2. Epidemiologi
a. Orang atau Manusia
Umur dan daya tahan tubuh sangat mempengaruhi terjadinya meningitis. Penyakit
ini lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibandingkan perempuan dan distribusi
terlihat lebih nyata pada bayi. Meningitis purulenta lebih sering terjadi pada bayi dan
anak-anak karena sistem kekebalan tubuh belum terbentuk sempurna. Puncak insidensi
kasus meningitis karena Haemophilus influenzae di Negara berkembang adalah pada
anak usia kurang dari 6 bulan, sedangkan di Amerika Serikat terjadi pada anak usia 6-12
bulan. Sebelum tahun 1990 atau sebelum adanya vaksin untuk Haemophilus influenzae
tipe b di Amerika Serikat, kira-kira 12.000 kasus meningitis Hib dilaporkan terjadi pada
umur < 5 tahun.9 Insidens Rate pada usia < 5 tahun sebesar 40-100 per 100.000.7
Setelah 10 tahun penggunaan vaksin, Insidens Rate menjadi 2,2 per 100.000. Di Uganda
(2001-2002) Insidens Rate meningitis Hib pada usia < 5 tahun sebesar 88 per 100.000.
b. Tempat
Risiko penularan meningitis umumnya terjadi pada keadaan sosio-ekonomi
rendah, lingkungan yang padat (seperti asrama, kamp-kamp tentara dan jemaah haji),
dan penyakit ISPA.16 Penyakit meningitis banyak terjadi pada negara yang sedang
berkembang dibandingkan pada negara maju. Insidensi tertinggi terjadi di daerah yang
disebut dengan the African Meningitis belt, yang luas wilayahnya membentang dari
Senegal sampai ke Ethiopia meliputi 21 negara. Kejadian penyakit ini terjadi secara
sporadis dengan Insidens Rate 1-20 per 100.000 penduduk dan diselingi dengan KLB
besar secara periodik. Di daerah Malawi, Afrika pada tahun 2002 Insidens Rate
meningitis yang disebabkan oleh Haemophilus influenzae 20-40 per 100.000 penduduk.
c. Waktu
Kejadian meningitis lebih sering terjadi pada musim panas dimana kasuskasus
infeksi saluran pernafasan juga meningkat. Di Eropa dan Amerika utara insidensi
infeksi Meningococcus lebih tinggi pada musim dingin dan musim semi sedangkan di
daerah Sub-Sahara puncaknya terjadi pada musim kering. Meningitis karena virus
berhubungan dengan musim, di Amerika sering terjadi selama musim panas karena pada
saat itu orang lebih sering terpapar agen pengantar virus. Di Amerika Serikat pada tahun
1981 Insidens Rate meningitis virus sebesar 10,9 per 100.000 Penduduk dan sebagian
besar kasus terjadi pada musim panas.
7. Pemeriksaan Fisik
Tanda Rangsangan Meningeal
a. Tanda Rangsang Meningeal Kaku Kuduk
Cara pemeriksaan : Pasien berbaring terlentang singkirkan penyangga kepala lakukan
gerakan anterofleksi leher secara pasif sampai dagu menyentuh dada. Bila terasa ada
tekanan sehingga dagu tidak bisa menyentuh dada bahkan badan atas ikut terangkat
berarti kaku kuduk positif.
10. Komplikasi
Komplikasi dari Meningitis adalah sebagai berikut;
1) Retardasi mental
2) Iritabel
3) Ganguan motorik
4) Epilepsi
5) Emosi tidak stabil
6) Sulit tidur
7) Halusinasi
8) Enuresis
9) Anak menjadi perusak dan melakukan tindakan asosial lain
10) Selain itu meningitis juga menimbulkan komplikasi berupa edema otak dan
perdarahan serebral
11. Prognosis
Prognosis meningitis tergantung kepada umur, mikroorganisme spesifik yang
menimbulkan penyakit, banyaknya organisme dalam selaput otak, jenis meningitis dan lama
penyakit sebelum diberikan antibiotik. Penderita usia neonatus, anak-anak dan dewasa tua
mempunyai prognosis yang semakin jelek, yaitu dapat menimbulkan cacat berat dan
kematian.
Pengobatan antibiotika yang adekuat dapat menurunkan mortalitas meningitis
purulenta, tetapi 50% dari penderita yang selamat akan mengalami sequelle (akibat sisa).
Lima puluh persen meningitis purulenta mengakibatkan kecacatan seperti ketulian,
keterlambatan berbicara dan gangguan perkembangan mental, dan 5 – 10% penderita
mengalami kematian.
Pada meningitis Tuberkulosa, angka kecacatan dan kematian pada umumnya tinggi.
