Anda di halaman 1dari 22

SATUAN ACARA BERMAIN CLAY

DI RUANG NAKULA IV
RSUD K.R.M.T WONGSONEGORO KOTA SEMARANG

DISUSUN OLEH:

Abdul Kadir (P1337420917003)


Rafida Wahyu (P1337420917021)
Shinta Ayu (P1337420917024)
Mulyadi (P1337420917006)
Febri Ayu Mentari (P1337420917023)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hospitalisasi adalah suatu keadaan yang menyebabkan seorang anak harus
tinggal di rumah sakit untuk menjadi pasien dan menjalani berbagai
perawatan seperti pemeriksaan kesehatan, prosedur operasi, pembedahan, dan
pemasangan infus sampai anak pulang kembali ke rumah. Respon anak
terhadap hospitalisasi dipengaruhi oleh tahapan usia perkembangan,
pengalaman sebelumnya terhadap sakit, mekanisme pertahanan diri yang
dimiliki, dan sistem dukungan yang tersedia. Permasalahan yang muncul
terkait respon anak terhadap terhadap hospitalisasi adalah banyak anak
menolak saat menjalani perawatan dirumah sakit karena harus menyesuaikan
diri dengan lingkungan rumah sakit yang asing, apalagi menjalani rawat inap
dalam jangka waktu yang lama. Peralatan medis yang terlihat bersih dan
prosedur medis dianggap anak menyakitkan dan membahayakan karena dapat
melukai bagian tubuhnya. Hal inilah yang dapat menimbulkan terjadinya
kecemasan anak. Prevalensi kecemasan anak saat menjalani hospitalisasi
mencapai 75%.
Anak masuk rumah sakit akan bereaksi dengan agresif, ekspresi verbal dan
dependensi. Maka sulit bagi anak untuk percaya bahwa mengukur suhu,
mengukur tekanan darah, mendengarkan suara napas dan prosedur lainnya
tidak akan menimbulkan perlukaan. Jika hal ini berlanjut maka tindakan
keperwatan dan pengobatan tidak akan berhasil sehingga masalah anak tidak
teratasi. Oleh karena itu, pentingnya kegiatan terapi bermain terhadap tumbuh
kembang anak dapatmengurangi kecemasan akibat hospitalisasi.
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan
anak secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak di rawat di rumah sakit,
aktivitas bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan
kondisi anak. Tujuan bermain dirumah sakit pada prinsipnya adalah agar anak
dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal,
mengembangkan kreativitas anak, dan anak dapat beradaptasi lebih efektif

2
terhadap stress. Aktifitas bermain dirumah sakit ini disebut "Play Therapy
Program" (Program Terapi Bermain).
Manfaat Play Therapy Program dalam penanganan anak yang dirawat di
rumah sakit maka akan memudahkan anak menyatakan rasa kecemasan dan
ketakutan lewat permainan, mempercepat proses adaptasi di rumah sakit,
anak dapat berkumpul dengan teman sebayanya di rumah sakit
sehingga anak tidak merasa terisolir, anak mudah diajak bekerja sama dengan
metode pendekatan proses keperawatan di rumah sakit.
Anak-anak pada usia pre-school senang bermain dengan permainan
membentuk (konstruksi) seperti clay, oleh karena itu clay bisa menjadi alternatif
untuk mengembangkan kreatifitas anak dan dapat menurunkan tingkat
kecemasan pada anak selama dirawat. Dengan permainan clay menjadi salah
satu media bagi perawat untuk mampu mengenali tingkat kecemasan anak.
Dinamika secara psikologis menggambarkan bahwa selama bermain, anak
akan mengekspresikan imajinasinya dalam bentuk pada gambar sehingga
untuk sementara waktu anak akan merasa lebih rileks. Karena pentingnya
manfaat Play Therapy Program dalam penanganan anak sakit dan perawat
harus mampu melaksanakan hal ini maka rencana penerapan terapi bermain
terhadap anak usia pre-school berupa membentuk clay dengan cetakan yang
dirawat di rumah sakit perlu segera dilaksanakan

B. Tujuan
1. Tujuan Umum:
Setelah mengikuti terapi bermain clay dapat meminimalkan
dampak hospitalisasi pada anak sehingga dapat mempercepat proses
kesembuhan anak.
2. Tujuan Khusus:
a. Meningkatkan aspek afektif anak, yakni anak dapat memperhatikan
instruksi yang diberikan oleh leader dan kooperatif dalam
berlangsungnya kegiatan.
b. Melatih meningkatkan aspek kognitif anak dalam hal mengenal warna
dan bentuk

3
c. Anak dapat meningkatkan sosial personal, mencakup mampu
mengenal bentuk dan dapat menceritakan kembali bentuk clay yang
dibuat
d. Anak dpat membina nubungan baik dengan perawat/terapis

C. Sasaran
Yang menjadi sasaran dalam terapi bermain adalah anak yang sedang
menjalani perawatan di ruang Nakula IV usia prasekolah (3-6 tahun)

BAB II

4
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Bermain
Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Ada orang
tua yang berpendapat bahwa anak yang terlalu banyak bermain akan
membuat anak menjadi malas bekerja dan bodoh. Anggapan ini kurang
bijaksana, karena beberapa ahli psikolog mengatakan bahwa permainan
sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak.
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang secara sukarela
untuk memperoleh kesenangan atau kepuasan, tanpa mempertimbangkan
hasil akhir (Suhendi, 2001). Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak
dapat melakukan atau mempraktekkan ketrampilan, memberikan ekspresi
terhadap pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan
berperilaku dewasa (Aziz A, 2005). Jadi kesimpulannya bermain adalah cara
untuk memperoleh kesenangan agar anak dapat kreatif dan mengekspresikan
pikiran, tanpa mempertimbangkan hasil akhir.

B. Fungsi Bermain
Fungsi bermain menurut Adriana (2011) berfungsi untuk merangsang
perkembangan sensorimotor, perkembangan intelektual, sosialisasi,
kreativitas, kesadaran diri, nilai moral dan manfaat terapeutik.
1) Perkembangan sensorimotor: aktivitas sensorimotor adalah komponen
utama bermain pada semua usia. Permainan aktif penting untuk
perkembangan otot dan bermanfaat untuk melepaskan kelebihan energi.
Melalui stimulasi taktil, auditorius, visual dan kinestetik, bayi memperoleh
kesan. Todler dan prasekolah sangat menyukai gerakan tubuh dan
mengeksplorasi segala sesuatu di ruangan.
2) Perkembangan intelektual: melalui eksplorasi dan manipulasi, anak-anak
belajar mengenal warna, bentuk, ukuran, tesktur dan fungsi objek-objek.
Ketersediaan materi permainan dan kualitas keterlibatan orang tua adalah
dua variabel terpenting yang terkait dengan perkembangan kognitif selama
masa bayi dan prasekolah.

5
3) Sosialisasi: perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi
dengan lingkungannya. Melalui bermain, anak belajar membentuk
hubungan sosial dan menyelesaikan masalah, belajar pola perilaku dan
sikap yang diterima masyarakat.
4) Kreativitas: anak-anak bereksperimen dan mencoba ide mereka dalam
bermain. Kreativitas terutama merupakan hasil aktivitas tunggal, meskipun
berpikir kreatif sering kali ditingkatkan dalam kelompok. Anak merasa
puas ketika menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
5) Kesadaran diri: melaui bermain, anak akan mengembangkan
kemampuannya dalam mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar
mengenal kemampuan diri dan membandingkannya dengan orang lain.
Kemudian menguji kemampuannya dengan mencoba berbagai peran serta
mempelajari dampak dari perilaku mereka terhadap orang lain.
6) Nilai moral: anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya
terutama dari lingkungan. Melalui aktivitas bermain anak memperoleh
kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima
di lingkungannya. Anak juga akan belajar nilai moral dan etika, belajar
membedakan sesuatu dan bertanggung jawab.
7) Manfaat terapeutik: bermain bersifat terapeutik pad aberbagai usia.
Bermain bersifat terapeutik pada berbagai usia. Bermain memberikan
sarana untuk melepaskan diri dari ketegangann dan stress yang dihadapi di
lingkungan. Dalam bermain, anak dapat mengekspresikan emosi dan
melepaskan impuls yang tidak dapat diterima dalam cara yang dapat
diterima masyarakat. Melalui bermain anak-anak mampu
mengkomunikasikan kebutuhan, rasa takut, kecemasan dan keinginan
mereka kepada pengamat yang tidak dapat mereka ekspresikan
C. Klasifikasi Bermain Menurut Isi
1. Social affective play
Anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan oleh
lingkungan dalam bentuk permainan, misalnya orang tua berbicara
memanjakan anak tertawa senang, dengan bermain anak diharapkan dapat
bersosialisasi dengan lingkungan.
2. Sense of pleasure play

6
Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada di sekitarnya,
dengan bermain anak dapat merangsang perabaan alat, misalnya bermain
air atau pasir.
3. Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh ketrampilan
tertentu dan anak akan melakukan secara berulang-ulang misalnya
mengendarai sepeda.
4. Dramatika play role play
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau
ibu.

D. Klasifikasi Bermain Menurut Karakteristik Sosial


1. Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa
orang lain yang bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita.
2. Paralel play
Permaianan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing
mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak
ada interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak
pre school.
3. Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktivitas yang
sama tetapi belum terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas,
anak bermain sesukanya.
4. Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang terorganisasi
dan terencana dan ada aturan tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia
sekolah Adolesen.

E. Prinsip Bermain
1. Tidak banyak mengeluarkan energy secara fisik, singkat, dan sederhana
2. Mempertimbangkan keamanan dan kemungkinan terjadi infeksi silang
3. Permainan yang dilakukan tidak bertentangan dengan program perawatan
dan pengobatan
4. Melibatkan orang tua.

F. Clay Therapy

7
Clay therapy merupakan terapi bermain dengan menggunakan media clay
sebagai bagian dalam terapi ( Rahmani dan Moheb, 2010). Clay therapy
sebagai sebuah terapi dengan menggunakan media clay yang membantu
seseorang dalam mengekspresikan suasana hati dan perasaannya (Buchalter,
2009 dalam Wirastania, 2012). Terapi bermain clay therapy akan dilakukan
dengan beberapa tema seperti buah-buahan, sayuran, hewan, bunga, makanan
dan lain-lain

Clay merupakan tanah liat, dengan materi alam yang diolah dan dibentuk
menjadi macam-macam bentuk yang akan dibuat sebagai keramik (Designs,
2011 dalam Rochayah, 2012). Dalam perkembangannya istilah clay digunakan
dalam menyebut adonan yang menyerupai tanah liat atau clay buatan
(Wahyuningsih, 2012).

Clay sebagai alat terapi yang terbukti efektif bagi anak-anak dalam
meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, meningkatkan harga diri,
mengurangi kecemasan, pengendalian impuls dan kemarahan (Landerth,
2004). Bainbridge (1996) dalam Suryani (2011) menjelaskan bahwa bermain
clay membantu dalam mengasah kemampuan otak kanan dalam berkreatifitas,
meningkatkan daya imanjinasi dan melatih kerja saraf motorik anak. Macam-
macam clay buatan menurut Suryani (2011) yaitu:

a. Paper clay: clay ini dibuat dari bubur kertas dan pengeringannya dapat
dilakukan dengan diangin-anginkan saja. Pembuatan clay ini hanya
dengan kertas koran, air, lem, tepung kanji dan dapat dipercantik
dengan warna yang ditambahkan.

b. Lilin malam: clay ini biasanya digunakan sebagai mainan anak-anak


yang banyak dijual di toko dengan bermacam-macam warna dan
mudah dibentuk. Bentuk akhirnya lunak dan tidak akan mengeras
sehingga dapat diolah kembali.

c. Polymer clay: clay ini dilakukan pengeringan dengan cara di panggang


dalam oven. Hasilnya dapat menyerupai batu alam, plastik atau metal.

8
d. Air dry clay: clay ini sering disebut dengan clay jepang atau clay korea
karena clay tersebut umumnya didatangkan dari kedua negara tersebut.
Pengeringan clay ini cukup dengan diangin-anginkan saja.

e. Jumping clay: clay ini menyerupai air dry clay, namun hasil akhirnya
akan lebih ringan dan pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan
saja.

f. Plastisin (clay tepung): clay ini hampir sama dengan lilin malam,
namun bentuknya tidak selunak lilin malam dan lebih keras
dibandingkan dengan lilin malam. Clay ini dapat dibuat sendiri dengan
bahan dasar tepung jagung dan pengeringannya hanya dengan diangin-
anginkan saja. 20 Clay yang terbuat dari tepung memiliki karakter
yang mudah dibentuk, tidak lengket pada tangan dengan hasil akhir
yang cukup diangin-anginkan dan clay akan menjadi keras (Widjaja,
2009).

G. Perilaku Anak Usia Prasekolah yang Mengalami Hospitalisasi

Anak yang dirawat di rumah sakit akan mengalami beberapa perubahan


yang memerlukan penyesuaian dalam kehidupan sehari-harinya. Respon setiap
anak terhadap stres diperlihatkan dengan cara yang unik oleh karena usia dan
kepribadian individu, namun respon regresif, agresif serta menarik diri
merupakan respon yang paling umum muncul pada anak hospitalisasi.
Perilaku ini seiring dengan waktu akan berkurang pada saat anak sudah
merasa nyaman dan aman (Kail dan Nelson, 1993 dalam Harsono, 2006).
Reaksi anak serta keluarga terhadap sakit dan hospitalisasi menurut Suparto
(2003) dalam Kartikayani (2012) yang dialami yaitu kecemasan, stress, dan
perubahan perilaku. Anak beradaptasi terhadap sakit dan perawatan di rumah
sakit dengan cara:

a. Penolakan (Advoidance) merupakan perilaku anak untuk menghindar


dalam situasi yang membuat anak tertekan, dan usaha anak dalam menolak
22 perawatan yang diberikan seperti: menolak minum obat, disuntik, tidak
mau dipasang infus, serta tidak kooperatif dengan petugas kesehatan.

9
b. Pengalihan perhatian (distraction) usaha anak dalam mengalihkan
perhatiannya dari pikiran atau hal-hal yang membuat anak tertekan.
Perilaku anak lakukan selama dirawat di rumah sakit seperti anak minta
diceritakan, menonton televisi, serta bermain permainan yang disukai
anak.

c. Berupaya aktif (active) merupakan usaha anak dalam mencari jalan keluar
dengan melakukan sesuatu yang aktif. Perilaku tersebut seperti anak
menanyakan kondisinya pada tenaga medis atau orang tuanya, kooperatif
pada tenaga medis, minum obat secara teratur, serta beristirahat sesuai
dengan aturan yang diberikan.

d. Mencari dukungan (Support) dalam melepaskan tekanan yang dialaminya


akibat penyakit yang diderita, anak berusaha mencari dukungan.
Dukungan tersebut dapat berupa pendampingan anak oleh orang tua
selama hospitalisasi

BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Judul Permainan : Bermain Clay


B. Deskripsi Permainan :
Bermain clay merupakan terapi permainan alternatif untuk mengurangi
stres dan kecemasan serta meningkatkan komunikasi pada anak.
C. Tujuan Permainan :
1. Meminimalkan dampak hospitalisasi anak
2. Mengurangi kejenuhan

10
3. Mengembangkan kreatifitas
D. Keterampilan Yang Diperlukan : Kreatfitas
E. Jenis Permainan :
F. Alat Yang Diperlukan
1. Clay (Plastisin)
2. Cetakan
G. Waktu Pelaksanaan
Hari, tanggal : Kamis, 30 November 2017
Waktu : 09.00 s/d selesai
Tempat: Ruang Anak Nakula 4 RSUD Kota Semarang
H. Proses Bermain
1. Leader membagikan Clay
2. Minta anak untuk membentuk sesuai cetakan dan sesuai dengan
seleranya
Berikan waktu 5 menit melakukannya
I. Hal-Hal Yang Perlu Diwaspadai
1. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan
2. Status kesehatan anak sakit perkembangan psikomotor kognitif
terganggu
3. Jenis kelamin
4. Lingkungan
5. Alat permainan

J. Hambatan Yang Mungkin Muncul


1. Usia antar pasien tidak dalam satu kelompok usia
2. Pasien tidak kooperatif atau tidak antusias terhadap permainan
3. Adanya jadwal kegiatan pemeriksaan terhadap pasien pada waktu
yang bersamaan.
K. Antisipasi Meminimalkan Hambatan
1. Penanganan anak yang tidak aktif saat terapi aktivitas bermain :
meminta bantuan kepada orang tua untuk menemani atau
mendampingi anak
2. Bila anak jenuh pada aktivitas bermain : fasilitator menghibur dengan
cara memberikan hadiah dan mengajak bergabung dengan teman-
teman yang lain
3. Bila anak ingin buang air besar atau air kecil
a. Fasilitator mengajak orang tua untuk membersihkan dan
mengganti popoknya
b. Bila ada anak lain yang ingin ikut bermain : fasilitator
amemberikan kesemapatan pada anak lain untuk ikut dan
dimasukkan dalam kelompok umur yang sesuai
L. Pengorganisasian

11
a. Leader : Abdul Kadir
Tugas :
Membuka acara, memperkenalkan nama-nama terapis
Menjelaskan tujuan terapi bermain
Menjelaskan aturan terapi permainan
b. Observer : Febri Ayu Mentari
Tugas : Mengevaluasi jalannya kegiatan
c. Fasilitator : Rafida Wahyu, Shinta Ayu, Mulyadi
Tugas :
Memfasilitator kegiatan yang diharapkan
Memotivasi peserta agar mengikuti kegiatan
Sebagai Role Model selama kegiatan .
SAB
SATUAN ACARA BERMAIN

Bidang studi : Keperawatan Anak


Topik : Terapi Bermain Clay
Sasaran : Pre school yang dirawat di rumah sakit ruang Nakula IV
Tempat Bermain : Ruang Nakula IV RSU Kota Semarang
Hari / Tanggal : Jumat, 30 November 2017 Pukul 09.00 WIB
Waktu : 40 menit

I. Tujuan Umum
Setelah mengikuti terapi bermain dapat meminimalkan dampak hospitalisasi
pada anak sehingga dapat mempercepat proses kesembuhan anak.
II. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan perkembangan mental, imajinasi dan kreativitas anak
usia pre-school.
2. Melatih meningkatkan kognitif anak dalam hal pemilihan bentuk dan
warna clay
III. Metode
Demonstrasi
IV. Sarana dan Media
1. Sarana: ruangan, karpet
2. Media:
a. Clay (plastisin)
b. Cetakan

12
V. Susunan acara kegiatan bermain
NO
WAKTU KEGIATAN BERMAIN KEGIATAN PESERTA
1. 5 menit Pembukaan :
1. Leader menggali pengetahuan Menjawab salam
2. Leader membuka kegiatan dengan
mengucapkan salam. Mendengarkan
3. Leader memperkenalkan nama fasilitator
4. Leader menjelaskan tujuan dari Memperhatikan
permainan
5. Kontrak waktu Memperhatikan
2. 25 menit Pelaksanaan :
1. Leader dan fasilitator mengatur Berpindah posisi
posisi duduk setiap fasilitator dengan dua
orang pasien anak
2. Fasilitator membagikan clay dan cetakan
pada masing-masing anak Menerima clay dan cetakan
3. Fasilitator mengajak dan memotivasi
klien (anak) untuk mengungkapkan clay
apa yang akan dibuat. Menjawab
4. Memulai memcetak clay didampingi oleh
fasilitator.
5. Leader memberi semangat pada anak
selama proses Mencetak clay
6. Fasilitator memotivasi anak untuk dapat
memilih bentuk dan warna yang
disukainya
7. Apabila anak tidak mau aktif,
melibatkan orang tua atau pendamping
anak untuk membantu anak membentuk
clay
3. 5 menit Evaluasi :
1. Menanyakan kepada anak tentang
pemilihan bentuk dan warna yang telah
dibuat
2. Menanyakan tentang perasaan anak Menjawab pertanyaan
setelah diberi terapi bermain membentuk
clay
4. 5 menit Terminasi:
1. Leader menutup acara permainan dengan Memperhatikan
memberikan hadiah kepada seluruh
peserta.
2. Salam penutup Menjawab salam

13
VI. Setting tempat

Keterangan

: Tempat duduk pasien


dan keluarga

: Leader

PM : Pintu masuk

: Fasilitator

: Observer

: Anak

: Ibu
Pembagian tugas sebagai berikut:
1. Leader, tugasnya:
a. Membuka acara permainan
b. Mengatur jalannya permainan mulai dari pembukaan sampai selesai.
c. Mengarahkan permainan.
d. Memandu proses permainan.
2. Fasilitator, tugasnya:
a. Membimbing anak bermain.
b. Memberi motivasi dan semangat kepada anak dalam membuat clay
c. Memperhatikan respon anak saat bermain.
d. Mengajak anak untuk bersosialisasi dengan perawat dan keluarganya.
3. Observer, tugasnya:
a. Mengawasi jalannya permainan.
b. Mencatat proses kegiatan dari awal hingga akhir permainan.
c. Mencatat situasi penghambat dan pendukung proses bermain.
d. Menyusun laporan dan menilai hasil permainan
VII. Rancangan Bermain :
Permainan yang kita lakukan adalah membentuk clay. Setiap anak diberikan
clay dan cetakan masing-masing satu. Kemudian leader memimpin jalannya
permaianan dengan mengintruksikan kepada anak-anak untuk membentuk
sesuai dengan apa yang diinginkan. Fasilitator dan observer melakukan

14
tugas masing-masing.
VIII. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Sarana disiapkan pagi hari sebelum acara dimulai
b. Media dipersiapkan 1 hari sebelum pelaksanaan kegiatan
c. Struktur peran telah ditentukan 1 hari sebelum pelaksanaan
d. Kontrak dengan keluarga pasien/anak yang akan diberi terapi
bermain dilakukan 1 hari sebelum dan pagi hari sebelum kegiatan
dilaksanakan.
2. Evaluasi Proses
a. Leader memandu terapi bermain dari awal hingga akhir kegiatan
b. Respon anak baik selama proses bermain berlangsung
c. Anak tampak aktif selama proses bermain berlangsung
d. Anak mau dan dapat membuat bentuk dengan baik didampingi
oleh fasilitator
e. Keluarga ikut membantu anak selama pelaksanaan proses bermain
f. Kegiatan berjalan dengan lancar dan tujuan mahasiwa tercapai
dengan baik
g. Masing-masing mahasiswa bekerja sesuai dengan tugasnya
masing-masing
3. Evaluasi Hasil
a. Kegiatan bermain dimulai tepat pada waktu yang telah ditentukan
b. Anak dapat melakukan pemilihan warna sesuai dengan yang
disukainya
c. Terdapat satuanakyang tidak mengikuti samapi selesay karna
pusing dan rewel
d. Pasien / anak ikut berpartisipasi aktif dalam terapi bermain dan
dapat menyelesaikan proses hingga selesai.

15
LEMBARAN EVALUASI
Penilaian
Aspek Sosial
Aspek Afektif Aspek Kognitif Aspek Motorik
Personal
No. Nama Anak Mengenal Kesesuian Mampu Mengenal
Bentuk
Warna bentuk Bentuk dan
Memperhatikan Kooperatif Kerapian yang
dan dengan Menceritakan
utuh
bentuk cetakan Kembali
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Keterangan Penilaian:
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
DAFTAR PUSTAKA

Dayani, 2015, Terapi Bermain Clay Terhadap Kecemasan Pada Anak Usia
Prasekolah (3-6 Tahun) Yang Menjalani Hospitalisasi Di Rsud
Banjarbaru. Diakses pada 29 november 2017

Erlita., 2006, Pengaruh Permainan Pada Perkembangan Anak. Terdapat


Padahttp://info.balitacerdas.com. Diakses pada tanggal 21 Desember
2009

Foster and Humsberger., 2008, Family Centered Nursing Care of Children. WB


sauders Company, Philadelpia USA.

Hurlock, E B., 2003, Perkembangan Anak Jilid I., Erlangga : Jakarta.

Kliegman, Robert M., 2000, Ilmu Keshatan Anak Nelson Vol 3, Editor Bahasa
Indonesia: A. Samik Wahab-Ed.15 EGC : Jakarta

Markum, dkk., 2010, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak., IDI : Jakarta

Soetjiningsih, 20055, Tumbuh Kembang Anak, EGC: Jakarta

Wong, Donna L.,2007, Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi-4., EGC:


Jakarta
LEMBARAN EVALUASI
Penilaian
Aspek Sosial
Aspek Afektif Aspek Kognitif Aspek Motorik
Personal
Mampu Mengenal
No. Nama Anak Mengenal Kesesuian Bentuk
Bentuk dan
Memperhatikan Kooperatif Warna dan bentuk dengan Kerapian yang
Menceritakan
bentuk cetakan utuh
Kembali
1. M. Abdul Latif 2 3 3 2 2 3 2
2. Mikhayla 3 2 3 3 3 2 2
3. Farisha 3 3 3 3 2 2 2
4. Nadya 3 3 3 3 3 3 3
5. Sukma 3 3 3 3 3 3 3
6. Zulfikar 3 3 3 3 3 3 3
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah dilakukan permainan clay pada tanggal 30 November 2017 dengan
6 orang anak yang dirawat di Ruang Nakula 4, maka didapatkan hasil sebagai
berikut :
1. M. Abdul Latief
Anak tidak begitu memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh fasilitator,
tetapi anak saat kooperatif saat permainan sedang berlangsung, anak dapat
membedakan warna dan bentuk, anak tidak langsung menentukan pilihan
namun harus ditanya terlebih dahulu cetakan mana yang akan digunakannya.
Namun kerapian anak cukup, sehingga anak dapat membuat bentuk yang
utuh.
Kesimpulan :
Setelah dilakukan permainan anak dilakukan evaluasi kegiatan, anak
mengatakan senang namun tidak nampak ekspresi kesenangan yang dirasakan
(datar), anak kurang aktif dalam mengikuti permainan, anak cenderung pasif.
Anak mengikuti permainan dari awal sampai akhir.
Respon Orang Tua : wali anak mengatakan anaknya yang tadinya rewel
menjadi tidak rewel lagi dan merasa senang anaknya menjadi tidak bosan.
Yang harus dilakukan orang tua : yang harus dilakukan adalah luangkan
waktu sebanyak mungkin pada anak, buat kepercayaan pada anak, jangan
terlalu mengekang anak untuk berekspresi karna ketika dilihat sang anak
sngat kreatif dalam hal motorik halus namun masih ragu dan belum bisa
mengungkapkan apa yang diinginkannyauntuk bermain, anak seperti takut.
Sehingga latih anak untuk terus bermain bersama temannya dan jalin
pertemanan sehingga anak bisa mengespresikan perasaannya dengan baik.

2. Mikahyla
Anak saat antusias dan memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh
fasilitator, tetapi anak saat kooperatif saat permainan sedang berlangsung,
anak dapat membedakan warna dan bentuk, anak tidak langsung menentukan
pilihan namun harus ditanya terlebih dahulu cetakan mana yang akan
digunakannya. Namun kerapian anak cukup, sehingga anak dapat membuat
bentuk yang cukup utuh.
Kesimpulan :
Setelah dilakukan permainan anak dilakukan evaluasi kegiatan, anak
mengatakan senang namun anak cenderung rewel, anak cukup aktif dalam
mengikuti permainan, Anak tidak mengikuti permainan sampai akhir.karena
merasakan pusing.
Respon Orang Tua : respon orang tua sangat baik, sehingga anak bisalupa
sejenak dengan rasa sakitnya.
Yang harus dilakukan orang tua : mikhaila dalam hal membuat kerajinan
sangat rapi dan bagusnamun, mikhaila masih sangat egois dan ingin semua
mainannya hanya untuknya, sehigga pesan untuk orang tua adalah ajarkan
mikhaila untuk menerima kekalahan dan jangan terlalu menuruti semua
permintaannya, ajarkanuntuk berbagidengan temannya. Latih motorik halus
terutama dibidang keputrian.

3. Farisha
Farisha ketika terapibermain sangat ceria, mampu mengungkapkan
perasaannya melalui ekspresi wajah yang senang, anak aktif bermain,
mencoba hal-hal yang baru, dan anak cenderung lebihmemilih permainan
mampuan donat sehinggajiwa keputriannya unggul. Anak mampu
menggambarkanapa yang dibuatnya seperti membuat kue, lalu kue tersebut
dipotog dan dibagikanke sekitarnya, anak mampu menghitung dengan benar,
anak bisa mengalahbila ada yang menginginkan mainannyadan anak
menunggu, sehingga dapat disimpulkan bahwa sang anak mampu menekan
keegoisannya dan mampu berbagi.
Respon Orang Tua : orangtua sangat senag dan lega karna sebelumnya
anaknya sangatmurung dan selalu ingin pulang, namun ketikadiajak bermain
sang anak menjadi lebih aktif dalam bergerak, anak menjai familiar dengan
keadaan rumah sakit yang menyenangkan.
Yang harus dilakukan orang tua : farisha sangat bagus dalam hal motorik
halusnya, sehingga ibuharus senantiasa memberi stimulasi untuk motorik

20
halus dan yang brunsur keputrian seperti masak-masakan, atau dokter-
dokterankarna dayaimajinasinya yang bagus.

4. Nadya
Anak saat antusias saat diajak bermain, anak selalu memperhatikan
penjelasan yang diberikan oleh fasilitator. Anak sangat aktif bermain sendiri,
anak suka bermain masak-masakan, dapat menentukan pilihannya sendiri,.
Anak sangat kooperatif dan ekspresif terlihat dari ekspresi wajahnya yang
sangat senang dan kadang tampak malu-malu, kerapian anak saat membuat
permainan baik.
Kesimpulan :
Setelah dilakukan permainan anak dilakukan evaluasi kegiatan, anak
mengatakan senang, anak sangat aktif bermain masak-masakan dan dapat
menentukan sendiri dalam mengikuti permainan, Anak mengikuti permainan
sampai akhir.
Respon Orang Tua : orang tua sangat berterima kasih karna sanganak jadi
tidak jenuh dan tidak takut pada perawatnya lagi.
Yang harus dilakukan orang tua : nadya sangat rapih dalam hal membuat
sesuatu sehingga sangat bagus bila orangtua terus menekuni dan memberi
stimulasi yang mengarah pada motorik halus dan kerapian, seperti membuat
kerajinan.

5. Sukma
Anak saat antusias saat diajak bermain namun anak pada awalnya tidak
memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh fasilitator karena anak
asyik bermain di ruang bermain bersama ibunya. Aanak sangat aktif
bermain sendiri, anak tidak suka permainan yang menurutnya mungkin
kurang menarik dan tidak membuat anak penasaran. Tetapi pada akhir
permainan anak mengikuti kembali bermain bersama teman-temannya,
anak kooperatif, dapat menentukan pilihan sendiri. Kerapian anak saat
membuat permainan cukup utuh.
Kesimpulan :

21
Setelah dilakukan permainan anak dilakukan evaluasi kegiatan, anak
mengatakan senang, anak sangat aktif dalam mengikuti permainan, Anak
mengikuti permainan sampai akhir.
Respon Orang Tua :orang tua sangat lega karna anak bisa bermain dengan
aktif yangtadinya terbatas karna infus pump dan anak jadi tidak takutpada
perawatnya.
Yang harus dilakukan orang tua : sukma sangat bagus dalam hal motorik
kasar, dapat dilihat sebelumya ia bermain di semua permaianan ia coba.
Sehingga untuk orang tua untuk memberi stimulasi motorik kasar kepasa
suka seperti sepak bola, sepeda, lompat tali, renang.

6. Zulfikar
Anak saat antusias saat diajak bermain, anak memperhatikan penjelasan yang
diberikan oleh fasilitator. Anak sangat aktif bermain sendiri, namun anak
harus ditanya terlebih dahulu untuk menentukan pilihannya, anak cenderung
selalu diarahkan oleh ayahnya sehingga anak tidak dapat menentukan
pilihannya sendiri. Anak kooperatif, kerapian anak saat membuat permainan
cukup utuh, anak membuat hewan kesukannya yaitu dinosaurus.
Kesimpulan :
Setelah dilakukan permainan anak dilakukan evaluasi kegiatan, anak
mengatakan senang, anak sangat aktif dalam mengikuti permainan, Anak
mengikuti permainan sampai akhir.
Respon Orang Tua : orang tua sangat senang karna anaknya dapat tersenyum
dan aktif daam permaianan.
Yang harus dilakukan orang tua : untukorang tua harus mengajarkananak
untuk memilih dan orang tua jangan selalu berperan dalam pilihan anak,
biarkan anak memilih apa yang disukai dan tidak disukai. Anak sangat pintar
dalam hal menghafal dan menceritakan hewan seperti dinosaurus sehingga
untuk orang tua beri stimulus seperti miniatur hewan dan biarkan anak untuk
menceritakan dan berimajinasi pada hewan, guna kognitif dan imajinasinya.

22

Anda mungkin juga menyukai