PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Menjelaskan tentang apa itu hiperpituitari dan hipopituitari dan bagaimana asuhan keperawatan
yang harus dilakukannya
1.4 Manfaat
a. Mengetahui dan menjelaskan apa itu gangguan kelenjar hipofise anterior khususnya
hiperpituitari dan hipopituitari, cara menanganinya dan bagaimana asuhan keperawatannya.
BAB 2
PEMBAHASAN
• Kelenjar tiroid, kelenjar adrenal dan organ reproduksi (indung telur dan
buah zakar)
• Laktasi (pembentukan susu oleh payudara)
• Pertumbuhan seluruh tubuh.
Adenohipofisa juga menghasilkan hormon yang menyebabkan kulit berwarna lebih gelap
dan hormon yang menghambat sensasi nyeri.
Dengan mengetahui kadar hormone yang dihasilkan oleh kelenjar yang berada dibawah
kendali hipofisa (kelenjar target), maka hipotalamus atau hipofisa bisa menentukan berapa
banyak perangsangan atau penekanan yang diperlukan oleh hipofisa sesuai dengan aktivitas
kelenjar target.
Hormon yang dihasilkan oleh hipofisa (dan hipotalamus) tidak semuanya dilepaskan terus
menerus. Sebagian besar dilepaskan setiap 1-3 jam dengan pergantian periode aktif dan tidak
aktif.
Beberapa hormon (misalnya kortikotropin yang berfungsi mengendalikan kelenjar adrenal,
hormon pertumbuhan yang mengendalikan pertumbuhan dan prolaktin yang mengendalikan
pembuatan air susu) mengikuti suatu irama yang teratur, yaitu kadarnya meningkat dan menurun
sepanjang hari, biasanya mencapai puncaknya sesaat sebelum bangun dan turun sampai kadar
terendah sesaat sebelum tidur. Kadar hormon lainnya bervariasi, tergantung kepada beberapa
faktor. Pada wanita, kadar LH (luteinizing hormone) dan FSH (follicle-stimulating hormone)
yang mengendalikan fungsi reproduksi, bervariasi selama siklus menstruasi. Terlalu banyak atau
terlalu sedikitnya satu atau lebih hormon hipofisa menyebabkan sejumlah gejala yang bervariasi.
Lobus anterior merupakan 80% dari berat kelenjar hipofisa. Bagian ini melepaskan
hormon yang mengatur pertumbuhan dan perkembangan fisik yang normal atau merangsang
aktivitas kelenjar adrenal, kelenjar tiroid serta indung telur atau buah zakar.
Jika hormon yang dilepaskan terlalu banyak atau terlalu sedikit, maka kelenjar endokrin
lainnya juga akan melepaskan hormon yang terlalu banyak atau terlalu sedikit.
Salah satu hormon yang dilepaskan oleh lobus anterior adalah kortikotropin (ACTH,
adenocorticotropic hormone), yang merangsang kelenjar adrenal untuk melepaskan kortisol dan
beberapa steroid yang menyerupai testosteron (androgenik). Tanpa kortikotropin, kelenjar
adrenal akan mengkisut (atrofi) dan berhenti menghasilkan kortisol, sehingga terjadi kegagalan
kelenjar adrenal. Beberapa hormon lainnya dihasilkan secara bersamaan dengan kortikotropin,
yaitu beta-melanocyte stimulating hormone, yang mengendalikan pigmentasi kulit serta
enkefalin dan endorfin, yang mengendalikan persepsi nyeri, suasana hati dan kesiagaan.TSH
(thyroid-stimulating hormone) juga dihasilkan oleh lobus anterior dan berfungsi merangsang
kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid.Terlalu banyak TSH menyebabkan
pembentukan tiroid yang berlebihan (hipertiroidisme), terlalu sedikit TSH menyebabkan
berkurangnya pembentukan hormon tiroid (hipotiroidisme).
A. Hiperpituitarisme
2.1 Pengertian
Hiperpituitary adalah suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau hiperplasi
hipofisisme sehingga menyebabkan peningkatkan sekresi salah satu hormone hipofise atau lebih.
