0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
139 tayangan1 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang tunarungu. Ada beberapa jenis tunarungu yaitu tuli kondusif yang disebabkan oleh masalah di telinga luar dan tengah, tuli sensori yang terjadi pada telinga dalam, dan tunarungu permanen yang disebabkan oleh kondisi genetik atau paparan penyakit saat janin. Pemeriksaan untuk mendeteksi tunarungu meliputi pemeriksaan auditometer, BERA, test Weber dan Rinne, serta O
Dokumen tersebut membahas tentang tunarungu. Ada beberapa jenis tunarungu yaitu tuli kondusif yang disebabkan oleh masalah di telinga luar dan tengah, tuli sensori yang terjadi pada telinga dalam, dan tunarungu permanen yang disebabkan oleh kondisi genetik atau paparan penyakit saat janin. Pemeriksaan untuk mendeteksi tunarungu meliputi pemeriksaan auditometer, BERA, test Weber dan Rinne, serta O
Dokumen tersebut membahas tentang tunarungu. Ada beberapa jenis tunarungu yaitu tuli kondusif yang disebabkan oleh masalah di telinga luar dan tengah, tuli sensori yang terjadi pada telinga dalam, dan tunarungu permanen yang disebabkan oleh kondisi genetik atau paparan penyakit saat janin. Pemeriksaan untuk mendeteksi tunarungu meliputi pemeriksaan auditometer, BERA, test Weber dan Rinne, serta O
DEFINISI kelainan genetik, seperti Suara keras, seperti petasan dan osteogenesis imperfecta A. KETULIAN SEMENTARA konser music diatas 80 dBk Tuna berartI kekurangan atau ketdakmampuan 1. Banyak zat lilin di dalam liang telinga dan rungu berarti mendengar. Menurut Banyak zat lilin dalam telinga (tahi telinga) Somantri (2006) bahwa “Anak tunarungu dapat TUNARUNGU Cedera, seperti gegar otak 2. Benda asing (seperti manik-manik atau diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan ujung cotton bud) yang terjebak di dalam atau patah tulang tengkorak pendengaran yang mengakibatkan seseorang saluran telinga tidak dapat menangkap berbagai rangsangan 3. Lendir berlebih di saluran eustachius bunyi melalui indra pendengarannya, sehingga (saluran yang menghubungkan telinga ia mengalami hambatan dalam perkembangan Tuli Kondusif Tuli Sensori dalam dan tenggorokan atas) yang bahasanya” disebabkan oleh pilek 4. Otitis media (infeksi telinga tengah). B. KETULIAN PERMANEN PEMERIKSAAN PENUNJANG Suara sebagai 1. Kondisi herediter yang menyebabkan 1. Pemeriksaan auditometer gelombang getaran telinga bagian dalam abnormal 2. Pemeriksaan BERA (Brainstem Evoke 2. Beberapa kelainan genetik, seperti Intervensi Resiko Cedera Response Audiometry) osteogenesis imperfecta (kondisi 3. Pemeriksaan test Weber, test Rinne Di membran thympani NOC kelainan tulang rapuh) dan trisomy 13 4. Pemeriksaan OAE (OtoAcoustic Pengendalian resiko (kelainan fisik di berbagai bagian tubuh) Emmision) - Mengembangkan strategi pengendalian resiko 3. Paparan penyakit saat masih janin : Degenerasi tulang-tulang yang efektif Rubella (campak Jerman) adalah penyakit NIC yang dapat mempengaruhi pendengaran bagian dalam 1. Identifikasi kebutuhan keselamatan. KLASIFIKASI perkembangan telinga janin Perubahan status 2. Identifikasi area yang berpotensi menyebabkan A. Kelompok I : kehilangan 15-30 dB, mild hearing 4. Suara keras, seperti petasan dan konser kesehatan cedera. losses atau ketunarunguan ringan; daya tangkap music diatas 80 dB Hilangnya sel-sel rambut 3. Sediakan pencahayaan yang memadai. terhadap suara cakapan manusia normal. 4. Diskusikan dengan keluarga kegiatan yang dapat di basal kokhlea 5. Cedera, seperti gegar otak atau patah B. Kelompok II: kehilangan 31-60, moderate dilakukan klien. tulang tengkorak hearing losses atau ketunarunguan atau Stresor pada klien ketunarunguan sedang; daya tangkap terhadap 6. Penyakit tertentu, seperti meningitis dan Gangguan neuron neuron cochlea gondok. suara cakapan manusia hanya sebagian. C. Kelompok III: kehilangan 61-90 dB, severe Koping Tidak hearing losses atau ketunarunguan berat; daya Efektif Resiko MANIFESTASI KLINIS tangkap terhadap suara cakapan manusia tidak Penurunan fungsi pendengaran Cedera 1. Tidak kaget saat mendengar suara nyaring ada. 2. Untuk bayi di bawah 4 bulan, tidak menoleh ke D. Kelompok IV: kehilangan 91-120 dB, profound arah sumber suara. hearing losses atau ketunarunguan sangat berat; 3. Perubahan persepsi sensosi : Tidak bisa menyebutkan satu kata pun saat daya tangkap terhadap suara cakapan manusia berusia satu tahun. pendengaran Harga Diri Rendah tidak ada sama sekali 4. Menyadari kehadiran seseorang ketika ia E. Kelompok V: kehilangan lebih dari 120 dB, total melihatnya, namun acuh saat dipanggil hearing losses atau ketunarunguan total; daya namanya. tangkap terhadap suara cakapan manusia tidak Penurunan pendengaran terhadap Intervensi Harga Diri Rendah 5. Lambat saat belajar bicara atau tidak jelas ada sama sekali rangsang suara. ketika berbicara. NOC 6. Menjawab tidak sesuai dengan pertanyaannya. Menunjukkan hdr dengan indikator Intervensi Gangguan Komunikasi Verbal 7. Sering berbicara dengan lantang atau menyetel Gangguan - Mengungkapkan penerimaan volume TV keras-keras. - Menggunakan strategi koping positif NOC Komunikasi Verbal 8. Memperhatikan orang lain untuk meniru NIC Menunjukkan komunikasi sesuatu yang diperintahkan, karena ia tidak 10. Monitor verbalisasi yang merendahkan diri - Menggunakan bahasa tertulis, lisan atau nonverbal mendengar sesuatu yang diinstruksikan. sendiri. - Menggunakan bahasa isyarat 11. Fasilitasi lingkungan & aktivitas yang - Menggunakan metode komunikasi dengan gambar/foto. meningkatkan harga diri. NIC 12. Jelaskan kepada keluarga pentingnya dukungan. 5. Kaji kemampuan pendengaran 13. Ajarkan caa mengatasi bullying. 6. Monitor proses kognitif, anatomis dan fisiologis yang 14. Latih kemampuan positif diri berkaitan dengan bicara (misalnya pendengaran, memori &bahasa) 7. Gunakan metode komunikasi alternatif dan gunakan bahasa sederhana. Daftar pustaka 8. Anjurkan menyampaikan dengan bahasa isyarat. Somantri, T.S. 2006. Psikokogi Anak Luar Biasa. Bandung : PT Refika Aditama. 9. Kolaborasi dengan ahli terapi bicara. Murni Winarsih. 2007. Intervensi Dini Bagi Anak Tunarungu Dalam Pemerolehan Bahasa. Departemen Kependidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Direktorat Ketenagaan NANDA International.(2012). Nursing Diagnoses : Definitions & Classifications 2012-2014. Jakarta : EGC