Anda di halaman 1dari 33

KONSEP LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN

KEPERAWATAN PADA PENYAKIT POLIO

OLEH :

SANG AYU NYOMAN SUDIANTARI


(P07120018 154)

TINGKAT 3.4

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN DIII KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2020

1
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu

Puji syukur mari kita panjatkan atas kehadirat Ida Sang Hyang Widhi
Wasa. Karena rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Konsep Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Polio”.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah II.

Kami menyadari betul bahwa baik isi maupun penyajian makalah ini
masih jauh dari sempurna, untuk itu kami meminta kritik dan saran sebagai
penyempurnaan makalah ini, sehingga dikemudian hari makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua mahasiswa.

Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kontribusi dalam penyusunan pembuatan makalah ini.

Om Shanti, Shanti, Shanti Om

Denpasar, 3 Agustus 2020

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................... 2

Daftar Isi................................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...................................................................................... 4


1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................... 5
1.4 Manfaat................................................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi.................................................................................................. 6
2.2 Etiologi.................................................................................................. 6
2.3 Tanda Gejala......................................................................................... 7
2.4 Patofisiologi.......................................................................................... 8
2.5 Klasifikasi............................................................................................. 9
2.6 Pemeriksaan Penunjang……………………………………………… 10
2.7 Penatalaksanaan……………………………………………………… 10
2.8 Pencegahan...........................................................................................11
2.9 Komplikasi............................................................................................12
2.10 Konsep Asuhan Keperawatan..............................................................13
2.11 Asuhan Keperawatan...........................................................................20

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan...............................................................................................35
3.2 Saran.....................................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Polio adalah penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh
virus.Polio menyerang sistem saraf, dan dapat menyebabkan kelumpuhan
total dalamhitungan jam. Virus ini memasuki tubuh melalui mulut dan
berkembang biak dalam usus. Gejala awal adalah demam, kelelahan, sakit
kepala, muntah,kekakuan pada leher dan nyeri pada anggota badan. Satu dari
200 infeksimenyebabkan kelumpuhan ireversibel (biasanya di kaki). Di antara
mereka yanglumpuh, 5% sampai 10% meninggal ketika otot pernapasan
mereka lumpuh.(http:// www. Litbang. Depkes.go.id).
Di Indonesia banyak dijumpai penyakit polio terlebih pada anak-anak
halini disebabkan oleh asupan gizi yang kurang. Disamping asupan gizi juga
dapatdipengaruhi oleh faktor keturunan dari orang tua, apalagi dengan
kondisi di negeriini yang masih banyak dijumpai keluarga kurang mampu
sehingga kebutuhan gizianaknya kurang mendapat perhatian.
Peran serta pemerintah disini sangat diharapkan untuk membantu dalam
menangani masalah gizi buruk yang masih banyak ditemui khususnya di
daerah terpencil atau yang jauh dari fasilitas pemerintah, sehingga sulit
terjangkau oleh masyarakat pinggiran.Kalau hal ini tidak mendapat perhatian,
maka akan lebih banyak lagi anak-anak Indonesia yang menderita penyakit
polio.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep dari penyakit Poliomyelitis?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan dari penyakit Poliomyelitis ?
3. Bagaimana asuhan keperawatan dari penyakit Poliomyelitis?

4
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
1. Menjelaskan konsep dari penyakit Poliomyelitis.
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan dari penyakit Poliomyelitis
3. Menjelaskan asuhan keperawatan dari penyakitPoliomyelitis.
1.3.1. Tujuan Khusus
1. Menjelaskan definisi Poliomyelitis.
2. Menjelaskan klasifikasi Poliomyelitis.
3. Menjelaskan epidemologi Poliomyelitis.
4. Menjelaskan etiologi Poliomyelitis
5. Menjelaskan patofisiologi Poliomyelitis.
6. Menjelaskan manifestasi klinis Poliomyelitis.
7. Menjelaskan pemeriksaan diagnostic Poliomyelitis.
8. Menjelaskan penatalaksanaan Poliomyelitis.
9. Menjelaskan komplikasi Poliomyelitis.
10. Menjelaskan penularan Poliomyelitis.
11. Menjelaskan pencegahan Poliomyelitis.

1.4. Manfaat
1. Menambah pengetahuan mahasiswa tentang konsep teori dan
asuhankeperawatan pada pasien dengan Poliomyelitis.

5
BAB II

PEMBAHASAN

LAPORAN PENDAHULUAN

2.1. Definisi
Polio, kependekan dari poliomyelitis, adalah penyakit yang dapat
merusak sistem saraf dan menyebabkan paralysis. Penyakit ini paling sering
terjadi pada anak-anak di bawah umur 2 tahun. Infeksi virus ini mulai timbul
seperti demam yang disertai panas, muntah dan sakit otot. Kadang-kadang
hanya satu atau beberapa tanda tersebut, namun sering kali sebagian tubuh
menjadi lemah danlumpuh (paralisis). Kelumpuhan ini paling sering terjadi
pada salah satu atau kedua kaki. Lambat laun, anggota gerak yang lumpuh ini
menjadi kecil dan tidak tumbuh secepat anggota gerak yang lain.
Poliomielitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus
dengan predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang
dan intimotorik batang otak, dan akibat kerusakan bagian susunan syaraf
tersebut akanterjadi kelumpuhan serta autropi otot. Poliomielitis atau polio,
adalah penyakit paralysis atau lumpuh yangdisebabkan oleh virus. Agen
pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk
ketubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki
aliran darah dan mengalir kesistem saraf pusat menyebabkan melemahnya
otot dan kadang kelumpuhan (paralysis).

