Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG

MENGALAMI PENYAKIT MENINGITIS

Oleh

NAMA : TUNZIRA HAYATI

NIM : 18235101035

RUANG : 2A

YAYASAN PEMBANGUNAN KAMPUS JABAL GHAFUR


AKADEMI KEPERAWATAN JABAL GHAFUR
TAHUN 2021
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG
MENGALAMI PENYAKIT MENINGITIS

1. Definisi
Meningitis adalah radang pada menings ( membran yang mengelilingi otak
dan medula spinalis ) dan disebabkan oleh virus, bakteri, atau jamur.Meniningitis
merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya di timbulkan dari mikroorganisme
pneuomonik, meningokok, stafilokok, stretokok, hemophilus infuenza dan bahan
aseptis. (Wijaya, 2013, hal. 24)

Meningitis bakterialis adalah suatu infeksi purulen lapisan otak yang pada
orang dewasa biasanya hanya terbatas di dalam ruang subraknoid, namun pada bayi
cenderng meluas sampai ke rongga subdural sebagai suatu efusi atau empiema
subdural atau bahkan ke dalam otak. (Nurarif, 2016, hal. 114)

2. Patofisiologi
Meningitis umumnya dimulai dalam bentuk inflamasi piaaraknoid, yang
dapat berlanjut dengan timbul kongesti pada jaringan sekitarnya dan kerusakan
sebagian sel saraf.

Mikroorganisme secara khas masuk ke dalam sistem saraf pusat (SSP) melalui salah
satu dari empat jalur ini:

1. Darah (yang paling sering)


2. Lubang yang menghubungkan secara langsung cairan serebrospinal dengan
lingkungan sebagai akibat trauma
3. Lintasan di sepanjang nervus kranialis dan saraf perifer
4. Lintasan melalui mulut atau hidung
Mikroorganisme dapat ditularkan kepda bayi melalui lingkungan intrauteri.

Mikroorganisme yang menginvasi akan memicu  respons inflamasi pada meningen.


Dalam upaya mengusir invasi tersebut, sel-sel neutrofil akan berkumpul di daerah
ini dan menghasilkan eksudat di dalam ruang subaraknoid sehingga cairan
serebrospinal yang menyebabkan hidrosefalus.

1. Menyebabkan eksaserbasi respons inflamasi yang akan menaikkan tekanan


dalam otak.
2. Dapat meluas hingga mengenai nervus kranialis serta saraf perifer, dan
keadaan ini akan memicu reaksi inflamasi tambahan
3. Menimbulkan iritasi pada meningen, yang menyebabkan disrupsi membran
selnya dan mengakibatkan edema
Konsekuensi semua keadaan di atas adalah kenaikan tekanan intrakanial,
penggelembungan pembuluh darah, gangguan pasikan darah serebral, kemungkinan
trombosis atau ruptur, dan bila tekanan intrakranial tidak turun, hasil akhir yang terjadi
adalah infark serebri. Ensafalitis dapat pula terjadi sebagai infeksi sekunder pada
jaringan otak.
Pada meningitis aseptik, sel-sel limfosit akan menginfiltrasi lapisan pia-araknoid
tetapi biasanya infiltrasi ini tidak sehebat pada meningitis bakterialis dan juga tidak
membentuk eksudat. Jadi, tipe meningitis ini bersifat sembuh sendiri.(Kowalak,
2011, pp. 313-314

3.Etiologi

1.Bakteri : mycbakterium tuberculosa diplococus pneumoniae (pneumokok ),


neisseria meningitis (meningokok), streptococus haemolyticuss, staphylococus
aureus.
2. Virus, toxoplasma gondhii dan ricketsia
3. Faktor fredisposisi : jenis kelamin laki-laki lebih sering dari pada wanita
4. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infesi maternal pada minggu terakhir
kehamilan
5. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobin
6. Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan
sistem persarafan.(Wijaya, 2013, hal. 24

4.MANIFESTASI KLINIS

Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :

1. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering


2. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan koma.
3. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sebagai berikut:
4. Rigiditas nukal ( kaku leher ). Upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena
adanya spasme otot-otot leher.
5. Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadan fleksi
kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.
6. Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan
pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka
gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita yang berlawanan.
7. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.
8. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat
purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan karakteristik tanda-tanda
vital(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit kepala,
muntah dan penurunan tingkat kesadaran.
9. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
10. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba muncul,
lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata

5.KOMPLIKASI
1. Hidrosefalus obstruktif
2. MeningococcL Septicemia ( mengingocemia )
3. Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan adrenal bilateral)
4. SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone )
5. Efusi subdural
6. Kejang
7. Edema dan herniasi serebral
8. Cerebral palsy
9. Gangguan mental
10. Gangguan belajar
11. Attention deficit disorder

6.PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medis lebih bersifat mengatasi etiologi dan perawat perlu
menyesuaikan dengan standar pengobatan sesuai tempat bekerja yang berguna
sebagai bahan kolaborasi dengan tim medis. Secara ringkas penatalaksanaan
pengobatan meningitis meliputi pemberian antibiotic yang mampu melewati barier darah
otak ke ruang subarachnoid dalam konsentrasi yang cukup untuk menghentikan
perkembangbiakan bakteri. Baisanya menggunakan sefaloposforin generasi keempat
atau sesuai dengan hasil uji resistensi antibiotic agar pemberian antimikroba lebih efektif
digunakan.

Obat anti-infeksi (meningitis tuberkulosa):

1. Isoniazid 10-20 mg/kgBB/24 jam, oral, 2x sehari maksimal 500 mg selama 1 setengah
tahun.
2. Rifampisin 10-15 mg/kgBB/24 jam, oral, 1 x sehari selama 1 tahun.
3. Streptomisin sulfat 20-40 mg/kgBB/24 jam, IM, 1-2 x sehari selama 3 bulan.
Obat anti-infeksi (meningitis bakterial):

1. Sefalosporin generasi ketiga


2. Amfisilin 150-200 mg/kgBB/24 jam IV, 4-6 x sehari
3. Klorafenikol 50 mg/kgBB/24 jam IV 4 x sehari.
Pengobatan simtomatis:

1. Antikonvulsi, Diazepam IV; 0,2-0,5 mgkgBB/dosis, atau rectal: 0,4-0,6 mg/kgBB, atau
fenitoin 5 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari atau Fenobarbital 5-7 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari.
2. Antipiretik: parasetamol/asam salisilat 10 mg/kgBB/dosis.
3. Antiedema serebri: Diuretikosmotik (seperti manitol) dapat digunakan untuk mengobati
edema serebri.
4. Pemenuhan oksigenasi dengan O2.
5. Pemenuhan hidrasi atau pencegahan syok hipovolemik: pemberian tambahan volume
cairan intravena.

PENGKAJIAN

Pengkajian keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan.
Diperlukan pengkajian cermat untuk mengenal masalah pasien, agar dapat
memberikan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat
tergantung pada kecermatan dan ketelitian dalam tahap pengkajian (Muttaqin,
2008).
a. Identitas
1) Identitas pasien terdiri dari: nama, umur, jenis kelamin, status
perkawinan, agama, suku/ bangsa, pendidikan, perkerjaan dan alamat.
2) Indentitas penanggung jawab terdiri dari: nama, hubungan dengan
klien, pendidikan, prkerjaan dan alamat.

b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan Utama
Biasanya pasien datang dengan keluhan utamanya demam, sakit
kepala, mual dan muntah, kejang, sesak nafas, penurunan tingkat
kesadaran

2) Riwayat Kesehatan Sekarang


Pengkajian RKS yang mendukung keluhan utama dilakukan dengan
mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai kelemahan fisik pasien
secara PQRST.

3) Riwayat Kesehatan Dahulu


Pengkajianpenyakit yang pernah dialami pasien yang memungkinkanadanya hubungan atau
menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputipernah kah pasien mengalami infeksi jalan
nafas bagian atas, otitimedia, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, tindakan
bedahsaraf,riwayattrauma kepala. Riwayat sakit TB paru perlu ditanyakankepada pasien
terutama jika ada keluhan batuk produktif dan pernahmengalami pengobatan obat anti
tuberkulosa yang sangat bergunauntuk mengidentifikasi meningitis tuberkulosa.

4) Riwayat Kesehatan Keluarga


Pada riwayat kesehatan keluarga, biasanya apakah ada di dalamkeluarga yang pernah
mengalami penyakit keturunan yang dapatmemacu terjadinya meningitis.

c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien meningitisbiasanya bersekitar pada
tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa

2) Tanda- Tanda Vital


a. TD : Biasanya tekanan darah orang penyakit meningitis normal
atau meningkat dan berhubungan dengan tanda-tanda peningkatan
TIK ( N = 90- 140 mmHg).
b. Nadi : Biasanya nadi menurun dari biasanya (N = 60-100x/i).
c. Respirasi : Biasanya pernafasan orang dengan meningitis ini akan
lebih meningkat dari pernafasan normal (N = 16-20x/i).
d. Suhu : Biasanya pasien meningitis didapatkan peningkatan suhu
tubuh lebih dari normal antara 38-41°C (N = 36,5°C – 37,4°C).

3) Pemeriksaan Head To Toe


a) Kepala
Biasanya pasien dengan meningitis mengalami nyeri kepala.
b) Mata
Nerfus II, III, IV, VI :Kadang reaksi pupil pada pasien meningitis
yang tidak disertai penurunan kesadaran biasanya tanpa kelainan.
Nerfus V : Refleks kornea biasanya tidak ada kelainan.
c) Hidung
Nerfus I : Biasanya pada klien meningitis tidak ada kelainan pada
fungsi penciuman
d) Telinga
Nerfus VIII : Kadang ditemukan pada pasien meningitis adanya
tuli konduktif dan tuli persepsi.
e) Mulut
Nerfus VII : Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah
simetris
Nerfus XII : Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan
tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal.
f) Leher
Inspeksi : Biasanya terlihat distensi vena jugularis.
Palpasi : Biasanya teraba distensi vena jugularis.
Nerfus IX dan X : Biasanya pada pasien meningitis kemampuan
menelan kurang baik
Nerfus XI : Biasanya pada pasien meningitis terjadinya kaku
kuduk
g) Dada
1) Paru
I : Kadang pada pasien dengan meningitis terdapat
perubahan pola nafas
Pa : Biasanya pada pasien meningitis premitus kiri dan kanan
sama
P : Biasanya pada pasien meningitis tidak teraba
A : Biasanya pada pasien meningitis bunyi tambahan seperti
ronkhi pada klien dengan meningitis tuberkulosa.
2) Jantung
I : Biasanya pada pasien meningitis ictus tidak teraba
Pa : Biasanya pada pasien meningitis ictus teraba 1 jari medial
midklavikula sinistra RIC IV.
P : Biasanyabunyi jantung 1 RIC III kanan, kiri, bunyi
jantung II RIC 4-5 midklavikula.
A : Biasanya jantung murni, tidak ada mur-mur.
h) Ekstremitas
Biasnya pada pasien meningitis adanya bengkak dan nyeri pada
sendi-sendi (khusunya lutut dan pergelangan kaki).Klien sering
mengalami penurunan kekuatan otot dan kelemahan fisik secara
umum sehingga menggangu ADL.
i) Rasangan Meningeal
a. Kaku kuduk
Adanya upaya untuk fleksi kepala mengalami kesulitan karena
adanya spasme otot-otot .Fleksi menyebabkan nyeri berat.
b. Tanda kernig positif
Ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadaan fleksi
kea rah abdomen, kaki tidak dapat diekstensikan sempurna.
c. Tanda Brudzinski
Tanda ini didapatkan jika leher pasien difleksikan, terjadi
fleksi lutut dan pingul: jika dilakukan fleksi pasif pada
ekstremitas bawah pada salah satu sisi, gerakan yang sama
terlihat pada sisi ekstermitas yang berlawanan.
d. Pola Kehidupan Sehari-hari
1) Aktivitas / istirahat
Biasanya pasien mengeluh mengalami peningkatan suhu tubuh
2) Eliminasi
Pasien biasanya didapatkan berkurangnya volume pengeluaran urine,
hal ini berhubungan dengan penurunan perfusi dan penurunan curah
jantung ke ginjal.
3) Makanan / cairan
Pasien menyatakan tidak mempunyai nafsu makan, selalu mual dan
muntah disebabkan peningkatan asam lambung. Pemenuhan nutrisi
pada pasien meningitis menurun karena anoreksia dan adanya kejang.
4) Hygiene
Pasien menyatakan tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri
karena penurunan kekuatan otot.
e. Data Penujang menurut Hudak dan Gallo(2012):
1. Fungsi lumbal dan kultur CSS: jumlah leukosit (CBC) meningkat,
kadar glukosa darah mrenurun, protein meningkat, glukosa serum
meningkat
2. Kultur darah, untuk menetapkan organisme penyebab
3. Kultur urin, untuk menetapkan organisme penyebab
4. Elektrolit serum, meningkat jika anak dehidrasi: Na+ naik dan K +
turun
5.MRI, CT-Scan

2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan yang Muncul


Kemungkinan diagnose keperawatan yang muncul pada pasien dengan
penyakit Meningitis, yaitu:
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan hambatan
aliran darah ke otak.
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan
secret pada saluran nafas
c. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan peningkatan kerja otot
pernafasan

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifanperfusi jaringanotak berhubungandengan hambatanaliran darah ke


otak berhubungan dengan hambatan airan darah ke otak

NOC
Setelah dilakukan tindakan
kepewatan diharapkan tingkat
resiko ketidakefektifan perfusi
jaringan otak berkurang
dengan
Perfusi jaringan serebral
Indikator:
1. Tidak ada deviasi darikisaran normal tekanan intrakranial
2. Tidak ada saki kepala
3. Tidak ada keadaan pingsan
4. Tidak ada refleks saraf terganggu

NIC
Edema serebra
1. Monitor adanyakebingungan perubahan pikiran, keluhan pusing,pingsan
2. Monitor setatus neurologidengan ketat dan bandingandengan nilai normal
3. Monitor TTV
4. Monitor TIK dan CPP
5. Monitor setatus pernafasanfrekuensi, irama kedalaman pernafasan PaO2,
PCO2,pH,bikarbonat
6. Catat perubahan pasien dalam merespon terhadapstimulus
7. Berikan anti kejang, sesuai kebutuhan
8. Hindari fleksi leher
9. Latihan roam pasif
10. Monitor intake dan out putMonitor tekanan intra kranial
(TIK)
1. Monitor tekanan darah keotak
2. Monitor pasien TIK danreaksi perawatan sertaneurologis serta rangsanganlingkungan
3. Pertahankan setrilitas system pemantauan
4. Periksa pasien ada tidak adanya gejala kaku kuduk
5. Berikan antibiotic
6. Letakkan kepala dan posisi pasien dalam posis netral,hindari fleksi pinggang yang
berlebihan
7. Berikan ruang perawatan agar menimalkan elifasi TIK
8. Monitor CO2 dan pertahankan palemeter yang di tentukan

2. Ketidakefektifanbersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan secret pada


saluran nafas

NOC
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan di harapkan
ketidaefektifan bersihan jalan
nafas
Kriteria hasil
1. Mendemonstrasikan batukefektif dan suara nafas yangbersih, tidak ada sianosisdan
dyspnea (mampumengeluarkan sputum,mampu bernafas denganmudah, tidak ada pursed lips)
2.Menunjukkan jalan nafasyang paten (klien tidakmerasa tercekik, irama nafas,frekuensi
pernafasan dalamrentang normal, tidak ada suara nafas abnormal

NIC
Airway suction
1. Pastikan kebutuhan oral /tracheal suctioning
2. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning
3. Informasikan pada klien dankeluarga tentang suctioning
4. Minta klien nafas dalam sebelum suctioning dilakukan
5. Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suction nasotrakeal
6. Gunakan alat yang steril setiap melakukan tindakan

3 Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan peningkatan kerja otot pernafasan

NOC
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan di harapkan
ketidakefektifan pola nafas
Kriteria hasil :
1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan
dyspnea(mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada
pursed lips)
2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal) Tanda – tanda vital dalam
batas normal

NIC
Airway management
1. Buka jalan nafas dengan menggunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
2. Posisikan apsien untuk memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
4. Pasang mayo bila perlu
5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
6. Keluarkan secret dengan batuk atau suction
7. Auskulatsi suara nafas catat adanya suara nafas tambahan
8. Lakukan suction pada mayo
9. Berikan bronkodilator bila perlu
10. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl lembab

Anda mungkin juga menyukai