Penyakit Sekarang: Gambaran keadaan klien mulai
tarjadinya luka bakar, penyabeb lamanya kontak, pertolongan
pertama yang dilakuakn serta keluhan klien selama menjalan
perawatan ketika dilakukan pengkajian. Apabila dirawat meliputi
beberapa fase : fase emergency (±48 jam pertama terjadi perubahan
pola bak), fase akut (48 jam pertama beberapa hari / bulan ), fase
rehabilitatif (menjelang klien pulang).
c. Riwayat Penyakit Dahulu :Merupakan riwayat penyakit yang
mungkin pernah diderita oleh klien sebelum mengalami luka bakar.
Resiko kematian akan meningkat jika klien mempunyai riwayat
penyakit kardiovaskuler, paru, DM, neurologis, atau
penyalagunaan obat dan alkohol
3. Pengkajian fokus pada klien dengan luka bakar menurut Padila (2012),
adalah sebagai berikut :
Pengkajian Primer
a. Airway (jalan napas)
2
PSIK 7-B NHM(2017)
9
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS
3
PSIK 7-B NHM(2017)
0
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS
3
PSIK 7-B NHM(2017)
1
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS
8. Pemeriksaan neurologi
Tingkat kesadaran dinilai dengan GCS. Nilai bisa menurun bila suplay
darah ke otak kurang (syok hipovolemik) dan nyeri yang hebat (syok
neurogenik).
9. Pemeriksaan kulit
Kaji daerah yang mengalami luka bakar (luas dan kedalaman luka).
Prinsip pengukuran prosentase luas luka bakar menurut kaidah 9 (rule
of nine).
Pengkajian AMPLE
1. A : Alergi (Adakah alergi pada pasien, seperti obat-obatan, plester,
makanan)
2. M : Medikasi/obat-obatan (Obat-obatan yang diminum seperti sedang
menjalani pengobatan hipertensi, kencing manis, jantung, dosis, atau
penyalahgunaan obat)
3. P : Pertinent medical history (Riwayat medis pasien seperti penyakit
yang pernah diderita, obatnya apa, berapa dosisnya, penggunaan obat-
obatan herbal)
4. L : Last meal (Obat atau makanan yang baru saja dikonsumsi,
dikonsumsi berapa jam sebelum kejadian, selain itu juga periode menstruasi
termasuk dalam komponen ini)
5. E : Events (Hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cedera aatu
kejadian yang menyebabkan adanya keluhan utama/ kronologi kejadian).
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan
cairan melalui rute abnormal, peningkatan kebutuhan: status
hypermetabolik, ketidak cukupan pemasukan, kehilangan perdarahan.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi asap atau
sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial
dari dada atau leher.
3. Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema.
Manifulasi jaringan cidera contoh debridemen luka.
3
PSIK 7-B NHM(2017)
2
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS
MANDIRI
Timbang berat badan setiap hari. Penggantian cairan tergantung pada
berat badan pertama dan perubahan
selanjutnya.
Ukur lingkar ekstremitas yang terbakar Memperkirakan luasnya
tiap hari sesuai indikasi. oedema/perpindahan cairan yang
mempengaruhi volume sirkulasi dan
pengeluaran urine.
KOLABORASI
Pasang / pertahankan kateter urine. Memungkinkan infus cairan cepat
Berikan penggantian cairan IV yang Mengidentifikasi kehilangan
dihitung, elektrolit, plasma, albumin. darah/kerusakan SDM dan kebutuhan
penggantian cairan dan elektrolit.
Berikan obat sesuai indikasi: Diuretika
contohnya Manitol (Osmitrol), Kalium,
3
PSIK 7-B NHM(2017)
3
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS
MANDIRI
Kaji factor penyebab gangguan Pemeriksaan untuk mengkaji
pertukaan gas pertukaran gas yang adekuat dan
bersihan saluran nafas
Istirahatkan pasien dalam posisi fowler Posisi fowler akan meningkatkan
ekspansi paru optimal, istirahat akan
mengurangi kerja jantung
3
PSIK 7-B NHM(2017)
4
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS
3
PSIK 7-B NHM(2017)
5
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS
MANDIRI
Kaji nyeri dengan pendekatan PQRST Menjadi parameter dasar untuk
Lakukan manajemen nyeri mengetahui sejauh mana intervensi
keperawatan: yang dperlukan
Atur posisi fisiologis Posisi fisiologis akan meningkatkan
asupan oksigen ke jaringan yang
mengalami peradangan.
Istirahatkan klien Untuk meningkatkan suplai darah pada
jaringan yang mengalami peradangan
Ajarkan tekhnik relaksasi pernafasan Meningkatkan asupan oksigen dan
dalam dan tekhnik distraksi pada saat menurunkan rasa nyeri
nyeri
HEALTH EDUCATION
Jelaskan dan bantu pasien dengan Pendekatan dengan relaksasi dan
tindakan Pereda nyeri nonfarmakologi nonfarmakologi lainnya telah
dan noninvasive menunjukkan keefektifan dalam
KOLABORASI mengurangi nyeri
Berikan analgesik narkotik yang
diresepkan dokter dan diberikan
sedikitnya 30 menit sebelum prosedur Analgesik narkotik diperlukan untuk
perawatan luka. memblok lintasan nyeri sehingga nyeri
OBSERVASI akan berkurang
Observasi PQRST
3
PSIK 7-B NHM(2017)
6
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS
Tujuan: dalam waktu 1x24 jam Mempertahankan nadi perifer teraba dengan
kualitas atau kekuatan sama an warna kulit normal pada area yang cedera.
Kriteria hasil:
a. pengisian kapiler
b. warna kulit normal pada area yang cedera.
Intervensi Rasional
Tujuan: dalam waktu 12x24 jam integritas kulit membaik secara optimis.
Kriteria evaluasi:
Intervensi Rasional
Kaji kerusakan jaringan kulit yang terjadi Menjadi data dasar untuk memberikan
pada klien. informasi intervensi perawatan yang akan
digunakan.
3
PSIK 7-B NHM(2017)
7
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS
3
PSIK 7-B NHM(2017)
8
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS
3
PSIK 7-B NHM(2017)
9
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Mengingat kasus luka bakar merupakan suatu bentuk cedera berat
yang memerlukan penanganan dan penatalaksanaan yang sangat komplek
dengan biaya yang cukup tinggi serta angka morbiditas dan mortalitas karena
beberapa faktor yang sangat komplek,antara lain faktor penderita,faktor
pelayanan petugas,faktor fasilitas pelayanan dan faktor cederanya.
Untuk penanganan luka bakar perlu diketahui fase luka
bakar,penyebab luka bakar,derajat kedalaman luka bakar,luas luka bakar.Pada
penanganan luka bakar seperti penanganan trama yang lain harus ditangani
secara teliti dan sistemik.Penatalaksanaan sejak awal harus sebaik-baiknya
karena pertolongan pertama kali sangan menentukan perjalanan penyakit ini
selanjutnya.
4.2 Saran
Dengan adanya makalah ini kami berharap dapat menambah pengetahuan para
pembaca mengenai burns atau luka bakar. Kami selaku pembaca pula
mengharapkan kritik dan saran bagi para pembaca untuk kebaikan
makalah kami.
4
PSIK 7-B NHM(2017)
0
ASUHAN KEPERAWATAN BURNS
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin A & Sari K. 2013. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguanh Sistem
Integumen. Jakarta: Salemba Medika
Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI.
Digiulio, Marry. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Rapha Publishing
Kartikawati, Dewi. 2011. Dasar-dasar Keperawatan Gawat Darurat Jilid 1.
Jakarta:Salemba Medika
Musliha. 2010. Kerawatan Gawat Darurat Dengan Pendekatan NANDA NIC-
NOC.Yogyakarta: Nuha Medika
Nurarif, Amin Huda. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
NANDANIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction Publishing
Padila. 2012. Perawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika
Patty, Pamela. 2010. Pedoman Keperawatan Emergency. Jakarta: EGC
4
PSIK 7-B NHM(2017)
1