2.2. Etiologi
Penyebab poliomyelitis Family Pecornavirus dan Genus virus, dibagi 3 yaitu :
1. Brunhilde
2. Lansing
3. Leon ; Dapat hidup berbulan-bulan didalam air, mati dengan
pengeringan /oksidan. Masa inkubasi : 7-10-35 hari.
Klasifikasi virus :
Golongan: Golongan IV ((+)ssRNA)
Familia: Picornaviridae
Genus: Enterovirus
Spesies: Poliovirus
Secara serologi virus polio dibagi menjadi 3 tipe, yaitu:
- Tipe I Brunhilde
- Tipe II Lansing dan
- Tipe III Leoninya

6
Tipe I yang paling sering menimbulkan epidemi yang luas dan ganas,
tipe II kadang-kadang menyebabkan wajah yang sporadic sedang tipe
III menyebabkan epidemic ringan. Di Negara tropis dan sub tropis
kebanyakkan disebabkan oleh tipe II dan III dan virus ini tidak
menimbulkan imunitas silang.

Penularan virus terjadi melalui :

1. Secara langsung dari orang ke orang


2. Melalui tinja penderita
3. Melalui percikan ludah penderita

Virus masuk melalui mulut dan hidung,berkembang biak didalam


tenggorokan dan saluran pencernaan,lalu diserap dan disebarkan
melalui system pembuluh darah dan getah bening

Resiko terjadinya Polio:

a) Belum mendapatkan imunisasi


b) Berpergian kedaerah yang masih sering ditemukan polio
c) Usia sangat muda dan usia lanjut
d) Stres atay kelehahan fisik yang luar biasa(karena stress emosi
dan fisik dapat melemahkan system kekebalan tubuh).

2.3. Tanda Gejala


Poliomyelitis terbagi menjadi 4 bagian yaitu :
a. Poliomyelitis Asimtomatis
Gejala klinis : setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala
karena daya tahan tubuh cukup baik, maka tidak terdapat gejala klinik
sama sekali.
b. Poliomyelitis Abortif
Gejala klinisnya berupa panas dan jarang melebihi 39,oC sakit
tenggorokan, sakit kepala, mual, malaise, dan faring terlihat hiperemi.
Dan gejala ini berlangsung beberrapa hari.
c. Poliomyelitis Non Paralitik
Gejala klinik hampir sama dengan poliomyelitis abortif, gejala ini
timbu beberapa hari kadang-kadang diikuti masa penyembuhan
sementara untuk kemudian masuk dalam fase kedua dengan demam,
nyeri otot.
Khas elitis non-paralitik (gejala berlangsung selama 1-2 minggu)
dari bentuk ini adalah adanya nyeri dan kaku otot belakang leher,
tulang tubuh dan anggota gerak. Dan gejala ini berlangsung dari 2-10
hari.
1. Demam sedang

7
2. Sakit kepala
3. Kaku kuduk
4. Muntah
5. Diare
6. Kelelahan yang luar biasa
7. Rewel
8. Nyeri atau kaku punggung, lengan, tungkai, perut
9. Kejang dan nyeri otot
10. Nyeri leher
11. Nyeri leher bagian depan
12. Nyeri punggung
13. Nyeri tungkai (otot betis)
14. Ruam kulit atau luka dikulit yang terasa nyeri
15. Kekakuan otot

d. Poliomyelitis Paralitik
Gejala sama pada poliomyelitis non paralitik disertai kelemahan satu
atau lebih kumpulan otot skelet atau cranial. Timbul paralysis akut
pada bayi ditemukan paralysis fesika urinaria dan antonia usus.
Adapun bentuk-bentuk gejalanya antara lain :
a. Bentuk spinal: Gejala kelemahan/paralysis atau paresis otot leher,
abdomen, tubuh, diafragma, thorak dan terbanyak ekstremitas.
b. Bentuk bulbar: Gangguan motorik satu atau lebih syaraf otak
dengan atau tanpa gangguan pusat vital yakni pernapasan dan
sirkulasi.
c. Bentuk bulbospinal: Didapatkan gejala campuran antara bentuk
spinal dan bentuk bulbar.

Kadang ensepalitik: Dapat disertai gejala delirium, kesadaran


menurun, tremor dan kadang kejang

2.4. Patofiologi
Virus hanya menyerang sel-sel dan daerah susunan syaraf tertentu.
Tidak semua neuron yang terkena mengalami kerusakan yang sama dan
bila ringan sekali dapat terjadi penyembuhan fungsi neuron dalam 3-4
minggu sesudah timbul gejala. Daerah yang biasanya terkena poliomyelitis
ialah :
1. Medula spinalis terutama kornu anterior.
2. Batang otak pada nucleus vestibularis dan inti-inti saraf cranial
serta formasio retikularis yang mengandung pusat vital
3. Sereblum terutama inti-inti virmis.
4. Otak tengah “midbrain” terutama masa kelabu substansia nigra dan
kadang-kadang nucleus rubra.

8
5. Talamus dan hipotalamus.
6. Palidum.
7. Korteks serebri, hanya daerah motorik.

2.5. Klasifikasi
1. Polio non-paralisis Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah,
sakit perut, lesu, dansensitif. Terjadi kram otot pada leher dan punggung.
Otot terasa lembek jika disentuh.
2. Polio Paralisis Kurang dari 1% orang yang terinfeksi virus polio
berkembang menjadi polio paralisis atau menderita kelumpuhan. Polio
paralisis dimulai dengan demam. Lima sampai tujuh hari berikutnya akan
muncul gejala dan tanda- tanda lain, seperti: sakit kepala, kram otot leher
dan punggung, sembelit/konstipasi, sensitif terhadap rasa raba.
Polio paralisis dikelompokkan sesuai dengan lokasi terinfeksinya,yaitu:
a. Polio SpinalStrain
Polio SpinalStrain poliovirus ini menyerang saraf tulang
belakang, menghancurkan sel tanduk anterior yang mengontrol
pergerakan padabatang tubuh dan otot tungkai.
Meskipun strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan
permanen, kurang dari satu penderita dari 200 penderita akan
mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan paling sering ditemukan
terjadipada kaki. Setelah poliovirus menyerang usus, virus ini
akan diserap olehkapiler darah pada dinding usus dan diangkut ke
seluruh tubuh. Poliovirus menyerang saraf tulang belakang dan
motorneuron yang mengontrol gerak fisik.
Pada periode inilah muncul gejala seperti flu. Namun, pada
penderita yang tidak memiliki kekebalan atau belum divaksinasi,
virus ini biasanya akan menyerang seluruh bagian batang saraf
tulang belakang dan batangotak. Infeksi ini akan mempengaruhi
sistem saraf pusat dan menyebar sepanjang serabut saraf. Seiring
dengan berkembangbiaknya virus dalamsistem saraf pusat, virus
akan menghancurkan motorneuron. Motorneuron tidak memiliki
kemampuan regenerasi dan otot yang berhubungan dengannya
tidak akan bereaksi terhadap perintah dari sistem saraf pusat.
Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas.
Kondisi inidisebut acute flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah
pada sistem saraf pusatdapat menyebabkan kelumpuhan pada
batang tubuh dan otot pada dada dan perut, disebut quadriplegia.
Anak-anak dibawah umur 5 tahun biasanya akan menderita

9
kelumpuhan 1 tungkai, sedangkan jika terkenaorang dewasa, lebih
sering kelumpuhan terjadi pada kedua lengan dantungkai.
b. Bulbar Polio
Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan
alami sehingga batang otak ikut terserang. Batang otak
mengandung motorneuron yang mengatur pernapasan dan saraf
otak, yang mengirim sinyal ke berbagai otot yang mengontrol
pergerakan bola mata; saraf trigeminal dan saraf muka yang
berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot muka;
saraf auditori yang mengatur pendengaran; saraf glossofaringeal
yang membantu proses menelan dan berbagai fungsi di
kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan saraf yang mengirim
sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan yang
mengatur pergerakan leher.
Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat
menyebabkan kematian. Lima hingga sepuluh persen penderita
yang menderita polio bulbar akan meninggal ketika otot
pernapasan mereka tidak dapat bekerja. Kematian biasanya terjadi
setelah terjadi kerusakan pada saraf otak yang bertugas mengirim
‘perintah bernapas ke paru-paru.
Penderita juga dapat meninggal karena kerusakan pada
fungsi penelanan; korban dapat ‘tenggelam’ dalam sekresinya
sendiri kecuali dilakukan penyedotan atau diberi perlakuan
trakeostomi untuk menyedot cairan yang disekresikan sebelum
masuk ke dalam paru-paru.
Namun trakesotomi juga sulit dilakukan apabila penderita
telah menggunakan ‘paru paru besi’ (iron lung). Alat ini membantu
paru-paru yang lemah dengan cara menambah dan mengurangi
tekanan udara di dalam tabung. Kalau tekanan udara ditambah,
paru-paru akan mengempis, kalau tekanan udara dikurangi, paru-
paru akan mengembang. Dengan demikian udara terpompa keluar
masuk paru-paru. Infeksi yang jauh lebih parah pada otak dapat.

2.6. Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan darah, cairan
serebrospinal dan isolasi virus polio.
- Pemeriksaan darah
- Cairan serebrospinal
- Isolasi virus polio

