Diagnosa yang mungkin muncul pada Penyakit Paru Obstruktif Menahun antara lain:
Intervensi
a. Diagnosa 1 : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan kontriksi bronkus
peningkatan produksi stputum, batuk tidak efektif, infeksi bronkopulmonal.
Tujuan : Setelah dilakukan asuha keperawatan selama . . . . × . . . . jam, diharapkan
bersihan jalan nafas kembali efektif.
Kriteria Hasil, klien akan :
Frekuensi nafas normal (16 – 20 × per menit)
Tidak sesak.
Tidak ada sputum.
Batuk berkurang.
Intervensi Rasional
1. Kaji warna, kekentalan, dan 1. Karakteristik sputum dapat
jumlah sputum. menunjukkan berat ringannya
2. Atur posisi semifowler. obstruksi.
3. Ajarkan cara batuk efektif. 2. Meningkatkan ekspansi dada.
4. Bantu klien nafas dalam. 3. Batuk yang terkontrol dan efektif
5. Tingkatkan masukan cairan dapat memudahkan pengeluaran
sampai 3000 ml/hari sesuai secret yang melekat di jalan nafas.
toleransi jantung. 4. Ventilasi maksimal membuka
6. Lakukan fisioterapi dada dengan lumen jalan nafas dan
teknik postural drainage, perkusi, meningkatkan gerakan secret
dan fibrasi dada. kedalam jalan nafas besar untuk
7. Kolaborasi pemberian obat: dikeluarkan.
- Bronkodilator. 5. Hidrasi menbantu menurunkan
- Nebulizer (via inhalasi) kekentalan secret, mempermudah
dengan golongan terbutaline pengeluaran. Penggunaan cairan
0,25 mg, fenoterol HBr 0,1% hangat dapat menurunkan spasme
solution, orcipenaline sulfur bronkus.
0,75 mg 6. Postural drainage dengan perkusi
- Agen mukolitik dan dan vibrasi menggunakan bantuan
ekspektoran gaya gravitasi untuk membantu
menaikkan sekresi sehingga dapat
dikeluarkan atau dihisap dengan
mudah.
7. Pemberian bronkodilator via
inhalasi akan langsung menuju
area bronchus yang mengalami
spasme sehingga lebih cepat
berdilatasi. Agen mukolitik
menurunkan kekentalan dan
pelengketan secret paru untuk
memudahkan pembersihan. Agen
ekspektoran akan memudahkan
secret lepas dari pelengketan dari
jalan nafas.
Intervensi Rasional
1. Kaji frekuensi, kedalaman 1. Berguna dalam evaluasi derajat
pernafasan. Catat penggunaan otot disstres pernafasan dan atau
aksesori, napas bibir, kronisnya proses penyakit.
keridakmampuan berbicara. 2. Pengiriman oksigen.
2. Atur posisi semifowler. 3. Sianosis mungkin perifer (terlhat
3. Kaji/awasi secara rutin kulit dan pada kuku) atau sentral (terlihat di
warna membrane mukosa. sekitar bibir atau telinga). Keabu-
4. Auskultasi bunyi nafas, catat area abuan dan sianosis sentral
penurunan aliran udara dan atau mengindikasikan beratnya
bunyi tambahan. hipoksemia.
5. Awasi tingkat kesadaran/status 4. Bunyi nafas mungkin redup karena
mental. Selidiki adanya perubahan. adanya penurunan aliran udara atau
6. Awasi tanda vital dan irama area konsolidasi. Adanya mengi
jantung. mengindikasikan spasme
bronkus/tertahannya secret.
5. Gelisah dan ansietas adalah
menifestasi umum pada hipoksia.
6. Takikardia, disritmia, dan perubahan
TD dapat menunjukan efekl
hipoksemia sistemik pada fungsi
jantung.
c. Diagnosa 3 : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan nafas pendek dan produksi
sputum.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama . . . × . . . jam, diharapkan pola
nafas kembali efektif.
Kriteria hasil, klien akan :
Frekuensi nafas normal (16 – 20 × per menit)
Frekuensi nadi normal (70 – 90 × permenit)
Tidak ada dispnea
Intervensi Rasional
1. Ajarkan pasien diafragmatik dan 1. Membantu pasien memperpanjang
pernafaan bibir dirapatkan. waktu ekspirasi. Dengan teknik ini
2. Berikan dorongan untuk pasien akan bernafas lebih efisien
menyelingi aktivitas dengan dan efektif.
istirahat. Biarkan pasien 2. Membrikan jeda aktivita akan
membuat beberapa keputusan memungkinkan pasien untuk
(mandi, bercukur) tentang melakukan aktivitas tanpa disstres
perawatannya berdasarkan pada berlebih.
tingkat toleransi pasien. 3. Menggunakan dan
3. Berikan dorongan penggunaan mengkondisikan otot-otot
pelatihan otot-otot pernafasan pernafasan.
jika diharuskan.
Intervensi Rasional
1. Dukung pasien dalam menegakkan 1. Otot-otot yuang mengalami
regimen latihan teratur dengan cara kontaminasi membutuhkan lebih
berjalan atau latihan lainnya yang banyak oksigen dan memberikan
sesuai, seperti berjalan perlahan, beban tambahan pada paru-paru.
latihan berdiri tanpa alat bantu, dll. Melalui latihan yang teratur,
2. Konsultasikan dengan ahli terapi bertahap, kelpmpk otot ini menjadi
fisik untuk menentkan program lebih terkondisi, dan pasien dapat
latihan spesifik terhadap melakukan lebih banyak tanpa
kemampuan pasien. mengalami nafas pendek.
2. Ahli terapi fisik akan lebih tau
tentang latihan fisik yang akan
diberikan pada klien, akan
membrikan porsi yang sesuai dengan
klien.