Definisi
akibat paralisis nervus fasial perifer yang terjadi secara akut di luar sistem
(Thamrinsyam,2020). Bell’s palsy adalah suatu kondisi dimana otot " otot
setengah wajah akan tampak terkulai dan tak bertenaga (Foster, 2008).
Charles Bell, dokter dari Skotlandia. Bell’s palsy sering terjadi setelah infeksi
virus atau setelah imunisasi, lebih sering terjadi pada wanita hamil dan
kasus. Berdasarkan temuan ini, paralisis fasial idiopatik sebagai nama lain
dari Bell’s palsy tidak tepat lagi dan mungkin lebih baik menggantinya
dengan istilah paralisis fasial herpes simpleks atau paralisis fasial herpetik.
(Widowati, 2000).
B. Etiologi
beberapa waktu terakhir ini telah diidentifikasi gen Herpes simpleks virus
Bell’s palsy, tetapi ada beberapa teori yang dihubungkan dengan etiologi
Herpes Simplex Virus (HSV), yang terjadi karena proses reaktivasi dari
3. Teori herediter
Bell’s palsy terjadi mungkin karena kanalis fasialis yang sempit pada
4. Teori imunologi
imunisasi.
C. Anatomi
4. Serabut somato-sensorik, rasa nyeri dan mungkin juga rasa suhu dan rasa
raba dari sebagian daerah kulit dan mukosa yang dipersarafi oleh nervus
trigeminus.
5. Nervus VII terutama terdiri dari saraf motorik yang mempersarafi seluruh
Wrisberg yang mengantarkan rasa kecap dari dua pertiga bagian lidah
VII dapat terkena bersama-sama oleh lesi vaskuler atau lesi infiltratif.
7. Lokasi cedera nervus fasialis pada Bell’s palsy adalah di bagian perifer
fasial (wajah).
D. Patofisiologi
Namun demikian dalam jarak waktu satu minggu atau lebih dapat terjadi
yang mempunyai bentuk seperti corong yang menyempit pada pintu keluar
Kelumpuhan pada Bell’s palsy akan terjadi bagian atas dan bawah
dari otot wajah seluruhnya lumpuh, sehingga kemungkinan terjadi: dahi tidak
dapat dikerutkan, fisura palpebra tidak dapat ditutup dan pada usaha untuk
memejam mata terlihatlah bola mata yang berbalik ke atas, sudut mulut tidak
bisa diangkat serta bibir tidak bisa dicucurkan dan platisma tidak bisa
digerakkan.
E. Pathway
F. Manifestasi Klinis
bangun tidur, menggosok gigi atau berkumur, minum atau berbicara. Setelah
Penderita tidak dapat bersiul atau meniup, apabila berkumur atau minum
maka air keluar melalui sisi mulut yang lumpuh. Selanjutnya gejala dan tanda
sehat, makananberkumpul di antar pipi dan gusi, dan sensasi dalam (deep
mata yang terkena tidak tertutup atau tidak dilindungi maka aur mata
2. Lesi di kanalis fasialis (melibatkan korda timpani) gejala dan tanda klinik
(2/3 bagian depan) dan salivasi di sisi yang terkena berkurang. Hilangnya
fasialis.
3. Lesi di kanalis fasialis lebih tinggi lagi (melibatkan muskulus stapedius)
gejala dan tandaklinik seperti pada (1), (2), ditambah dengan adanya
hiperakusis.
gejala dan tandaklinik seperti (1), (2), (3) disertai dengan nyeri di
belakang dan di dalam liang telinga. Kasus seperti ini dapat terjadi pasca
5. Lesi di daerah meatus akustikus interna gejala dan tanda klinik seperti
(1), (2), (3), (4),ditambah dengan tuli sebagi akibat dari terlibatnya
nervus akustikus.
6. Lesi di tempat keluarnya nervus fasialis dari pons. Gejala dan tanda
klinik sama dengan diatas, disertai gejala dan tanda terlibatnya nervus
gejala sisa Bell’s palsy, beberapa bulan pasca awitan, dengan manifestasi
klinik : air mata bercucuran dari mata yang terkena pada saat penderita
glandula lakrimalis.
G. Komplikasi
Kira - kira 30% pasien Bell’s palsy yang sembuh dengan gejala sisa
seperti fungsi motorik dan sensorik yang tidak sempurna, serta kelemahan
atau ageusia, spasme nervus fasialis yang kronik dan kelemahan saraf
H. Rehabilitasi Medis
medik adalah :
3. Melatih orang dengan sisa keadaan cacat badan untuk dapat hidup dan
dan efisien maka diperlukan tim rehabilitasi medik yang terdiri dari dokter,
terpadu dari segi medik, sosial dan kekaryaan, maka tujuan rehabilitasi medik
pada Bell’s palsy adalah untuk mengurangi atau mencegah paresis menjadi
1. Program Psikoterapi
a. Pemanasan :
microwave Diathermy
3) Stimulasi listrik
otot dan mempertahankan tonus otot. Setelah lewat fase akut diberi
area yaitu dagu, mulut, hidung dan dahi. Semua gerakan diarahkan
wajah. Latihan diberikan dalam bentuk aktivitas sehari - hari atau dalam
Penderita Bell’s palsy sering merasa malu dan menarik diri dari
kerja dan biaya. Petugas sosial medik dapat membantu mengatasi dengan
bahwa kerja sama penderita dengan petugas yang merawat sangat penting
4. Program Psikologik
sudut mulut yang sakit tidak jatuh. Dianjurkan agar plester diganti tiap 8
6. Home Progame
d. Perawatan mata
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Fisis
pemeriksaan fisik tetapi yang harus diteliti lebih lanjut adalah apakah ada
3. Pemeriksaan Radiologi
1. Pengkajian
pengkajian psikososial.
a. Anamnesis
Bila dahi dikerutkan, lipatan kulit dahinya hanya tampak pada sisi
maka pada sisi yang tidak sehat, kelopak mata tidak dapat menutupi
sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan
d. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
pada klien, yaitu timbul ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa
a. B1 (breathing)
b. B2 (Blood)
c. B3 (Brain)
1) Tingkat kesadaran
2) Fungsi serebri
Status mental : observasi penampilan klien dan tingkah lakunya,
sinkinetik.
persepsi
i) Saraf XII : lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi
4) Sistem motorik
5) Pemeriksaan refleks
normal.
6) Gerakan involunter
7) Sistem sensorik
kelainan.
e. B4 (Blader)
f. B5 (bowel)
berkurang.
g. B6 (Bone)
3. Penatalaksaan medis
diyakinkan bahwa keadaan yang tejadi bukan stroke dan pulih dengan
meminimalkan denervasi.
teratur untuk mencegah atropi otot. Hindari wajah terkena udara dingin.
K. Diagnosa Keperawatan
tubuh
makanan
informasi
DAFTAR PUSTAKA
http://musyrihah-megarezky.blogspot.com/2011/11/askep-bells-palsy.html
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : PPNI
Walton SJ. (1985). Disease of Nervous System, 9th ed. English ELBS
Widowati. (2000). Paralisis Bell Dalam: Harsono, ed. Aapita selekta neurologi;
Jogyakarta: Gadjah Mada University Press
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Gangguan Citra Citra Tubuh Promosi Citra Tubuh
Tubuh Observasi:
D.0083 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan
jam diharapkan citra tubuh meningkat. tahap perkembangan
Pengertian : Kriteria Hasil: Identifikasi perubahan citra tubuh yang
Perubahan Meningka Cukup Sedang Cukup Menuru mengakibatkan isolasi sosial
persepsi tentang t Meningk Menuru n Monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap
penampilan, at n diri sendiri
struktur dan 1 Verbalisasi perasaan negatif tentang perubahan tubuh Edukasi
fungsi fisik 1 2 3 4 5 Jelaskan pada keluarga tentang perawatan
individu 2 Verbalisasi kekhawatiran pada reaksi orang lain perubahan citra tubuh
1 2 3 4 5 Anjurkan menggunakan alat bantu
Memburu Cukup Sedan Cukup Membai (mis.wig,kosmetik)
k Membur g Membai k Anjurkan mengikuti kelompok pendukung
uk k Latih fungsi tubuh yang dimiliki
3 Melihat bagian tubuh Terapeutik:
1 2 3 4 5 Diskusikan perubahan tubuh dan
4 Menyentuh bagian tubuh fungsinya
1 2 3 4 5 Diskusikan perbedaan penampilan fisik
terhadap harga diri
Diskusikan cara mengembangkan harapan
citra tubuh secara realistis
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
D.0077 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 Observasi:
jam diharapkan tingkat nyeri menurun Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Pengertian : Kriteria Hasil: frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Pengalaman sensorik Memburu Cukup Sedang Cukup Membai Identifikasi skala nyeri
atau emosional yang k Membur Membai k Identifikasi respons nyeri non verbal
berkaitan dengan uk k Identifikasi faktor yang memperberat dan
kerusakan jaringan 1 Frekuensi nadi memperingan nyeri
aktual atau 1 2 3 4 5 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
fungsional, dengan 2 Pola nafas tentang nyeri
onset mendadak atau 1 2 3 4 5 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
lambat dan Meningka Cukup Sedan Cukup Menurun hidup
berintensitas ringan t Meningk g Menuru Monitor efek samping penggunaan analgetik
hingga berat yang at n Terapeutik:
berlangsung kurang 3 Keluhan nyeri Berikan teknik nonfarmakologi untuk
dari 3 bulan. 1 2 3 4 5 mengurangi rasa nyeri
4 Meringis Kontrol lingkungan yang memperberat
1 2 3 4 5 rasa nyeri
5 Gelisah Fasilitasi istirahat dan tidur
1 2 3 4 5 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
6 Kesulitan tidur dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
1 2 3 4 5 Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Ansietas Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas
D.0080 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 Observasi:
jam diharapkan tingkat ansietas menurun Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
Pengertian : Kriteria Hasil: Identifikasi kemampuan mengambil
Kondisi emosi dan Memburu Cukup Sedang Cukup Menuru keputusan
pengalaman subjektif k Membur Menuru n Monitor tanda-tanda ansietas
individu terhadap objek uk n Terapeutik:
yang tidak jelas dan 1 Konsentrasi Ciptakan suasana teraupetik untuk
spesifik akibat antisipasi 1 2 3 4 5 menumbuhkan kepercayaan
bahaya yang 2 Pola tidur Temani pasien untuk mengurangi
memungkinkan individu 1 2 3 4 5 kecemasan, jika memungkinkan
melakukan tindakan untuk Meningka Cukup Sedan Cukup Menurun Pahami situasi yang membuat ansietas
t Meningk g Menuru Dengarkan dengan penuh perhatian
menghadapi ancaman
at n Gunakan pendekatan yang tenang dan
3 Perilaku gelisah meyakinkan
1 2 3 4 5 Motivasi mengidentifikasi situasi yang
4 Verbalisasi kebingungan memicu kecemasan
Edukasi
1 2 3 4 5
Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
5 Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi
mungkin dialami
1 2 3 4 5
Informasikan secara faktual mengenai
6 Perilaku tegang
diagnosis, pengobatan, dan prognosis
1 2 3 4 5
Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien
Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
Latih teknik relaksasi
Diagnosa
Keperawatan
Perencanaan Keperawatan