Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sunat atau sirkumsisi adalah tindakan memotong atau menghilangkan sebagian atau
seluruh kulit penutup depan penis atau preputium. Dilakukan untuk membersihkan dari
berbagai kotoran penyebab penyakit yang mungkin melekat pada ujung penis yang masih ada
preputiumnya. Tujuan utama dari bersunat adalah membersihkan diri dari berbagai kotoran
serta penyebab penyakit yang mungkin melekat pada ujung penis yang masih ada kulit
preputiumnya. Ketika bersunat, sebagian preputium yang menutupi jalan ke luar urin dibuang
sehingga kemungkinan kotoran untuk menempel atau berkumpul di ujung penis jadi lebih
kecil.Ini karena penis lebih mudah dibersihkan, Terbukti penis laki-laki yang disunat lebih
higienis. Apa bila ada kejadian fimosis para dokter menyarankan akan tindakan sunat atau
khitan atau sirkumsisi untuk menghilangkan masalah fimosis secara permanen. Rekomendasi
ini diberikan terutama bila fimosis menimbulkan kesulitan buang air kecil atau peradangan di
kepala penis (balanitis) (Sumiardi 2011)
Fimosis yang bawaan sejak lahir (kongenital) merupakan kondisi dimana kulit yang
melingkupi kepala penis (glans penis) tidak bisa ditarik ke belakang untuk membuka seluruh
bagian kepala penis. Kulit yang melingkupi kepala penis tersebut juga dikenal dengan istilah
kulup, (prepuce/preputium/foreskin). Preputium terdiri dari dua lapis, bagian dalam dan luar,
sehingga dapat ditarik ke depan dan belakang pada batang penis. Pada fimosis, lapis bagian
dalam preputium melekat pada glans penis. Kadang kala perlekatan cukup luas sehingga
hanya bagian lubang untuk berkemih (meatus urethra externus) yang terbuka. Hal ini terjadi
pada penis yang belum disunat (disirkumsisi) atau telah disirkumsisi namun hasil
sirkumsisinya kurang baik (Dewan, 2010).

B. Tujuan penulisan
1.    Tujuan Umum
Dapat melakukan Asuhan Keperawatan Perioperatif : sirkumsisi pada pasien fimosis

2.     Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian Keperawatan Perioperatif: sirkumsisi pada pasien
fimosis

1
b. Dapat membuat diagnosa Keperawatan Perioperatif: sirkumsisi pada pasien
fimosis.
c. Dapat membuat perencanaan Keperawatan Perioperatif: sirkumsisi pada pasien
fimosis.
d.   Dapat melakukan implementasi Keperawatan Perioperatif: sirkumsisi pada pasien
fimosis
e.   Dapat melakukan evaluasi Keperawatan Perioperatif: sirkumsisi pada pasien
fimosis
f.   Dapat memahami tentang fimosis dan pembedahan sirkumsisi.

C. Manfaat Penulisan
Dalam penyusunan makalah  ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak. Adapun manfaat penyusunan itu diantaranya :
1. Berfungsi sebagai salah satu sumber informasi bagi pelajar dan atau mahasiswa yang
ingin memperdalam wawasan tentang asuhan keperawatan perioperatif : sirkumsisi pada
klien fimosis
2. Para pembaca dapat mengetahui lebih dalam tentang asuhan keperawatan perioperatif :
sirkumsisi pada klien fimosis.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi

B. Tinjauan Umum Fimosis

1. Defenisi Fimosis
Fimosis adalah keadaan dimana kulit penis (Preputium) melekat pada bagian kepala
(Glans) dan mengakibatkan tersumbatnya lubang saluran air seni, sehingga bayi dan anak jadi
kesulitan dan kesakitan saat kencing. (Andi Maryam, 2011).

Fimosis merupakan penyempitan atau perlengketan kulup penis sehingga kepala penis
tidak bisa terbuka sepenuhnya. Fimosis dapat menyebabkan penumpukan smegma (kotoran
hasil skresi kelenjar kulup/sebasea yang berisi sel epitel yang mengelupas yang ditemukan
dibawah preputium) penumpukan smegma tersebut dapat mendukung penyebaran bakteri.
Sebagian besar anak laki laki yang baru lahir memiliki fimosis fisiologis. Namun fimosis ini
akan menghilang sendiri setelah anak usia tiga tahun. Jika di usia enam atau tujuh tahun
fimosis masih ada sehingga menyebabkan masalah, maka dibutuhkan penanganan (Joel,
2010).

Sala satu pentingnya dilakukan sirkumsisi adalah untuk kebersihan/higenitas terutama


daerah kemaluan.

