Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN ENCEPHALITIS


DI RUANG ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. H. SLAMET
MARTODIRDJO PAMEKASAN

OLEH :
ABDUL HADI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS WIRARAJA
2019
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Pengertian
Encephalitis menurut mansjoer dkk (2000) adalah radang jaringan otak yang dapat
disebabkan oleh bakteri,virus, jamur dan protozoa. Sedangkan menurut Soedarmo dkk
(2008) encephalitis adalah penyakit yang menyerang susunan saraf pusat dimedula spinalis
dan meningen yang disebabkan oleh japanese encephalitis virus yang ditularkan oleh
nyamuk. Encephalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau
mikroorganisme lain yang non-purulen (+) (Muttaqin Arif,2008).
2. Epidemiologi
Angka kematian untuk encephalitis berkisar antara 35-50%. Pasien yang pengobatannya
terlambat atau tidak diberikan antivirus (pada encephalitis Herpes Simpleks) angka
kematiannya tinggi bisa mencapai 70-80%. Pengobatan dini dengan asiclovir akan
menurukan mortalitas menjadi 28%. Sekitar 25% pasien encephalitis meninggal pada
stadium akut. Penderita yang hidup 20-40%nya akan mempunyai komplikasi atau gejala
sisa. Gejala sisa lebih sering ditemukan dan lebih berat pada encephalitis yang tidak
diobati. Keterlambatan pengobatan yang lebih dari 4 hari memberikan prognosis buruk,
Demikian juga koma. Pasien yang mengalami koma sering kali meninggal atau sembuh
dengan gejala sisa yang berat. Banyak kasus encephalitis adalah infeksi dan recovery
biasanya cepat encephalitis ringan biasanya pergi tanpa residu masalah neurologi. Dan
semuanya 10% dari kematian encephalitis dari infeksinya atau komplikasi dari infeksi
sekunder. Beberapa bentuk encephalitis mempunyai bagian berat termasuk herpes
encephalitis dimana mortality 15-20% dengan treatment dan 70-80% tanpa treatment.
(Soedarmo, Poerwo S. Sumarno. Buku ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeksi dan Penyakit
Tropis Edisi Pertama. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta. 2000)
3. Etiologi
a. Encephalitis disebabkan oleh mikroorganisme : bakteri, protozoa, cacing, jamur,
spirokaeta dan virus. Macam-macam Encephalitis virus menurut Robin : a) Infeksi
virus yang bersifat epidermik :
• Golongan enterovirus = Poliomyelitis, virus coxsackie, virus ECHO.
• Golongan virus ARBO = Western equire encephalitis, St. louis encephalitis,
Eastern equire encephalitis, Japanese B. encephalitis, Murray valley
encephalitis.
b) Infeksi virus yang bersifat sporadic : rabies, herpes simplek, herpes zoster,
limfogranuloma, mumps, limphotic, choriomeningitis dan jenis lain yang dianggap
disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.
c) Encephalitis pasca infeksio, pasca morbili, pasca varisela, pasca rubella, pasca
vaksinia, pasca mononucleosis, infeksious dan jenis-jenis yang mengikuti infeksi
traktus respiratorius yang tidak spesifik.
b. Reaksin toxin seperti pada thypoid fever, campak, chicken pox.
c. Keracunan : arsenik, CO.
5. Klasifikasi
Klasifikasi menurut Soedamo dkk,(2008) adalah :
a. Encephalitis fatal yang biasanya didahului oleh viremia dan perkembangbiakan virus
ekstraneural yang hebat.
b. Encephalitis subklinis yang biasanya didahului viremia ringan, infeksi otak lambat dan
kerusakan otak ringan.
c. Encephalitis dengan infeksi asimptomatik yang ditandai dengan hampir tidak adanya
viremia dan terbatasnya replikasi ekstraneural.
d. Enchepalitis dengan infeksi persisten, yang dikenal dengan Japanese B Encephalitis.
6. Gejala Klinis
a. Demam h. Pucat
b. Sakit kepala i. Halusinasi
c. Pusing j. Kaku kuduk
d. Muntah k. Kejang
e. Nyeri tenggorokan l. Gelisah
f. Malaise m. Iritable
g. Nyeri ekstrimitas n. Gangguan kesadaran
7. Pemeriksaan Fisik
Pada klien dengan ensepalitis pemeriksaan fisik lebih difokuskan pada pemeriksaan
neurologis. Ruang lingkup pengkajian fisik keperawatan secara umum meliputi : a.
Keadaan umum
Penderita biasanya keadaan umumnya lemah karena mengalami perubahan atau
penurunan tingkat kesadaran. Gangguan tingkat kesadaran dapat disebabkan oleh
gangguan metabolisme dan difusi serebral yang berkaitan dengan kegagalan neural
akibat proses peradangan otak.
b. Gangguan sistem pernafasan
Perubahan - perubahan akibat peningkatan tekanan intra cranial menyebabkan
kompresi pada batang otak yang menyebabkan pernafasan tidak teratur. Apabila
tekanan intrakranial sampai pada batas fatal akan terjadi paralisa otot pernafasan (F.
Sri Susilaningsih, 1994).

c. Gangguan sistem kardiovaskuler


Adanya kompresi pada pusat vasomotor menyebabkan terjadi iskemik pada daerah
tersebut. Hal ini akan merangsang vasokonstriktor dan menyebabkan tekanan darah
meningkat. Tekanan pada pusat vasomotor menyebabkan meningkatnya transmiter
rangsang parasimpatis ke jantung.

8. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan


radiologi :
a. CT Scan
Computed Tomography pada kasus encephalitis herpes simpleks, CT-scan kepala
biasanya menunjukan adanya perubahan pada lobus temporalis atau frontalis, tapi
kurang sensitif dibandingkan MRI. Kira-kira sepertiga pasien encephalitis herpes
simpleks mempunyai gambaran CT-scan kepala yang normal

Encephalitis pada herpes simplex

b. MRI
MRI (magnetic resonance imaging) merupakan pemeriksaan penunjang yang paling
dianjurkan pada kasus encephalitis. Bila dibandingkan dengan CT-scan, MRI lebih
sensitif dan mampu untuk menampilkan detil yang lebih bila terdapat adanya
kelainan-kelainan. Pada kasus encephalitis herpes simpleks, MRI menunjukan adanya
perubahan patologis, yang biasanya bilateral pada lobus temporalis medial dan frontal
inferior.

Gambaran cairan serebrospinal dapat dipertimbangkan. Biasanya berwarna jernih,


jumlah sel 50-200 dengan dominasi limfosit. Kadar protein meningkat, sedangkan
glukosa masih dalam batas normal. Pada fase awal penyakit encephalitis viral, sel- sel
di LCS sering kalipolimorfonuklear, baru kemudian menjadi sel- sel. LCS sebaiknya
dikultur untuk mengetahui adanya infeksi virus, bakteri &jamur. Pada encephalitis
herpes simpleks, pada pemeriksaan LCS dapat ditemukan peningkatan dari sel darah
merah, mengingat adanya proses perdarahan diparenkim otak. Disamping itu dapat
pula dijumpai peningkatan konsentrasi protein yang menandakan adanya kerusakan
pada jaringan otak. Pada feses ditemukan hasil yang positif untuk entero virus. Dengan
pemeriksaan pencitraan neurologis (neuroimaging), infeksi virus dapat diketahui lebih
awal dan biasanya pemeriksaan ini secara rutin dilakukan pada pasien dengan gejala
klinis neurologis.
c. EEG (Electroencephalography)
Didapatkan penurunan aktivitas atau perlambatan. Procedure ini setengah jam,
mengukur gelombang aktivitas elektrik yang diproduksi oleh otak. Ini sering
digunakan untuk mendiagnosa dan mengatur penyakit kejang. Abnormal EEG
menunjukkan encephalitis. Elektroensefalografi (EEG) pada encephalitis herpes
simpleks menunjukan adanya kelainan fokal seperti spike dan gelombang lambat atau
(slow wave) atau gambaran gelombang tajam (sharp wave) sepanjang daerah
lobustemporalis. EEG cukup sensitif untuk mendeteksi pola gambaran abnormal
encephalitis herpes simpleks, tapi kurang dalam hal spesifisitas. Sensitifitas EEG kira
kira 84 % tetapi spesifisitasnya hanya 32.5% Gambaran elektroensefalografi (EEG)
sering menunjukkan aktifitas listrik yang merendah yang sesuai dengan kesadaran
yang menurun
d. Biopsi Otak
Paling sering digunakan untuk diagnosis dari herpes simplex encephalitis bila tidak
mungkin menggunakan metode DNA atau CT atau MRI scan. Dokter boleh mengambil
sample kecil dari jaringan otak. Sampel ini dianalysis dilaboratorium untuk melihat
virus yang ada. Dokter boleh mencoba treatment dengan antivirus medikasi sebelum
biopsi otak.
9. Penatalaksanaan
a. Terapi suportif : Tujuannya untuk mempertahankan fungsi organ, dengan
mengusahakan jalan nafas tetap terbuka (pembersihan jalan nafas, pemberian oksigen,
pemasangan respirator bila henti nafas, intubasi, trakeostomi), pemberian makanan
enteral atau parenteral, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, koreksi gangguan
asam basa darah. Untuk pasien dengan gangguan menelan, akumulasi lendir pada
tenggorok, dilakukan drainase postural dan aspirasi mekanis yang periodik.
b. Terapi kausal : Pengobatan anti virus diberikan pada encephalitis yang disebabkan
virus, yaitu dengan memberikan asiklovir 10 mg/kgBB/hari IV setiap 8 jam selama 10-
14 hari. Pemberian antibiotik polifragmasi untuk kemungkinan infeksi sekunder.
c. Terapi Ganciklovir : pilihan utama untuk infeksi citomegali virus. Dosis Ganciklovir 5
mg/kg BB dua kali sehari, kemudian dosis diturunkan menjadi satu kali, lalu dengan
terapi maintenance. Preparat sulfa (sulfadiasin) untuk encephalitis karena
toxoplasmosis.

d. Terapi Simptomatik : Obat antikonvulsif diberikan segera untuk memberantas kejang.


Tergantung dari kebutuhan obat diberikan IM atau IV. Obat yang diberikan ialah
valium dan luminal. Untuk mengatasi hiperpireksia, diberikan surface cooling dengan
menempatkan es pada permukaan tubuh yang mempunyai pembuluh besar,misalnya
pada kiri dan kanan leher, ketiak, selangkangan, daerah proksimal betis dan diatas
kepala. Sebagai hibernasi dapat diberikan largaktil 2 mg/kgBB/hari dan phenergan
4mg/kgBB/hari IV atau IM dibagi dalam 3 kali pemberian. Diberikan antipiretikum
sepeb rti parasetamol, bila keadaan telah memungkinkan pemberian obat peroral.
Untuk mengurangi edema serebri dengan deksametason 0,2 mg/kgBB/hari IM dibagi
3 dosis dengan cairan rendah natrium. Bila terdapat tanda peningkatan tekanan
intrakranial, dapat diberikan manitol0,5-2 g/kgBB IV dalam periode 8-12 jam.

10. Diagnosa Banding


a. Meningitis TB
Meningitis tuberkulosis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan
serebrospinal dan spinal kolumna yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf
pusat (Harsono, 2005).
b. Sidrom reye
Adalah disfungsi multiorgan akut yang jarang terjadi yang menimbulkan efek paling
mematikan pada otak dan hepar yang disebabkan oleh virus.
c. Abses otak
Suatu proses infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang melibatkan parenkim otak,
terutama disebabkan oleh penyebaran infeksi dari focus yang berdekatan atau melalui
sistem vascular.
d. Tumor otak
Adalah tumbuhnya sel abnormal pada otak. Tumor otak dapat berasal dari otak atau
kanker yang berasal dari bagian tubuh lain dan merambat ke otak.
e. Encefalopati
Adalah kerusakan pada otak atau malfungsi otak yang disebabkan oleh infeksi bakteri,
kekurangan oksigen pada otak, gagal ginjal dan nutrisi yang buruk. Ditandai dengan
demensia, koma dan berakhir dengan kematian.

11. Komplikasi
Komplikasi encephalitis dapat terjadi:
a. Akut
 Edema otak
 SIADH
 Status konvulsi
b. Kronik
 Cerebral palsy
 Epilepsy
 Gangguan visual dan pendengaran

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
(1) Identitas Pasien - Nama :
- Umur :
- Alamat :
- Pekerjaan :
- No. Reg :
- Tgl. MRS :
- Tgl. Pengkajian :
- Dx Medis :
(2) Identitas Penanggung Jawab - Nama :
- Umur :
- Pekerjaan :
- Hub. dgn pasien :
(3) Riwayat Kesehatan
- Keluhan utama :
- Riwayat penyakit sekarang :
- Riwayat kehamilan dan kelahiran:
- Riwayat kesehatan keluarga
(4) Pola Kesehatan Fungsional Pola Gordon
- Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
- Pola nutrisi dan metabolic
- Pola cairan dan metabolic
- Pola istirahat dan tidur
- Pola aktivitas dan latihan
- Pola eliminasi
- Pola persepsi dan kognitif
- Pola reproduksi dan seksual
- Pola persepsi dan konsep diri
- Pola mekanisme koping
- Pola nilai dan kepercayaan
(5) Pengkajian Fisik
- Keadaan umum pasien
- Kesadaran
- Pemeriksaan TTV
(6) Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan Laboratorium
- Pemeriksaan radiologic

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


a. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
c. Hipertermi
d. Nyeri akut
e. Risiko Infeksi
f. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

3. Rencana Asuhan Keperawatan


(terlampir)
4. Evaluasi
S : - Klien mengatakan sudah tidak ingin muntah
- Klien mengatakan tidak pusing dan sakit kepala
- Klien mengatakan dapat berkomunikasi dengan baik
- Klien mengatakan sudah tidak demam lagi
- Klien mengatakan tidak sesak lagi
- Klien mengatakan tidak memiliki lesi atau iritasi di seluruh tubuh

O : - Klien dapat makan dan minum dengan adekuat


- Klien tampak lebih berseri dan tidak merasa kesakitan lagi
- Klien memiliki orientasi yang baik terhadap orang, temapt dan waktu
- Suhu tubuh klien dalam rentang normal
- Tekanan darah klien sesuai dengan rentang normal
- Klien dapat bernapas tanpa mengunakan O2 dan RR dalam rentang normal
- Klien terbebas dari lesi dan kerusakan integritas kulit
A:-
P:-
DAFTAR PUSTAKA

Brunner / Suddarth. 1984. Medical Surgical Nursing. JB Lippincot Company : Philadelphia.

Doenges, Marilyn E . 1993. Nursing Care Plans, F.A.Davis Company :Philadelphia.

Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.

Jakarta: EGC

Joanne, dkk. 2008. Nursing Interventions Classification (NIC), Fifth Edition. Amerika: Mosby

Laboratorium UPF Ilmu Kesehatan Anak.1998. Pedoman Diagnosis dan Terapi Fakultas
Kedokteran UNAIR Surabaya.

Mansjoer,et al.2001. Kapita Selekta Kedokteran volume 1 edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius

Moorhead, dkk. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC), Fourth Edition. Amerika:

Mosby

Muttaqin Arif.2008.Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta:


Salemba Medika

Ngastiyah.1997. Perawatan Anak Sakit. EGC : Jakarta

Rahman M.1986.Petunjuk Tentang Penyakit, Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium, Kelompok


Minat Penulisan Ilmiah Kedokteran Salemba : Jakarta.

Sacharian, Rosa M. 1993. Prinsip Keperawatan Pediatrik, Edisi 2. EGC : Jakarta.

Sutjinigsih.1995. Tumbuh kembang Anak.EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai