Anda di halaman 1dari 24

A.

KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piameter (lapisan
dalam selaput otak) dan arakhnoid serta dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan
otak dan medula spinalis yang superficial Saputra,(2010).
Penularan kuman dapat terjadi secara kontak langsung dengan penderita dan droplet
infection yaitu terkena percikan ludah, dahak, ingus, cairan bersin dan cairan tenggorok
penderita. Saluran nafas merupakan port d’entree utama pada penularan penyakit ini.
Bakteri-bakteri ini disebarkan pada orang lain melalui pertukaran udara dari pernafasan dan
sekresi-sekresi tenggorokan yang masuk secara hematogen (melalui aliran darah) ke dalam
cairan serebrospinal dan memperbanyak diri didalamnya sehingga menimbulkan peradangan
pada selaput otak dan otak.

2. Epidemiologi
a. Orang atau Manusia
Umur dan daya tahan tubuh sangat mempengaruhi terjadinya meningitis. Penyakit
ini lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibandingkan perempuan dan distribusi
terlihat lebih nyata pada bayi. Meningitis purulenta lebih sering terjadi pada bayi dan
anak-anak karena sistem kekebalan tubuh belum terbentuk sempurna. Puncak insidensi
kasus meningitis karena Haemophilus influenzae di Negara berkembang adalah pada
anak usia kurang dari 6 bulan, sedangkan di Amerika Serikat terjadi pada anak usia 6-12
bulan. Sebelum tahun 1990 atau sebelum adanya vaksin untuk Haemophilus influenzae
tipe b di Amerika Serikat, kira-kira 12.000 kasus meningitis Hib dilaporkan terjadi pada
umur < 5 tahun.9 Insidens Rate pada usia < 5 tahun sebesar 40-100 per 100.000.7
Setelah 10 tahun penggunaan vaksin, Insidens Rate menjadi 2,2 per 100.000. Di Uganda
(2001-2002) Insidens Rate meningitis Hib pada usia < 5 tahun sebesar 88 per 100.000.
b. Tempat
Risiko penularan meningitis umumnya terjadi pada keadaan sosio-ekonomi
rendah, lingkungan yang padat (seperti asrama, kamp-kamp tentara dan jemaah haji),
dan penyakit ISPA.16 Penyakit meningitis banyak terjadi pada negara yang sedang
berkembang dibandingkan pada negara maju. Insidensi tertinggi terjadi di daerah yang
disebut dengan the African Meningitis belt, yang luas wilayahnya membentang dari
Senegal sampai ke Ethiopia meliputi 21 negara. Kejadian penyakit ini terjadi secara
sporadis dengan Insidens Rate 1-20 per 100.000 penduduk dan diselingi dengan KLB
besar secara periodik. Di daerah Malawi, Afrika pada tahun 2002 Insidens Rate
meningitis yang disebabkan oleh Haemophilus influenzae 20-40 per 100.000 penduduk.
c. Waktu
Kejadian meningitis lebih sering terjadi pada musim panas dimana kasuskasus
infeksi saluran pernafasan juga meningkat. Di Eropa dan Amerika utara insidensi
infeksi Meningococcus lebih tinggi pada musim dingin dan musim semi sedangkan di
daerah Sub-Sahara puncaknya terjadi pada musim kering. Meningitis karena virus
berhubungan dengan musim, di Amerika sering terjadi selama musim panas karena pada
saat itu orang lebih sering terpapar agen pengantar virus. Di Amerika Serikat pada tahun
1981 Insidens Rate meningitis virus sebesar 10,9 per 100.000 Penduduk dan sebagian
besar kasus terjadi pada musim panas.

