Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN KEJANG DEMAM PADA ANAK

DI PUSKESMAS CIKEMBULAN KABUPATEN PANGANDARAN


TAHUN 2019

Disusun Oleh

LIES ISTIQOMAH, A.MK


SATUAN ACARA PENYULUHAN KEJANG DEMAM
PADA ANAK

Topik : Kejang Demam


Sasaran : Pasien, keluarga pasien dan pengunjung
Tempat : Puskesmas Cikembulan, Kabupaten Pangandaran
Hari : Rabu, 4 Desember 2019
Waktu : 30 menit

A. LATAR BELAKANG
Anak merupakan hal yang penting artinya bagi sebuah keluarga. Selain
sebagai penerus keturunan, anak pada akhirnya juga sebagai generasi penerus
bangsa. Oleh karena itu tidak satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh
sakit, lebih-lebih bila anaknya mengalami kejang demam.
Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering
dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Penyebab
demam terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan bagian atas disusul infeksi
saluran pencernaan. (Ngastiyah, 1997; 229).
Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6 bulan
sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah
menderita kejang demam. Kejang demam lebih sering didapatkan pada laki-laki
daripada perempuan. Hal tersebut disebabkan karena pada wanita didapatkan
maturasi serebral yang lebih cepat dibandingkan laki-laki. (ME. Sumijati, 2000;72-73)
Berdasarkan laporan dari daftar diagnosa dari lab./SMF Ilmu Kesehatan Anak
Puskesmas cikembulan pangandaran didapatkan data adanya peningkatan insiden
kejang demam. Pada tahun 1999 ditemukan pasien kejang demam sebanyak 83
orang dan tidak didapatkan angka kematian (0 %). Pada tahun 2000 ditemukan pasien
kejang demam 132 orang dan tidak didapatkan angka kematian (0 %). Dari data di
atas menunjukkan adanya peningkatan insiden kejadian sebesar 37%.
Bangkitan kejang berulang atau kejang yang lama akan mengakibatkan
kerusakan sel-sel otak kurang menyenangkan di kemudian hari, terutama adanya
cacat baik secara fisik, mental atau sosial yang mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan anak. (Iskandar Wahidiyah, 1985 : 858) .
Kejang demam merupakan kedaruratan medis yang memerlukan pertolongan
segera. Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat sangat diperlukan untuk
menghindari cacat yang lebih parah, yang diakibatkan bangkitan kejang yang sering.
Untuk itu tenaga perawat/paramedis dituntut untuk berperan aktif dalam mengatasi
keadaan tersebut serta mampu memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga
dan penderita, yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif secara
terpadu dan berkesinambungan serta memandang klien sebagai satu kesatuan yang
utuh secara bio-psiko-sosial-spiritual. Prioritas asuhan keperawatan pada kejang
demam adalah : Mencegah/mengendalikan aktivitas kejang, melindungi pasien dari
trauma, mempertahankan jalan napas, meningkatkan harga diri yang positif,
memberikan informasi kepada keluarga tentang proses penyakit, prognosis dan
kebutuhan penanganannya. (I Made Kariasa, 1999; 262).

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah diberikan penyuluhan diharapkan keluarga pasien dan pengunjung
dapat mengerti dan memahami tentang Kejang Demam yang terjadi pada anak.

C. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah diberikan penyuluhan mengenai Kejang Demam, keluarga pasien dan
pengunjung dapat :
1. Menjelaskan pengertian Kejang Demam
2. Menjelaskan penyebab Kejang Demam
3. Menjelaskan patofisiologi Kejang Demam
4. Menjelaskan prognosis Kejang Demam
5. Menjelaskan manifestasi klinis Kejang Demam
6. Menjelaskan klasifikasi Kejang Demam
7. Menjelaskan penatalaksanaan Kejang Demam
8. Menjelaskan pemeriksaan diagnostik Kejang Demam

D. SASARAN
Keluarga pasien dan pengunjung di puskesmas Cikembulan Pangandaran.
E. MATERI (TERLAMPIR)
1. Pengertian Kejang Demam
2. Penyebab Kejang Demam
3. Patofisiologi Kejang Demam
4. Prognosis Kejang Demam
5. Manifestasi klinis Kejang Demam
6. Klasifikasi Kejang Demam
7. Penatalaksanaan Kejang Demam
8. Pemeriksaan diagnostik Kejang Demam

F. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

G. MEDIA
1. Leaflet
2. LCD dan Laptop

H. KEGIATAN PENYULUHAN
N Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan peserta
o
1. 5 Pembukaan :
menit 1. Mengucapkan salam pembuka 1. Menjawab salam
2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
3. Menjelaskan maksud dan tujuan 3. Mendengarkan
dilakukan penyuluhan
4. Menanyakan kepada peerta sejauh 4. Menjawab pertanyaan
mana pemahaman tentang materi penyuluh
yang akan disampaikan
2. 15 Pelaksanaan :
menit 1. Menjelaskan pengertian Kejang 1. Memperhatikan
Demam
2. Memperhatikan
2. Menjelaskan penyebab Kejang 3. Memperhatikan
Demam
3. Menjelaskan patofisiologi Kejang 4. Memperhatikan
Demam
4. Menjelaskan prognosis Kejang 5. Memperhatikan
Demam
5. Menjelaskan manifestasi klinis Kejang6. Memperhatikan
Demam
7. Memperhatikan
6. Menyebutkan Menjelaskan klasifikasi
Kejang Demam
8. Memperhatikan
7. Menjelaskan penatalaksanaan Kejang
Demam
8. Menjelaskan pemeriksaan diagnostik
Kejang Demam
3. 10 Penutup :
menit 1. Menggali pengetahuan peserta 1. Menjelaskan tentang
tentang materi yang telah materi Kejang Demam
disampaikan. yang telah
disampaikan.
2. Menyimpulkan hasil kegiatan 2. Mendengarkan
penyuluhan 3. Menjawab salam
3. Mengucapkan salam penutup

I. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Proses
a. Kegiatan penyuluhan dihadiri minimal 5 peserta.
b. Media yang digunakan adalah leaflet, lcd dan laptop.
c. Waktu penyuluhan selama 30 menit.
d. Penyelenggaraan penyuluhan diadakan di Pusksmas Cikembulan Pangandaran
e. Penyaji diharapkan menguasai materi dengan baik.
f. Pengorganisasian penyuluhan dipersiapkan beberapa hari sebelum penyuluhan.
g. Seluruh peserta hadir mengikuti penyuluhan dan tidak ada yang meninggalkan
tempat penyuluhan sebelum kegiatan penyuluhan selesai dilakukan.
h. Diharapkan semua peserta aktif dan antusias mengikuti proses penyuluhan
sampai kegiatan penyuluhan selesai.

2. Evaluasi Hasil
a. Setelah dilakukan penyuluhan tentang Kejang Demam diharapkan beberapa
peserta mampu :
- Menjelaskan pengertian Kejang Demam
- Menjelaskan penyebab Kejang Demam
- Menjelaskan patofisiologi Kejang Demam
- Menjelaskan prognosis Kejang Demam
- Menjelaskan manifestasi klinis Kejang Demam
- Menjelaskan klasifikasi Kejang Demam
- Menjelaskan penatalaksanaan Kejang Demam
- Menjelaskan pemeriksaan diagnostik Kejang Demam
b. Setelah dilakukan penyuluhan tentang Kejang Demam diharapkan keluarga
pasien dan pengunjung mengerti dan memahami tentang Kejang Demam serta
diharapkan dapat melakukan perubahan perilaku hidup yang lebih sehat untuk
mencegah terjadinya Kejang Demam pada anak.
Lampiran Materi
KEJANG DEMAM
1. Pengertian Kejang Demam
Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses
ekstrakranium (Ngastiyah, 1997:229).
Kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak yang biasanya terjadi
antara umur 3 bulan sampai 5 tahun berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah
terbukti adanya infeksi intra kranial atau penyebab tertentu. (Consesnsus Statement
On Febrile Siezures, 1980 )

2. Penyebab Kejang Demam


Bangkitan kejang pada bayi dan anak disebabkan oleh kenaikan suhu badan yang
tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi diluar susunan syaraf pusat misalnya :
tonsilitis ostitis media akut, bronchitis, dll
Kejang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi patologis, termasuk tumor otak,
trauma, bekuan darah pada otak, meningitis, ensefalitis, gangguan elektrolit, dan
gejala putus alkohol dan obat gangguan metabolik, uremia, overhidrasi, toksik
subcutan dan anoksia serebral. Sebagian kejang merupakan idiopati (tidak diketahui
etiologinya).
a. Intrakranial
· Asfiksia : Ensefolopati hipoksik – iskemik
· Trauma (perdarahan) : perdarahan subaraknoid, subdural, atau intra ventricular
· Infeksi : Bakteri, virus, parasit
· Kelainan bawaan : disgenesis korteks serebri, sindrom zelluarge, Sindrom Smith
– Lemli – Opitz.
b. Ekstra cranial
· Gangguan metabolik : Hipoglikemia, hipokalsemia, hipomognesemia, gangguan
elektrolit (Na dan K)
· Toksik : Intoksikasi anestesi lokal, sindrom putus obat.
· Kelainan yang diturunkan : gangguan metabolisme asam amino, ketergantungan
dan kekurangan produksi kernikterus.
c. Idiopatik
· Kejang neonatus fanciliel benigna, kejang hari ke-5 (the fifth day fits)
3. Patofisiologi Kejang Demam
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi
CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu
lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron
dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion
natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion
K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron
terdapat keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam
dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial
membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran diperlukan
energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :
a. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular\
b. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran
listrik dari sekitarnya
c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak
3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang
dewasa yang hanya 15 %. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah
keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi
dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas
muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun
ke membran sel sekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang.
Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea,
meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya
terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme
anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh
meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan
metabolisme otak meningkat.
4. Prognosis Kejang Demam
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat prognosisnya baik dan tidak perlu
menyebabkan kematian, resiko seorang anak sesudah menderita kejang demam
tergantung faktor :
a. Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga
b. Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita
kejang
c. Kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal
Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor tersebut di atas, di kemudian hari
akan mengalami serangan kejang tanpa demam sekitar 13 %, dibanding bila
hanya terdapat satu atau tidak sama sekali faktor tersebut, serangan kejang tanpa
demam 2%-3% saja (“Consensus Statement on Febrile Seizures 1981”).

5. Manifestasi Klinis Kejang Demam


Serangan kejang biasanya terjadi 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung
singkat dengan sifat bangkitan kejang dapat berbentuk tonik-klonik, tonik, klonik, fokal
atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak
memberi reaksi apapun sejenak tapi setelah beberapa detik atau menit anak akan
sadar tanpa ada kelainan saraf.

6. Klasifikasi kejang
a. Kejang Tonik
Kejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat badan rendah
dengan masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi dengan komplikasi prenatal
berat.
b. Kejang Klonik
Kejang Klonik dapat berbentuk fokal, unilateral, bilateral dengan pemulaan fokal
dan multifokal yang berpindah-pindah. Bentuk klinis kejang klonik fokal berlangsung
1 – 3 detik, terlokalisasi dengan baik, tidak disertai gangguan kesadaran dan biasanya
tidak diikuti oleh fase tonik. Bentuk kejang ini dapat disebabkan oleh kontusio cerebri
akibat trauma fokal pada bayi besar dan cukup bulan atau oleh ensepalopati
metabolic.
c. Kejang Mioklonik
Gambaran klinis yang terlihat adalah gerakan ekstensi dan fleksi lengan atau
keempat anggota gerak yang berulang dan terjadinya cepat. Gerakan tersebut
menyerupai reflek moro. Kejang ini merupakan pertanda kerusakan susunan saraf
pusat yang luas dan hebat. Gambaran EEG pada kejang mioklonik pada bayi tidak
spesifik.

7. Penatalaksanaan Medik
Penatalaksanaan Medis
a. Pemberian cairan IV dengan cairan yang mengandung glukosa
b. Bila kejang sangat lama, sehingga terdapat kemungkinan terjadinya
edema otak. Diberikan kortikosteroid sepeti kortison 20-30 mg/Kg BB atau
glukokortikoid seperti deksametason ½ – ampul setiap 6 jam sampai keadaan
membaik.
c. Berikan diazepam secara IV / Rectal untuk menghentikan kejang
d. Pemberian Fenobarbital secara IV
e. Untuk menghentikan status kovulsivus diberikan difenilhidantion secara IV

Penatalaksanaan Keperawatan
a. Pertahanan suhu tubuh stabil
b. Menjelaskan cara perawatan anak demam
c. Melakukan dan mengajarkan pada keluarga cara kompres panas serta
menjelaskan tujuan
d. Beri terapi anti konvulsan jika diindikasikan. Terapi konvulsan dapat diindikasikan
pada anak-anak yang memenuhi kriteria tertentu antara lain : kejang fokal atau
kejang lama, abnormalitas neurology, kejang tanpa demam, derajat pertama, usia
dibawah 1 tahun dan kejang multiple kurang dari 24 jam.

8. Pemeriksaan Diagnostik
a. MRI (Magnetic Resenance Imaging ) Menentukan adanya perubahan / patologis
SSP
b. Rontgen Tengkorak, Tidak banyak mebantu untuk mendiagnosa aktivitas kejang
kecuali untuk mengetahui adanya fraktur
c. Pemeriksaan Metabolk (Pemeriksaan Laboratorium ) Meliputi :
· Glukosa darah
· Kalsium fungsi ginjal dan hepar
· Pemeriksaan adanya infeksi : test widal, lumbal fungsi\
· Kecepatan sedimentasi, hitung platelet
· Pemeriksaan serologi imunologi
d. EEG Sangat bermanfaat untuk menentukan diagnosa kejang dan menentukan
lesi serta fungsi neurology (Ngastiyah, 1995).
DAFTAR PUSTAKA

Lumbantobing SM, 1989, Penatalaksanaan Mutakhir Kejang Pada Anak, Gaya


Baru, Jakarta.

Matondang, Corry S, 2000, Diagnosis Fisis Pada Anak, Edisi ke 2, PT. Sagung Seto:
Jakarta.

Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.

Rendle John, 1994, Ikhtisar Penyakit Anak, Edisi ke 6, Binapura Aksara, Jakarta.

Santosa NI, 1989, Perawatan I (Dasar-Dasar Keperawatan), Depkes RI, Jakarta.

Santosa NI, 1993, Asuhan Kesehatan Dalam Konteks Keluarga, Depkes RI,
Jakarta.

Suharso Darto, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, F.K. Universitas Airlangga, .

Sumijati M.E, dkk, 2000, Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit Yang Lazim
Terjadi Pada Anak, PERKANI : .

Wahidiyat Iskandar, 1985, Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 2, Info Medika, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai