Disusun Oleh :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul“Asuhan
Keperawatan Anak dengan Kejang Demam”.
Penulis
DAFTAR ISI
2
HalamanJudul...................................................................................................... i
Kata Pengantar .................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................. iii
Daftar tabel ......................................................................................................... iv
BAB I
A. Pengertian .................................................................................................. 1
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 14
B. Saran ......................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 15
3
BAB I
PENGERTIAN
A. Pengertian
Kejang demam adalah gangguan neurologis yang paling sering ditemukan
pada ana, hal ini terutama pada rentang usia 4 bulan sampai 4 tahun. Berbagai
kesimpulan telah dibuat oleh para peneliti bahwa kejang demam bisa
berhubungan dengan usia, tingkatan suhu tubuh serta kecepatan peningkatan
suhu tubuh, termasuk faktor hereditas juga berperan terhadap bangkitan kejang
demam lebih banyak dibandingkan dengan anak normal (Sodikin,2012).
Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada suhu badan yang
tinggi. Merupakan bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu 38ºC.
Yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium, biasnaya terjadi pada usia
3 bulan – 5 tahun. Sedangkan usia < 4 minggu dan pernah kejang tanpa demam
tidak termasuk dalam kategori ini (Ridha, 2014).
BAB II
4
PROSES TERJADINYA PENYAKIT
A. Faktor Predisposisi
1. Faktor – faktor perinatal, malformasi otak kongenital
Merupakan periode yang muncul sekitar pada waktu kelahiran (5 bulan
sebelumnya dan satu bulan sesudahnya)
2. Faktor genetika
Merupakan totalitas karakteristik yang diwariskan orang tua untuk anak
atau segala potensial (baik fisik maupun psikis)
3. Penyakit degenerative
Penyakit yang menyebabkan terjadinya kerusakan atau penghancuran
terhadap jaringan atau organ tubuh.
B. Presipitasi
1. Penyakit Infeksi
Merupakan penyakit yang disebabkan karena masuknya bibit penyakit.
Penyakit ini menular dari satu orang ke orang lain.
2. Demam
Suatu keadaan saat suhu badan melebihi 37º yang disebabkan oleh
penyakit atau peradangan.
3. Gangguan Metabolisme
Kelainan medis yang mempengaruhi produksi energi di dalam sel
4. Trauma
Hal yang sering dikaitkan dengan tekanan emosional dan psikologis
yang besar, biasanya karena kejadian yang sangat disayangkan atau
pengalaman yang berkaitan dengan kekerasan.
5. Gangguan Sirkulasi
Kelainan atau penyakit yang terjadi pada sistem peredaran atau sirkulasi
darah manusia baik yang disebabkan oleh faktor internal maupun faktor
eksternal.
6. Neoplasma
5
Pertumbuhan abnormal, namun bukan kanker yang mungkin terjadi di
berbagai bagian tubuh.
(Wulandari, 2016)
C. Patofisiologi
Infeksi yang terjadi pada jaringan diluar kranal seperti tonsilitis,
otitis meda akut, bronkitis penyebab terbanyaknya adalah bakteri yang
bersifat toksik. Toksik yang dihaslikan oleh mkroorgansme dapat menyebar
keseluruh tubuh melalui hematogen maupun limfogen.
Penyebaran toksik keseluruh tubuh akan direspon oleh hipotalamus
dengan menaikan pengaturan suhu di hipotalamus sebagai tanda tubuh
mengalami bahaya secara sistemik. Naiknya pengaturan suhu di
hipotalamus akan merangsang kenakan suhu tubuh dbagian yang lain seperti
otot, kulit sehingga terjadi penngkatan kontraksi otot.
Naiknya suhu di hipotalamus, otot, kulit dan jaringan tubuh dibagian
yang lain akan disertai pengeluaran mediator kimia seperti epinefrin dan
prostlaglandin. Pengeluaran mediator kimia ini dapat merangsang
peningjatan potensial aksi pada neuron. Peningkatan potensial inilah yang
merangsang perpindahan ion natrium, ion kalium dengan cepat dari luar sel
menuju kedalam sel. Peristiwa ini yang diduga dapat menaikkan fase
deplorasi neuron dengan cepat sehingga timbul kejang. (Sujono &
Sukarmin, 2009
6
D. Pathway
Infeksi mikroorganisme, infeksi bakteri ISPA
Peningkatan
Ketidakefektifan
Sputum
bersihan jalan nafas
Toksik mikroorganisme menyebar secara hematogen dan limfogen
Hipertermi
Kejang
bronkus
Risiko cedera
7
E. Manifestasi Klinis
1. Demam
2. Saat kejang anak kehilangan kesadaran, kadang – kadang nafas
dapat berhenti beberapa saat.
3. Tubuh, termasuk tangan dan kaki jadi kaku, kepala terkulai
kebelakang, disusul gerakan kejut yang kuat.
4. Warna kulit berubah pucat, bahkan dapat membiru, dan bola mata
naik ke atas.
5. Gigi terkatup dan kadang disertai muntah.
6. Nafas dapat berhenti beberapa saat.
7. Anak tidak dapat mengontrol buang air besar dan kecil.
F. Klasifikasi
1. Kejang demam sederhana
Kejang demam sederhana berlangsung singkat, kurang dari 15
menit dan umumnya kan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum
tonik atau klonik tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam
waktu 24 jam. Kejang demam sederhana merupakan 80% di antara
seluruh kejang demam (Suharto et al,2009)
8
G. Pemeriksaan Penunjang
H. Penatalaksanaan Medis
9
1. Pemeriksaan neurologis yang pertama kali dilakukan secara inspeksi
dengan dilakukam adanya kelainan pada neurologis seperti kejang,
gemeteran, gerakan halus yang konstan, gerakan spasmodik yang
berlangsung singkat seperti otot lelah, gerakan involumer kasar
tanpa tujuan, kelumpuhan pada anggota gerak.
2. Pemeriksaan refleks, pada pemeriksaan ini yang dilakukan adalah:
a. Refleks supervisial, dengan cara menggores kulit abdomen dengan
empat goresan yang membentuk segi empat dibawah xifoid.
b. Refleks tendon, dengan mengetuk menggunakan hammer pada
tendon, biseps, trisep, pattela, achiles dengan penilaian pada bisep
(terjadi fleksi sendi siku), trisep (terjadi ekstensi sendi siku), patella
(terjadi ekstensi sendi lutut), achiles (terjadi fleksi plantar kaki),
apabila hiper refleks berarti ada kelainan pada upper motor neuron
dan apabila hiporefleks maka ada kelainan pada lower motor neuron.
c. Refleks patologis dapat menilai adanya refleks babinski dengan
cara mengompreskan plantar kaki dengan alat yang sedikit runcing,
hasilnya positif apabila terjadi ekstensi ibu jari.
3. Pemeriksaan tanda meningeal antara lain kaku kuduk dengan cara
pasien diatur posisi terlentang kemudian leher ditekuk apabila
terdapat tekanan dagu dan tidak menempel atau mengenai bagian
dada maka terjadi kaku kuduk.
4. Pemeriksaan ke empat adalah pemeriksaan kekuatan dan tonus otot
dengan menilai pada bagian ekstermitas, dengan cara memberi
tahanan atau mnggerakkan bagian otot yang akan dinilai. (Hidayat,
2009)
I. Anticipatory Guidance
10
1. Saat timbul serangan kejang segera pindahkan anak ke etempat yang aman
seperti di lantai yang diberi alas lunak tapi tipis, jauh dar benda – benda
berbahaya seperti gelas, pisau.
2. Posisi kepala anak hiperektensi, pakaian dilonggarkan. Kalau anak lidah
anak tergigit atau menekuk maka diberikan tong spatel yang dibungkus
dengan kassa atau kain, kalau tidak ada maka dapat diberikan sendok makan
yang dibalut dengan kassa atau kain bersih.
3. Ventilasi ruangan harus cukup. Jendela dan pintu di buka supaya terjadi
pertukaran oksigen lingkungan.
4. Kalau anak mulutnya masih dapat dibuka sebagai pertolongan aal dapat
diberikan antipiretik sperti aspirin dengan dosis 60 mg / tahun / kali
(maksimal sehari 3 kali).
5. Kalau memungkinkan sebaiknya orang tua atau pengasuh di rumah
menyediakan diazepam (melalui dokter keluarga) peranus sehingga saat
serangan kejang anak dapat segera diberikan.dosis peranus 5 mg untuk berat
badan kurang dari 10 kg. Kalau berat abdan lebih dari 10 kg maka dapat
diberikan dosis 10 mg. Untuk dosis rata – rata pemberian peranus adalah
0,4 – 0,6 mg / kgBB.
6. Kalau beberapa menit kemudian tidak membaik atau tidak tersedianya
diazepam maka segera bawa anak ke rumah sakit (Riyadi & Sukarmin,
2012)
BAB III
RENCANA KEPERAWATAN
11
Definisi : Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal
Kode : 0007
Domain : 11 (Keamanan/Perlindungan)
Kelas : 6 (Termogulasi)
12
DIAGNOSA PERENCANAAN
TUJUAN
KEPERAWATAN INTERVENSI RASIONAL
1. Hipertermi Setelah dilakukan tindakan a. Perawatan Demam (3740) a. Perawatan Demam
1. Mengetahui suhu dalam rentang
berhubungan keperawatan selama...x 24 jam, 1) Pantau suhu dan tanda – tanda vital
normal
dengan proses Hipertermi dapat teratasi dengan 2) Tutup pasien dengan selimut atau
2. Untuk memberikan kenyamanan
infeksi kritria hasil : pakaian ringan
pada pasien
3) Dorong konsumsi cairan
1. Suhu tubuh dalam batas normal 3. Memenuhi kebutuhan cairan
4) Kolaborasi pemberian obat atau
(36,5 – 37,5) 4. Untuk menurunkan hipertermi
cairan IV antipiretik
2. Akral tidak teraba hangat atau
panas
3. Pasien tidak lemas
4. Mukosa bibir lembab
13
DIAGNOSA PERENCANAAN
TUJUAN
KEPERAWATAN INTERVENSI RASIONAL
2. Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan a. Monitor Pernafasan (3350) a. Monitor Pernafasan
napas berhubungan keperawatan selama...x 24 jam, 1) Monitor sekresi pernafasan pasien 1. Untuk mengetahui pola
dengan obstruksi jalan Ketidakefektifan pola napas 2) Posisiskan pasien miring ke napas pada pasien
nafas berhubungan dengan obstruksi jalan samping sesuai indikasi untuk 2. Membuka jalan napas
nafas dapat teratasi dengan kriteria mencegah aspirasi, lakukan teknik pasien
hasil: logroll, jika psien diduga 3. Untuk mengembalikan
mengalami cidera leher pernapasan pasien
1. Frekuensi, irama, dan
3) Berikan bantuan resusitasi jika 4. Mempercepat dalam
kedalaman inspirari
diperlukan pengembalian pernapasan
pernapasan dalam batas
4) Berikan bantuan terapi nafas jika pasien
normal
diperlukan (misalnya nebulizer)
2. Menunjukkan kepatenan jalan
napas
3. Pasien tidak mengalami sesak
napas
4. TTV dalam batas normal
14
PERENCANAAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN
INTERVENSI RASIONAL
3. Risiko cidera berhubungan Setelah dilakukan tindakan a. Identifikasi Risiko (6610) a. Identifikasi Risiko
dengan kurangnya kesadaran keperawatan selama...x 24 jam, 1. Identifikasi adanya sumber – 1. Membantu mengetahui faktor risiko
Risiko cidera berhubungan dengan sumber agensi untuk membantu cidera pada pasien
kurangnya kesadaran dengan kritria menurunkan faktor risiko 2. Membantu mengurangi faktor risiko
hasil : 2. Intruksikan faktor risiko dan 3. Mengetahui faktor risiko dengan tepat
rencana untuk mengurangi faktor 4. Membantu meminimalisir risiko cidera
1. Klien dapat mengenal dan
risiko pada pasien
mengidentifikasi tanda dan
3. Gunakan rancangan tujuan saling
gejala faktor risiko cidera
menguntungkan dengan tepat
2. Status kognitif pasien baik
4. Diskusikan dan rencanakan
aktivitas pengurangan risiko
berkolaborasi dengan individu
atau kelompok
15
DIAGNOSA PERENCANAAN
TUJUAN
KEPERAWATAN INTERVENSI RASIONAL
4. Ansietas Setelah dilakukan tindakan a. Terapi Relaksasi (6040) a. Terapi Relaksasi
berhubungan dengan keperawatan selama...x 24 jam, 1. Ciptakan lingkungan yang tenang 1. Untuk mengurangi kecemasan yang di
efek proses penyakit Ansietas berhubungan dengan efek dan tanpa distraksi dengan lampu alamai pasien
proses penyakit dengan kritria hasil : yang redup dan suhu lingkungan 2. Memberi rasa nyaman terhadap pasien
yang nyaman jika memungkinkan 3. Membantu proses penyembuhan pasien
1. Klien mampu mengidenifikasi
2. Dorong klien mengambil posisi
atau mengungkapkan
yang nyaman dengan pakaian
kecemasan
longgar dengan mata tertutup
2. TTV dalam batas normal
3. Gunakan relaksasi sebagai strategi
3. Mampu mengontrol
tambahan dengan penggunaan obat
kecemasan
– obatan nyeri dengan terapi
Ekspresi wajah tidak tegang
lainnya
16
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Bagi msayarakat diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan
tentang penanaganan kejang demam pada anak dewasa yang berguna bagi
kesehatan
2. Bagi Mahasiswa diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan
tentang penanganan kejang demam pada anak
17
DAFTAR PUSTAKA
Dewi & Wulandari, 2016, Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta :Pustaka
Pelajar
Pudjiaji, dkk, 2010. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Jakarta : IDAI
Riyadi & Sukarmin, 2012, Asuhan Keperawatan Pada Anak, Yogyakarta : Graha
Ilmu
Riyadi, Sujono & Sukarmin, 2009, Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 1,
Yogyakarta : Graha Ilmu.
18