Hiperpituitary adalah suatu keadaan dimana terjadi sekresi yang berlebihan satu atau
lebih hormone - hormone yang disekresikan oleh kelenjar pituitary{ hipofise} biasanya berupa
hormone- hormone hipofise anterior (Izzha, 2012).
2.2 Etiologi
Hiperpituitari dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar hipofisis atau hipotalamus,
penyebab mencakup :
1. Adenoma primer salah satu jenis sel penghasil hormone, biasanya sel penghasil GH,
ACTH atau prolakter.
2. Tidak ada umpan balik kelenjar sasaran, misalnya peningkatan kadar TSH terjadi apabila
sekresi HT dan kelenjar tiroid menurun atau tidak ada. (Buku Saku Patofisiologis,
Elisabeth, Endah P. 2000. Jakarta : EGC)
2.3 Patofisiologi
Hiperfungsi hipofise dapat terjadi dalam beberapa bentuk bergantung pada sel mana dari
kelima sel-sel hipofise yang mengalami hiperfungsi. Kelenjar biasanya mengalami pembesaran
disebut adenoma makroskopik bila diameternya lebih dari 10 mm atau adenoma mikroskopik
bila diameternya kurang dari 10 mm, yang terdiri atas 1 jenis sel atau beberapa jenis sel.
Adenoma hipofisis merupakan penyebab utama hiperpituitarisme. Penyebab adenoma hipofisis
belum diketahui. Adenoma ini hampir selalu menyekresi hormon sehingga sering disebut
functioning tumor.
Kebanyakan adalah tumor yang terdiri atas sel-sel penyekresi GH, ACTH dan prolaktin.
Tumor yang terdiri atas sel-sel pensekresi TSH-, LH- atau FSH- sangat jarang terjadi.
Functioning tumor yang sering di temukan pada hipofisis anterior adalah:
2.5 Penatalaksanaan
Hipofisektomi adalah tindakan pengangkatan adenoma hipofise melalui pembedahan.
prosedur operasi tersebut mencakup tindakan tranpenoidal hiposektomi dengan narkose. Insisi
pada lapisan dalam bibir atas masuk ke sella tursika melalui sinus spenoidalis. Yang kedua
adalah tranfrontal kraniotomi yaitu dengan membuka rongga kranium melalui tulang frontal.
2.6 Komplikasi
1. Gangguan hipotalamus.
2. Penyakit organ ’target’ seperti gagal tiroid primer, penyakit addison atau gagal
gonadal primer.
3. Penyebab sindrom chusing lain termasuk tumor adrenal, sindrome ACTH ektopik.
4. Diabetes insipidus psikogenik atau nefrogenik.
5. Syndrom parkinson
Pengertian Hipopituitari
Hipopituitari adalah hiposekresi satu atau lebih hormone hifopisis anterior. (Barbara C.
Long)
Hipopituitari adalah insufisiensi hipofisis akibat kerusakan lobus anterior kelenjar
hipofise.(keperawatan medical bedah, hal :233)
Hipopituitari adalah penurunan atau tidak ada sekresi satu atau lebih hormone kelenjar
hipofisis anterior. (standar perawatan pasien, hal :399 )
Hipopituitari adalah defisiensi hormone tyroid, adrenal, gonadal, dan hormone
pertumbuhan akibat penyakit hipofisis.(Jonathan gleadle)
Etiologi
Faktor- faktor yang dapat menyebabkan hipopituitari diantaranya adalah :
1. Sekunder : tumor – tumor jinak atau ganas metastasik desak ruang.
2. Vaskuler : perdarahan ke dalam adenoma hipofisis; infark post partum (sindrom
seehan ); aneurisma arteri karotis.
