Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

TENTANG

ASUHAN KEPERAWATAN KEJANG DEMAM

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK VIII

1. NUR RAHMI
2. NURHAYATI
3. FARA FARDIANSI

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM

KEMENKES RI PROGRAM STUDI D III

KEPERAWATAN BIMA 2019/2020


KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahannya rahmat dan karunianya kami diberikan kesempatan sehingga bisa menyelesaikan
makalah “KEPERAWATAN ANAK” tepat pada waktunya.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca maupun pendengar agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “ASUHAN KEPERAWATAN KEJANG
DEMAM” dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca maupun pendengar.

Bima, 30 Maret 2020

Kelompok VIII
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................3

A. Pengertian Kejang Demam......................................................................................3


B. Etiologi . ..................................................................................................................3
C. Manifestasi Klinis ...................................................................................................
D. Klasifikasi................................................................................................................
E. Patofisiologi.............................................................................................................
F. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................................
G. Penatalaksanaan.......................................................................................................

ASUHAN KEPERAWATAN KEJANG DEMAM............................................................

BAB III PENUTUP.............................................................................................................1

A. Kesimpulan..............................................................................................................1
B. Saran........................................................................................................................1

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak merupakan hal yang penting artinya bagi sebuah keluarga. Selain sebagai penerus
keturunan, anak pada akhirnya juga sebagai generasi penerus bangsa. Oleh karena itu
tidak satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh sakit, lebih-lebih bila anaknya
mengalami kejang demam.
Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai pada
anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas
38oc) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah
infeksi saluran pernapasan bagian atas disusul infeksi saluran pencernaan. (Ngastiyah,
1997;229).
Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4
tahun. Hampir 3% dari anak yang berumur dibawah 5 tahun pernah menderita kejang
demam. Kejang demam lebih sering didapatkan pada laki-laki daripada perempuan. Hal
tersebut disebabkan karena pada wanita didapatkan maturasi cerebral yang lebih cepat
dibandingkan laki-laki. ( ME. Sumijati, 2000; 72-73).
Bangkitan kejang berulang atau kejang yang lama akan mengakibatkan kerusakan sel-sel
otak kurang menyenangkan di kemudian hari, terutama adanya cacat baik secara fisik,
mental atau sosial yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. (Iskandar
Wahidiyah, 1985 : 858 ).
Kejang demam merupakan kedaruratan medis yang memerlukan pertolongan segera.
Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat sangat diperlukan untuk menghindari
cacat yang lebih parah, yang diakibatkan bangkitan kejang yang sering. Untuk itu tenaga
perawat/paramedis dituntut untuk berperan aktif dalam mengatasi keadaan tersebut serta
mampu memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga dan penderita, yang meliputi
aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan
serta memandang klien sebagai satu kesatuan yang utuh secara bio-psiko-sosial-spiritual.
Prioritas asuhan keperawatan pada kejang demam adalah : mencegah atau mengendalikan
aktivitas kejang, melindungi pasien dari trauma, mempertahankan Jalan napas,
meningkatkan harga diri yang positif, memberikan informasi kepada keluarga tentang
proses penyakit, prognosis dan kebutuhan penanganannya. (I Made Kariasa, 1999 ; 262).

B. Rumusan masalah
1. Apa itu kejang demam ?
2. Apa etiologi kejang demam ?
3. Apa manifestasi klinis kejang demam ?
4. Bagaimana klasifikasi kejang demam ?
5. Bagaimana patofisiologi dari kejang demam ?
6. Bagaimana pameriksaan penunjang kejang demam ?
7. Bagaimana penatalaksanaan kejang demam ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien anak kejang demam ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu kejang demam.
2. Untuk mengetahui etiologi kejang demam.
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis kejang demam.
4. Untuk mengetahui kalsifikasi kejang demam.
5. Untuk mengetahui patofisiologi kejang demam.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang kejang demam.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan kejang demam.
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pasien anak dengan kejang demam.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh ( suhu rektal di atas 38oc ) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.
Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada suhu badan tinggi. Suhu badan tinggi ini
karena kelainan ekstrakranial..
B. Etiologi
Hingga kini belum diketahui dengan pasti. Demam sering disebabkan infeksi saluran
pernapasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih.
Kejang juga dapat terjadi pada bayi yang mengalami kenaikan suhu sesudah vaksinasi
campak, akan tetapi sangat jarang.
C. Manifestasi Klinis
Kebanyakan kejang demam berlangsung singkat, bilateral, serangan klonik atau tonik-
klonik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti, anak tidak memberi
reaksi apapun untuk sejenak tetapi setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan
sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf. Adapula kejang yang berlangsung lama dan
mungkin terjadi kerusakan sel saraf yang menetap.
D. Klasifikasi
Pichard dan Mc Greak membagi kejang demam menjadi kejang demam sederhana dan
kejang demam atipical yang tergolong kejang demam sederhana ialah :
1. Penderita dengan neurologis normal
2. Umur 6 bulan sampai 4 tahun
3. Suhu 100oF atau lebih
4. Kejang simetris kejang berlangsung <30 menit
5. Setelah kejang, neurologis normal
6. ECG normal setelah tidak demam
Penderita kejang demam yang tidak memenuhi kriteria seperti di atas digolongkan
kedalam kejang demam atipikal kriteria livingstone setelah dimodifikasi dipakai pedoman
untuk membuat diagnosis kejang demam sederhana yaitu:
1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan-4 tahun.
2. kejang berlangsung sebentar, tidak melebihi 15 menit.
3. Kejang bersifat umum.
4. Kejang timbul di dalam 16 jam pertama.
5. Pemeriksaan neurologis sebelum dan sesudah kejang tidak menunjukkan kelainan.
6. Pemeriksaan ECG yang dilakukan sedikitnya 1 minggu setelah suhu normal tidak
menunjukkan kelainan.
7. Frekuensi bangkitan kejang dalam 1tahun tidak melebihi 4 kali

E. Patofisiologi
Sumber energi Otak adalah Glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2
dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan
permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui
dengan mudah oleh ion kalium dalam kurung K + dan sangat sulit dilalui oleh ion
natrium na + dan elektrolit lainnya kecuali ion klorida CL akibatnya konsentrasi ion K +
ke dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi NaOH + rendah sedang di luar sel neuron
terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam di luar
sel Maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari
neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan bantuan
enzim na na yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini
dapat diubah oleh:
1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler
2. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme kimiawi atau aliran listrik
dari sekitarnya
3. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan

Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme
basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi
otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya
15%. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran
sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion
natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini Demikian
besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya
dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang. Kejang demam yang berlangsung
lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan
energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis
laktat disebabkan oleh metabolisme anaerobic, hipotensi final disertai denyut jantung
yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya
aktivitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat.
F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
meningitis, terutama pada pasien kejang demam pertama. Pada bayi bayi kecil seringkali
gejala meningitis tidak jelas sehingga fungsi lumbal harus dilakukan pada bayi berumur
kurang dari 6 bulan ternyata kurang mempunyai nilai prognostic. Abnormal tidak dapat
digunakan untuk menduga kemungkinan terjadinya epilepsi atau kejang demam berulang
di kemudian hari. Saat ini pemeriksaan ECG tidak dianjurkan untuk pasien kejang
demam sederhana.
G. Penatalaksaan
1. Pengobatan fase akut
Seringkali kejang berhenti sendiri. Pada waktu kejang pasien dimiringkan untuk
mencegah aspirasi ludah atau muntahan dan buka semua pakaian yang ketat. Jalan
nafas harus bebas agar oksigen ASI terjamin. Perhatikan keadaan vital seperti
kesadaran, tekanan darah suhu, pernapasan dan fungsi jantung. Suhu tubuh yang
tinggi diturunkan dengan kompres air dingin atau pemberian antipiretik. Obat yang
paling cepat menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan intravena atau
intrarectal.
2. Mencari dan mengobati penyebab
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
meningitis terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Walaupun demikian
kebanyakan dokter melakukan fungsi lumbal hanya pada kasus yang dicurigai sebagai
meningitis, misalnya bila ada gejala meningitis atau bila kejang demam berlangsung
lama.
3. Pengobatan profilaksis
a. Profilaksis interitoen
Diberikan diagram Venn secara oral dengan dosis 0,3 sampai 0,5 MG per kg BB
perhari dibagi dalam tiga saat pasien demam titik dia Jepang juga dapat diberikan
secara oral setiap 8 jam sebanyak 5 MG b b kurang dari 10 kg dan 10 mg masih
diragukan B B lebih dari 10 kg setiap pasien menunjukkan Suhu lebih dari 38,5
derajat Celcius
b. Profilaksis terus-menerus
Profil aktif terus-menerus setiap hari dengan fenobarbital 4 sampai 5 MG per kg
BB perhari dibagi dalam 2 dosis. Obat lain dapat digunakan adalah asam valproat
dengan dosis 15 sampai 40 mg per kg BB perhari. Antikonvulsan profilaksis
terus-menerus diberikan selama 1 sampai 2 tahun setelah kejang terakhir dan
dihentikan selama satu sampai dua bulan.
ASUHAN KEPERAWATAN KEJANG DEMAM

A. Pengkajian
1. .Data demografi
Tanggal wawancara : 23-03-2020
Tanggal MRS : 23-03-2020/20.20 WITA
No. RMK : 100501
Nama : An.A
Umur : 4 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku/ Bangsa : Mbojo/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Status perkawinan :-
Alamat : Sadia
2. Pola fungsional kesehatan
a. Keluhan utama
Panas dengan suhu 39oc, kejang-kejang
b. Riwayat penyakit sekarang
Oleh ibu, anak mulai panas 2 hari yang lalu, mual dan muntah-muntah dirumah,
tetapi sejak tadi malam panas datang lagi dan tidak pernah turun. Panas tinggi dan
tidak pernah turun. Panas tinggi dan tidak pernah turun.
Panas tinggi dan disertai panas sekitar 2 jam. Oleh keluarga penderita dibawa ke
RS dan di rawat di bagian pediatrik.
c. Riwayat kehamilan dan kelahiran
1) Kehamilan
Saat bayi lahir ibu 23 tahun dengan keadaan baik, tidak pernah
mengonsumsi obat-obatan dan merokok, kebiasaan ibu: menjelang
trimester III, ibu mulai berolahraga di pagi hari (jalan pagi) kesehatan ibu
saat hamil: baik, tidak pernah mengalami penyakit yang mengganggu
kehamilan, imunisasi TT 2x.
2) Riwayat kelahiran
Lamanya kelahiran: pada kala II berlangsung kurang lebih ½ jam, pada
multi ½ jam, jenis dan kamanya partus : lahir kepala 1 ½ jam, jenis
pertolongan persalinan: persalinan normal dan berat badan lahir: 2100 gr.
3) Riwayat kembang anak
Umur membalikan badan 4 bulan, merangkak 4 bulan, belajar duduk 10
bulan, belajar berjalan 12 bulan berjalan sendiri 16 bulan.
4) Imunisasi : lengkap

No Jenis imunisasi Waktu pemberian Reaksi setelah


pemberian
1 BCG 1 bulan -
2 DPT (I, II, III) 1 bulan Panas
3 Polio (I, II, III, IV) 2 bulan -
4 Campak 5 bulan -
5 hepatitis 5 bulan -

d. Pola nutrisi dan metabolic


Sebelum sakit = makan: nasi, bubur, ikan, sayur, buah (nafas makan baik) minum:
air putih, susu.
Sesudah sakit = makan: anak kurang nafsu makan
Minum: anak tidak suka minum.
e. Pola eliminasi
Sebelum sakit = BAB : 1-2x/hari BAK : 3-4x/hari
Sesudah sakit = BAB : saat pengkajian penderita belum BAB, BAK : 2-3x/hari
f. Pola aktivitas
Semua aktivitas dibantu orang tua.
g. Pola istrahat tidur
Pola tidur: tidur siang kurang lebih 3 jam, tidur malam 10-11 jam, saat sakit
penderita sulit tidur karena suhu badan tinggi.
h. Pola hubungan dan peran
Interaksi dengan orang lain saat ini tidak dapat dilakukan karena anak mengalami
kejang.
i. Pola persepsi dan konsep diri meliputi body image, self estim, kekacauan identitas
tidak dapat di evaluasi karena belum dapat diajarkan salah atau benar mulai umur
>4 tahun.
j. Pola sensori dan kognitif
Sensori meliputi daya penciuman, daya rasa daya raba, daya lihat, dan daya
pendengaran normal.
k. Pola reproduksi seksual
Tidak ada masalah
l. Pola penanggulangan stress
Anak sering menangis dan rewel
m. Pola tata nilai dan kepercayaan
Pada saat kejang anak terlihat berdo’a
3. Pemeriksaan head to toe
a. Pemeriksaan fisik
Kesadaran : Compos mentis
TTV :
S : 39oc
Respirasi : 26x/menit
Nadi : 120x/menit
Berat Badan : 16 kg
b. Kepala
Bentuk simetris tidak ada kelainan yang Nampak
c. Mata
Letak kedua mata simetris kiri/kanan, sclera tidak anemis, konjungtiva pucat.
d. Telinga
Bentuk : simetris kanan dan kiri, pendengaran baik, secret kurang.
e. Hidung
Penciuman baik, tidak ada pernapasan cuping hidung, bentuk simetris,
mukosa hidung berwarna merah muda.
f. Mulut
Gigi lengkap, tidak ada caries, mukosa mulut tampak kering, tonsil tidak
hiperemi
g. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar
h. Thorax
Cor bising kurang pulmo : gerakan dada simetris, suara pernapasan vesikuler,
tidak ada kesulitan bernapas, ronchi (-), wheezing (-).
i. Abdomen
Lemas dan datar, tidak kembung
j. Ekstermitas
Atas : adanya ketegangan otot/kalium otot
Bawah : adanya ketegangan otot/kekalunan otot.

Analisis Data

No Data Etiologi Problem

1. Ds : orang tua mengungkapkan infeksi Hipertermi


badan anaknya terasa panas
Do :
- S : 39oc
- N : 120x/mnt
- Respirasi : 26x/menit
- Kulit teraba hangat
- Mukosa bibir kering dan
pecah-pecah

2. Ds : orang tua mengatakan Disfungsi sensori Resiko cedera


anaknya mengalami kejang
Do :
- S : 39oc
- Terjadi kejang

B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan infeksi
2. Resiko cedera berhubungan dengan disfungsi sensori

C. Intervensi Keperawatan

No. DX Tujuan Intervensi

1. Hipertermi Setelah 2x24 jam diberikan 1. Pantau aktivitas


berhubungan dengan tindakan keperawatan kejang
infeksi pasien diharapkan 2. Pantau TTV
mendapatkan kriteria hasil : 3. Gunakan waslap
- Pasien akan dingin di aksila,
menunjukkan kening, tengkuk
termoregulai, tidak dan lipatan paha.
ada gangguan 4. Pantau suhu
peningkatan suhu minimal setiap 2
kulit, hipertermia. jam, sesuai dengan
- Menjelaskan kebutuuhan
tindakan untuk 5. Berikan obat
mencegah atau antipiretik jika
meminimalkan perlu
peningkatan suhu
tubuh
2. Resiko cedera Setelah 1x24 jam diberikan 1. Identifikasi faktor
berhubungan dengan tindakan keperawatan yang
disfungsi sensori pasien diharapkan mempengaruhi
mendapatkan kriteria hasil : kebutuhan
- Mengembangkan keamanan
strategi 2. Berikan materi
pengendalian resiko edukasi yang
yang efektif berhubungan
- Menerapkan strategi dengan strategi dan
pengendalian resiko tindakan untuk
pilihan mencegah cedera
- Mengidentifikasi 3. Jelaskan pada
resiko yang keluarga akibat
meningkatkan yang terjadi pada
kerentanan terhadap sat kejang berulang
cedera 4. Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemmberian obat

D. Implementasi Keperawatan

No. Tanggal/jam Implementasi

1. 23-03-2020/ 1. Memantau aktivitas kejang


20.25 WITA 2. Memantau TTV
3. Mengunakan waslap dingin di aksila, kening, tengkuk
dan lipatan paha.
4. Memantau suhu minimal setiap 2 jam, sesuai dengan
kebutuuhan
5. Memberikan obat antipiretik jika perlu

2. 23-03-2020/ 1. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi


20.25 WITA kebutuhan keamanan
2. Memberikan materi edukasi yang berhubungan
dengan strategi dan tindakan untuk mencegah cedera
3. Menjelaskan pada keluarga akibat yang terjadi pada
sat kejang berulang
4. Mengkolaborasi dengan dokter dalam pemmberian
obat

E. Evaluasi

No. Tanggal/jam Evaluasi

1. 26-03-2020/ S : orang tua pasien mengatakan sudah tidak demam lagi


14.30 WITA O : TTV :
- S : 37,5oc
- N : 110x/menit
- R : 22x/menit

A : masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan

2. 24-03- S : orang tua pasien mengatakan sudah tidak kejang lagi


2020/08.40 O : pasien tidak kejang
WITA A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh ( suhu rektal di atas 38 oc ) yang disebabkan oleh proses
ekstrakranium. Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada suhu badan tinggi. Suhu
badan tinggi ini karena kelainan ekstrakranial..
Hingga kini belum diketahui dengan pasti. Demam sering disebabkan infeksi
saluran pernapasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran
kemih. Kejang juga dapat terjadi pada bayi yang mengalami kenaikan suhu sesudah
vaksinasi campak, akan tetapi sangat jarang.

B. Saran
Demikianlah makalah ini yang penulis susun dengan penuh keikhlasan.di harapkan
dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan mengenai Asuhan Keperawatan
Pasien Anak Dengan Kejang Demam.
DAFTAR PUSTAKA

Lestari, Titik, S.Kep. (2015). Asuhan Keperawatan Anak. Yokyakarta : Nuha Medika.
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa keperawatan Dengan Intervensi NIC Dan
Kriteria Hasil Noc.Jakarta : EGC.
Doenges, E Marylinn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan
Pendokumentasian Perawat Pasien. Edisi 3 Cetakan I.

Anda mungkin juga menyukai