Prognosa jelek pada bayi dan orang tua. Angka kematian meningitis TBC dipengaruhi oleh
umur dan pada stadium berapa penderita mencari pengobatan. Penderita dapat meninggal
dalam waktu 6-8 minggu.
Penderita meningitis karena virus biasanya menunjukkan gejala klinis yang lebih
ringan,penurunan kesadaran jarang ditemukan. Meningitis viral memiliki prognosis yang
jauh lebih baik. Sebagian penderita sembuh dalam 1 – 2 minggu dan dengan pengobatan
yang tepat penyembuhan total bisa terjadi.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan melakukan anamnesia pada pasien. Data-data yang
dikumpulkan atau dikaji meliputi :
1) Identitas Pasien
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat
rumah, agama, suku bangsa, staus perkawinan, pendidikan terakhir, nomor
registrasi, pekerjaan pasien, dan nama penanggung jawab
2) Status Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien
mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien
dengan penyakit meningitis didapatkan keluhan berupa sakit kepala dan
demam
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan masalah penyakit meningitis biasanya akan diawali dengan
adanya tanda-tanda seperti sakit kepala dan demam, terjadi letargik, iritasi
meningen mengakibatkan sejumlah anatara lain : kaku leher, tanda kernik
positip, tanda brudzinki, mengalami foto fobia atau sensitif yang
berlebihan pada cahaya. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu
muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau
menghilangkan keluhan-keluhan tersebut.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya pasien sudah pernah masuk Rumah Sakit, penyakit yang
pernah diderita misalnya trauma atau menjalani prosedur infasif seperti
luka pada kepala dan fungsi lumbal.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Anggota keluarga pasien mengalami sakit yang menderita penyakit
meningitis atau luka pada kepala
3) Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
a. Pola Manajemen Kesehatan dan Persepsi Kesehatan
Kaji pasien mengenai arti sehat dan sakit bagi pasien, pengetahuan status
kesehatan pasien saat ini.
b. Pola Metabolik-Nutrisi
Kaji pasien mengenai kebiasaan jumlah makanan dan kehidupan, jenis dan
jumlah (makanan dan minum), pola makan 3 hari terakhir atau 24 jam
terakhir, porsi yang dihabiskan, nafsu makan
c. Pola Eliminasi
Kebiasaan pola buang air kecil : frekuensi, jumlah (cc), warna, bau, nyeri,
nokturia, kemampuan mengontrol BAK, adanya perubahan lain.
Kebiasaan pola buang air besar : frekuensi, warna, bau, nyeri, kemampuan
mengontrol BAB, adanya perubahan lain.
d. Gerak dan Aktifitas
Kaji pasien mengenai aktifitas kehidupan sehari-hari, kemampuan untuk
merawat diri sendiri (berpakaian, mandi, makan, kamar mandi), mandiri
bergantung atau perlu bantuan, penggunaan alat bantu (kruk,kaki tiga).
e. Pola Istirahat –Tidur
Kaji pasien mengenai kebiasaan tidar sehari-hari (jumlah waktu tidur, jam
tidur dan bangun, ritual menjelang tidur, lingkungan tidur, tingkat
kesegaran). Data pemeriksaan fisik (lesu, kantung mata, keadaan umum,
mengantuk
f. Pola Kognitif-Perseptual
Kaji status mental klien, kaji nyeri dengan Provokasi (penyebab),
(Qualitas nyerinya seperti apa), Reqion (di daerah mana yang nyeri), Scala
(skala nyeri 1-10), Time (kapan nyeri terasa bertambah berat).
g. Pola Konsep Diri-Persepsi Diri
Kaji pasien mengenai :
- Keadaan social : pekerjaan, situasi keluarga, kelompok social
- Identitas personal : penjelasan tentang diri sendiri, kekuatan dari
kelemahan yang dimiliki
- Keadaan fisik : segala sesuatu yang berkaitan dengan tubuh ( yang
disukai dan tidak)
- Harga diri : perasaan mengenai diri sendiri
- Ancaman terhadap konsep diri (sakit, perubahan peran)
- Riwayat berhubungan dengan masalah fisik atau psikologi
- Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (mengurangi diri, murung,
tidak mau berinteraksi
h. Pola Hubungan-Peran
Kaji pasien mengenai:
- Gambaran tentang peran berkaitan dengan keluarga, teman kerja
- Kepuasan atau ketidak puasan menjalankan peran
- Efek terhadap status kesehatan
- Pentingnya keluarga
- Struktur dan dukungan keluarga
- Pola membesarkan anak
- Hubungan dengan orang lain
- Orang terdekat dengan klien
- Data pemeriksaan fisik yang berkaitan
i. Pola Reproduksi-Seksualitas
Kaji pasien mengenai :
- Masalah atau perhatian seksual
- Menstruasi, jumlah anak, jumlah suami atau istri
- Gambaran perilaku seksual (perilaku seksual yang aman, pelukan,
sentukan dll)
- Pengetahuan yang berhubungan dengan seksualitas dan reproduksi
- Efek terhadap kesehatan
- Riwayat yang berhungan dengan masalah fisik dan atau psikologi
- Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (KU, genetalia, payudarah,
rectum)
j. Pola Toleransi Terhadap Stres-Koping
Kaji pasien mengenai :
- Sifat pencetus stress yang di rasakan baru-baru ini
- Tingkat stress yang dirasakan
- Gambaran respon umum dan khusus terhadap stress
- Strategi mengatasi mengatasi stress yang biasanya digunakan dan
keefektifannya
- Strategi koping yang biasa digunakan
- Pengetahuan dan penggunaan tehnik manajemen stress
- Hubungan antara manajemen strees dengan keluarga
k. Pola Keyakinan-Nilai
Kajia pasien mengenai :
- Latar belakang budaya atau etnik
- Status ekonomi, perilaku kesehatan yang berkaitan dengan kelompok
budaya atau etnik
4) Pemeriksaan Fisik
a. Tanda Rangsang Meningeal Kaku Kuduk
Cara pemeriksaan : Pasien berbaring terlentang singkirkan penyangga
kepala lakukan gerakan anterofleksi leher secara pasif sampai dagu
menyentuh dada. Bila terasa ada tekanan sehingga dagu tidak bisa
menyentuh dada bahkan badan atas ikut terangkat berarti kaku kuduk
positif.
b. Tanda Rangsang Meningeal Brudzinski
- Brudzinski Sign, Tanda Leher
Cara pemeriksaan : Pasien berbaring terlentang kemudian gerakan
antreofleksi leher secara pasif. Positif bila disusul secar reflektorik
oleh gerakan fleksi pada kedua tungkai sendi lutut dan panggul
- Brudzinski Sign, Tanda Tungkai Kontralateral
Cara pemeriksaan : pasien berbaring terlentang salah satu tungkai
diangkat dalam sikap lutut lurus di sendi lutut, dan fleksi di sendi
panggul. Positif bila tungkai kontralateral timbul gerakan reflektorik
fleksi di sendi lutut dan panggul.
- Brudzinski Sign, Tanda Pipi
Cara pemeriksaan : dilakukan penekanan pada kedua pipi tepat
dibawah os zigomatikum. Positif bila disusul gerakan reflektorik
fleksi kedua sikudan gerakan reflektorik keatas sejenak kedua
lengan.
- Brudzinski Sign, Tanda Simfisis Pubis
Cara pemeriksaan : dilakukan penekana pada simfisis pubis. Positif
bila disusul gerakan reflektorik fleksi pada kedua tungkai di sendi
lutut dan panggul.
c. Tanda Rangsang Meningeal Kernig
Cara pemeriksaan : pasien berbaring terlentang satu tungkai difleksikan
pada sendi lutut dan panggul hingga 900, kemudian ekstensikan tungkai
bawah pada sendi lutut sampai membentuk sudut > 1350 kehadap paha.
Positif bila pada tungkai kontralateral timbul gerakan reflektorik fleksi di
sendi lutut dan panggul.
2. Analisa Data
Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan
klien, kemampuan klien mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri dan hasil
konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya. Data fokus adalah data tentang
perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya
serta hal-hal yang mencangkup tindakan yang di laksanakan terhadap klien.
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan
secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah serta kebutuhan keperawatan
dan kesehatan lainnya. Dari informasi yang terkumpul didapatkan data dasar tentang
masalah-masalah yang di hadapi klien.
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan utama untuk klien dengan masalah meningitis adalah :
a. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif berhubungan dengan penurunan
kinerja ventrikel kiri (D.0017)
b. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit misalnya infeksi
(D.0130)
c. Ansietas berhubungan dengan krisis maturasional (D. 0080)
d. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis misal.
Inflamasi, iskemia dan neoplasma (D.0077)
e. Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan (D.0023)
f. Nausea berhubungan dengan peningkatan intrakarnial (D.0076)
Yang biasanya ditentukan melalui PES (Problem, Etiologi, Symtom)dengan cara
penyusunan diagnosa keperawatan yaitu : Problem berhubungan dengan Etiologi yang
di tandai dengan Symtom yang diperoleh dari DS dan DO
4. Rencana Tindakan Keperawatan
5. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang di buat
6. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencanakan kesehatan pasien dengan tujuan yang
telah ditetapkan di lakukan dengan cara melibatkan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Munttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta : Salemba Medika.
Ahmad Susanto. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta : Kencana Prenada. Media Group
Arief Mansjoer. 2010. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 4. Jakarta : Media Aesculapius
Sjamsuhidajat & Jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Defenisi dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Defenisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Luar Keperawatan Indonesia, Defenisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI