OLEH :
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN ENCHEPALITIS
OLEH :
WULANDARI YUPIAMI, S.Kep
NIM. 20.300.0113
Resiko Infeksi
Peradangan di otak
Peningkatan TIK
Ensephalitis
8. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan radiologi :
a. CT Scan
Computed Tomography pada kasus encephalitis herpes simpleks, CT-scan kepala
biasanya menunjukan adanya perubahan pada lobus temporalis atau frontalis, tapi
kurang sensitif dibandingkan MRI. Kira-kira sepertiga pasien encephalitis herpes
simpleks mempunyai gambaran CT-scan kepala yang normal
Encefalitis menyerang semua umur, namun infeksi simtomatis paling sering terjadi pada anak-anak
berusia 2 tahun hingga 10 tahun dan pada kelompok gariatri (usia lebih dari 60 tahun) (Rampengan,
2016, hal. S12).
Keluhan utama
Demam, gejala menyertai flu, perubahan tingkat kesadaran, sakit kepala letargi, mengantuk,
kelemahan umum, aktifitas kejang (Kyle & Carman, 2012, hal. 559-560).
Biasanya ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing, muntah, nyeri tenggorokan, nyeri ektrim
dan pucat, kemudian diikuti tanda insefalitis berat ringannya tergantung dari trisbusi dan luas lesi
pada neuron (Ridha, 2014, hal. 336).
Faktor riwayat penyakit yang sangat penting diketahui karena untuk mengetahui jenis kuman
penyebab. Disini harus ditanya dengan jelas tentang gejala yang timbul seperti kapan mulai
serangan, sembuh atau bertambah buruk. Pada pengkajian klien encefalitis biasanya didapatkan
keluhan yang berhubungan dengan akibat dari infeksi dan peningkatan TIK. Keluhan gejala awal
yang sering adalah sakit kepala dan demam. Sakit kepala disebabkan encefalitis yang berat dan
sebagi akibat iritasi selaput otak. Demam umumnya ada dan tetap tinggi selama perjalanan
penyakit (Muttaqin, 2011, hal. 178).
Pada kasus encephalitis, pasien biasanya akan mempunyai gejala di sebabkan virus sebelum
penyakit yang sekarang. Virus memasuki sistem syaraf pusat via aliran darah dan melalui
reproduksi. Terjadi radang diarea, menyebabkab kerusakan pada neuron (Digiulio, 2014, hal. 230).
Pada pasien encefalitis tidak ada riwayat penyakit keluarga, namun pengkajian pada anak mungkin
didapatkan riwayat menderita penyakit yang disebabkan oleh virus influenza, varicella,
adenovirus,kokssakie, atau parainfluenza, infeksi bakteri, parasit satu sel, cacing fungus,
riketsia (Muttaqin, 2011, hal. 180)
Riwayat pengobatan
Semua pasien dengan kecurigaan encefalitis HSV sebaiknnya diterapi dengan asiklovir IV
(10mg/kg setiap 8 jam) selama menunggu hasil pemeriksaan dignostik. Pasien dengan diagnostik
ensefalitis HSV yang dikonfirmasi PCR sebaiknya mendapat minimum serial terapi selam 14 hari.
Perlu dipertimbangkan pemeriksaan ulang PCR LCS setelah terapi asiklovir diselesaikan , pada
pasien dengan PCR LCR untuk HSV yang tetap positif setelah menyelesaikan pengobatan terapi
standart, sebaiknya diberikan selama 7 hari terapi tambahan, diikuti dengan pemeriksaan PCR
LCS ulang. Tetapi asiklovir juga memberikn manfaat pada kasus encephalitiss karena EBV dan
VZV. Belum ada terapi terkini untuk ensefalitis enterovirus, perotitis, epidemika, atau measles.
Ribavirin intravena (15-25mg/kg perhari yang diberikan dalam dosis terbagi 3) mungkin
bermanfaat untuk encefalitis arbovirus yang berat karena encefalitis california (LaCrosse).
Encephalitis CMV sebaiknya diterapi dengan gansiklovir, foscarnet, atau kombinasi dari kedua
obat ini, codovofir dapat memberikan alternatif untuk pasien yang tidak memberi respons. Belum
ada terapi yang terbukti untuk encefalitis WNV, sekelompok kecil pasien pernah di terapi dengan
interferon, ribavirin, oligonukleotida antisense yang spesifik WNV, dan preparat imunoglobin
intravena asal israeli yang mengandung antibodi titer yang tinggi (Harrison, 2013, hal. 172-173).
c. Pemeriksaan fisik
Kesadaran
Pemeriksaan dimulai dengan pemeriksaan tanda-tanda vital. Pada klien encefalitis biasanya di
dapatkan peningkatan suhu tubuh lebih dari normal 39-40 derajad celsius. Penurunan denyut
nadi terjadi berhubungan dengan tanda-tanda peningkatan TIK. Apabila disertai peningkatan
frekuensi pernafasan sering berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme umum dan
adanya infeksi sistem pernafasan sebelum mengalami encefalitis. TD biasanya normal atau
meningkat berhubungan dengan tanda tanda peningkan TIK (Muttaqin, 2011, hal. 181).
Sistem pernapasan
Biasanya terdapat batuk, produksi sputum, sesak nafas, penggunaan otot bantu nafas, dan
peningkatan frekuensi penapasan yang sering didapatkan pada klien encefalitis yang disertai
adanya gangguan sistem pernafasan. Palpasi biasanya taktil premitus seimbang kanan dan kiri.
Auskultasi bunyi napas tambahan seperti ronkhi pada klien dengan encefalitis berhubungan
akumulasi sekret dari penurunan kesadaran (Muttaqin, 2011, hal. 161).
Sistem kardiovaskuler
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler didapatkan renjatan (syok) hipovolemik yang sering
terjadi pada klien encefalitis. (Muttaqin, 2011, hal. 181)
Sistem persyarafan
Syaraf I fungsi penciuman biasanya tidak ada kelainan pada klien encefalitis.
Syaraf II tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal. Pemeriksaan papil edema mungkin
didapatkan pada encefalitis superatif disertai abses serebri dan efusi subdural yang
menyebabkan terjadinya peningkatan TIK.
Syaraf III,IV,dan VI Pemeriksaan fungsi reaksi pupil pada klien encefalitis yang tidak disertai
penurunan kesadaran biasanya tanda kelainan. Pada tahap lanjut encefalitis yang menggangu
kesadaran, tanda-tanda perubahan dari fungsi dan reaksi pupil akan di dapatkan, dengan alasan
yang tidak diketahui, klien encefalitis mengeluh mengalami fotofobia atau sensitif berlebihan
pada cahaya.
Syaraf V pada klien encefalitis di dapatkan paralisis pada otot sehingga mengganggu proses
mengunyah
Syaraf VII persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris karena adanya paralisis
unilateral
Syaraf IX dan X kemampuan menelan kurang baik sehingga menggangu pemenuhan nutrisi
via oral
Syaraf XI tidak ada atrofi otot sternokloidormastoideus dan trapezius. Adanya usaha dari klien
untuk melakukan fleksi leher dan kaku kuduk.
Syaraf ke XII lidah simetris, tidak ada defiasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi. Indra
pengecap normal (Muttaqin, 2011, hal. 182).
Sistem perkemihan
Pemeriksaan pada sistem perkemihan biasanya di dapatkan kekurangan nya volume haluaran
urine, hal ini berhubungan dengan penurunan perfungsi dan penurunan curah jantung ke
ginjal (Muttaqin, 2011, hal. 183).
Sistem pencernaan
Mual sampai muntah dihubungkan dengan peningkatan produksi asam lambung. Pemenuhan
nutrisi pada klien encefalitis menurun karena anoreksia dan adanya kejang (Muttaqin, 2011,
hal. 183)
Sistem integumen
Perlu dilakukan pencegahan terjadinya dekubitus untuk pasien yang dirawat dalam jangka
panjang maupun pada pasien sembuh dengan defisit neurologis (Rampengan, 2016, hal. 519)
Sistem muskuloskletal
Penurunan kekuatan otot dan penurunan tingkat kesadaran menurunkan mobilitas klien secara
umum. Dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari klien lebih banyak dibantu oleh orang
lain (Muttaqin, 2011, hal. 183)
Sistem endokrin
Tidak ada gangguan pada sistem endokrin, indra pengencap normal (Muttaqin, 2011, hal. 182)
Sistem reproduksi
Ensefalitis berat yang luas sering terjadi pada neonatus yang lahir pervaginam dari wanita
dengan infeksi genital VHS primer aktif (Kumar, Abbas, & Aster, 2015, hal. 814)
Sistem pengindraan
Fungsi penciuman biasanya tidak ada kelainan pada klien encefalitis. lidah simetris, tidak ada
defiasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi. Indra pengecap normal (Muttaqin, 2011, hal. 182)
Sistem imun
Encefalitis dapat terjadi akibat komplikasi penyakit pada masa kanak-kanak seperti campak,
gondong atau cacar air. Maka pentingnya memperbarui status imunisasi anak seperti vaksin
rabies pasca-pajanan anak yang digigit oleh binatang yang diduga gila (Kyle & Carman, 2012,
hal. 560)
Warna dan jernih terdapat pleocytosis berkisar antara 50-200 sel dengan dominasi sel limfosit.