3
2. Etiologi

Fimosis pada bayi laki-laki yang baru lahir terjadi karena ruang di antara kulup dan
penis tidak berkembang dengan baik. Kondisi ini menyebabkan kulup menjadi melekat pada
kepala penis sehingga sulit ditarik ke arah pangkal. Penyebabnya bisa bawaan dari lahir, atau
didapat, misalnya karena infeksi atau benturan.

3. Patofisiologi
Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir karena terdapat adesi alamiah antara preputium
dengan glans penis. Hingga usia 3 - 4 tahun penis tumbuh dan berkembang dan debris yang dihasilkan oleh
epitel preputium (smegma) yang merupakan penumpukan produksi secret yang dihasilkan oleh kelenjar -
kelenjar di sekitar kepala penis. mengumpul didalam preputium dan perlahan - lahan memisahkan
preputium dari glans penis. Ereksi penis yang terjadi secara berkala membuat preputium
terdilatasi perlahan-lahan sehingga preputium menjadi retraktil (terbuka) dan dapat ditarik ke
proksimal.
Fimosis pada bayi laki – laki yang terjadi karena ruang di antara kulup dan penis tidak
berkembang dengan baik.Kondisi ini menyebabkan kulup menjadi melekat pada kepala penis,
sehingga sulit di tarik ke arah pangkal.Penyebabnya bisa bawaan dari lahir, atau didapat,
misalnya karena infeksi atau benturan.

4. Tanda Dan Gejala


a. Preputium tidak bisa ditarik ke belakang
b. Kadang – kadang keluhan dapat berupa ujung kemaluan menggembung saat mulai
buang air kecil yang kemudian menghilang setelah berkemih. Hal tersebut disebabkan
oleh karena urin yang keluar terlebih dahulu tertahan dalam ruang yang dibatasi oleh
kulit pada ujung penis sebelum keluar melalui muaranya yang sempit.
c. Sakit saat berkemih
d. Sulit kencing
e. Bisa juga di sertai demam
f. Iritasi pada penis
g. Pancaran kencing sedikit

4
5. Klasifikasi

a. Fimosis kongenital (fimosis fisiologis) timbul sejak lahir sebenarnya


merupakan kondisi normal pada anak-anak, bahkan sampai masa remaja.
Kulit preputium selalu melekat erat pada glans penis dan tidak dapat ditarik ke belakang pada
saat lahir, namun seiring bertambahnya usia serta diproduksinya hormon dan faktor
pertumbuhan, terjadi proses keratinisasi lapisan epitel dan deskuamasi antara glans penis dan
lapis bagian dalam preputium sehingga akhirnya kulit preputium terpisah dari glans penis.

Suatu penelitian mendapatkan bahwa hanya 4% bayi yang seluruh kulit preputiumnya


dapat ditarik ke belakang penis pada saat lahir, namun mencapai 90% pada saat usia 3 tahun
dan hanya 1% laki-laki berusia 17 tahun yang masih mengalami fimosis kongenital.
Walaupun demikian, penelitian lain mendapatkan hanya 20% dari 200 anak laki-laki berusia
5-13 tahun yang seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis.

b. Fimosis didapat (fimosis patologik, fimosis yang sebenarnya, true phimosis) timbul


kemudian setelah lahir. Hal ini berkaitan dengan kebersihan (higiene) alat kelamin yang
buruk , peradangan kronik glans penis dan kulit preputium ( balanoposthitis kronik ), atau
penarikan berlebihan kulit preputium ( forceful retraction ) pada fimosis kongenital yang
akan menyebabkan pembentukan jaringan ikat ( fibrosis) dekat bagian kulit preputium yang
membuka.

Fimosis kongenital seringkali menimbulkan fenomena ballooning yakni kulit


preputium mengembang saat berkemih karena desakan pancaran air seni tidak di imbangi
besarnya lubang di ujung preputium.

Fenomena ini akan hilang dengan sendirinya, dan tanpa adanya fimosis patologik, tidak
selalu menunjukkan adanya hambatan (obstruksi) air seni. Selama tidak terdapat hambatan
aliran air seni, buang air kecil berdarah (hematuria), atau nyeri preputium, fimosis bukan
merupakan kasus gawat darurat.