2. Pemeriksaan radiologi

2.7. Penatalaksanaan
1. Poliomielitis aboratif

10
- Diberikan analgetik dan sedative
- Diet ade kuat
- Istirahat sampai suhu normal untuk beberapa hari, sebaiknya
dicegah aktifitas yang berlebih selama 2 bulan kemudian diperiksa
neurskeletal secara teliti.
2. Poliomielitis non paralitik
selain diberi analgetik dan sedative dapat dikombinasikan dengan
kompres hangat selama 15-30 menit, setiap 2-4 jam`
3. Poliomielitis paralitik
- Perawatan dirumah sakit
- Istirahat total
- Selama fase akut kebersihan mulut dijaga
- Fisioterapi
- Akupuntur
- Interferon
4. Poliomielitis asimtomatis tidak perlu perawatan. Poliomielitis abortif
diatasi dengan istirahat 7 hari jika tidak terdapat gejala kelainan
aktifitas dapat dimulai lagi. Poliomielitis paralitik/non paralitik diatasi
dengan istirahat multlak paling sedikit 2 minggu perlu pengawasan
yang teliti karena setiap saat dapat terjadi paralysis pernapasan.
Fase akut :
- Analgetik untuk rasa nyeri otot
- Local diberi pembalut hangat sebaiknya dipasang footboard (papan
penahan pada telapak kaki) agar kaki terletak pada sudut yang
sesuat terhadap tungkai
- Pada poliomielitis tipe bulbar kadang-kadang reflek menelan
terganggu sehingga dapat timbul bahaya pneumonia aspirasi dalam
hal ini kepala anak harus ditekan lebih rendah dan dimiringkan
kesalah satu sisi.

Sesudah fase akut :Kontraktur atropi dan attoni otot dikurangi dengan
fisioterpy. Tindakan ini dilakukan setelah 2 haro demam hilang

2.8. Pencegahan
Cara pencegahan dapat dilalui melalui :
1.Imunisasi
2.jangan masuk daerah endemis
3.jangan melakukan tindakan endemis
Tempatkan anak yang sakit di kamar terpisah, jauh dari anak-anak
lainnya. Ibu harus mencuci tangan setiap kali menyentuhnya. Perlindungan
terbaik terhadap polio ialah dengan memberikan vaksin polio/pemberian
kekebalan.Seorang anak yang cacat akibat polio harrus makan makanan

11
bergizi dan melakukan gerak badan untuk memperkuat otot-ototnya.
Selama tahun pertama, sebagian kekuatan dapat pulih kembali.
Bantulah anak agar belajar berjalan sebaik-baiknya, pasanglah 2
buah tiang, sebagai penyangga dan kemudian buatkan tongkat penopang.
Cegah Virus Polio dengan Vaksinasi Hingga saat ini belum ditemukan
cara pengobatan penyakit polio. Yang paling efektif hanyalah pencegahan
dengan cara imunisasi. Kasus penyakit polio di Sukabumi, Jawa
Barat,sangat mengejutkan pemerintah dan masyarakat. Penyakit yang
diakibatkan infeksi virus ini jelas mencemaskan para orang tua yang
punya anak balita karena begitu mengerikan dampak buruk yang bisa
ditimbulkan. Sayangnya lagi, hingga saat ini belum ditemukan
carapengobatannya. Yang paling efektif hanyalah pencegahan dengan cara
imunisasi. Virus polio (poliomyelitis) sangat menular dan tak bisa
disembuhkan. Virus ini menyerang seluruh tubuh (termasuk otot dan
sistem saraf) dan bisa menyebabkan kelemahan otot yang sifatnya
permanen dan kelumpuhan total dalam hitungan jam saja. Bahkan sekitar
10-15 persen mereka yang terkena polio akhirnya meninggal karena yang
diserang adalah otot pernapasannya.
Virus polio terdiri atas 3 tipe (strain), yaitu tipe 1 (brunhilde), tipe
2 (lanzig) dan tipe 3 (Leon). Tipe 1 seperti yang ditemukan di Sukabumi
adalah yang paling ganas (paralitogenik) dan sering menyebabkan
kejadian luar biasa atau wabah. Sedangkan tipe 2 paling jinak. 

2.9. Komplikasi
a. Melena cukup berat sehingga memerlukan tranfusi, yang mungkin
diakibatkan erosi usus superfisial.
b. Dilatasi lambung akut dapat terjadi mendadak selama stadium akut dan
konvalesen (daman keadaan pemulihan kesehatan/ stadium menuju
kesembuhan setelah serangan penyakit/ masa penyembuhan),
menyebabkan gangguan respirasi lebih lanjut.
c. Hipertensi ringan yang lamanya beberapa hari atau beberapa minggu,
biasanya pda stadium akut, mungkin akibat lesi pusat vasoregulator dalam
madula.
d. Ulkus Dekibitus dan emboli paru dapat terjadi akibat berbaring lama di
tempat tidur, sehingga terjadi pembusukan darah yang tidak ada
pergerakan (atrofi otot) sehingga terjadi kematian sel dan jaringan .
e. Hiperkalsurya ,yaitu terjadinya dekalsifikasi (kehilangan zat kapur dari
tulang/gigi) akibat penderita tidak dapat bergerak.
f. Kontraktur sendi, yang terkena kontraktur antara lain sendi paha, lutut, dan
pergelangan sendi.
g. Pemendekan anggota gerak bawah, biasanya akan tampak dalah satu
tungkai lebih pendek dibandingkan tungkai yang lainnya, disebebabkan
karena tungkai yang pendek pmengalami antropi otot

12
h. Skoliosis, tulang belakang melengkung ke salah satu sisi, disebabkan
kelumpuhan sebagian otot punggung dan juga kebiasaan duduk atau
berdiri yang salah.
i. Kelainan telapak kaki, dapat berupa kaki membengkak ke luar atau ke
dalam.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN POLIO


A. Pengkajian
a. Identitas Klien
Kaji nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pekerjaan,
kebangsaan, suku, pendidikan, no register, diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Kaji keluhan pasien yang menyebabkan ia datang ke pelayanan
kesehatan. Biasanya klien dengan tetanus akan mengalami nyeri
saat beraktivitas pada daerah luka tersebut.
c. Riwayat Penyakit
1) Riwayat Penyakit Sekarang.
Menggambarkan keluhan utama klien, kaji tentang proses
perjalanan penyakit sampai timbulnya keluhan, faktor apa saja
yang memperberat dan meringankan keluhan.
2) Riwayat Penyakit Dahulu.
Tanyakan masalah kesehatan yang lalu yang relavan baik
yang berkaitan langsung dengan penyakit sekarang maupun yang
tidak ada kaitannya. Kaji apakah pada klien pernah mengalami
kejadian tertusuk paku tidak sebelumnya dan ada / tidak
sebelumnya.

13
3) Riwayat Penyakit Keluarga.
Kaji apakah pada keluarga klien ada / tidak yang menderita
penyakit lain yang sifatnya menurun dan menular.

b Hipertermia
Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor
Suhu tubuh di atas nilai normal Kulit merah
Kejang
Takikardi
Takipnea
Kulit terasa hangat

a Gangguan Mobilitas Fisik


Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor
Mengeluh kesulitan menggerakkan Nyeri saat bergerak
ekstremitas Enggan melakukan pergerakan
Kekuatan otot menurun Merasa cemas saat bergerak
Sendi kaku
Rentang gerak (ROM) menurun Gerakan tidak terkoordinasi
Gerakan terbatas
Fisik lemah

B. Diagnosis Masalah Keperawatan


1) Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi, terpapar lingkungan
panas, proses penyakit, ketidaksesuaian pakaian dengan suhu
lingkungan, peningkatan laju metabolisme, respon trauma, aktivitas
berlebih, penggunaan incubator dibuktikan dengan suhu tubuh diatas
normal, kulit merah, kejang, takikardi, takipnea, kulit terasa hangat.
2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan, integritas
struktur tulang, perubahan metabolisme, ketidakbugaran fisik,
penurunan kendali otot, penurunan massa otot, penurunan kekuatan
otot, keterlambatan perkembangan, kekakukan sendi, kontraktur,
malnutrsi, gangguan musculoskeletal, gangguan neuromuscular, indeks
massa tubuh diatas persentil ke-75 sesuai usia, efek agen farmakologis,

14
program pembatasan gerak, nyeri, kurang terpapar informasi tentang
aktivitas fisik, kecemasan, gangguan kognitif, keengganan melakukan
pergerakan, gangguan sensoripersepsi dibuktikan dengan mengeluh
sulit menggerakan ekstremitas, kekuatan otot menurun rentang gerak
(ROM) menurun, nyeri saat bergerak, enggan melakukan pergerakan,
merasa cemas saat bergerak, sendi kaku, gerakan tidak terkoordinasi,
gerakan terbatas, fisik lemah.

C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


dx Keperawatan Kriteria Hasil

15
1) Hipertermi SLKI SIKI SIKI
Setelah dilakukan
Intervensi utama: Intervensi utama:
intervensi
keperawatan selama
Observasi : Observasi :
…x…..jam
diharapkan suhu tubuh 1. Identifikasi 1. Mengetah
membaik dengan penyebab ui
Kriteria hasil : hipertermia (mis. penyebab
Dehidrasi, terpapar hipertermi
1. Kemerahan
lingkungan panas, a
pada kulit
penggunaan 2. Memantau
pasien
inkubator) perkemba
menurun
ngan suhu
2. Takikardia 2. Monitor suhu
tubuh
pada pasien tubuh
pasien
menurun
3. Memantau
3.Monitor Kadar
3. Takipnea
kadar
elektrolit
menurun
elektrolit
4. Tuhu tubuh
4.Monitor haluaran pasien
pasien
urine 4. Memantau
membaik
haluaran
5. Suhu kulit 5.Monitor
urine
pasien
komplikasi akibat
membaik pasien
hipertermia
5. Mengetah
uikomplik
Terapeutik :
asi yang
6. Sediakan diakibatka
lingkungan yang n dari
dingin hipertermi
a
7.Longgarkan atau

16
lepaskan pakaian Terapeutik :

8. Basahi dan kipasi 6. Membantu


permukaan tubuh merasa
nyaman
9.Berikan cairan oral
dan suhu
tubuh
10. Ganti linen
pasien
setiap hari atau lebih
bisa
sering jika
menurun
mengalami
7. Membantu
hyperhidrosis
pasien
(keringat berlebih)
merasa
11. Lakukan nyaman
pendinginan 8. Agar suhu
eksternal (mis. tubuh
Selimut hipotermia pasien
atau kompres dingin bisa
pada dahi, leher, menurun
dada, abdomen, atau
aksila) kembali
normal
12. Hindari
9. Agar
pemberian
kebutuhan
antipiretik atau
cairan
aspirin
pasien
terpenuhi
13. Berikan oksigen,
10. Agar
jika perlu
pasien
Edukasi : merasa
nyaman

17
dan
14. Anjurkan tirah
terjaga
baring
kebersihan
nya
Kolaborasi :
11. Agar suhu
15. Kolaborasi tubuh
pemberian pasien
cairan dan
kembali
elektrolit
intravena, jika normal
perlu 12. Karena
aspirin
dapat
menyebab
kan nyeri
pada
lambung,
perdaraha
n lambung
13. Agar
kebutuhan
oksigen
pasien
terpenuh
Edukasi :
14. Untuk
memaksi
malkan
kesembuh
an

18
Kolaborasi :

15. Untuk
memperce
pat
penyembu
han pasien
2) Gangguan SLKI SIKI SIKI
Mobilitas
Fisik Dukungan Mobilisasi
Setelah diberikan
1. Mengetahui
asuhan keperawatan
Observasi keluhan yang
selama … x … jam,
dirasakan
diharapkan masalah 1. Identifikasi 2. Mengetahui
gangguan mobilitas adanya nyeri pergerakan
fisik teratasi dengan atau keluhan yang bisa
kriteria hasil: fisik lainnya dilakukan
Mobilitas Fisik 2. Identifikasi 3. Menghindari
1. Pergerakan toleransi fiisk terjadinya
ekstremitas melakukan risiko yang
meningkat. pergerakan tidak
2. Kekuatan otot 3. Monitor diinginkan
meningkat. frekuensi 4. Menghindari
3. Rentang gerak jantung dan terjadnya
(ROM) tekanna darah cidera
meningkat. sebelum 5. Membantu
4. Nyeri memulai mempercepat
menurun. mobilisasi penyembuha
5. Kecemasan 4. Monitor kondisi n
menurun. umum selama 6. Mempermud
6. Gerakan tidak melakukan ah klien
terkoordinasi mobilisasi. untuk
menurun.
melakukan
7. Gerakan Terapeutik aktivitas
terbatas
7. Member
menurun. 5. Fasilitasi
semangat
8. Kelemahan aktivitas
pada pasien
fisik menurun. mobilisasi
8. Memberikan
dengan alat
penjelasan

19
untuk
bantu (mis, menambah
pagar tempat pengetahuan
tidur). klien
6. Fasilitasi 9. Mempercepat
melakukan pemulihan
pergerakan, jika 10. Memulia
perlu. pergerakan
7. Libatkan dari
keluarga untuk sederhana
membantu mempercepat
pasien dalam penyembuha
meningkatkan n
pergerakan

Edukasi

8. Jelaskan tujuan
dan prosedur
mobilisasi
9. Anjurkan
melakukan
mobilisasi dini
10. Ajarkan
mobilisasi
sederhana yang
harus dilakukan
(mis, duduk di
tempat tidur,
duduk di sisi
tempat tidur,
pindah dari
tempat tidur ke
kursi)

20
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN MOBILITAS FISIK

PADA PASIEN POLIO

Kasus :

An.D berumur 3 tahun dibawa oleh kakaknya ke IGD RSUD Wangaya dengan
keluhan adiknya tiba-tiba merasa lemas disekujur tubuhnya, dan tungkai kanan
susah digerakkan. Gejala awal demam, hingga sekarang tidak mampu berdiri dan
berjalan. Kakak pasien mengatakan adiknya belum pernah mendapatkan vaksin
polio sejak kecil.

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : An.W
Usia : 3 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Indonesia
Alamat : Sesetan, Denpasar Selatan
Agama : Hindu
Tgl MRS : 2 Agustus 2020
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn.R
Usia : 25 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan /Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dg Klien : Kakak Kandung
2. Riwayat Kesehatan Pasien

21
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluh lemas pada sekujur tubuhnya.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
An.D berumur 3 tahun dibawa oleh kakaknya ke IGD RSUD
Wangaya dengan keluhan adiknya tiba-tiba merasa lemas disekujur
tubuhnya, dan tungkai kanan susah digerakkan. Gejala awal
demam, hingga sekarang tidak mampu berdiri dan berjalan.
Kakak pasien mengatakan adiknya belum pernah mendapatkan
vaksin polio sejak kecil.S : 38,9oC N: 100 x/menit R: 20 x/menit.
c. Riwayat Penyakit Sebelumnya :
Riwayat Tumbuh Kembang Anak :
- Imunisasi : Hepatitis B-1 diberikan waktu 12 jam setelah lahir,
BCG diberikan saat lahir, Polio oral belum pernah diberikan
- Status gizi : Baik tahap perkembangan anak menurut teori
psikososial : Klien An.W menmencari kebutuhan dasarnya
seperti kehangatan, makanan dan minuman serta kenyamanan
dari orang tua sendiri.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit seperti
yang diderita klien dan keluarga mengatakan tidak memiliki
riwayat penyakit keluarga seperti DM, Hipertensi dan Asma

3. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual Dalam KehidupanSehari-Hari


1. Bernafas
a.Kesulitan bernafas :tidak ada kesulitan bernafas
b. Keluhan yang dirasa : tidak ada keluhan
pernafasan
c.Suara nafas : tidak ada suara nafas tambahan
2. Makan dan Minum
a. Makan

22
Keluarga pasien mengatakan nafsu makan menurun, pasien makan
3 kali sehari namun hanya setengah porsi dengan komposisi nasi,
lauk, dan sayur.
b. Minum
Minum kira kira 4-5 gelas perhari
3. Eliminasi (BAB/BAK)
a. BAK
Keluarga pasien mengatakan BAK 4-5 kali perhari, kurang lebih
1,600 cc/ hari dengan karakteristik urine kuning pekat dans
terdapat busa
b. BAB
Keluarga pasien mengatakan BAB sekitar 1-2 kali perhari
4. Aktifitas
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak bisa beraktivitas secara
mandiri tanpa di bantu dengan keluarganya.

5. Rekreasi
Keluarga pasien mengatakan jarang berekreasi
6. Istirahat dan Tidur
Keluarga pasien mengatakan tidur tepat waktu 6-8 jam perhari
7. Kebersihan Diri
Keluarga pasien mengatakan tidak bisa mandi secara mandiri ,pasien
dibantu oleh ibunya 2 x/hari
8. Rasa Nyaman
Pasien mengatakan merasa nyaman mendapatkan perawatan di
rumahsakit
9. Rasa Aman
Pasien mengatakan merasa aman jika di jaga oleh keluarganya
10. Hubungan Sosial
Pasien aktif berkomunikasi dengan keluarganya
11. Melakukan Ibadah

23
Pasien beragama Hindu dan keluarga pasien mengatakan pasien rajin
beribadah
4. Pemeriksaan Fisik
1. Kesan umum
- Kebersihan : Bersih
- Pergerakan : dibantu keluarga
- Penampilan : Baik
- Postur/bentuk tubuh : pasien tampak lemas
2. Kepala (simetris atau tidak)
Rambut
- Kebersihan : Bersih, tidak ada ketombe dan kutu
- Warna : Hitam
- Tekstur : Kasar
- Distribusi rambut : Lebat merata
- Kuat/mudah tercabut : Kuat

3. Mata
a. Sklera            : Normal
b. Konjungtiva : Enemis
4. Telinga
a. Simetris                : Simetris
b. Serumen         : Ada
c. Pendengaran          : Normal
5. Hidung                       
a. Septum simetris : Simetris
b. Sekret : .Tidak ada secret
c. Polip : Tidak ada polit
6. Mulut
a. Kebersihan : Bersih
b. Kelembaban : Normal

24
c. Gusi : Tidak ada perdarahan atau bengkak
d. Lidah : Normal
e. Gigi : Tidak ada lubang, terdapat karang gigi
7. Leher
a. Kelenjer tiroid : Tidak ada pembengkakan pada kelenjar
tiroid
8. Dada
a. Inspeksi : Normal
b. Palpasi : Normal
c. Perkusi : Normal
d. Auskultasi: Tidak suara tambahan
9. Abdomen
a. Inspeksi : Normal
b. Palpasi : Normal
c. Perkusi : Normal
d. Auskultasi : Terdapat suara bising usus 7x/ menit
10. Punggung
a. Bentuk : Normal
11. Ekstremitas
a. Kekuatan dan tonus otot : Lemah ( parise )
12. Genitalia : Laki – Laki
a. Kebersihan :Bersih
13. Kulit
a. Warna : Sawo Matang
b. Turgor : Baik
c. Elastisitas : Elastis

a Gangguan Mobilitas Fisik


Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor
Mengeluh kesulitan menggerakkan Nyeri saat bergerak
ekstremitas Enggan melakukan pergerakan
Kekuatan otot menurun Merasa cemas saat bergerak
Sendi kaku

25
Rentang gerak (ROM) menurun Gerakan tidak terkoordinasi
Gerakan terbatas
Fisik lemah

B. Analisa Data
Nama : An.W
Ruangan : Angsa
No. Register : 200420

No Data Fokus Kemungkinan Masalah


Penyebab Keperawatan
1. DS : kakak pasien Penurunan Gangguan
mengatakan badan pasien kekuatan otot Mobilitas Fisik
lemas sekujur tubuhnya,
tungkai kanan sulit
digerakkan
DO : pasien tampak tidak
mampu berdiri dan berjalan

C. Diagnosis Keperawatan
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan
otot berhubungan dengan kakak pasien mengatakan badan pasien
lemas disekujur tubuhnya dan tungkai kaki, pasien tampak tidak
mampu berdiri dan berjalan

D. Perencanaan/ Intervensi Keperawatan


A. Prioritas Masalah

No Tanggal Muncul Masalah Keperawatan Tanggal Tanda


Teratasi Tangan

26
1 2 Agustus 2020 Gangguan Mobilitas Fisik 4 Agustus 2020

B. Perencanaan/ Intervensi Keperawatan

N Tanggal/ Diagnosa Tujuan/ Kriteria Intervensi Rasional


o Jam Keperawatan Hasil
1 Minggu Gangguan SLKI SIKI SIKI
02/08/2020 Mobilitas
Dukungan
Setelah diberikan
Fisik Mobilisasi 1. Mengetahui keluhan
asuhan keperawatan
yang dirasakan
selama … x … jam, Observasi
2. Menghindari
diharapkan masalah
terjadnya cidera
gangguan mobilitas 1. Identifikasi 3. Memberi semangat
fisik teratasi dengan adanya nyeri pada pasien
kriteria hasil: atau keluhan 4. Memberikan
Mobilitas Fisik fisik lainnya penjelasan untuk
1. Kekuatan otot 2. Monitor menambah
meningkat. kondisi pengetahuan klien
2. Rentang umum 5. Mempercepat
gerak (ROM) selama pemulihan
meningkat.. melakukan 6. Memulia pergerakan
3. Gerakan mobilisasi. dari sederhana
terbatas
mempercepat
menurun. Terapeutik
penyembuhan
4. Kelemahan
fisik 3. Libatkan
menurun. keluarga
untuk
membantu
pasien
dalam
meningkatka
n pergerakan

Edukasi

27
4. Jelaskan
tujuan dan
prosedur
mobilisasi
5. Anjurkan
melakukan
mobilisasi
dini
6. Ajarkan
mobilisasi
sederhana
yang harus
dilakukan
(mis, duduk
di tempat
tidur, duduk
di sisi
tempat tidur,
pindah dari
tempat tidur
ke kursi)

E. Implementasi Keperawatan
Nama : An.W
Ruangan : Angsa
No. Register : 200420

No Tanggal / No Tindakan Evaluasi TT


Jam Dx Keperawatan Perawat
1 I Identifikasi adanya nyeri atau DS : keluarga px mengatakan tidak
keluhan fisik lainnya ada nyeri

28
08.30 DO : px tidak dapat menggerakkan
badannya
08.35 I Monitor kondisi umum selama DS : keluarga pasien mengatakan
melakukan mobilisasi. badan pasien lemas
DO : px tidak dapat menggerakkan
badannya
11.15 I Libatkan keluarga untuk DS : keluarga px mengatakan sudah
membantu pasien dalam mengerti
meningkatkan pergerakan
DO : keluarga px tampak antusias
11.20 I Jelaskan tujuan dan prosedur DS : keluarga px mengatakan sudah
mobilisasi mengerti
DO : keluarga px tampak antusias
13.10 I Anjurkan melakukan mobilisasi DS : pasien mengatakan sudah
dini melakukan aktivitas seperti duduk,
miring kanan dan kirim kiri diatas
tempat tidur
DO : pasien tampak duduk diatas
tempat tidur
13.20 I Ajarkan mobilisasi sederhana DS : px mengatakan sudah belajar
yang harus dilakukan (mis, untuk duduk sedikit demi sedikit
duduk di tempat tidur, duduk di
sisi tempat tidur, pindah dari DO : px tampak kooperatif
tempat tidur ke kursi)

F. Evaluasi Keperawatan

No Tanggal / Jam Evaluasi Tanda tangan


S : Kakak pasien mengatakan pasien masih lemas.

O : Pasien belum mampu berjalan

29
A : Masalah keperawatan belum tercapai.

P : Lanjutkan intervensi

30
BAB III
PENUTUP

a) Kesimpulan
Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh
yang disebabkan oleh virus.  Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus
yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, 
mengifeksi saluran usus.  Virus ini dapat memasuki alirandarah dan
mengalir ke sytem syaraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan
kadang kelumpuhan (paralisis).
Poliomielitis adalah penyakit menular yang dikategorikan sebagai
penyakit peradaban. Polio menular melalui kontak antarmanusia. Virus
masuk ke dalam tubuh melalui mulut ketika seseorang memakan makanan
atau minuman yang terkontaminasi feses. Poliovirus adalah virus RNA
kecil yang terdiri atas tiga strain  berbeda dan amat menular. Virus akan
menyerang sistem saraf dan kelumpuhan dapat terjadi dalam hitungan jam.
Polio menyerang tanpa mengenal usia, lima puluh persen kasus terjadi
pada anak berusia antara 3 hingga 5 tahun. Masa inkubasi polio dari gejala
pertama berkisar dari 3 hingga 35 hari.
Polio dapat menyebar luas diam-diam karena sebagian besar
penderita yang terinfeksi poliovirus tidak memiliki gejala sehingga tidak
tahu kalau mereka sendiri sedang terjangkit. Setelah seseorang terkena
infeksi, virus akan keluar melalui feses selama beberapa minggu dan saat
itulah dapat terjadi penularan.
b) Saran
Saran yang dapat saya berikan kepada masyarakat agar
terhindar dari penginfeksian penyakit poliomeilitis yang disebabkan oleh
virus yang disebut dengan polio virus ini adalah: Jagalah sanitasi
lingkungan anda, sanitasi lingkungan merupakan hal yang sepele namun
sangat penting.
Apabila sanitasi lingkungan kita tidak dijaga, maka dapat
menimbulkan berbagai macam penyakit tidak hanya penyakit
poliomielitis, Jagalah makanan ataupun minuman yang akan dikonsumsi
karena hal ini sangat penting dimana makanan atau minuman menjadi
tempat perantara penyebaran penyakit poliomielitis. Untuk pencegahannya
yaitu diberikan vaksin polio idealnya pada anak-anak agar dapat
diantisipasi penyakit poliomielitis ini.

31
32
DAFTAR PUSTAKA

SDKI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI


SIKI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI
SLKI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesi. Jakarta: DPP PPNI
Smeltzer, Suzanne C., dan Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, Edisi 8. Vol. Jakarta: EGC

33

Anda mungkin juga menyukai