Protein agak meningkat sedangkan glucose dalam batas normal.
Pemeriksaan EEG
Thorax photo
Adanya infeksi pada sistem pernafasan sebelum mengalami encefalitis (Muttaqin, 2011, hal. 181)
e. Penatalaksanaan
Isolasi bertujuan mengurangi stimulus/rangsangan dari luar dan sebagai tindakan pencegahan.
Terapi antibiotik sesuai hasil kultur
Bila ensephalitis di sebabkanoleh virus (HSV), agen antiviral acyclovir secara signifikan dapat
menurunkan mortalitas dan morbiditas HSV enchepalitis. Acyclovir diberikan tergantung
keadaan pasien.
Mempertahankan hidrasi, monitor balans cairan, jenis dan jumlah cairan yang diberikan
tergantung keadaan pasien.
Mengontrol kejang obat antikonvulsif diberikan segera untuk memberantas kejang. Obat yang
diberikan ialah valium dan atau luminal. Valium dapat diberikan dengan dosis 0,3-0,5 mg/
kg BB/kali. Bila 15 menit belum teratasi/kejang lagi bila diulang dengan dosis yang sama. Jika
sudah diberikan 2 kali dan 15 menit lagi masih kejang, berikan valium drip dengan dosis
5mg/kgBB/24jam.
Mempertahankan ventilasi, bebaskan jalan napas, berikan o2 sesuai kebutuhan (2-3 l/menit).
Penatalaksanaan shoock septik
Untuk mengatasi hiperpireksia, dapat diberikan kompres pada permukaan tubuh atau dapat juga
diberikan antipiretikum seperti asetasol atau parasetamol apbila keadaan telah memungkinkan
pemberian obat peroral (Nurarif & Kusuma, 2016, hal. 191).
2. Diagnosa keperawatan
a. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan edema serebral/ penyumbatan aliran
darah.
Definisi : Berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke otak
Factor resiko
Stroke
Cedera kepala
Aterosklerotik aortic
Diseksi arteri
Hipertensi
Fibrilasi atrium
Miksoma atrium
Neoplasma otak
Stenosis mitral
Infeksi otak (mis meningitis, esefalitis, abses serebri)
Definisi : Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri
Penyebab
Subjektif
Objektif
Subjektif
Objektif
Sendi kaku
Gerakan tidak terkoordinasi
Gerakan terbatas
Fisik lemah
Stroke
Cedera medulla Spinalis
Trauma
Fraktur
Osteoarthritis
Ostemalasia
Keganasan (PPNI, 2017 , pp. 124 – 125 )
Penyebab
Bencana alam
Peperangan
Riwayat perilaku kekerasan
Kecelakan
Saksi pembunuhan
Objektif
Subjektif
Objektif
Korban kekerasan
Post traumatic stess disorder (PTSD)
Korban bencana alam
Korban kekerasan seksual
Korban peperangan
Cedera multipel ( kecelakaan lalu lintas) (PPNI T. , 2017, hal. 226-227)
3. Interverensi
Perfusi jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan edema serebral/ penyumbatan aliran darah.
1. Menunjukkan status sirkulasi yang dibuktikan oleh indikator (sebutkan 1-5 gangguan ekstrem, berat,
ringan atau tidak ada penyimpangan dari rentang normal). Tekanan darah sistolik dan distolik.
2. Menunjukkan perfusi jaringan cerebral yang dibuktikan oleh indikator (sebutkan 1-5 gangguan ekstrem,
berat, ringan atau tidak ada penyimpangan dari rentang normal). :
Tekanan Intrakranial
1. Menunjukkan perfusi jaringan cerebral yang dibuktikan oleh indikator (sebutkan 1-5 gangguan ekstrem,
berat, ringan atau tidak ada) :
Angitasi
Bising karotis
Muntah
Aktivitas keperawatan
1. Pantau tanda-tanda vital suhu tubuh, tekanan darah, nadi dan pernapasan
2. Pantau TIK dan respons neurologis pada pasien terhadap aktivitas keperawatan
3. Pantau tekanan perfusi serebral
4. Perhatikan perubahan pasien sebagai respons terhadap stimulus
1. Perhatikan parameter hemodinamika (misalnya, tekanan arteri sistemik) dalam rentang yang
dianjurkan
2. Berikan obat-obatan untuk meningkatkan volume intrvaskuler, sesuai progam
3. Induksi hipertensi untuk mempertahankan tekanan perfusi serebral, sesuai progam
4. Tinggikan bagian kepala tempat tidur 0 sampai 45 derajad, bergantung pada kondisi pasien dan
program dokter
1. Memperlihatkan mobilitas yang dibuktikan oleh indikator (sebutkan 1-5 gangguan ekstrem, berat,
ringan atau tidak mengalami gangguan)
Keseimbangan
Koordinasi
Performa posisi tubuh
Berjalan
Aktivitas keperawatan
1. Kaji kebutuhan terhadap bantuan pelayanan keehatan di rumah dan kebutuhan terhadap peralatan
pengobatan yang tahan lama
2. Ajarkan pasien tentang dan pantau penggunaan alat bantu mobilitas (misalnya, tongkat, walker,
kruk, atau kursi roda)
3. Ajarkan dan bantu pasien dalam proses perpindah ( mis, dari tempat tidur ke kursi)
1. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik/ okupasi jika diperlukan (mis, untuk memastikan ukuran dan
tipe kursi roda yang sesuai untuk pasien)
1. Ajarkan pasien dalam latihan untuk meningkatkan kekuatan tubuh bagian atas, jika diperlukan
2. Ajarkan bagaimana menggunakan kursi roda, jika diperlukan
3. Resiko trauma fisik berhubungan dengan kejang
1. Menunjukkan perilaku keamanan pribadi, yang dibuktikan oleh (sebutkan 1-5 tidak pernah,
jarang, kadang-kadang, sering, atau selalu) :
Interverensi NIC
Aktivitas keperawatan
1. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien berdasarkan tingkat fungsi fisik, kognitif dan riwayat
perilaku sebelumnya
2. Identifikasi bahaya keamanan di lingkungan (yaitu fisik, biologi dan kimia)
1. Ajarkan kepada pasien dan keluarga tentang tindakan keamanan spesifik terhadap area yang
beresiko
2. Berikan materi pendidikan kesehatan yang berhubungan dengan strategi pencegahan trauma
3. Berikan informasi tentang bahaya lingkungan dan ciri-cirinya
Aktivitas kolaboratif
1. Rujuk pada kelas pendidikan di komunitas (mis, RJP, pertolongan pertama, atau kelas renang)
2. Bantu pasien saat berpindah ke lingkungan yang lebih aman (mis, perujukan terhadap bantuan
tempat tinggal)
DAFTAR PUSTAKA
Kumar, V., Abbas, A., & Aster, J. (2015). Buku ajar aptologi Robbins. Singapore: Elsevier.
kumar, v., Abbas, A., & Aster, J. (2015). Buku ajar patoligi Robbins. Singapore: Elseveir.
Lestari, R., & Putra, A. E. (2017). Jurnal makah kedokteran Andalas. Sumatra: Fakultas Kedokteran Andalas.
Muttaqin, A. (2011). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem persyarafan. Jakarta: Salemba
Medika.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2016). Asuhan keperawatan praktis. Jogjakarta: Mediaction.
Rampengan, N. (2016). Jurnal Biomedik (JBM). Manado: Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi.
widagdo, w., suharyanto, t., & aryani, r. (2013). Asuhan Keperawatan Persyarafan. Jakarta: TIM.
Laboratorium UPF Ilmu Kesehatan Anak.1998. Pedoman Diagnosis dan Terapi Fakultas Kedokteran
UNAIR Surabaya.
Mansjoer,et al.2001. Kapita Selekta Kedokteran volume 1 edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius
Moorhead, dkk. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC), Fourth Edition. Amerika: Mosby