5
6. Pathway

Kongenital Peradangan / oedema

Tidak terjadi pemisahan 2 lapisan


kulit

Preputium tidak dapat ditarik dari glans penis

Preputium menjadi melekat pada glans penis

Forcefull retraction Sirkumsisi

Kongesti,pembengkakan Pre operasi Post operasi

Kurang Luka post operasi


Parafimosis ISK pengetahuan

Nyeri Gangguan Aliran urine sebagai


Ansietas jalan masuk kuman
eliminasi urine

Pembiusan Resiko infeksi


general
anestesi

Nyeri
Pengaruh Kerusakan
anestesi integritas kulit

Belum sadar
penuh

Resiko cedera

6
7. Komplikasi

a. Ketidaknyamanan / nyeri saat berkemih


b. Akumulasi sekret dan smegma di bawah preputium yang kemudian terkena infeksi
sekunder dan akhirnya terbentuk jaringan parut
c. Pada kasus yang berat dapat menimbulkan retensi urin
d. Penarikan preputium secara paksa dapat berakibat kontriksi dengan rasa nyeri dan
pembengkakan glans penis yang disebut parafimosis
e. Pembengkakan / radang pada ujung kemaluan yang disebut balanitis
f. Timbul infeksi pada saluran air seni (ureter) kiri dan kanan, kemudian menimbulkan
kerusakan pada ginjal
g. Fimosis merupakan salah satu faktor resiko terjadinya kanker penis

8. Penatalaksanaan

Ada tiga cara untuk mengatasi fimosis yaitu:

a) Sunat

Banyak dokter yang menyarankan sunat untuk menghilangkan masalah fimosis secara
permanen. Rekomendasi ini diberikan terutama bila fimosis menimbulkan kesulitan buang air
kecil atau peradangan di kepala penis (balanitis). Sunat dapat dilakukan dengan anestesi
umum ataupun local.

b) Obat

Terapi obat dapat diberikan dengan salep yang meningkatkan elastisitas kulup.
Pemberian salep kortikosteroid (0,05 - 0,1%) dua kali sehari selama 20-30 hari, harus
dilakukan secara teratur dalam jangka waktu tertentu agar efektif.

c) Peregangan

Terapi peregangan dilakukan dengan peregangan bertahap kulup yang dilakukan


setelah mandi air hangat selama lima sampai sepuluh menit setiap hari. Peregangan ini harus
dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari luka yang menyebabkan pembentukan parut.

Fimosis kongenital seyogianya dibiarkan saja, kecuali bila terdapat alasan agama dan
atau sosial untuk disirkumsisi. Hanya diperlukan penjelasan dan pengertian mengenai fimosis
kongenital yang memang normal dan lazim terjadi pada masa kanak-kanak serta menjaga

7
kebersihan alat kelamin dengan secara rutin membersihkannya tanpa penarikan
kulit preputium secara berlebihan ke belakang batang penis dan mengembalikan kembali
kulit preputium ke depan batang penis setiap selesai membersihkan.

Upaya untuk membersihkan alat kelamin dengan menarik kulit preputium secara


berlebihan ke belakang sangat berbahaya karena dapat menyebabkan luka, fimosis didapat,
bahkan parafimosis. Seiring dengan berjalannya waktu, perlekatan antara lapis bagian dalam
kulit preputium dan glans penis akan lepas dengan sendirinya.

Walaupun demikian, jika fimosis menyebabkan hambatan aliran air seni,


diperlukan tindakan sirkumsisi (membuang sebagian atau seluruh bagian kulit preputium)
atau teknik bedah plastik lainnya seperti preputioplasty (memperlebar bukaan
kulit preputium tanpa memotongnya).Indikasi medis utama dilakukannya tindakan sirkumsisi
pada anak-anak adalah fimosis patologik.

Penggunaan krim steroid topikal yang dioleskan pada kulit preputium 1 atau 2 kali
sehari, selama 4-6 minggu, juga efektif dalam tatalaksana fimosis. Namun jika fimosis telah
membaik, kebersihan alat kelamin tetap dijaga, kulit preputium harus ditarik dan
dikembalikan lagi ke posisi semula pada saat mandi dan setelah berkemih untuk mencegah
kekambuhan fimosis.    

9. Asuhan keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan
1) Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, tanggal atau jam masuk rumah sakit,
nomor register, diagnosa, nama orang tua, alamat, umur pendidikan, pekerjaan,
pekerjaan orang tua, agama dan suku bangsa.
2) Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluh sakit saat BAK dan penis klien membesar dan menggelembung saat
BAK. Sifat keluhan nyeri dirasakan saat BAK, dapat hilang atau timbul nyeri dalam
waktu yang lama.
3) Riwayat penyakit dahulu
Meliputi penyakit apa yang pernah diderita oleh klien seperti batuk dll, apakah klien
pernah masuk rumah sakit, obat-obatan yang pernah digunakan, apakah mempunyai
riwayat alergi dan imunisasi apa yang pernah diderita.

8
4) Riwayat penyakit keluarga
Adakah anggota keluarga yang pernah menderita penyakit seperti yang dialami klien.

✓ Pengkajian Pre Operasi

a. Pengkajian yang dilakukan pada pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan


kesehatan adalah kebiasaan olahraga pada pasien, kemudian tentang diit, Hal
lain yang perlu dikaji adalah mengenai riwayat kesehatan klien tentang penyakit
fimosis dll.
b. Pengkajian mengenai pola nutrisi metabolik pada klien adalah mengenai berat
badan klien apakah mengalami obesitas atau tidak. Selain itu juga perlu dikaji
apakah klien mengalami anemia atau tidak.
c. Pengkajian pola aktivitas dan latihan pada klien mengenai kurangnya aktivitas
dan kurangnya olahraga pada klien.
d. Pengkajian pola persepsi kognitif yang perlu dikaji adalah keluhan nyeri
e. Pengkajian pola tidur dan istirahat adalah apakah klien mengalami gangguan
pola tidur karena nyeri atau tidak.
f. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap nyeri. Koping yang digunakan
dan alternatif pemecahan masalah

✓ Pengkajian Post Operasi

a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan adalah pengkajian


mengenai keadaan lingkungan yang tenang (nyaman), pengkajian mengenai
pengetahuan tentang perawatan pre operasi. Selain itu juga penting dilakukan
pengkajian mengenai harapan klien setelah operasi.
b. Pengkajian pola nutrisi metabolik setelah operasi adalah mengenai kepatuhan
klien dalam menjalani diit setelah operasi.
c. Pengkajian pola aktivitas dan latihan yang penting adalah mengenai aktivitas
klien yang dapat menimbulkan nyeri, pengkajian keadaan kelemahan yang
dialami klien.
d. Pengkajian pola tidur dan istirahat adalah mengenai gangguan tidur yang
dialami klien akibat nyeri.

9
e. Pengkajian pola persepsi kognitif adalah mengenai tindakan yang dilakukan
klien bila timbul nyeri.
f. Pengkajian pola persepsi dan konsep diri klien adalah kecemasan yang dialami
klien setelah operasi.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Pre operasi
Ansietas berhubungan dengan tindakan pebedahan
2. Intra Operasi
Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan dan invasive
3. Post operasi
Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (luka insisi post operasi sirkumsisi)

3. Anailsa data

No Asuhan Perioperatif Analisa Diagnosa keperawatan


1. SIGN IN Fimosis Ansietas

Pre operasi

Kurang pengetahuan

Ansietas
2. TIME OUT Fimosis Resiko infeksi

Pembedahan invasive

Terpapar udara luar

Resiko infeksi
3. SIGN OUT Pembedahan invasive Resiko cedera jatuh

Pembiusan

10
General anestesia

Pengaruh sisa anestesi

Belum sadar penuh

Resiko cedera / jatuh

4. Intervensi keperawatan
❖PRE OP
 Ansietas berhubungan dengan tindakan pembedahan
a. Tujuan : Kecemasan klien berkurang
b. Kriteria hasil : Klien mengatakan cemasnya berkurang, klien tampak rileks
c. Tindakan :
 Kaji tingkat ansietas, catat verbal dan non verbal pasien
Rasional : Kecemasan dapat terjadi karena nyeri hebat, penting pada
prosedur diagnostik dan pembedahan.
 Monitor tanda tanda vital
Rasional : Tanda-tanda vital merupakan salah satu respon tubuh dalam
menghadapi kecemasan
 Jelaskan dan persiapkan untuk tindakan prosedur sebelum dilakukan
Rasional : Penjelasan prosedur dapat meringankan ansietas terutama
ketika pemeriksaan tersebut melibatkan pembedahan.
 Jadwalkan istirahat adekuat dan periode menghentikan tidur.
Rasional : Membatasi kelemahan, menghemat energi dan meningkatkan
kemampuan koping.
 Anjurkan keluarga untuk menemani disamping klien
Rasional : Mengurangi kecemasan klien

11
❖INTRA OP
1. Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (insisi post pembedahan).
a. Tujuan : Tidak ada infeksi
b. Kriteria hasil : Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi, menunjukkan
kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi, Nilai leukosit (4,5-11 ribu/µl )
c. Tindakan :
 Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan
setelah berkunjung meninggalkan pasien.
Rasional : Dengan mencuci tangan dapat meminimalisasi penyebaran
sekunder kuman infeksi.
 Berikan perawatan pada kulit daerah post operasi dengan
mempertahankan teknik aseptic.
Rasional : Dengan dilakukannya perawatan luka prinsip steril dapat
mencegah terjadinya risiko atau pajanan dari bakteri pathogen.
 Edukasi pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
Rasional : Hangat, kemerahan adalah tanda dini gejala infeksi. Maka
pasien dan keluarga haruslah berhati – hati dalam melakukan perawatan
luka di rumah agar tidak terjadi risiko infeksi pada luka post operasi.
 Kolaborasi tim medis dalam pemberian antibiotik
Rasional : Dengan memberikan terapi sesuai dengan prosedur diharapkan
resiko infeksi menurun atau tidak terjadi infeksi.

❖POST OPERASI
 Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (luka insisi post sirkumsisi).
a. Tujuan : Nyeri berkurang
b. Kriteria hasil : Melaporkan nyeri terkontrol, tampak rileks dan mampu istirahat
dengan tepat
c. Tindakan :
 Dorong pasien untuk melaporkan nyeri
Rasional: Mencoba untuk mentoleransi nyeri dari pada meminta bantuan

12
 Catat petunjuk non-verbal mislanya gelisah, menolak untuk bergerak.
Rasional : Bahasa tubuh / non-verbal dapat secara psikologis dan fisiologi
dapat digunakan sebagi petunjuk verbal untuk mengidentifikasi nyeri.
 Kaji skala nyeri, catat lokasi, karakteristik ( skala1-10 ) selidiki daam
laporkan perubahan nyeri yang tepat
Rasional : Berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan
penyembuhan.
 Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam. Rasional :untuk mengurangi rasa
nyeri. Beri posisi tidur yang nyaman.
Rasional : untuk meningkatkan rasa nyaman.
 Kolaborasi pemberian analgetic
Rasional: Dengan memberikan terapi sesuai dengan prosedur diharapkan
rasa nyeri, klien berkurang/hilang

BAB III

13
PEMBAHASAN KASUS

A. Persiapan Operasi (SIGN IN)


1) Pre Operatif SIGN IN (18.00)
Konfirmasi/Verifikasi identitas pasien dengan mengecek gelang identitas pasien
Nama lengkap : An. R
Tanggal lahir : 04/09/2014
Jenis kelamin : Laki - laki
Diagnosa : Fimosis
Rencana tindakan : Sirkumsisi
No RM : 01017637
Inform consent : Ada
Nama operator : dr. Bagus
Riwayat alergi : tidak ada
Riwayat asma : tidak ada
Resiko kesulitan jalan nafas : tidak ada
Resiko terjadinya perdarahan : tidak ada
Puasa jam : 11.00 WIB
Penanggumg jawab
Nama : Tn. N
Umur : 43 Tahun
Hubungan : Orang tua

SIGN IN (Tanggal 16 -04- 2019 Jam 18.00)


Konfirmasi/verifikasi identitas (nama lengkap, tanggal lahir dan cek gelang identitas
pasien)
Nama operasi : Sirkumsisi
Lokasi operasi : Penis
Informen consent : (+)
Nama operator : dr. Bagus
Menandai daerah operasi : (+)
Alergi (-), asma (-)
Puasa : (+) jam 11.00 WIB

14
Jam Sign In : 18.00
2) Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Pasien mengeluh  nyeri saat buang air kecil
P : Nyeri timbul saat buang air kecil
Q : Seperti di tusuk - tusuk
R : Penis
S : Skala nyeri 4 (1-10)
T : Saat buang air kecil
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluh sakit saat BAK dan penis klien membesar dan
menggelembung saat BAK.
3. Riwayat penyakit dahulu
Pasien belum pernah menjalani sirkumsisi
4. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan tidak ada keluarganya yang mengalami penyakit yang
diderita pasien.

3) Pemeriksaan Penunjang
1 Data laboratorim tanggal 12-04-2019
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Normal
Darah
Hb 11.3 g/dl 10,7-14,7
Leukosit 9,95 103/ul 5.00 - 14.50
HT 32 % 31-43
Trombosit 486 103/ul 217 - 491
Eritrosit 3.99 106/ul 3.70 – 5.70
MCV/VER 79 fL 72-88
MCH/HER 28 pg 23-31
MCHC/KHER 36 g/dL 32-36
FAAL HEMOSTASIS
       Masa pendarahan (IVY) 2.30 Menit 1.00 - 3.00
Masa pembekuan 4.00 Menit 4.00 - 6.00

15
4) Pengkajian Pre Operasi
 Kesadaran :Compos Mentis
 Status psikososial :Cemas
 Tanda-tanda vital :
TD :-
Nadi : 100 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
 Diagnosa keperawatan yang muncul
1) Ansietas berhubungan dengan tindakan pembedahan
Tujuan : Ansietas pasien berkurang/ menunjukkan pegendalian diri terhadap
ansietas setelah dilakukan tindakan
Intervensi:
 Kaji tingkat kecemasan pasien
 Observasi tanda-tanda vital sign
 Jelaskan tindakan pembedahan yang akan dilakukan

B. Intra Operatif
 Persiapan diri
a. Rambut telah tertutup atau APD lengkap (topi, masker, kaca mata, apron, sepatu
khusus yang tertutup)
b. Kuku jari tangan pendek, bersih dan bebas dari cat kuku
c. Cincin dan jam tangan telah dilepaskan, gulung lengan baju 10 cm diatas siku
d. Tidak ada luka dikulit
e. Menggunakan larutan clorhexidine 4%

 Persiapan alat
Tempat cuci tangan yang cukup dalam dan lebar untuk mencegah percikan air keluar
dari area cuci tangan

a. air mengalir yang memenuhi syarat (Reserve Osmosis) yang dikendalikan


dengan kaki
b. T-scrub / sponge sikat

16
c. Tempat sampah

 Prosedur kerja
a. Lepas perhiasan, kulit tidak terluka, gulung lengan baju 10 cm diatas siku
b. Buka t-scrub sedikit
c. Buka kran air dengan lutut atau kaki
d. Basahi tangan dan lengan sampai 5 cm diatas siku dibawah air mengalir
e. Membersihkan kuku dengan menggunakan pembersih kuku dibawah air
mengalir, kemudian buang pembersih kuku dan bilas
f. Ambil sikat dan spon yang mengandung clorhexidin gluconat 4%
g. Peras spon dan sikat sampai berbusa
h. Lumuri dan menggosok seluruh permukaan tangan dan lengan kanan dari ujung
jari sampai 5 cm diatas siku dengan clorhexsidin 4% menggunakan telapak
tangan kiri secara memutar
i. Lumuri dan menggosok seluruh permukaan tangan dan lengan kiri dari ujung
jari sampai 5 cm diatas siku menggunakan telapak tangan kanan secara memutar
j. Sikat kuku jari pada masing-masing tangan selama 1 menit kea rah luar
k. Buang sikatnya, dan bilas dibawah air mengalir sampai bersih
l. Lumuri kembali tangan sampai 3 / 4 lengan, gunakan spon untuk membersihkan
tangan kiri dan kanan
m. Mulailah menggosok telapak tangan selama 15 detik, punggung tangan 15 detik,
kemudian seluruh jari secara berurutan. Setiap jari digosok seolah mempunyai 4
sisi, masing-masing tangan 1 menit lalu membuang spon kemudian dibilas
dibawah air mengalir sampai bersih
n. Lumuri kembali dengan clorhexidin 4% hanya pada tangan sampai pergelangan,
gosok tangan seperti cuci tangan procedural selama 1 menit untuk kedua tangan
(masing-masing tangan 30 detik), kemudian bilas dibawah air mengalir
o. Biarkan air mengalir dari arah tangan sampai ke siku, untuk mencegah
kontaminasi
p. Pertahankan posisi tangan agar lebih tinggi atau sejajar dengan bahu
q. Mempertahankan posisi tangan saat menuju kamar operasi
r. Gunakan punggung untuk membuka kamar bedah

 Prosedur Drapping

17
Perawat instrument membawa lipatan laken operasi bawah ke meja operasi,
dengan berdiri jauh dari meja, satu tangan dari asisten dan operator membentangkan
laken di atas pasien sehingga LOB langsung berada didaerah kulit yang telah
dipersiapkan. Kemudian perawat instrument membawa lipatan laken operasi atas ke
meja operasi, dengan berdiri jauh dari meja, satu tangan dari asisten dan operator
membentangkan laken di atas pasien sehingga LOA langsung berada didaerah kulit
yang telah dipersiapkan dan bentangkan di atas anestesi, perhatikan bahwa tangan
yang menyentuh daerah yang tidak steril terlindung dalam lipatan kain dan laken
dirapihkan dengan tangan lain. Berikan doek kecil pada operator dan asisten
kemudian pakailah doek klem/towel klem pada bagian/ sudut-sudut untuk
membatasi daerah yang akan dioperasi untuk fiksasi area sekitar sayatan.

 Persiapan pasien
 Pasien sudah teranestesi
 Posisi pasien supine

 Persiapan alat dan bahan operasi dalam keadaan steril


- Duke lubang
- Alat set sirkumsisi anak :
1) Sponge holding forcep :1
2) Bowl :1
3) Towell clams/towel clip :2
4) Tissue forcep :2
5) Dressing forcep :2
6) Masquito bengkok :3
7) Masquito lurus :1
8) Mayo dissecting scissor :1
9) Mayo lexer scissor :1
10) Jarum atromatik :1
11) Needle holder :1

BHP :

1) Handscon no. 7 :2
18
2) Iodin povidone 75 ml : 1 botol
3) Kassa biasa : 10
4) T-scrub :2
5) Wrapping paper kecil :1
6) Plain Gut 4-0 C :1
7) aqua :1
8) spuit 1 cc :1
9) alcohol : 1 botol

 Time out (18.25)


Konfirmasi anggota tim operasi lengkap
Tanggal operasi : 16/04/2019
Nama pasien : An. R
Tanggal lahir : 04/09/2014
Diagnosa pre operasi : Fimosis
Rencana tindakan operasi : Sirkumsisi
Operator : dr. Bagus
Asisten operator : Didi
Perawat instrument : Doni
Dokter anestesi : dr. Bagus
Perawat anestesi : Nunah
Perawat sirkuler : Lidia
Jam mulai operasi : 18.25 dengan membaca doa
Apakah antibiotic propilaksis sudah diberikan dalam 60 menit sebelum operasi :
Tidak diberikan

Tahapan Operasi :
 Desinfeksi area operasi dengan gerakan melingkar
 Melakukan drapping
 Memberikan lidocain pada spuit 1 cc untuk bius

 Suntik jarum tegak lurus pada pangkal penis sampai menembus fasia buch (sensasi
menembus kertas)
 Membuka dan membebaskan adesi preputium menggunakan mosquito

19
 Lalu memberikan mosquito bengkok untuk menjepit preputium di arah jam 6 dan 12
 Kemudian berikan masquito lurus untuk memberi batas pemotongan
 Berikan surgipen pada operator untuk memotong preputium
 Kemudian jahit dengan plain gut 4/0 bersamaan dengan tissue forcep untuk jahit tepi
luka satu persatu sampai semua terjahit
 Setelah semua terjahit bersihkan dengan iodine povidone
 Melakukan dressing
 Pengkajian Intra Operasi (18.25)
 Tanda-tanda vital:
TD :-
Nadi : 100 x/menit
Pernafasan : 20x/menit
SPO2 :100%

 Diagnosa keperawatan yang muncul


1) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
Tujuan : Tidak terjadi infeksi
Intervensi :
 Kaji faktor-faktor yang beresiko menyebabkab infeksi
 Pertahankan teknik aseptic dan antiseptik
 Pastikan kadaluarsa alat dan bahan sebelum digunakan
 Pastikan operator, asisten dan perawat instrument melakukan scrubbing,
gowning dan gloving sesuai prosedur
 Siapkan lokasi operasi menurut prosedur khusus
 Tutup luka operasi dengan pembalut steril.

C. Post Operasi (SIGN OUT)


1. Pengkajian post operasi (18.55)
2. Tanda-tanda vital
TD :-
Nadi : 100 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 360C

20
Turgor kulit pasien : elastis
- Intake :
cairan infuse : - , Darah : -
- Output :
Urine : cateter tidak dipasang, perdarahan : -
- Konfirmasi secara verbal tindakan yang dilakukan : Sirkumsisi
- Instrument dan kassa lengkap
- Nama jaringan : Preputium

Diagnosa keperawatan yang muncul:


1) Resiko cidera berhubungan dengan efek obat anestesi
Tujuan : pasien aman selama dan setelah pembedahan
Intervensi :
 Kaji faktor yang dapat menyebabkan terjadinya cedera
 Atur posisi pasien diatas brankar
 Pasang pengaman brankar pasien
 Pantau pasien selama di ruang RR

21
ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF
Tanggal operasi : 16/04/2019 Operator : Dr. Bagus
Jam Mulai Operasi : 18.25 Assisten Operator : Didi
Jam Selesai Operasi : 18.55 Perawat Instrumen : Doni
Sifat Operasi : Elektif Dokter Anestesi : Dr. Bgus
Jenis Anestesi : General anestesi Perawat Anestesi : Nunah
Diagnosa Pre Operasi : Fimosis Perawat Sirkuler : Lidia
Tindakan Operasi : Sirkumsisi
No Pengkajian pre operasi Diagnosa Tujuan Implementasi Evaluasi
Jam Sign In : 18.00 Keperawatan
1 - DS : Pasien mengatakan 1. Ansietas  Ansietas pasien 1. Kaji tingkat kecemasan Setelah dilakukan asuhan
takut dilalukan operasi berhubungan berkurang/menun pasien keperawatan
dengan jukkan 2. Observasi tanda-tanda vital S : Pasien mengatakan siap
- DO : pasien tampak tindakan pengendalian diri 3. Jelaskan tindakan dilakukan operasi
cemas dan bertanya-tanya pembedahan terhadap ansietas pembedahan yang akan di O : Wajah pasien tampak
tentang prosedur selama setelah diberikan lakukan tenang dan mampu
dilakukan operasi penjelasan oleh mengontrol kecemasan
Ttv : dokter tentang A : Masalah teratasi
TD : - tindakan P : Stop Intervensi
N : 100 x/mnt pembedahan
RR : 20 x/mnt

22
Kes : Compos mentis
- Puasa jam 11.00 WIB

No Pengkajian Intra operasi. Diagnosa Tujuan Implementasi Evaluasi


Jam Time out : 18.25 Keperawatan
DS : - 1. Resiko infeksi  Tidak terjadi 1. Kaji faktor-faktor yang S:-
DO : berhubungan infeksi beresiko menyebabkan O:
- Os tampak dipindahkan dengan infeksi - Pasien disiapkan posisi
ke meja operasi prosedur 2. Pertahankan teknik aseptik supine
- Os tampak dilakukan invasive dan antiseptik - Tekhnik asntiseptik dan
tekhnik aseptic dan 3. Pastikan kadaluarsa alat dan aseptik dilakukan dan
antiseptic bahan sebelum digunakan selalu dipertahankan
- Tampak Indikator 4. Pastikan operator, asisten, - Instrumen dan bahan
eksternal dan internal dan perawat instrumen dalam keadaan steril.
pada instrument, bahan melakukan scrubing, Indikator steril (+)
dan laken gowning, dan gloving sesuai - Operasi dilakukan
- Os dilakuan pembiusan prosedur sesuai prosedur
oleh ahli anestesi 5. Siapkan lokasi operasi - Area luka operasi selalu
Tanda – tanda vital : menurut prosedur khusus dibersihkan
TD : - 6. Tutup luka operasi dengan - Pasien tampak dalam
N : 100 x/mnt pembalut yang steril keadaan terbius
RR : 20 x/mnt A : masalah teratasi
Suhu : 36°C sebagian
SPO2 : 100 % P : intervensi dilanjutakan

No Pengkajian Post operasi. Diagnosa Tujuan Implementasi Evaluasi


Jam Sign Out 18.55 Keperawatan

23
DS : - 1. Resiko  Pasien aman 1. Kaji faktor-faktor yang S:-
DO : cidera / jatuh setelah menyebabkan terjadinya O:
- Pasien telah selesai berhubungan pembedahan cedera - Pasien tampak masih
dilakukan operasi dengan efek 2. Siapkan peralatan dan dalam pengaruh
- Tempat tidur pasien pembiusan bantalan dan posisi yang anestesi
dalam keadaan stabil (geberal dibutuhkan sesuai - Roda kereta pasien
- Tempat tidur pasien anestesi) prosedur operasi atau tempat tidur
ada pengaman brankar 3. Stabilkan kereta pasein dalam keadaan
- Pasien dipindahkan ke maupun tempat tidur terkunci
tempat tidursetelah pada aktu pemindahan - Pengaman tempat tidur
dilakukan operasi pasien terpasang
- Tanda – tanda vital 4. Pasang pengaman tempat - Pemidahan pasien
TD : - tidur dalam pengawasan
N : 100 x/mnt 5. Kolaborasi peribahan ahli anestesi
RR : 20 x/mnt posisi pada ahli anestesi A : Resiko jatuh / cedera di
- Intake output dan/atau dokter bedah cegah
Intake : sesuai kebutuhan P : lanjutkan intervensi di
Cairan infus : - ruang RR / Pulih sadar
Output
Perdarahan : -

24
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sunat atau atau sirkumsisi adalah tindakan memotong atau menghilangkan
sebagian atau seluruh kulit penutup depan penis atau preputium. Dilakukan untuk
membersihkan dari berbagai kotoran penyebab penyakit yang mungkin melekat pada
ujung penis yang masih ada preputiumnya. Tujuan utama dari bersunat adalah
membersihkan diri dari berbagai kotoran serta penyebab penyakit yang mungkin
melekat pada ujung penis yang masih ada kulit preputiumnya.

B. Saran
- Untuk peserta pelatihan
Sebagai dasar acuan untuk belajar dan mengetahui tindakan operasi sirkumsisi
yang akan dilakukan sebelum menjadi perawat scrub nurse dan melakukan
asuhan perioperatif pada pasien fimosis
- Untuk tenaga kesehatan
Sebagai referensi perawat atau tenaga kesehatan yang akan melakukan asuhan
perioperatif pada pasien fimosis.
- Untuk pengembangan didiklat
Lebih memberikan fasilitas sumber referensi buku untuk para peserta
pelatihan agar mendapatkan pengetahuan tentang asuhan perioperatif dan
penyakit yang berkaitan dengan kasus yang akan di kaji.

Sebagai sumber referensi bagi para peserta pelatihan yang akan melakukan
asuhan perioperatif pada pasien fimosis dengan tindakan sirkumsisi.

25
DAFTAR PUSTAKA

Behirman, Richard E. 2010. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Jakarta : EGC
Ngastiyah. 2011. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC
Nur, M. F.2010.Catatan Kuliah Bedah Anak.. Jakarta : EGC
Purnomo, Basuki B.2012. Dasar – Dasar Urologi. Jakarta : CV. Info Medika
Bagus. 2012. “Askep Fimosis”.http://ammeonna.blogspot.com/2011/05/asuhan-keperawatan-
pada-anak-fimosis.html.

26

Anda mungkin juga menyukai