3. Penyebab atau Faktor Predisposisi


1) Bakteri; Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae (pneumokok),
Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus
aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae,
Peudomonas aeruginosa
2) Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia
3) Faktor Predisposisi : Jenis kelamin laki-laki lebih sering dibandingkan dengan wanita
4) Faktor Maternal : Ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir
kehamilan
5) Faktor Imunologi : Defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.
6) Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem
persarafan
4. Patofisiologi
Meningitis pada umumnya sebagai akibat dari penyebaran penyakit di organ atau
jaringan tubuh yang lain. Virus atau bakteri menyebar secara hematogen sampai ke selaput
otak, misalnya pada penyakit Faringitis, Tonsilitis, Pneumonia, Bronchopneumonia dan
Endokarditis. Penyebaran bakteri atau virus dapat pula secara perkontinuitatum dari
peradangan organ atau jaringan yang ada di dekat selaput otak, misalnya Abses otak, Otitis
Media, Mastoiditis, Trombosis sinus kavernosus dan Sinusitis. Penyebaran kuman bisa juga
terjadi akibat trauma kepala dengan fraktur terbuka atau komplikasi bedah otak. Invasi
kuman-kuman ke dalam ruang subaraknoid menyebabkan reaksi radang pada pia dan
araknoid, CSS (Cairan Serebrospinal) dan sistem ventrikulus.
Mula-mula pembuluh darah meningeal yang kecil dan sedang mengalami hiperemi;
dalam waktu yang sangat singkat terjadi penyebaran sel-sel leukosit polimorfonuklear ke
dalam ruang subarakhnoid, kemudian terbentuk eksudat. Dalam beberapa hari terjadi
pembentukan limfosit dan histiosit dan dalam minggu kedua selsel plasma. Eksudat yang
terbentuk terdiri dari dua lapisan, bagian luar mengandung leukosit polimorfonuklear dan
fibrin sedangkan di lapisaan dalam terdapat makrofag.
Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di korteks dan dapat
menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan degenerasi neuronneuron. Trombosis
serta organisasi eksudat perineural yang fibrino-purulen menyebabkan kelainan kraniales.
Pada Meningitis yang disebabkan oleh virus, cairan serebrospinal tampak jernih
dibandingkan Meningitis yang disebabkan oleh bakteri.
5. Klasifikasi
a. Meningitis Bacterial
Meningitis bakterial merupakan karakteristik inflamasi pada seluruh meningen, dimana
organisme masuk kedalam ruang arachnoid dan subarachnoid. Meningitis bakterial
merupakan kondisi emergensi neurologi dengan angka kematian sekitar 25%.
Meningitis bakterial jika cepat dideteksi dan mendapatkan penanganan yang tepat akan
mendapatkan hasil yang baik. Meningitis bakterial sering disebut juga sebagai
meningitis purulen atau meningitis septik. Bakteri yang dapat mengakibatkan serangan
meningitis adalah; Streptococcus pneuemonia (pneumococcus), Neisseria meningitides,
Haemophilus influenza, (meningococcus), Staphylococcus aureus dan Mycobakterium
tuberculosis.
b. Meningitis Virus
Meningitis virus biasanya disebut meningitis aseptik. Sering terjadi akibat lanjutan dari
bermacam-macam penyakit akibat virus, meliputi; measles, mumps, herpes simplek,
dan herpes zoster. Virus penyebab meningitis dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu
virus RNA (ribonuclear acid) dan virus DNA (deoxyribo nucleid acid). Contoh virus
RNA adalah enterovirus (polio), arbovirus (rubella), flavivirus (dengue), mixovirus
(influenza, parotitis, morbili). Sedangkan contoh virus DNA antaa lain virus herpes,
dan retrovirus (AIDS).
c. Meningitis Jamur
Infeksi jamur dan parasit pada susunan saraf pusat merupakan penyakit oportunistik
yang pada beberapa keadaan tidak terdiagnosa sehingga penanganannya juga sulit.
Manifestasi infeksi jamur dan parasit pada susunan saraf pusat dapat berupa meningitis
(paling sering) dan proses desak ruang (abses atau kista). Contoh jamur dan parasit
penyebab meningitis adalah toksoplasma dan amoeba.
6. Gejala Klinis
Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :
1) Sakit kepala dan demam
2) Terjadi letargik, tidak responsif dan koma
3) Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah anatara lain : kaku leher, tanda kernik
positip, tanda brudzinki
4) Mengalami foto fobia atau sensitif yang berlebihan pada cahaya
5) Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal
6) Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba muncul,
lesi purpura yang menyebar.