3. Infiltrasi dan granuloma : histiositosis, sarkoidosis, hemokromatosis.
4. Infeksi : tuberculosis, pasca meningitis.
5. Traumatic : setelah cedera kepala.
6. Sindrom sela tursika yang kosong primer atau sekunder dari infark tumor hipofisis.
7. Hipopituitari idiopatik
8. Defek congenital seperti pada dwarfisme pituitary atau hipogonadisme
Patofisiologi
Penyebab hipofungsi hipofise dapat bersifat primer dan sekunder. primer bila
gangguannya terdapat pada kelenjer hipofise itu sendiri, dan sekunder bila gangguan terdapat
dihipotalamus penyebab tersebut termasuk diantaranya :
1. Defek perkembangan kongenital, seperti pada dwarfisme pituitari atau hipogonadisme.
2. Tumor yang merusak hipofise (mis: adenoma hipofise nonfungsional) atau merusak
hipotalamus (mis: kraniofaringioma atau glioma).
3. Iskemia, seperti pada nekrosis postpartum (sindrom sheehan’s).
` Kelenjar hipofisis atau pituitari terletak di bawah hipotalamus otak dan melekat melalui
suatu tangkai pada eminensia medialis otak yang terdiri dari lobus posterior (neurohipofisis) dan
lobus anterior. Lobus posterior berasal dari infundibulan diencefalon yang mempunyai
sambungan saraf langsung lewat jaras serat yang besar yang mengekskresi hormon ADH dan
oksitosin. Lobus anterior berkembang dari ektoderm stomadeum (kantong Rathke) dan
dikendalikan melalui sekresi hipotalamus yang mensekresi hormone THS, ACTH, FSH, LH.
Ujung sebagian serabut saraf hipotalamus melepaskan neurohormon ke dalam kapiler eminensia
medialis dan dibawa ke sistem portal hipofisis. Eminensia medialis merupakan lintasan akhir
bersama seluruh faktor pelepas (releasing factor). Ada 2 tipe sekresi hipotalamus yaitu hormon
pelepas (releasing) dan hormon penghambat (inhibisi). Hormon hipofisis yang tidak memiliki
kontrol umpan balik dari produk kelenjar sasaran (growth hormone, prolaktin, dan melanocyte-
stimulating hormon) memerlukan inhibitor dan stimulator hipotalamus untuk pengendaliannya.
Yang memiliki stimulator adalah kortikotropin, tirotropin, LH, FSH. (4,5)
Growth hormone atau somatotropin mempunyai pengaruh metabolik utama yang pada
anak-anak untuk pertumbuhan somatik dan orang dewasa untuk mempertahankan ukuran normal
tubuh, pengaturan sintesis protein dan pembuatan nutrien. Growth hormon memproduksi
somatomedin yang memperantarai efek growth promoting. Apabila tanpa somatomedin maka
GH tidak dapat merangsang pertumbuhan. Sekresi GH diatur oleh GHRH dari hipotalamus dan
oleh somatostatin (hormon penghambat). Pelepasan GH dirangsang oleh hipoglikemia dan oleh
asam amino (seperti arginin). (3)
Penghambatan pelepasan GH dan somatostatin oleh kelenjar hipofisis akan mengakibatkan
pertumbuhan terhambat yang ditandai anak cebol, kepala bulat, wajah pendek dan lebar, tulang
frontal menonjol, mata agak menonjol, gigi berupsi lambat, ekstremitas kecil, pertumbuhan
rambut hampir tidak ada, keterlambatan mental. Hal ini diakibatkan oleh proses patologik yaitu
(1) Tumor hipofisis yang merusak sel-sel hipofisis yang normal. (2) Trombosis vaskuler yang
mengakibatkan nekrosis kelenjar hipofisis normal. (3) Penyakit granulomatosa infiltratif yang
merusak hipofisis, dan (4) Destruksi sel-sel hipofisis yang bersifat idiopatik atau autoimun.
Manifestasi Klinis
1. Sakit kepala dan gangguan penglihatan atau adanya tanda-tanda tekanan intracranial
yang meningkat.
2. Defisiensi hormone pertumbuhan : gangguan pertumbuhan pada anak-anak (dwarfisme).
3. Defisiensi gonadotropin : laki-laki terjadi impoten, hilangnya libido, jumlah sperma
berkurang, gangguan ereksi, testis mengecil, dan rambut rontok. Pada wanita terjadi
oligomenorea / amenorea, atrofi uterus dan vagina, potensial atrofi payudara, dan pada
anak-anak mengalami terlambat pubertas. Pada dewasa terjadi tubuh pendek sekali,
pertumbuhan otot buruk sehingga cepat lelah, emosi labil dan manifestasi deficit prolactin (
ibu pascapartum tidak mengeluarkan air susu dan kadar prolactin serum kurang ).
4. Defisiensi TSH : rasa lelah konstipasi kulit kering gambaran laboratorium dari
hipertiroidisme.
5. Defisit kortikotropin : malaise, anoreksia, rasa lelah yang nyata, pucat, gejala- gejala yang
sangat hebat selama menderita penyakit sistemik ringan biasa, gambaran lab dari penurunan
fungsi adrenal.
Penatalaksanaan
a. Kausal
1. Bila disebabkan oleh tumor, umumnya dilakukan radiasi bila gejala-gejala tekanan oleh
tumor progresif dilakukan operasi.
b. Terapi substitusi
1. Hidrokortison antara 20 – 30 mg sehari diberikan per–os, umumnya disesuaikan dengan
siklus harian sekresi steroid yaitu 10 – 15 mg waktu pagi, 10 mg waktu malam.
2. Puluis tiroid / tiroksin diberikan setelah terapi dengan hidrokortison.
3. Pada penderita laki – laki berikan suntikan testosteron enantot atau testosteron siprionat 200
mg intramuskuler tiap 2 minggu. Dapat juga diberikan fluoxymestron 10 mg per-os tiap
hari.
4. Esterogen diberikan pada wanita secara siklik untuk mempertahankan siklus haid. Berikan
juga androgen dosis setengah dosis pada laki – laki hentikan bila ada gejala virilisasi ’’growth
hormone’’ bila terdapat dwarfisme.
c. Tumor hipofisis, diobati dengan pembedahan radioterapi atau obat (misal : akromegali
dan hiperprolaktinemia dengan hymocriptine).
d. Defisiensi hormon hos diobati sebagai berikut : penggantian GH untuk defisiensi GH pada
anak – anak, tiroksin dan kortison untuk defisiensi TSH dan ACTH, penggantian androgen
atau esterogen untuk defisiensi gonadotropin sendiri (isolated) dapat diobati dengan
penyuntikan FSH atau HCG.
e. Desmopressin dengan insuflasi masal dalam dosis terukur.
Komplikasi
1. Kardiovaskuler.
a. Hipertensi.
b. Tromboflebitis.
c. Tromboembolisme.
d. Percepatan uterosklerosis.
2. Imunologi.
Peningkatan resiko infeksi dan penyamaran tanda – tanda infeksi.
3. Perubahan mata.
a. Glaukoma.
b. Lesi kornea.
4. Muskuloskeletal.
a. Pelisutan otot.
b. Kesembuhan luka yang jelek.
c. Osteoporis dengan fraktur kompresi vertebra, fraktur patologik tulang panjang,
nekrosis aseptik kaput femoris.
5. Metabolik.
Perubahan pada metabolisme glukosa sindrome penghentian steroid.
6. Perubahan penampakan.
a. Muka seperti bulan (moon face).
b. Pertambahan berat badan.
c. Jerawat.
Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorik ditemukan Pengeluaran 17 ketosteroid dan 17 hidraksi
kortikosteroid dalam urin menurun, BMR menurun.
b. Pemeriksaan Radiologik / Rontgenologis ditemukan Sella Tursika :
1) Foto polos kepala
2) Poliomografi berbagai arah (multi direksional).
3) Pneumoensefalografi.
4) CTScan.
5) Angiografi serebral.
c. Pemeriksaan Lapang Pandang.
1) Adanya kelainan lapangan pandang mencurigakan.
2) Adanya tumor hipofisis yang menekan kiasma optik.
d. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan kartisol, T3 dan T4, serta esterogen atau testosteron.
2) Pemeriksaan ACTH, TSH, dan LH.
3) Tes provokasi dengan menggunakan stimulan atau supresan hormon, dan dengan
melakukan pengukuran efeknya terhadap kadar hormon serum.
4) Tes provokatif.
2.8 Prognosis
Kematian dapat terjadi karena keterlambatan dalam pengobatan.
Prognosis untuk hidup tergantung pada faktor penyebab. Bila tidak ada lesi anatomik maka
penderita dapat mencapai usia tua.
Prognosis tinggi badan akhir sulit, karena pertumbuhan masih mungkin berlanjut lama
setelah masa remaja yang lazim karena epifisis tetap terbuka. Maturasi seksual juga terjadi 10 -
20 tahun lebih lambat dari orang normal. Pertumbuhan susulan seringkali diamati pada anak
yang menjalani pembedahan kraniofaringioma atau tumor hipotalamus lainnya. Yang
mengherankan, pertumbuhan dapat terjadi bahkan tanpa hGH. Tampaknya pertumbuhan
bergantung pada somatomedin, karena kadar plasmanya normal. Rangsangan untuk produksi
somatomedin pada pasien-pasien ini tidak diketahui.
FSH & LH
GH
PRL
MSH
ACTH
TSH
Sekresi GH
Hipopituitary
Tumor hipofisis /hipotalamus, trauma, infeksi SSP, Autoimun, idiopatik
Gigantisme Akromegali
Post puber : pembesaran jari, tangan, organ dalam
Hiperpituitary
Gangguan pertumbuhan
Tumor hipofisis /hipotalamus,
Tumor hipofisis /hipotalamus,
Tumor hipofisis /hipotalamus, lesi
Tumor hipofisis /hipotalamus, Tumor adrenal
Tumor hipofisis /hipotalamus, pembedahan, Autoimun
Pertumbuhan lambat
Dwarfisme
Gangguan citra tubuh
Hiperpituitary
Cemas/Takut
Ancaman kematian
Nyeri kepala
Gangguan sensori perseptual
Kompresi tumor pada nervus optikus
Gangguan transmisi impuls
Penekanan jaringan oleh tumor
Sindrom cushing/hipersekresi kortisol
B. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri kepala yang berhubungan dengan penekanan jaringan oleh tumor.
b. Perubahan citra tubuh b.d perubahan penampilan fisik.
c. Disfungsi seksual b.d penurunan libido, infertilitas, dan impotent.
d. Perubahan sensori perseptual (penglihatan) yang berhubungan dengan gangguan
transmisi impuls akibat kompresi tumor pada nervus optikus.
e. Takut yang berhubungan dengan ancaman kematian akibat tumor otak
C. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri kepala yang berhubungan dengan penekanan jaringan oleh tumor.
Tujuan : setelah dilakukan intervensi selama 1 x 24 jam pasien mengalami perubahan dalam
rasa nyaman dan penurunan tingkat nyeri
Kriteria hasil :
1. Pasien tidak mengeluh nyeri
2. Pasien merasa nyaman
3. Skala nyeri 2 ( 0 – 4 )
Intervensi Rasional
Dorong klien agar mau Agar perawat mengetahui apa yang
mengungkapkan apa yang dirasakan klien.
dirasakan.
Intervensi Rasional
Dorong klien agar mau Agar perawat mengetahui jarak
melakukan pemeriksaan lapang klien.
lapang pandang.
4.2 Saran
1. Kepada orang tua khususnya harus lebih waspada dalam memerhatikan kesehatan
jasmani maupun rohaninya agar terhindar dari penyakit yang tidak diinginkan salah satunya
adalah dengan melakukan olahraga secara rutin.
2. Kami selaku penulis menyarankan kepada para pembaca baik individu, keluarga
maupun masyarakat serta teman-teman, agar kiranya dapat memerhatikan adanya gejala sakit
kepala dan gangguan penglihatan atau tekanan intraakranial secara meningkat karena
hal tersebut bisa menjadi suatu gejala dari gangguan pada kelenjar hipofise anteriornya.
DAFTAR PUSTAKA