Disusun Oleh :
Kelas 3B
1. Dini Fajri Pratiwi (2720162896)
2. Dyah Yuli R (2720162897)
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
menganugerahkan kepada penyusun sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik.
Makalah ini disusun berdasarkan berbagai data dari media elektronik berupa internet dan juga
dari buku-buku kesehatan. Ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan khususnya di
bidang pelayanan kesehatan. Saran dan kritik sangat diharapkan demi hasil yang lebih baik
untuk karya tulis yang belum sempurna ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENGERTIAN
1
kehamilan, Jika selama kehamilan menimbulkan gejala, maka kemungkinan 90 %
bayinya akan mengalami komplikasi (Betz, 2008).
2
BAB II
A. Faktor Presipitasi
Cytomegalovirus (CMV) termasuk dalam kelompok Herpesviridae dan pada manusia
dikenal sebagai HCMV atau Human Cytomegalovirus (Ranuh, 2013). Faktor
presipitasi menurut (Akhter, 2010), sebagai berikut :
1. Faktor presipitasi cytomegalovirus (CMV), bersentuhan langsung dengan cairan
tubuh orang yang terinfeksi, seperti darah, urin, air liur, hal ini terjadi karena
cytomegalovirus dapat menembus lendir
2. Melalui plasenta, dari ibu terinfeksi ke janin yang dikandungnya
3. Air Susu Ibu (ASI) terinfeksi virus
4. Melakukan hubungan seks dengan orang yang terinfeksi
5. Transfusi darah atau transplantasi organ.
B. Epidemiologi
Prevalensi dari infeksi CMV meningkat menurut usia dan terjadi lebih banyak
di Negara yang sedang berkembang atau di dalam masyarakat yang sosio-ekonominya
masih rendah dari pada di Negara industri. Penularan CMV ini terjadi melalui saliva,
air susu ibu, sekresi dari vagina dan serviks, air seni, semen, tinja, dan darah.
Penularan terjadi karena kontak yang dekat dari satu orang ke orang lain, tetapi dapat
juga terjadi secara tidak langsung yaitu tumpahan yang tercemar virus tersebut
(Ranuh, 2013).
CMV ini merupakan virus yang seringkali ditularkan oleh wanita hamil
kepada janin yang dikandungnya. Penularan yang terjadi pada janin adalah hasil dari
infeksi primer ibu yang mengandung atau dari infeksi yang berulang. Infeksi bayi
pada masa perinatal terjadi karena infeksi sekresi genitalia pada waktu dilahirkan dan
melalui air susu ibu (ASI) waktu menetek. Bayi yang terinfeksi akan mengeluarkan
virus tersebut melalui saliva dan air seninya selama bertahun-tahun. Sejak virus
masuk ke dalam tubuh manusia, virus tersebut tinggal di dalam tubuh seumur
hidupnya dan baru muncul ketika daya tahan tubuh menurun, baik karena obat-obatan
3
atau karena sakit disebabkan infeksi lain dan karena usia yang sudah lanjut (Ranuh,
2013).
C. Psiko/ Patofisiologi
CMV yang menginfeksi manusia disebut dengan human Cytomegalovirus.
CMV merupakan virus DNA yang termasuk dalam famili herpesviridae. Virus ini
disebut cytomegalovirus karena sel yang terinfeksi akan membesar hingga dua kali
lipat dibandingkan dengan ukuran sel yang tidak terinfeksi. CMV menginvasi sel
inang dan kemudian memperbanyak diri (replikasi). Struktur CMV terdiri dari bagian
tegument, capsid, dan envelope yang kaya akan lipid. CMV menginfeksi sel dengan
cara berikatan dengan reseptor pada permukaan sel inang, kemudian menembus
membran sel dan masuk ke dalam vakuola di sitoplasma, lalu selubung virus terlepas
dan nucleocapsid dengan cepat menuju nukleus sel inang (Pratama, 2018)
Transmisi CMV dapat terjadi secara horizontal (dari satu orang ke orang yang lain)
maupun vertikal (dari ibu ke janin). CMV ditransmisikan secara horizontal terjadi
melalui cairan tubuh dan membutuhkan kontak yang dekat dengan cairan tubuh yang
telah terkontaminasi CMV. CMV dapat ditemukan di dalam darah, urin, cairan
semen, sekret serviks, saliva, air susu ibu, dan organ yang ditransplantasi. Transmisi
CMV terjadi secara vertikal melalui cara sebagai berikut:
1. In utero: melalui jalur transplasenta dengan viremia CMV dalam sirkulasi
maternal.
2. Intrapartum: paparan janin terhadap sekret serviks dan vagina yang mengandung
CMV saat proses persalinan.
3. Postnatal: ingesti air susu ibu yang mengandung CMV atau melalui transfusi
darah yang terkontaminasi CMV (Pratama, 2018)
4
D. Pathway
(Aprihantara, 2014)
5
E. Manifestasi Klinik
Gejala dan tanda yang timbul akibat infeksi CMV kongenital ditentukan oleh
beberapa hal seperti usia kehamilan saat terinfeksi, rute penularan, dan kemampuan
imun individu. Penelitian yang pernah dilakukan di Amerika pada tahun 2009
menyebutkan jumlah bayi yang terinfeksi CMV kongenital dengan kelainan yang
simptomatik saat lahir sebesar 10% dan sisanya tidak ditemukan bukti kelainan saat
lahir. Pada bayi dengan infeksi CMV kongenital dapat ditemukan Cytomegalic
Inclusion Disease (CID) yang memiliki tanda dan gejala klinis berupa
hiperbilirubinemia, ptekie atau purpura, hepatosplenomegali, infeksi saluran nafas dan
variasi dari kelainan-kelainan ekstraneural dan okuloserebral. Pada beberapa
kepustakan juga disebutkan korioretinitis, mikrosefali, Intra Uterine Growth
Retardation (IUGR) sebagai bagian dari CID. Sedangkan pada keadaan lanjut
seringkali ditemukan penyulit berupa sequel yang merupakan manifestasi infeksi
CMV. Sequel yang paling banyak dijumpai yakni abnormalitas perkembangan berupa
tuli sensoris atau Sensory Neural Hearing Loss (SNHL) keadaan ini banyak
ditemukan terutama pada infeksi CMV asimptomatik (Holmes, 2011)
CMV merupakan virus yang paling sering menyebabkan gangguan
perkembangan. Gangguan psikomotor seringkali ditemukan bersamaan dengan
gangguan neurologik dan mikrosefal. Selain itu, defek pada fungsi motorik, retardasi
mental serta defek pada gigi seringkali ditemukan pada infeksi CMV kongenital.
Hambatan perkembangan tersebut terjadi pada 70% pasien infeksi CMV kongenital
simptomatik yang hidup. Infeksi CMV kongenital bisa didapatkan melalui infeksi
perinatal dimana seringkali dijumpai prematuritas, hepatosplenomegali, neutropenia,
limfositosis dan trombositopenia. Infeksi CMV juga dapat terjadi akibat transfusi
darah, transplantasi jaringan, dan individu dengan imunokompromais. Pada keadaan
diatas manifestasi yang ditimbulkan lebih ringan daripada infeksi CMV kongenital
yang didapat in utero (Riyadi, 2014).
Gejala penyakit yang disebabkan oleh CMV ini tergantung dari usia, route
infeksinya dan tingkat imunitas penderita. Bayi yang terinfeksi setelah lahir pada
umumnya gejalanya subklinis atau tidak menunjukkan gejala dan akan muncul
kemudian pada usia balita dan anak sekolah dengan demam ringan yang
berkepanjangan. Seringkali berbentuk pneumonitis, hepatomegali, hepatitis dan
6
timbulnya ruam-ruam petechiae. Sakit pada tenggorokan juga seringkali merupakan
gejala pada infeksi CMV tersebut (Ranuh, 2013)
7
G. Komplikasi (Willy, 2017)
Komplikasi Cytomegalovirus umumnya bervariasi dan dapat terjadi pada siapa
saja, tergantung kesehatan pasien ketika terinfeksi dan kondisi pasien secara
keseluruhan. Komplikasi biasanya muncul pada penderita infeksi CMV dengan sistem
imunitas lemah, antara lain:
1. Hilangnya penglihatan
2. Gangguan sistem pencernaan (peradangan usus besar, esofagits, dan hepatitis)
3. Gangguan sistem saraf (ensefalitis)
4. Pneumonia
Komplikasi juga mungkin terjadi pada bayi dengan infeksi CMV bawaan. Bentuk
komplikasi yang dapat terjadi, antara lain:
1. Kehilangan pendengaran
2. Gangguan penglihatan
3. kejang
4. Kurangnya koordinasi tubuh
5. Gangguan pada otot
6. Penurunan fungsi intelektual
Pada kasus yang jarang terjadi, cytomegalovirus dapat meningkatkan
risiko mononukleosis pada orang dewasa yang sehat. Jenis komplikasi lain yang
mungkin terjadi pada orang sehat, antara lain:
1. Gangguan pada sistem pencernaan
2. Hati
3. Otak
4. Sistem saraf
H. Pemeriksaan Penunjang
Sebagian besar anak yang lahir dengan infeksi CMV kongenital tidak
menunjukkan gejala (asimptomatik) saat lahir. Asimptomatik dalam hal tersebut
didefinisikan sebagai terdeteksinya CMV di dalam cairan tubuh mana pun pada anak
dalam 3 minggu pertama kehidupan, namun tidak menunjukkan kelainan pada klinis,
hasil laboratorium, dan hasil pemeriksaan radiologi. Anak yang menunjukkan gejala
infeksi CMV kongenital saat lahir hanya berkisar antara 7-10%. Jaundice (62%),
petechiae (58%), dan hepatosplenomegali (50%) adalah tiga manifestasi klinis yang
8
sering ditemukan sehingga disebut juga trias infeksi CMV kongenital (Pratama,
2018).
Diagnosa ditegakkan dengan isolasi virus CMV dari air seni, saliva, cucian
brochovaskuler, air susu ibu, sekresi serviks dan hasil biopsi jaringan tertentu.
Sekarang sudah ada metode untuk mengidentifikasi CMV dengan cepat (dalam 24
jam) dengan berbagai teknik canggih seperti centrifugation-enchance rapid culture
system dengan mendeteksi antigen CMV mempergunakan antibody monoclonal.
Demikian juga dengan Polymerase Chain Reaction (PCR) dan teknik hybridisasi
(Ranuh, 2013)
9
2. Prinsip Perawatan ( Anticipatory Guidance )
Infeksi CMV dapat dicegah dengan menjaga kebersihan pribadi melalui cara-
cara berikut ini:
a. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum makan atau
menyiapkan makanan.
b. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah buang air
kecil atau besar.
c. Selalu menggunakan sarung tangan sekali pakai ketika membersihkan
permukaan meja, lantai, atau tempat lain yang terpapar cairan tubuh
Ada juga 3 hal spesifik yang perlu diperhatikan untuk mengurangi risiko
tertular CMV dari anak balita, yaitu:
a. Hindari menggunakan perlengkapan makan/minum, seperti piring dan gelas,
bersama anak balita.
b. Hindari mencium anak balita di bibir dan sekitar mulut. Lebih baik mencium
di dahi atau memeluk mereka.
c. Selalu mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir setelah mengganti
popok, mengelap lendir hidung atau air liur
10
4) Hipotonia
5) Tremor yang kuat
b. System pencernaan
1) Hilangnya keinginan untuk menyusu
2) Penurunan intake melalui oral
3) Muntah
4) Diare
5) Distensi abdomen
c. System integument
1) Adanya lesi
2) Ruam/ Petechia
d. System pernapasan
1) Apnea
2) Sianosis
3) Takipnea
4) Penurunan saturasi oksigen
5) Nasal memerah, mendengkur, dan retraksi dinding dada
e. System kardiovarkular
1) Takikardi
2) Menurunnya denyut perifer
3) Pucat
4. Riwayat kesehatan keluarga
5. Data psikologi
a. Keluhan dan reaksi bayi terhadap penyakitnya
b. Tingkat adaptasi bayi terhadap penyakitnya
11
BAB III
RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA PERENCANAAN
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (1400) : 1. Lokasi karakteristik durasi
dengan agen cidera keperawatan selama 3x24 jam, nyeri 1. Kaji nyeri secara frekuensi kualitas, factor
biologis (00132) dapat dikontrol dengan kriteria hasil : komprehensif yangmeliputi presitipasi dan skala nyeri adalah
lokasi, karakteristik, data dasar yang digunakan dalam
Kontrol Nyeri (1605) :
duransi, frekuensi, kualitas, merumuskan intervensi yang
1. Pasien mampu mengenali nyeri
intensitas atau beratnya tepat
(skala, intesitas, frekuensi dan
nyeri dan factor pencetus. 2. Teknik nafas dalam merupakan
tanda nyeri)
2. Ajarkan penggunaan teknik teknik non farmakologi untuk
2. Pasien mampu mengontrol nyeri
nonfarmakologi (seperti mengurangi tingkat nyeri
(tahu penyebab nyeri, mampu
teknik nafas dalam). 3. Suhu ruangan, pencahayaan, dan
menggunakan teknik non
3. Kontrol lingkungan yang kebisingan merupakan kontrol
farmakologi untuk mengurangi
dapat mempengaruhi nyeri lingkungan yang dapat
nyeri).
seperti suhu ruangan, mengurangi nyeri
3. Pasien melaporkan bahwa nyeri
pencahayaan, dan 4. Istirahat dapat mengurangi nyeri
berkurang dengan menggunakan
kebisingan. 5. Antibiotik dapat mengurangi
manajemen nyeri.
4. Tingkatkan istirahat nyeri
4. Pasien menyatakan rasa nyaman
5. Kelola pemberian analgesik
setelah nyeri berkurang. 12
DIAGNOSA PERENCANAAN
KEPERAWATAN TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC) RASIONAL
2. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (1400) : 1. Sebagai informasi dasar untuk
nutrisi kurang dari keperawatan selama 3x24 jam 1. Kaji intake cairan perencanaan awal dan validasi
kebutuhan tubuh diharapkan pemenuhan nutrisi klien 2. Tingkatkan Intake makan data
berhubungan dengan terpenuhi dengan kriteria hasil : melalui : 2. Cara Khusus tingkatkan nafsu
intake yang inadekuat 3. Kurangi gangguan dari luar makan
(00002) : Status Nutrisi (1004) : 4. Sajikan makanan dalam 3. meningkatkan intake makanan
a. Pemenuhan Nutrisi Klien kondisi hangat
terpenuhi. 5. Selingi makan dengan 4. memudahkan makanan masuk
b. BB Klien meningkat minum kemulut
c. Tidak terjadi mual dan 6. Jaga kebersihan mulut
muntah pasien 5. mulut yang bersih meningkatkan
d. Nafsu makan klien meningkat 7. Edukasi keluarga pasien nafsu makan,
untuk memberikan 6. Mencegah mual
makanan dalam porsi 7. Memberikan asupan diet yang
sedikit tapi sering tepat
8. Kolaborasi dengan ahli gizi
Tabel 1 NCP 2
13
DIAGNOSA PERENCANAAN
Risiko infeksi Setelah dilakuakan asuhan 1. Observasi tanda-tanda 1. Mengetahui tanda-tanda vital
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam vital dalam batas normal
penurunan system imun, diharapkan infeksi tidak terjadi 2. Observasi lokasi jahitan 2. Mengetahui keadaan lokasi
aspek kronis penyakit dengan kriteria hasil : Ada tidaknya tanda infeksi jahitan ada atau tidaknya tanda-
(00004) 3. Menjelaskan pada tanda infeksi
1. Klien bebas dari tanda dan gejala keluarga pasien cara 3. Meningkatkan pengetahuan
infeksi mengetahui tanda dan tentang tanda-tanda infeksi untuk
2. Dapat mendeskripsikan proses gejala infeksi mengetahui jika ada tanda infeksi
penularan penyakit, faktor yang 4. Ajarkan keluaga maupun agar segera lapor
mempengaruhi penularan serta pengunjung untuk mencuci 4. Untuk melindungi diri dan
penatalaksanaannya tangan dengan benar mencegah terjadinya infeksi
sebelum dan sesudah 5. Menghindari atau mencegah
bertemu dengan pasien. terjadinya infeksi
5. Kolaborasi dalam
pemberian terapi
farmakologi
Tabel 2 NCP 3
14
DIAGNOSA PERENCANAAN
KEPERAWATAN TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC) RASIONAL
Resiko ketidakefektifan Setelah dilakuakan asuhan 1. Observasi tanda-tanda vital 1. Mengetahui tanda-tanda vital
pola nafas berhubungan keperawatan selama 3x24 jam 2. Posisikan pasien perlunya dalam batas normal
dengan penurunan energi diharapkan infeksi tidak terjadi pemasangan alat jalan nafas 2. Agar pasien dapat bernafas
dalam bernafas. dengan kriteria hasil : buatan dengan normal
1. Tanda-tanda vital dalam rentang 3. Ajarkan pasien batuk efektif
normal. dengan benar 3. Untuk pasien mampu bernapas
2. Mendemonstrasikan batuk 4. Kolaborasi dalam pemberian dengan normal
efektif dan suara nafas yang terapi oksigenasi 4. Mengatasi pola napas tidak efektif
bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu (mampu mengeluarkan
sputum, mampu bernapas
dengan mudah, tidak ada pursed
lips)
Tabel 3 NCP 4
15
DIAGNOSA PERENCANAAN
Defisiensi pengetahuan Setelah dilakuakan asuhan 1. Kaji tingkat 1. Agar mengetahui tingkatan
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam pengetahuan keluarga pengetahuan keluarga mengenai
kurang informasi diharapkan infeksi tidak terjadi pasien terkait dengan penyakit pasien.
mengenai penularan, dengan kriteria hasil : proses penyakit 2. Untuk memperjelas informasi
penanganan dan 1. Pasien dan keluarga 2. Berikan informasi mengenai penyakit pasien
perjalanan penyakit. menyatakan pemahaman kepada keluarga/ orang 3. Agar pasien paham mengenai cara
tentang penyakit, kondisi, dan yang penting bagi mengontrol gejala yang timbul
pengobatannya. pasien mengenai saat tindakan
2. Pasien dan keluarga mampu perkembangan pasien, 4. Untuk memperjelas informasi
melaksanakan prosedur yang sesuai kebutuhan yang diberikan kepada keluarga
dijelaskan secara benar. 3. Edukasi pasien pasien mengenai penyakit pasien.
mengenai tindakan
untuk mengontrol atau
meminimalkan gejala
sesuai dengan
kebutuhan
16
4. Perkuat informasi yang
diberikan dengan
anggota tim kesehatan
lainnya sesuai
kebutuhan
Tabel 4 NCP 5
17
DAFTAR PUSTAKA
17