7. Pemeriksaan Fisik
Tanda Rangsangan Meningeal
a. Tanda Rangsang Meningeal Kaku Kuduk
Cara pemeriksaan : Pasien berbaring terlentang singkirkan penyangga kepala lakukan
gerakan anterofleksi leher secara pasif sampai dagu menyentuh dada. Bila terasa ada
tekanan sehingga dagu tidak bisa menyentuh dada bahkan badan atas ikut terangkat
berarti kaku kuduk positif.

b. Tanda Rangsang Meningeal Brudzinski


- Brudzinski Sign, Tanda Leher
Cara pemeriksaan : Pasien berbaring terlentang kemudian gerakan antreofleksi
leher secara pasif. Positif bila disusul secar reflektorik oleh gerakan fleksi pada
kedua tungkai sendi lutut dan panggul
- Brudzinski Sign, Tanda Tungkai Kontralateral
Cara pemeriksaan : pasien berbaring terlentang salah satu tungkai diangkat dalam
sikap lutut lurus di sendi lutut, dan fleksi di sendi panggul. Positif bila tungkai
kontralateral timbul gerakan reflektorik fleksi di sendi lutut dan panggul.
- Brudzinski Sign, Tanda Pipi
Cara pemeriksaan : dilakukan penekanan pada kedua pipi tepat dibawah os
zigomatikum. Positif bila disusul gerakan reflektorik fleksi kedua sikudan gerakan
reflektorik keatas sejenak kedua lengan.
- Brudzinski Sign, Tanda Simfisis Pubis
Cara pemeriksaan : dilakukan penekana pada simfisis pubis. Positif bila disusul
gerakan reflektorik fleksi pada kedua tungkai di sendi lutut dan panggul.
c. Tanda Rangsang Meningeal Kernig
Cara pemeriksaan : pasien berbaring terlentang satu tungkai difleksikan pada sendi
lutut dan panggul hingga 900, kemudian ekstensikan tungkai bawah pada sendi lutut
sampai membentuk sudut > 1350 kehadap paha. Positif bila pada tungkai kontralateral
timbul gerakan reflektorik fleksi di sendi lutut dan panggul.

8. Pemeriksaan Diagnostik atau Penunjang


1) Pemeriksaan Pungsi Lumbal
Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan protein cairan
cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan tekanan intrakranial.
 Pada Meningitis Serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan jernih, sel darah
putih meningkat, glukosa dan protein normal, kultur (-).
 Pada Meningitis Purulenta terdapat tekanan meningkat, cairan keruh, jumlah sel
darah putih dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur (+) beberapa jenis
bakteri.
2) Pemeriksaan Darah
Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, Laju Endap Darah (LED),
kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit dan kultur.
 Pada Meningitis Serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Disamping itu, ada
Meningitis Tuberkulosa didapatkan juga peningkatan LED.
 Pada Meningitis Purulenta didapatkan peningkatan leukosit.
3) Pemeriksaan Radiologis
 Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto kepala, bila mungkin dilakukan CT
Scan.
 Pada Meningitis Purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid, sinus paranasal,
gigi geligi) dan foto dada.

9. Theraphy atau Tindakan Penanganan


Penatalaksanaan yang dilakukan apabila anak mengalami meningitis adalah:
a. Pemberian tindakan dan perawatan sesuai dengan kejang demam
 Intervensi keperawatan awal yang harus diberikan saat anak datang dengan keluhan
kejang
1. Berikan privasi dan perlindungan pada pasien dari penonton yang ingin tahu (
pasien yang mempunyai penanda ancaman kejang memerlukan waktu untuk
mencari tempat yang aman dan pribadi)
2. Mengamankan pasien di lantai, jika memungkinkan.
3. Melindungi kepala dengan bantalan untuk mencegah cedera ( dari membentur
permukaan keras).
4. Lepaskan pakaian yang ketat
5. Singkirkan semua prabot yang dapat mencederai pasien selama kejang
6. Jika pasien di tempat tidur , singkirkan bantal dan tinggikan pagar tempat tidur
7. Jika penanda ancaman kejang mendahului kejang , masukan spatel lidah yang
diberi bantalan diantara gigi-gigi, untuk mengurangi lidah atau pipi tergigit.
8. Jangan berusaha untuk membuka rahang yang terkatup pada keadaan spasme untuk
memasukan sesuatu. Gigi patah dan cedera pada bibir dan lidah dapat terjadi karena
tindakan ini
9. Tidak ada upaya dibuat untuk merestrein pasien selama kejang , karena kontraksi
otot kuat dan restrein dapat menimbulkan cedera
10. Jika mungkin tempatkan pasien miring pada salah satu sisi dengan kepala fleksi
ke depan , yang memungkinkan lidah jatuh dan memudahkan pengeluaran saliva
dan mucus. Jika disediakan penghisap, gunakan jika perlu untuk membersihkan
secret.
 Tindakan mengatasi kejang
1) Tindakan perawatan perektal
Karena ditemukan pasien menderita Meningitis, dilakukan pemberian Adenosine
arabinose 15 mg/Kg BB/hari selama 5 hari
2) Pemakaian obat-obatan
 Untuk menghilangkan edema otak diberikan obat-obatan sebagai berikut :
o Dexamethason
Diberikan dosis 0,5 mg/kg.bb./hari intravena atau intramuscular. Dosis
diturunkan pelan-pelan bila setelah beberapa hari pasien menunjukkan
perbaikan
o Manitol
Dosis 1,5-2,0 mg/kg intravena dalam 30-60 menit dapat diulang setiap 8-12
jam dengan menggunakan larutan 15-20 %
o Gliserol
Dosis 0,5-2,0 gram/kg dengan sonde hidung, diencerkan 2 kali dan dapat
diulang setiap 6 jam.
o Glukosa 20%
Glukosa 20% sebanyak 10ml intravena beberapa kali sehari, dimasukkan ke
dalam pipa
3) Pengobatan Suportif
o Pemberian cairan intravena (glukosa 10%), pemberian cairan ini dimaksudkan
untuk mempertahankan keseimbangan air-elektrolit,mencukupi kalori dan
pemberian obat-obatan
o Pemberian vitamin
o Pemberian O2 untuk mencegah kerusakan jaringan otak akibat hipoksia

10. Komplikasi
Komplikasi dari Meningitis adalah sebagai berikut;
1) Retardasi mental
2) Iritabel
3) Ganguan motorik
4) Epilepsi
5) Emosi tidak stabil
6) Sulit tidur
7) Halusinasi
8) Enuresis
9) Anak menjadi perusak dan melakukan tindakan asosial lain
10) Selain itu meningitis juga menimbulkan komplikasi berupa edema otak dan
perdarahan serebral

11. Prognosis
Prognosis meningitis tergantung kepada umur, mikroorganisme spesifik yang
menimbulkan penyakit, banyaknya organisme dalam selaput otak, jenis meningitis dan lama
penyakit sebelum diberikan antibiotik. Penderita usia neonatus, anak-anak dan dewasa tua
mempunyai prognosis yang semakin jelek, yaitu dapat menimbulkan cacat berat dan
kematian.
Pengobatan antibiotika yang adekuat dapat menurunkan mortalitas meningitis
purulenta, tetapi 50% dari penderita yang selamat akan mengalami sequelle (akibat sisa).
Lima puluh persen meningitis purulenta mengakibatkan kecacatan seperti ketulian,
keterlambatan berbicara dan gangguan perkembangan mental, dan 5 – 10% penderita
mengalami kematian.
Pada meningitis Tuberkulosa, angka kecacatan dan kematian pada umumnya tinggi.
Prognosa jelek pada bayi dan orang tua. Angka kematian meningitis TBC dipengaruhi oleh
umur dan pada stadium berapa penderita mencari pengobatan. Penderita dapat meninggal
dalam waktu 6-8 minggu.
Penderita meningitis karena virus biasanya menunjukkan gejala klinis yang lebih
ringan,penurunan kesadaran jarang ditemukan. Meningitis viral memiliki prognosis yang
jauh lebih baik. Sebagian penderita sembuh dalam 1 – 2 minggu dan dengan pengobatan
yang tepat penyembuhan total bisa terjadi.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan melakukan anamnesia pada pasien. Data-data yang
dikumpulkan atau dikaji meliputi :
1) Identitas Pasien
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat
rumah, agama, suku bangsa, staus perkawinan, pendidikan terakhir, nomor
registrasi, pekerjaan pasien, dan nama penanggung jawab
2) Status Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien
mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien
dengan penyakit meningitis didapatkan keluhan berupa sakit kepala dan
demam
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan masalah penyakit meningitis biasanya akan diawali dengan
adanya tanda-tanda seperti sakit kepala dan demam, terjadi letargik, iritasi
meningen mengakibatkan sejumlah anatara lain : kaku leher, tanda kernik
positip, tanda brudzinki, mengalami foto fobia atau sensitif yang
berlebihan pada cahaya. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu
muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau
menghilangkan keluhan-keluhan tersebut.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya pasien sudah pernah masuk Rumah Sakit, penyakit yang
pernah diderita misalnya trauma atau menjalani prosedur infasif seperti
luka pada kepala dan fungsi lumbal.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Anggota keluarga pasien mengalami sakit yang menderita penyakit
meningitis atau luka pada kepala
3) Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
a. Pola Manajemen Kesehatan dan Persepsi Kesehatan
Kaji pasien mengenai arti sehat dan sakit bagi pasien, pengetahuan status
kesehatan pasien saat ini.
b. Pola Metabolik-Nutrisi
Kaji pasien mengenai kebiasaan jumlah makanan dan kehidupan, jenis dan
jumlah (makanan dan minum), pola makan 3 hari terakhir atau 24 jam
terakhir, porsi yang dihabiskan, nafsu makan
c. Pola Eliminasi
Kebiasaan pola buang air kecil : frekuensi, jumlah (cc), warna, bau, nyeri,
nokturia, kemampuan mengontrol BAK, adanya perubahan lain.
Kebiasaan pola buang air besar : frekuensi, warna, bau, nyeri, kemampuan
mengontrol BAB, adanya perubahan lain.
d. Gerak dan Aktifitas
Kaji pasien mengenai aktifitas kehidupan sehari-hari, kemampuan untuk
merawat diri sendiri (berpakaian, mandi, makan, kamar mandi), mandiri
bergantung atau perlu bantuan, penggunaan alat bantu (kruk,kaki tiga).
e. Pola Istirahat –Tidur
Kaji pasien mengenai kebiasaan tidar sehari-hari (jumlah waktu tidur, jam
tidur dan bangun, ritual menjelang tidur, lingkungan tidur, tingkat
kesegaran). Data pemeriksaan fisik (lesu, kantung mata, keadaan umum,
mengantuk
f. Pola Kognitif-Perseptual
Kaji status mental klien, kaji nyeri dengan Provokasi (penyebab),
(Qualitas nyerinya seperti apa), Reqion (di daerah mana yang nyeri), Scala
(skala nyeri 1-10), Time (kapan nyeri terasa bertambah berat).
g. Pola Konsep Diri-Persepsi Diri
Kaji pasien mengenai :
- Keadaan social : pekerjaan, situasi keluarga, kelompok social
- Identitas personal : penjelasan tentang diri sendiri, kekuatan dari
kelemahan yang dimiliki
- Keadaan fisik : segala sesuatu yang berkaitan dengan tubuh ( yang
disukai dan tidak)
- Harga diri : perasaan mengenai diri sendiri
- Ancaman terhadap konsep diri (sakit, perubahan peran)
- Riwayat berhubungan dengan masalah fisik atau psikologi
- Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (mengurangi diri, murung,
tidak mau berinteraksi
h. Pola Hubungan-Peran
Kaji pasien mengenai:
- Gambaran tentang peran berkaitan dengan keluarga, teman kerja
- Kepuasan atau ketidak puasan menjalankan peran
- Efek terhadap status kesehatan
- Pentingnya keluarga
- Struktur dan dukungan keluarga
- Pola membesarkan anak
- Hubungan dengan orang lain
- Orang terdekat dengan klien
- Data pemeriksaan fisik yang berkaitan
i. Pola Reproduksi-Seksualitas
Kaji pasien mengenai :
- Masalah atau perhatian seksual
- Menstruasi, jumlah anak, jumlah suami atau istri
- Gambaran perilaku seksual (perilaku seksual yang aman, pelukan,
sentukan dll)
- Pengetahuan yang berhubungan dengan seksualitas dan reproduksi
- Efek terhadap kesehatan
- Riwayat yang berhungan dengan masalah fisik dan atau psikologi
- Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (KU, genetalia, payudarah,
rectum)
j. Pola Toleransi Terhadap Stres-Koping
Kaji pasien mengenai :
- Sifat pencetus stress yang di rasakan baru-baru ini
- Tingkat stress yang dirasakan
- Gambaran respon umum dan khusus terhadap stress
- Strategi mengatasi mengatasi stress yang biasanya digunakan dan
keefektifannya
- Strategi koping yang biasa digunakan
- Pengetahuan dan penggunaan tehnik manajemen stress
- Hubungan antara manajemen strees dengan keluarga
k. Pola Keyakinan-Nilai
Kajia pasien mengenai :
- Latar belakang budaya atau etnik
- Status ekonomi, perilaku kesehatan yang berkaitan dengan kelompok
budaya atau etnik

4) Pemeriksaan Fisik
a. Tanda Rangsang Meningeal Kaku Kuduk
Cara pemeriksaan : Pasien berbaring terlentang singkirkan penyangga
kepala lakukan gerakan anterofleksi leher secara pasif sampai dagu
menyentuh dada. Bila terasa ada tekanan sehingga dagu tidak bisa
menyentuh dada bahkan badan atas ikut terangkat berarti kaku kuduk
positif.
b. Tanda Rangsang Meningeal Brudzinski
- Brudzinski Sign, Tanda Leher
Cara pemeriksaan : Pasien berbaring terlentang kemudian gerakan
antreofleksi leher secara pasif. Positif bila disusul secar reflektorik
oleh gerakan fleksi pada kedua tungkai sendi lutut dan panggul
- Brudzinski Sign, Tanda Tungkai Kontralateral
Cara pemeriksaan : pasien berbaring terlentang salah satu tungkai
diangkat dalam sikap lutut lurus di sendi lutut, dan fleksi di sendi
panggul. Positif bila tungkai kontralateral timbul gerakan reflektorik
fleksi di sendi lutut dan panggul.
- Brudzinski Sign, Tanda Pipi
Cara pemeriksaan : dilakukan penekanan pada kedua pipi tepat
dibawah os zigomatikum. Positif bila disusul gerakan reflektorik
fleksi kedua sikudan gerakan reflektorik keatas sejenak kedua
lengan.
- Brudzinski Sign, Tanda Simfisis Pubis
Cara pemeriksaan : dilakukan penekana pada simfisis pubis. Positif
bila disusul gerakan reflektorik fleksi pada kedua tungkai di sendi
lutut dan panggul.
c. Tanda Rangsang Meningeal Kernig
Cara pemeriksaan : pasien berbaring terlentang satu tungkai difleksikan
pada sendi lutut dan panggul hingga 900, kemudian ekstensikan tungkai
bawah pada sendi lutut sampai membentuk sudut > 1350 kehadap paha.
Positif bila pada tungkai kontralateral timbul gerakan reflektorik fleksi di
sendi lutut dan panggul.

2. Analisa Data
Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan
klien, kemampuan klien mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri dan hasil
konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya. Data fokus adalah data tentang
perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya
serta hal-hal yang mencangkup tindakan yang di laksanakan terhadap klien.
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan
secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah serta kebutuhan keperawatan
dan kesehatan lainnya. Dari informasi yang terkumpul didapatkan data dasar tentang
masalah-masalah yang di hadapi klien.
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan utama untuk klien dengan masalah meningitis adalah :
a. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif berhubungan dengan penurunan
kinerja ventrikel kiri (D.0017)
b. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit misalnya infeksi
(D.0130)
c. Ansietas berhubungan dengan krisis maturasional (D. 0080)
d. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis misal.
Inflamasi, iskemia dan neoplasma (D.0077)
e. Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan (D.0023)
f. Nausea berhubungan dengan peningkatan intrakarnial (D.0076)
Yang biasanya ditentukan melalui PES (Problem, Etiologi, Symtom)dengan cara
penyusunan diagnosa keperawatan yaitu : Problem berhubungan dengan Etiologi yang
di tandai dengan Symtom yang diperoleh dari DS dan DO
4. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Hasil
Risiko Perfusi SLKI: SIKI : a. Untuk
Serebral Tidak Tujuan: Setelah Pencegahan Syok mengetahui
Efektif diberikan asuhan a. Monitor status kekuatan
berhubungan keperawatan ...x24 jam kardiopulmonal nadi,
dengan penurunan diharapkan status seperti frekuensi, frekuensi
kinerja ventrikel sirkulasi pada pasien kekuatan nadi, nafas dan
kiri (D.0017) kembali normal dengan frekuensi nafas tekanan
kriteria hasil : dan tekanan darah
a. Saturasi oksigen darah b. Untuk
kembali dengan b. Monitor status mengetahui
normal 75 dan oksigenasi status
100 mmHg c. Monitor tingkat oksigenasi
b. Tekanan darah kesadaran dan pada pasien
kembali dengan respon pupil c. Untuk
normal 120/70 d. Berikan oksigen mengetahui
mmHg 75 untuk tingkat
mempertahankan kesadaran
saturasi oksigen pada pasien
>94% d. Untuk
e. Pasang kateter mengetahui
urine untuk dan
menilai produksi mempertahan
urine kan saturasi
f. Anjurkan oksigen
melapor jika e. Agar perawat
menemukan atau mengetahui
merasakan tanda dan bisa
dan gejala awal menanganiny
syok a jika ada
g. Anjurkan tanda dan
memperbanyak gejhala syok
asupan cairan f. Untuk
oral mengetahui
h. Kolaborasi intake dan
pemberian IV output cairan
i. kolaborasi pasien
pemberian g. Untuk
antiinflamasi mendukung
kesehatan
pasien
h. Untuk
mendukung
dan
kolaborasi
kesehatan
pasien
tersebut

Hipertermia SLKI: SIKI : a. Untuk


berhubungan Tujuan: Setelah Manajemen mengetahui
dengan proses diberikan asuhan Hipertermia penyebab
penyakit misalnya keperawatan ...x24 jam a. Identifikasi hipertermia
infeksi (D.0130) diharapkan penyebab misal
thermoregulasi pada hipertermia misal dehidrasi,
pasien kembali normal dehidrasi, terpapar
dengan kriteria hasil : terpapar lingkungan
a. Kulit pada pasien lingkungan panas panas
tidak merah b. Monitor suhu b. Untuk
b. Pasien tidak pucat tubuh mengetahui
c. Suhu tubuh pasien c. Monitor haluaran suhu tubuh
kembali dengan urine pasien
jormal 36,50 CC d. Berikan cairan c. Untuk
oral mengetahui
e. Lakukan output pada
pendinginan cairan urine
eksternal seperti pasien
kompres dingin d. Agar suhu
pada dahi, leher, tubuh pasien
dada, abdomen, kembali
aksila dengan
f. Anjurkan tirah normal
baring e. Untuk
g. Anjurkan minum mengembalik
air putih an suhu
h. Kolaborasi tubuh pasien
pemberian cairan kembali
dan elektrolit dengan
intreavena normal
f. Agar pasien
bisa
beristirahat
dengan
tenang
g. Untuk
menurunkan
suhu tubuh
pasien
kembali
dengan
normal
h. Untuk Untuk
memberikan
pelayanan
dan
kolaborasi
yng tepat
pada pasien
Ansietas SLKI: SIKI : a. Untuk
berhubungan Tujuan: Setelah Terapi Relaksasi mengetahui
dengan krisis diberikan asuhan a. Periksa ketegangan
maturasional (D. keperawatan ...x24 jam ketegangan otot, otot,
0080) diharapkan tingkat frekuensi nadi, frekuensi
kecemasan pada pasien tekanan darah, nadi, tekanan
kembali normal dengan suhu sebelum darah, suhu
kriteria hasil : dan sesudah sebelum dan
a. Perilaku Gelisah latihan sesudah
pasien berkurang b. Monitor respon latihan
dengan skala 4 terhadap terapi b. Untuk
b. Perilaku tegang relaksasi mengetahui
pasien berkurang c. Gunakan pakaian respon
dengan skala 4 longgar terhadap
d. Gunakan nada terapi
suara lembut relaksasi
dengan irama c. Agar pasien
lambat berirama merasa
e. Anjurkan posisi nyaman
nyaman d. Agar pasien
f. Kolaborasi tidak
dengan obat merasakan
analgetik tegang
e. Agar pasien
merasa
nyaman
terhadap
posisinya
f. Agar gelisah
pasien
berkurang
Nyeri Akut SLKI: SIKI : a. Untuk
berhubungan Tujuan: Setelah Manajemen Nyeri mengetahui
dengan agen diberikan asuhan a. Identifikasi, karakteristik,
pencedera keperawatan ...x24 jam karakteristik, durasi,
fisiologis misal. diharapkan tingkat nyeri durasi, frekuensi, frekuensi,
Inflamasi, iskemia pada pasien kembali kualitas dan kualitas dan
dan neoplasma normal dengan kriteria itensitas nyeri itensitas
(D.0077) hasil : b. Identifikasi skala nyeri
a. Pasien mampu nyeri b. Untuk
mengontrol nyeri c. Berikan tehnik menegtahui
b. Pasien mampu nonfarmakologis skala nyeri
melaporkan untuk pada pasien
nyeri berkurang mengurangi rasa c. Untuk
mampu mengenali nyeri seperti memberikan
nyeri terapi musik rileksasi
c. Pasien dapat d. Anjurkan kepada
menyatakan rasa memonitor nyeri pasien, agar
nyaman secara mandiri pasien tidak
e. Kolaborasi merasakan
pemberian nyeri
analgetik d. Untuk
mengetahui
berapa
tingkat nyeri
pada pasien
Agar pasien
tidak
merasakan
sakit
e. Agar pasien
tidak
merasakan
sakit
Hipovolemia SLKI: SIKI : a. Untuk
berhubungan Tujuan: Setelah Manajemen mengetahui
dengan kekurangan diberikan asuhan Hipovolemia intake dan
intake cairan keperawatan ...x24 jam a. Monitor intake output cairan
(D.0023) diharapkan keseimbangan dan output cairan b. Untuk
cairan pada pasien b. Hitung mengetahui
kembali normal dengan kebutuhan cairan kebutuhan
kriteria hasil : c. Berikan asupan cairan yang
a. Keseimbangan cairan oral sudah
intake dan output d. Anjurkan terpenuhi
dalam 24 jam memperbanyak dan tidak
b. Kelembaban asupan cairan c. Untuk
membran mukosa oral mengetahui
e. Kolaborasi asupan
pemberian cairan cairan oral
IV isotonis ( pada pasien
NaCL, RL) d. Untuk
memenuhi
cairan oral
pada pasien
e. Untuk
meningkatka
n kesehatan
dan
mendukung
kesehatan
pada pasien
Nausea SLKI: SIKI : a. Untuk
berhubungan Tujuan: Setelah a. Identifikasi mengetahui
dengan diberikan asuhan faktor penyebab faktor
peningkatan keperawatan ...x24 jam mual seperti penyebab
intrakarnial diharapkan dapat pengobatan dan mual seperti
(D.0076) mengontrol mual atau prosedur pengobatan
muntah pada pasien b. Monitor mual dan prosedur
kembali normal dengan c. Monitor asupan b. Untuk
kriteria hasil : nutrisi dan kalori mengetahui
a. Kemampuan d. Kendalikan apakah
mengenali gejala faktor pasien
b. Kemampuan lingkungan merasa mual
mengenali penyebab mual c. Untuk
penyebab atau seperti bau tak mengetahui
pemicu sedap, suara dan dan
c. Kemampuan rangsangan visul mengontrol
melakukan yang tidak asupan
tindakan untuk menenangkan nutrisi dan
mengontrol mual e. Berikan makanan kalori
atau muntah dalam jumlah d. Agar pasien
kecil dan mampu
menarik mengendalik
f. Anjurkan an faktor
istirahat dan tidur lingkungan
yang cukup penyebab
g. Anjurkan sering mual seperti
membersihkan bau tak sedap
mulut kecuali e. Agar pasien
jika merangsang tidak cepat
mual mual
h. Anjurkan f. Agar tidur
penggunaan pasien
tehnik terpenuhi
nonfarmakologis g. Agar tidak
untuk mengatasi merangsang
mual seperti terjadinya
relaksasi, terapi mual
musik h. Untuk
i. Kolaborasi merileksasik
pemberian an pasien
antiemetik agar
pikirannya
teralihkan
i. Agar mual
pasien
terkontrol

5. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang di buat

6. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencanakan kesehatan pasien dengan tujuan yang
telah ditetapkan di lakukan dengan cara melibatkan pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Munttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta : Salemba Medika.
Ahmad Susanto. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta : Kencana Prenada. Media Group

Arief Mansjoer. 2010. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 4. Jakarta : Media Aesculapius

Saputra,Lyndon.2010. Intisari Ilmu Penyakit Dalam. Tanggerang : Binarupa Aksara Publisher

Sjamsuhidajat & Jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Defenisi dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Defenisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Luar Keperawatan Indonesia, Defenisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai