Anda di halaman 1dari 37

KONSEP PENYAKIT DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

GANGGUAN SISTEM PENGINDERAAN (MASTOIDITIS )

MAKALAH

Untuk memenuhi tugas matakuliah

KMB II

yang dibina oleh ibu Sulastyawati S Kep,Ns, M.Kep

Oleh

Nia Fadilatul azizah ( P17220184062 )

Elvira Aulia Yanuarsyah Mujiono ( P17220184067 )

Amalia Dwi Handayani Putri ( P17220184070 )

Alfinda Mantofani ( P17220184075 )

Serifah Dwi Maharani ( P17220184082 )

Eliza Ratnasari ( P17220184083 )

M. Ali Yafi ( P17720184089 )

POLITEKNIK KESEHATAN MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

D3 KEPERAWATAN LAWANG

JANUARI 2020

Kata Pengantar
Assalammuallaikum wr.wb
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Mastoiliditis
Makalah ini telah di susun dengan maksimal sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
Kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata Kami berharap semoga makalah tentang “Mastoiliditis ” dapat
mempermudahkan pembaca.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................................i
Daftar Isi.......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................
1.3 Tujuan.......................................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI


2.1 Definisi mastoiditis ..................................................................................................
2.2 Etilogi mastoiditis ....................................................................................................
2.3 Klasifikasi mastoiditis...............................................................................................
2.4 Patofiologi mastoiditis .............................................................................................
2.5 Manifestasi klinis mastoiditis...................................................................................
2.6 Komplikasi mastoiditis.............................................................................................
2.7 Penatalaksanaan mastoiditis......................................................................................
2.8 Pemeriksaan penunjang mastoiditis..........................................................................
2.9 Asuhan Keperawatan mastoiditis.............................................................................
2.10 SOP pemeriksaan fisik telinga................................................................................

BAB III TINJAUAN KASUS


3.1 Tinjauan kasus berdasarkan jurnal............................................................................

BAB IV PEMBAHASAN
4.1 kesenjangan askep teori dana skep kasus .................................................................

BAB V PENUTUP
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................
3.2 Saran.........................................................................................................................

Daftar Rujukan................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap individu berhak atas taraf hidup yang memadai bagi kesejahteraan dirinya
maupun keluarganya, termasuk diantaranya sandang pangan, perumahan dan perawatan
kesehatan. Pelayanan dirumah sakit diupayakan menuju standar mutu yang telah
ditetapkan. Demakian halnya untuk masing – masing bidang pelayanan, salah satunya
adalah bagian bedah, sehingga komplikasi pasca pembedahan dapat dihindari. Kondisi
kesehatan masyarakat saat ini memungkinkan terjadinya perubahan pada pola penyakit.
Salah satunya adalah penyakit yang menyerang telinga atau bisa disebut mastoiditis
kronis.
Di Amerika Serikat dan negara maju lain, kejadian dari mastoiditis cukup rendah,
sekitar 0,004%, meskipun lebih tinggi di negara-negara berkembang. Usia paling umum
terkena adalah 6-13 bulan, Laki-laki dan perempuan sama-sama terpengaruh dan
beresiko terkena penyakit mastoiditis. Di negara indonesia belum diketahui secara jelas
persentasi kejadian dari pada mastoiditis ini, tetapi negara kita merupakan negara
berkembang menuju negara yang maju yang masih rentan dan beresiko tinggi terhadap
penyakit ini. Pengobatan biasanya diawali dengan pemberian suntikan antibiotik lalu
disambung dengan antibiotic per oral minimal selama 2 minggu. Jika pemberian
antibiotic tidak memberikan hasil untuk mengatasi masalah ini, dilakukan mastoidiktomi
(pengangkatan sebagian tulang dan pembuangan nanah).
Walaupun angka kejadian dari penyakit mastoiditis di Indonesia ini mulai berkurang
dari tahun ketahunnya namun hal ini merupakan sesuatu yang tidak bisa disepelekan
karena apabila tidak ditangani dengan tepat maka klien akan mengalami gangguan
pendengaran yang bersifat kronis dan sangat mengganggu kenyamanan,    hal inilah yang
menjadi dasar kenapa penulis mengangkat makalah ini. Dan diharapkan kepada pembaca
untuk bisa memahami secara umum maupun secara khusus tentang penyakit mastoiditis
dan dapat mengaplikasikannya di kehidupan yang nyata.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada makalah ini sebagai
berikut :
2.1 Bagaimana definisi penyakit mastoiditis ?
2.2 Apa etiologi dari penyakit mastoiditis ?
2.3 Apa Klasifikasi penyakit mastoiditis ?
2.4 Bagaimana Patofisiologi penyakit mastoiditis ?
2.5 Apa saja manifestasi Klinis penyakit mastoiditis ?
2.6 Apa saja penatalaksanaan penyakit mastoiditis ?
2.7 Apa saja pemeriksaan penunjang penyakit mastoiditis ?
2.8 Asuhan keperawatan teori penyakit mastoiditis ?
2.9 Asuhan keperawatan kasus mastoiditis ?
2.10 SOP pemeriksaan fisik telinga

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, berikut tujuan penulisan makalah ini.
3.1 Untuk mengetahui definisi dari penyakit mastoiditis
3.2 Untuk mengetahui etiologic dari penyakit mastoiditis
3.3 Untuk mengetahui klasifikasi dari penyakit mastoiditis
3.4 Untuk mengathui patofisiologi dari penyakit mstoiditis
3.5 Untuk mengetahui manifestasi klinis dari penyakit mastoiditis
3.6 Untuk mengetahui penatalaksanaan dari penyakit mastoiditis
3.7 Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari [enyakit mastoiditis
3.8 Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan teori mastoiditis
3.9 Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Kasus Mastoiditis
3.10 Untuk mengetahui SOP pmeriksaan fisik telinga
BAB II

TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu infeksi pada
telinga tengah, jika tak diobati dapat terjadi osteomielitis. Mastoiditis adalah segala
proses peradangan pada sel- selmastoid yang terletak pada tulang temporal. Mastoiditis
adalah inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu infeksi pada telinga tengah, jika tak
diobati dapat terjadi osteomielitis.( Brunner dan Suddarth, 2000).
Mastoiditis kronis adalah suatu infeksi bakteri pada prosesus mastoideus (tulang
yang menonjol dibelakang telinga)yang berlangsung cukup lama. Mastoiditis marupakan
peradangan kronik yang mengenai rongga mastoid dan komplikasi dari otitis media
kronis. Lapisan epitel dari telinga tengah adalah sambungan dari lapisan epitel sel – sel
mastoid udara yang melekat ditulang temporal.(Reeves, 2001 )
Mastoiditis adalah sel-sel udara mastoid sering kali
terlibat,menimbulkan peradangan dan nekrosis tulang yang terlokalisasi dan
ekstensif (osteomyelitis).(Parakrama, 2006)
2.2 Etiologi
Mastoiditis terjadi karena Streptococcus ß hemoliticus / pneumococcus. Selain itu
kurang dalam menjaga kebersihan pada telinga seperti masuknya air ke dalam telinga
serta bakteri yang masuk dan bersarang yang dapat menyebabkan infeksi .Menyebarnya
infeksi dari telinga bagian tengah, infeksi dan nanah mengumpul di sel-sel udara mastoid
Penyebab lain dari Mastoiditis adalah:
1.      terjadi 2-3 minggu setelah otitis media akut
2.      Kelainan imunosupresi atau orang yang menelantarkan otitis media akut yang
dideritanya. Berkaitan dengan virulensi dari organisme penyebab otitis media
akut  yaitu streptococcus pnemonieae.
3.      Bakteri lain yang sering ditemukan adalah adalah branhamella catarrhalis,
streptococcus group-A dan staphylococcusaureus,streptococcus aureus.Bakteri
yang biasanya muncul pada penderita mastoiditis anak-anak adalah streptococcus
pnemonieae.
2.3 .    Klasifikasi
Klasifikasi dari mastoiditis antara lain:
  Acute mastoiditis, biasa terjadi pada anak-anak, sebagai komplikasi dari otitis media
akut suppurative.
  Chronic mastoiditis, biasanya berkaitan dengan cholesteatome dan penyakit telinga
kronis.
  Incipient mastoiditis, inflamasi yang terjadi akibat langsung di bagian mastoid.
  Coalescent mastoiditis, inflamasi yang terjadi akibat komplikasi dari infeksi di organ
tubuh yang lain.

2.4 .     Patofisiologi


Penyakit mastoiditis pada umumnya diawali dengan otitis media yang tidak ditangani
dengan baik. Biasanya otitis terjadi 2-3 minggu setelah otitis media akut infeksi dan
nanah menggumpal disel-sel udara mastoid
      Mastoiditis  kronik  dapat  mengakibatkan  pembentukan kolesteatoma yang
merupakan pertumbuhan kulit ke dalam (epitelskuamosa) dari lapisan luar membran
timpani ke tengah. Kulit dari membran timpani lateral membentuk kantung luar yang
akan berisikulit yang telah rusak dan baha sebaseur. Kantung dapat
melekatkestruktur telinga tengah  dan  mastoid.  Bila  tidak  ditangani,kolesteatoma
dapat tumbuh terus dan menyebabkan     paralisisnervus fasialis. Kehilangan
pendengaran sensori neural dan ataugangguan keseimbangan (akibat erusi
telinga dalam) dan absesotak .
Mastoiditis terjadi sebagai lanjutan dari otitis media supuratikkronik, peradangan dari
rongga telinga tengah menjalar ke tulangmastoid melalui saluran aditus adantrum.
Mastoiditis dibagi menjadi2 macam, yaitu bentuk jinak (benigna) dan bentuk ganas
(maligna).Pada  bentuk  maligna  peradangan  berlanjut  ke  dalam  tulangtengkorak
(intrakranial) sehingga dapat terjadi meningitis, absis subdural, abses otak,
tromboflebitis sinus, lateralis, serta mungkinjuga terjadi hidrosefalus
Mastoiditis dapat  terjadi  pada  pasien-pasien  imunosupresiatau  mereka  yang
menelantarkan  otitis  media  akut  yangdideritanya. Penyakit ini berkaitan dengan
virulensi dari organismepenyebab. Organisme penyebab yang lazim adalah sama
dengan penyebab  otitis  media  akut  yaitustreptococcus  hemlytiens,pneumococcus,
sthapilococcus  aureus  lalbus,  streptococcusviridans.

Kuman aerob
Gram negative :
Gram positif : proteus,
Bakterioides spp
pseudomonas spp E
s pyogenes dan s colli, kuman an
aerob

Timbul Infeksi pada telinga

Eksogen infeksi dari Rinogen dari


penyakit ronggga Endogen alergi,DM,
luar melalui
hidung dan TBC paru
perforosi membrane
tympani sekitarnya

Peradangan padda Mastoid

Mastoiditis

Nyeri Timbul suara Kemerahan pada Keluarnya push


denging mastoid

Gangguan rasa
nyaman Nyeri Cemas Hiperemi push

Gangguan Kerusakan Otolitis


pendengaran jaringan/dikontinuitas
jaringan

Gangguan Penurunan harga


Komunikasi diri

 2.5 Manifestasi Klinis


Adapun manifestasi dari penyakit mastoiditis antara lain:
1.         Rasa nyeri biasanya dirasakan dibagian belakang telinga dan dirasakan lebih parah
pada malam hari, tetapi hal ini sulit didapatkan pada pasien-pasien yang masih bayi
dan belum dapat berkomunikasi. Hilangnya pendengaran dapat timbul atau tidak
bergantung pada besarnya kompleks mastoid akibat infeksi.
2.         Gejala dari keluhan penyakit didapatkan keluarnya cairan dari dalam telinga yang
selama lebih dari tiga minggu, hal ini menandakan bahwa pada infeksi telinga tengah
sudah melibatkan organ mastoid.
3.         demam biasanya hilang dan timbul, hal ini disebabkan infeksi telinga tengah
sebelumnya dan pemberian antibiotik pada awal-awal perjalanan penyakit. Jika
demam tetap dirasakan setelah pemberian antibiotik maka kecurigaan pada infeksi
mastoid lebih besar.

2.6 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi bila mastoiditis tidak ditangani dengan baik adalah
1.      Petrositis yaitu infeksi pada tulang disekitar tulang telinga tengah peforasi gendang
telingadengan cairan yang terus menerus keluar.
2.      Labyrintitis yaitu peradangan labyrint ini dapat disertai dengan kehilangan
pendengaran atau vertigo disebut juga otitis imtema
3.      Meningitis yaitu peradangan meningen (ragdang membran pelindung sistem saraf)
biasanya penyakit ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme.
4.      Abses otak yaitu kumpulan nanah setempat yang terkumpul dalam jaringan otak

2.7 Penatalaksanaan
A.     Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis klien dengan mastoiditis antara lain:
1.      Pemberian antibiotik sistemik
Diberikan beberapa minggu sebelum operasi dapat mengurangi atau menghentikan
supurasi aktif dan memperbaiki hasil pembedahan.
2.      Pembedahan
a.    Timponoplasti
Adalah rekonstruksi bedah pada mekanisme pendengaran ditelinga
tengah, dengan memperbaiki membrana tympanica melindungi finestra
cochlease dari tekanan suara. Tujuan dari tindakan ini adalah untuk
menyelamatkan dan memulihkan pendengaran, dengan congkok membran
timpani dengan rekonstruksi telinga tengah. Sedangkan tujuan skundernya
adalah untuk mempertahankan atau memperbaiki pendengaran (timpanoplasti)
bilamana mungkin. Terdapat berbagai teknik timpanoplasti yang berbeda yaitu
pencangkokan (kulit, fasia, membran timpani homolog) dan rekonstruksi
(osikula homolog, kartilago dan aloplastik).
b.      Mastoidektomi
Adalah pembedahan pada tulang mastoid. Tujuan dilakukan mastoidektomi
adalah untuk menghilangkan jaringan infeksi, menciptakan telinga yang kering
dan aman.

2.8 Penatalaksanaan keparawatan


Penatalaksanaan keperawatan pada klien dengan mastoiditis antara lain:
1.      Perawatan Pre-operasi
Perawat mengajarkan secara khusus pada klien yang dijatwalkan untuk menjalani
tympanoplasty.
2.      Perawat post operasi
Rendaman antiseptik gauze (an antiseptic-soaked gauze) seperti lodoform gauze
(nauga-uze) dimalut dalam kanal audiotori.
3.      Terapi konservatif
Yaitu menasehati unuk menjaga telinga agar tetap kering serta membersihkan telinga
dengan penghisap secara berhati-hati ditempat praktek.
4.      Pemberian bubuk atau obat tetes yang biasanya mengandung antibiotik dan steroid.

2.9 Pemeriksaan Penunjang


1.       Pemeriksaan Darah
2.       Foto Mastoid
3.       Kultur Bakteri Telinga
4.       MRI
5.       CT Scant
6.       Radiologi
7.       Tympanocintesis & myringotomi

2.10 Asuhan Keperawatan Teori Mastoiditis


A.    Pengkajian keperawatan

Pengkajian yang dilakukan antara lain:


1.      Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri pada telinga bagian belakang dengan sekala nyeri 6
2.      Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya diawali adanya otitis media akut setelah 2-3 minggu tanpa penanganan
yang baik nanah dan infeksi menyebar ke sel udara mastoid. Dapat muncul atau
keluar cairan yang berbau dari telinga, timbul nyeri di telinga dan demam hilang
timbul.
3.      Riwayat kesehatan dahulu
Adanya otitis media kronik karena adanya episode berulang.
4.      Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang didapat:
a.       Suhu tubuh meningkat, denyut nadi meningkat (takikardi)
b.      Kemerahan pada kompleks mastoid
c.       Keluarnya cairan baik bening maupun berupa lendir
d.      Matinya jaringan keras (tulang, tulang rawan)
e.       Adanya abses (kumpulan jaringan mati dan nanah)
f.        Proses peradangan yang tetap melebar ke bagian dan organ lain
Riwayat infeksi pada telinga tengah sebelumnya

B. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada mastoiditis antara lain:


1.      Perubahan persepsi/ sensori auditoris berhubungan dengan kerusakan
pendengaran.
2.      Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.
3.      Risiko cidera berhubungan dengan bahaya lingkungan infeksi.
4.      Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan persepsi
sensori auditoris.
5.      Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan.
6.      Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan.
7.      Ansietas berhubungan dengan menghadapi prosedur bedah.
8.      Risiko cidera berhubungan dengan penurunan kesadaran.
C. Intervensi dan Rasional
1.      Perubahan sensori/persepsi (auditoris) berhubungan dengan kerusakan
pendengaran
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien mampu
mendengar dengan baik
Kriteria Hasil :
a. Pasien mengalami potensial pendengaran maksimum
                      b. Pasien menggunakan alat bantu dengar dengan tepat
No Intervensi Rasional
1. Kaji tentang ketajaman Menentukan seberapa baik tingkat
pendengaran pendengaran klien
2. Diskusikan tipe alat bantu Untuk menjamin keuntungan
dengar dan perawatannya yang maksimal
tepat
3. Bantu pasien berfokus pada Untuk memaksimalkan
semua bunyi di lingkungan dan pendengaran
membicarakannya hal tersebut

2.      Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam suhu tubuh
dapat normal (360-370C)
Kriteria Hasil:
a.  Suhu tubuh dalam rentang normal (360-370C)
                         b. Kulit tidak teraba hangat
                         c. Wajah tidak tampak merah
                         d. Tidak terjadi dehidras

No Intervensi Rasional
1. Pantau input dan output Untuk mengetahui balance cairan
pasien
2. Ukur suhu tiap 4-8 jam Untuk mengetahui perkembangan
klien
3. Ajarkan kompres hangat dan Untuk menurunkan panas tubuh
banyak minum dan mengganti cairan tubuh yang
hilang
4. Kolaborasi dengan pemberian Untuk menurunkan panas
3.  Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
mendengar petunjuk auditoris
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien dapat
berkomunikasi dengan baik
Kriteria Hasil : 
a. Pasien terlibat dalam proses komunikasi
             b.    Pasien menunjukkan kemampuan untuk membaca gerak bibir
             c.    Pasien dapat berkomunikasi dengan orang lain dengan cara yang diajarkan
No Intervensi Rasional
1. Berbicara jelas dan tegas tanpa Membantu pasien merangsang
bergerak komunikasi verbal
2. Kurangi kegaduhan lingkungan Mempermudah pasien dalam
mendengar
3. Ajari keluarga dan orang lain yang Untuk merangsang komunikasi
terlibat dengan pasien tentang verbal
perilaku yang memudahkan
membaca gerak bibir
4. Bila menggunakan alat bantu Mempermudah pasien mendengar
dengar, kenakan pada telinga yang sehingga dapat lancar dalam
tidak dioperasi berkomunikasi

4.      Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri teratasi
Kriteria Hasil     :
a. Pasien mengatakan nyeri berkurang
                           b. Skala nyeri turun
                           c. Wajah pasien tampak rileks

No Intervensi Rasional
1. Kaji ulang skala nyeri, lokasi, Mengetahui ketidakefektifan
intensitas intervensi
2. Berikan posisi yang nyaman Mengurangi nyeri

3. Ajarkan teknik relaksasi dan Mengalihkan perhatian pasien


ciptakan lingkungan yang terhadap nyeri dan mengurangi
tenang nyeri
4. Kolaborasi pemberian Dapat mengurangi nyeri,
analgesik, antibiotika, dan anti membunuh kuman dan
inflamasi sesuai indikasi mengurangi peradangan sehingga
mempercepat penyembuhan

5.      Risiko infeksi berhubungan dengan pemasangan graft, trauma bedah terhadap
jaringan.
Tujuan     : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam risiko infeksi
dapat hilang atau teratasi
Kriteria Hasil      : a.  Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
No Intervensi Rasional
1. Observasi keadaan umum Mengetahui keadaan umum
pasien selama 24 jam pasien
2. Anjurkan pentingnya cuci Mencegah penularan penyakit
tangan dan mencuci telinga luar
3. Lakukan perawatan graft Mencegah infeksi
4. Kolaborasi pemberian antibiotik Agar dapat membunuh kuman,
profilaksis sehingga tidak menularkan
penyakit terus-menerus

6.      Ansietas berhubungan dengan menghadapi prosedur bedah


Tujuan  : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam ansietas
berkurang
Kriteria Hasil         :
a. Menunjukkan kontrol agresi, kontrol ansietas, koping, kontra impuls, penahanan
mutilasi diri secara konsisten dan substansial
                         b.  Menunjukkan ketrampilan interaksi sosial yang efektif
No Intervensi Rasional
1. Informasikan pasien tentang Kembangkan rasa percaya/
peran advokat perawat intra hubungan, turunkan rasa takut
operasi akan kehilangan kontrol pada
lingkungan yang asing
2. Identifikasi tingkat rasa takut Rasa takut yang berlebihan/ terus-
yang mengharuskan dilakukan menerus akan mengakibatkan
penundaan prosedur reaksi stress yang berlebihan,
pembedahan risiko potensial dari pembalikan
reaksi terhadap prosedur/ zat-zat
anestesi
3. Cegah pemajan tubuh yang Pasien akan memperhatikan
tidak diperlukan selama masalah kehilangan harga diri dan
pemindahan ataupun pada ketidakmampuan untuk melatih
tulang operasi kontrol
4. Berikan petunjuk/ penjelasan Ketidakseimbangan dari proses
yang sederhana pada pasien pemikiran akan membuat pasien
yang tenang menemui kesulitan untuk
memahami petunjuk-petunjuk
yang panjang dan berbelit-belit
5. Kontrol stimulasi eksternal Suara gaduh dan keributan akan
meningkatkan ansietas
6. Berikan obat sesuai petunjuk, Untuk meningkatkan tidur malam
misal; zat-zat sedatif, hipnotis hari sebelum pembedahan;
meningkatkan kemampuan koping

7.      Risiko cidera berhubungan dengan penurunan kesadaran.


Tujuan             : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam tidak
terjadi cidera
Kriteria Hasil  : Tidak mengalami cidera fisik

No Intervensi Rasional
1. Cegah infeksi telinga tengah Agar kerusakan pendengaran
tidak meluas
2. Meminimalkan tingkat berhubungan dengan kehilangan
kebisingan di unit perawatan pendengaran
intensif
3. Lakukan upaya keamanan Untuk mencegah pasien jatuh
seperti ambulasi terbimbing akibat vertigo/ gangguan
keseimbangan
4. Kolaborasi dengan pemberian Mengurangi nyeri kepala sehingga
obat antiemetika dan terhindar dari jatuh
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Asuhan Keperawatan pada pasien Mastoiditis


A.    KASUS

Ny. S berusia 40 tahun opname di RS respati  yogyakarta sejak 1 hari yang


lalu klien datang dengan keluhan pendengaran telinga kiri dan kanan  menurun/tidak
mendengar sejak 2 tahun yang lalu, klien juga mengatakan terasa nyeri pada kedua
tulang telinga bagian belakang, skala nyeri 6, dan klien mengeluh telinga kanan dan
kiri 1 bulan terakhir sering basah karena keluar cairan dari  dalam telinga, dari hasil
pengkajian didapatkan TTV: TD 130/80 mmHg, nadi 84x/mnt,RR 24x/menit, suhu
38,8oC, klien mengatakan badannya terasa demam dan kepalanya kadang- kadang
pusing Kemerahan pada kompleks mastoid, Keluarnya cairan baik bening maupun
berupa lendir dan pus.

Hasil pemerikasaan penunjang didapatkan:


·         Ct scant         : ada kelainan telinga tengah, mastoid dan telinga dalam. Yang
memperlihatkan penebalan mukosa dalam rongga telinga tengah di samping dalam
rongga mastoid.

·         Foto Ro: Mastoiditis bilateral tipe sklerotik. 

·         Otoskopi: terlihat infeksi telinga tengah

A. Pengkajian Keperawatan
A. Pengkajian

Tanggal Masuk : 18 agustus 2011

Jam      : 8.45 WIB                 

NamaPerawat              : Viktorinus

TanggalPengkajian      : 18 agustus 2011

Jam Pengkajian            : 09:00

1. Biodata

Pasien                                  

Nama                                    :Ny. s

Agama                                  : Islam

Suku                                      : Jawa

Pendidikan                            : SD

Pekerjaan                              :Ibu Rumah Tangga

Status pernikahan                 :Menikah

Alamat                                  :Jl.patimura no 64 B sleman.

DiagnosaMedis                     :mastoiditis

Penanggungjawab  

Nama                                                :Tn, P

Umur                                     : 50 tahun

Agama                                  : Islam

Suku                                      : Jawa

Pendidikan                            : SMA
Pekerjaan                              :wiraswata

Status pernikahan                 :menikah

Alamat                                  :Jl.patimura no 64 B sleman.

Hubungandenganpasien       :Suami

2. Keluhan utama

Klien mengatakan pendengaran telinga kanan dan kiri menurun/tidak


mendengar sejak 2 tahun.

3. RiwayatKesehatan

  Riwayat Penyakit Sekarang :

Nyeri pada kedua telinga bagian belakang, dan 1 bulan ini telinga


kanan dan kiri sering basah akibat keluarnya cairan dari dalam telinga.

 Riwayat Penyakit Dahulu :

Tuli konduksi, perforasi membran timpani/perforasi sub total. Klien


tidak memiliki riwayat alergi.

 Riwayat penyakit keluarga        :

Keluarga klien tidak mempunyai riwayat penyakit keluarga seperti


hipertensi, DM, asma, penyakit jantung koroner.

4.  Basic Promotion Physiology of health

a.       Aktivitas dan latihan:

Klien tidak pernah melakukan pemeriksaan tes pendengaran,

b.      Tidur dan istirahat

Sebelum:

                         Lama Tidur      : 8-9 jam

                         Tidur siang       : Ya

Selama sakit:

                         Lama tidur       : 4 jam

                         Tidur siang       : ya

c.       Kenyamanan dan nyeri


Paliatif dan profokatif  : nyeri terjadi  saat klien beraktivitas dan berkurang
saat klien duduk dan istrahat

Quality         : nyeri tekan

Region          : nyeri pada bagian belakang telinga kiri dan kanan

Scale             : 6

Time             :0-10 menit nyeri hilang timbul

d.      Nutrisi

Sebelum sakit:

1)      Frekuensi makan                       : 3x1

2)      BB/TB                                      : 50kg/155cm

3)      Jenis makanan                           : Padat

4)      Makanan yang di sukai             : Sate

5)      Makanan pantang                     : Tidak ada makanan pantang

6)      Nafsu makan                            : Porsi makan selalu di habiskan

7)      Masalah pencernaan                 : Tidak ada masalah pencernaan

8)      Diit RS                                     : Tidak ada program diet dari RS

Selama sakit:

1)      Frekuensi makan                      : 3x1

2)      BB/TB                                     : 50  kg/155cm

3)      IMT                                         :20,41

4)      BB dalam satu bulan terakhir  : tidak ada penurunan berat badan

5)      Jenis makanan                          : Padat

6)      Makanan yang disukai             : Sate

7)      Makanan pantang                    : makanan yang asin-asin

8)      Nafsu makan                           : Porsi makan tidak di habiskan

9)      Masalah pencernaan                : tidak ada masalah pencernaan

10)  Diit RS                                        : tidak ada program diet RS


11)  Kebutuhan pemenuhan ADL makan : Mandiri

e.       Cairan, elektrolit dan asam basa

Sebelum sakit:

1)      Frekuensi minum/24jam           : 1500-1600cc

2)      Turgor kulit                               :  Elastis          

Selama sakit:

1)      Frekuensi minum/24jam        : 1000cc

2)      Turgor kulit                           : Tidak elastis

f.       Oksigenasi

Sesak nafas                 : Tidak

Batuk                          : Tidak

Sputum                        : Tidak

Nyeri dada                  : Tidak

RR                               : 24x/mnit

Kedalaman Napas       : Inspirasi dalam

Irama                           : Reguler

g.      Eliminasi urin

Sebelum sakit:

1)      Penggunaan Kateter          : Tidak ada penggunaan kateter

2)      Warna                                : Bening

Selama sakit:

1)      Penggunaan Kateter          : Tidak ada penggunaan kateter

2)      Warna                                : urine bening

h.      Eliminasi fekal

Sebelum dirawat:

Klien mengatakan BAB lancar sebelum sakit dan tidak diare

Selama dirawat :
Klien mengatakan BAB lancar sebelum sakit dan tidak diare

i.        Sensori persepsi dan kognitif

Ggn penglihatan           : Tidak

Ggn pendengaran         : Ya klien kesulitan dalam mendengar pembicaraan


orang lain

Ggn penciuman         : Tidak

Ggn sensori taktil      : Tidak

Ggn pengecapan       : Tidak

5.    Pemeriksaan fisik

a.  Keadaan umum

Kesadaran         : Composmetis

GCS                  : 15 ; (E4 V6 M5)

Vital Sign          :TD               :130/80 mmHg

                          Nadi             : 84x/mnit

                          Irama            : reguler

                          Kekuatan      : kuat

Respirasi            : 24x/mnit

Irama                 : teratur

Suhu                  : 38,80C

b.        Kepala

Kulit                  : Bersih tidak ada lesi,dan sianosis

Muka                 : simetris, Tidak ada lesi dan sianosis

Mata                  : Konjungtiva               : anemis          

                          : Sclera                         : anikterik

                          : Pupil                           : Isokor

                          : Reflek Cahaya           : Positif

                         
Hidung              : Simetris Kiri kanan, tidak ada sumbatan

Mulut                : Gigi                : tidak ada karies gigi

                          : Bibir               : Mukosa bibir lembab

Telinga              : Simetris, ada penumpukan serumen,pus, ada


pembengkakan pada kedua telinga bagian belakang dan tampak
kemerahan dan nyeri.

c.       Leher                 

Simetris tidak ada pembesran kelenjar Tiroid, maupun pembesaran


JVP, tidak ada kesulitan menelan.

d.        Dada

 Bentuk  : Simetris  : Pulmo


 Inspeksi  : Bentuk dada Ki/ka Simetris
 Palpalsi   :Taktil fremitus Ki/Ka dan pengembangan dada sama
 Perkusi   : sonor

Auskultasi     : tidak ada bunyi napas tambahan

Cor     :

 Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat


 Palpasi            : tidak ada pembesaran pada jantung di mid axila
 Perkusi : redup
 Auskultasi  : tidak ada bunyi jantung tambahan

e.         Abdomen

Inspeksi              : simetris

Auskutasi           : peristaltik usus 15x/mnit

Palpasi                 : Tidak ada pembesaran Hepar, ada benjolan di perut


bagian bawah saat di palpasi benjolan teraba padat benjolan menetap,
diameter 1cm

Perkusi               : Suara tymphani

f.         Genitalia            : tidak terkaj

g.        Rektum             : tidak terkaji

h.        Ekstremitas

Atas                  
ROM Kanan     : derajat 5 (normal)

ROM Kiri          : derajat 5 (normal)

Bawah              

ROM Kanan     : derajat 5 (normal)

ROM Kiri          : derajat 5( normal)

Capilarry reffil  : < 2 detik

ROM Ka/ki       : Aktif

Akral                 : hangat

6.   Psiko sosio budaya dan spiritual

Psikologi:

perilaku verbal pasien kurang komunikatif . keadaan emosi pasien  tidak


stabil karena ia merasa cemas dengan kondisinya. Klien mudah
tersinggung

Sosio :

Klien kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang di sekitarnya, bicara


dengan klien harus keras dan menggunakan isyarat dengan tangan, jarak
harus dekat dengan klien.

Budaya :

Dalam  kesehariannyan klien berbahasa jawa.

Spiritual:

  Klien beragama islam. Ia selalu rajin beribadah.

7. Pemerikasaan penunjang
  Foto Ro: Mastoiditis bilateral tipe sklerotik. 
 Ct scant  : ada kelainan telinga tengah, mastoid dan telinga dalam.
Yang memperlihatkan penebalan mukosa dalam rongga telinga tengah
di samping dalam rongga mastoid.
  Otoskopi: terlihat infeksi telinga tengah
8.  Terapi/Pengobatan
 Infus RL 20 tts/mnt.
 Klindamycin 3x300 mg.
  Mefenamat acid 3x500 mg k/p
ANALISA DATA

TGL/JAM DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM


18 agust DS: Agen injuri Nyeri kronis
2011 P  : nyeri terjadi  saat klien biologis
09.15 wib beraktivitas dan berkurang saat
klien duduk dan istrahat
Q: nyeri tekan
R:  nyeri pada bagian belakang
telinga kiri dan kanan
S: 6
T: 0-10 menit nyeri hilang
timbul
DO :
TTV: TD 130/80 mmHg, N
84x/mnt, RR 24x/mnt

18 agust DS: Perubahan Gangguan  sensori/persepsi


2011 -        Klien mengeluh presepsi (auditoris)
09.15 wib pendengaran telinga kiri dan sensori
kanan  menurun/tidak
mendengar sejak 2 tahun yang
lalu, dan klien mengeluh telinga
kanan dan kiri 1 bulan terakhir
sering basah karena keluar
cairan dari  dalam telinga
-        Klien mengatakan
kepalanya kadang- kadang 
pusing

DO:
-        Keluarnya cairan dari
kedua telinga klien baik bening
maupun berupa lendir dan pus
-        TTV: TD 130/80 mmHg,
nadi 84x/mnt,RR 24x/menit,
suhu 38,8oC,
-        Hasil pemerikasaan
penunjang didapatkan:
·         Ct scant         : ada
kelainan telinga tengah,
mastoid dan telinga dalam.
Yang memperlihatkan
penebalan mukosa dalam
rongga telinga tengah di
samping dalam rongga mastoid.
·         Foto Ro: Mastoiditis
bilateral tipe sklerotik. 
·         Otoskopi: terlihat infeksi
telinga tengah
18 agust DS: proses Hipertermi
2011 -  klien mengatakan badannya inflamasi
09.15 wib terasa demam
DO:
-  badan klien terasa panas,
TTV: TD 130/80mmHg, N
110x/mnt, Suhu 38,8oC

Prioritas Diagnosa

1.      Nyeri berhubungan agen injuri biologis ditandai dengan, P  : nyeri terjadi  saat


klien beraktivitas dan berkurang saat klien duduk dan istrahat, Q: nyeri tekan, R: nyeri
pada bagian belakang telinga kiri dan kanan, S: 6, T: 0-10 menit nyeri hilang timbul,

TTV: TD 130/80 mmHg, N 84x/mnt, RR 24x/mnt

2.        Gangguan  sensori/persepsi (auditoris) b.d Perubahan presepsi sensori ditandai


dengan Klien mengeluh pendengaran telinga kiri dan kanan  menurun/tidak
mendengar sejak 2 tahun yang lalu, dan klien mengeluh telinga kanan dan kiri 1 bulan
terakhir sering basah karena keluar cairan dari  dalam telinga, klien mengatakan
kepalanya kadang- kadang  pusing. Keluarnya cairan dari kedua telinga klien baik
bening maupun berupa lendir dan pusing.

TTV: TD 130/80 mmHg, nadi 84x/mnt,RR 24x/menit, suhu 38,8oC,

3.    Hipertermi b.d proses penyakit yang ditandai dengan klien mengatakan badannya


terasa demam, badan klien terasa panas.

TTV: TD 130/80mmHg, N 110x/mnt, Suhu 38,8oC.

RENCANA TINDAKAN

N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONA TTD/


O DAN L NAM
KRITERI A
A HASIL
1 Nyeri berhubungan agen Setelah 1.    Kaji skala1.     Untuk
injuri biologis dilakukan nyeri klien mengetahui
tindakan 2.    Lakukan tingkatan
selama pemeriksaan nyeri yg
1x24 jam fisik telinga dirasakan
nyeri klien3.    Ajarkan klien.
dapat tehnik relaksasi2.     Untuk
teratasi 4.    Kolaborasikan mengetahui
dengan dengan dokter keadaan dan
kriteria pemberian kondisi
hasil; analgetik telinga klien
1.      Klien 3.     Untuk
mengatakan mengurangi
nyeri rasa nyeri yg
berkurang dirasakan
dengan klien
sekala nyeri 4.     Untuk
dari 6 ke 3 mengatasi
2.      Klien rasa
tampak nyeri,sehing
rileks ga nyeri
3.      TTV dapat
dalam batas berkurang
normal dalam
TD:110- pemberian
120/70-80 obat
mmhg
N:60-100
2. Gangguan  Setelah 1.      pantau dan
1.      untuk
sensori/persepsi (auditoris) dilakukan dokumentasika mengetahui
b.d Perubahan persepsi tindakan n perubahan adanya
sensori keperawata status perrubahan
n selama 2 neurologis terhadap
x 24 jam pasien status
penurunan 2.      lakukan neurologis
sensori pemeriksaan pasien
persepsi fisik telinga 2.      untuk
dapat 3.      kolaborasikan mengetahui
teratasi untuk keadaan
dengan pemberian alat umum
kriteria bantu telinga klien
hasil : poendengaran dan
1.      Klien mengurangi
mengatakan pengeluaran
sudah tidak cairan
pusing lagi, 3.      membantu
2.      Klien klien untuk
mengatakan mendengar
sudah dapat
mendengar
kembali
3.      Hasil
pemeriksaa
n fisik
telinga
dalam
rentang
normal
3. Hipertermi b.d proses Setelah 1.      Monitor suhu 1.      Untuk
penyakit dilakukan tubuh klien mengetahui
tindakan 2.      Lakukan penurunan
keperawata kompres hangat suhu tubuh
n 1x24 jam 3.      Anjurkan klien
hipertermi klien 2.      Membantu
dapat menggunakan menurunkan
diatasi pakaian yang suhu tubuh
dengan tipis klien
kriteria 4.      Kolaborasiha3.      Untuk
hasil: n dengan dokter menurunkan
1.      Klien untuk hipertermi
mengatakan pemberian 4.      Agar suhu
sudah tidak antipiretik tubuh klien
demam lagi kembali
2.      Badan normal
klien tidak
panas lagi
3.      TTV
dalam
rentang
normal, 
suhu 36,5-
37,5oC, TD
110-120/70-
80 mmHg
N 60-100

CATATAN PERKEMBANGAN 1
NO TGL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI NAMA/
TTD
1. 18 Agustus 1.        Mengkaji skla 18 Agustus 2011
2011 nyeri klien 13.00 WIB
09.15 wib
S: klien mengatakan nyeriS: Klien mengatakan sudah tidak
berkurang merasa nyeri lagi
skala nyeri 3 klien tampak
rileks O: Skala nyeri klien 3, klien
2.         Melakukan tampak rileks
pemeriksaan fisik  telinga
S:- A: Tujuan tercapai
O: klien mau untuk
dilakukan pemeriksaan P: Intervensi dihentikan
fisik
3.        Mengajarkan
tekhnik relaksasi
S: klien mengatakan mau
diajarkan tehnik relaksasi
O: klien tampak mengerti
semua yang diajarkan
4.         Berkolaborasikan
dengan dokter pemberian
analgetik
S:-
O: klien mau menerima
terapi analgesik
2. 18 Agustus1.      Memantau dan 18 Agustus 2011
2011 dokumentasikan 13.00 WIB
09.30 wib perubahan statusS: Klien sudah dapat mendengar
neurologis pasien walaupun belum bisa mendengar
S:- secara efektif
O: status gizi klien baik
2.      Melakukan O: Telinga klien sedikit kemerahan
pemeriksaan fisik telinga dan masih ada oedema
S:-
O: Telinga klien sedikit
kemerahan dan masih ada A: Tujun belum tercapai
oedema
3.      Berkolaborasi untuk P: Intervensi  1,2  dilanjutkan
pemberian alat bantu
pendengaran.
S:-
O: klien menerima alat
bantu pendengaran
3. 18 Agustus1.      Memonitoring suhu 18 Agustus 2011
2011 tubuh klien 13.00 WIB
09.50 wib S:
O: suhu tubuh klien S:  Klien mengatakan sudah tidak
dalam rentang normal demam lagi
(37,5oC)
2.      Melakukan kompresO: Suhu tubuh klien sudah kembali
hangat normal  (36,5 – 37,50 C)
S: klien mengatakan mau
dikompres hangat A: Tujuan tercapai
O: klien menerima
kompres hangat P: Intervensi dihentikan
3.         Menganjurkan klien
menggunakan pakaian
yang tipis
S:-
O: klien melakukan
semua yang dikatakan
perawat
4.      Berkolaborasihan
dengan dokter untuk
pemberian antipiretik
S:-
O: klien menerima
analgesik

CATATAN PERKEMBANGAN II

NO TANGGAL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI NAMA/TTD


2 19 Agustus 20111.      Memantau dan 19 Agustus 2011
13.00 WIB dokumentasikan perubahan 19.45 WIB
status neurologis pasien S: Klien sudah dapat
S:- mendengar
O: status gizi klien baik walaupun belum
2.      Melakukan pemeriksaan bisa mendengar
fisik telinga secara efektif
S:-
O: Telinga klien tidak merahO: telinga klien sudah
tidak kemerahan dan
dan tidak ada oedem oedem
3.      Berkolaborasi untuk
pemberian alat bantu
pendengaran. A: Tujun tercapai
S:-
O: klien menerima alat P: Intervensi  1,2
bantu pendengaran dihentikan
BAB IV
PEMBAHASAN
Perbedaan teori askep dan kasus:
Kasus

Ny. S berusia 40 tahun opname di RS respati  yogyakarta sejak 1 hari yang lalu klien
datang dengan keluhan pendengaran telinga kiri dan kanan  menurun/tidak mendengar sejak 2
tahun yang lalu, klien juga mengatakan terasa nyeri pada kedua tulang telinga bagian
belakang, skala nyeri 6, dan klien mengeluh telinga kanan dan kiri 1 bulan terakhir sering
basah karena keluar cairan dari  dalam telinga, dari hasil pengkajian didapatkan TTV: TD
130/80 mmHg, nadi 84x/mnt,RR 24x/menit, suhu 38,8oC, klien mengatakan badannya terasa
demam dan kepalanya kadang- kadang  pusing Kemerahan pada kompleks mastoid,
Keluarnya cairan baik bening maupun berupa lendir dan pus.

Teori
Pengkajian yang dilakukan antara lain:
1.      Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri pada telinga bagian belakang dengan sekala nyeri 6
2.      Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya diawali adanya otitis media akut setelah 2-3 minggu tanpa penanganan
yang baik nanah dan infeksi menyebar ke sel udara mastoid. Dapat muncul atau
keluar cairan yang berbau dari telinga, timbul nyeri di telinga dan demam hilang
timbul.
3.      Riwayat kesehatan dahulu
Adanya otitis media kronik karena adanya episode berulang.
4.      Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang didapat:
a.       Suhu tubuh meningkat, denyut nadi meningkat (takikardi)
b.      Kemerahan pada kompleks mastoid
c.       Keluarnya cairan baik bening maupun berupa lendir
d.      Matinya jaringan keras (tulang, tulang rawan)
e.       Adanya abses (kumpulan jaringan mati dan nanah)
f.        Proses peradangan yang tetap melebar ke bagian dan organ lain
Riwayat infeksi pada telinga tengah sebelumnya
Dari askep teori dana skep kasus diatas memiliki kesamaan dari keluhan pasien, skala nyeri

BAB V
PENUTUP
3.1 Kesimpulan.
Mastoiditis adalah penyakit pada telinga yang bias berupa push penyakit ini diderita oleh
orang dewasa tetapi juga bias derita oleh anak. Penyakit ini bisa dicegah dengan cara
menjaga kebersihan.

Mastoiditis dapat terjadi pada pasien-pasien imunosupresi atau mereka yang


menelantarkan otitis media akut yang dideritanya. Penyakit ini agaknya berkaitan dengan
virulensi dari organisme penyebab yang hampir sama dengan penyebab otitis media akut.
Bila tidak segera tertangani akan terjadi komplikasi serius seperti meningitis dan abses otot.

Mastoiditis merupakan peradangan tulang mastoid, biasanya berasal dari kavum timpani.
Perluasan infeksi telinga bagian tengah yang berulang ulang dapat menyebabkan timbulnya
perubahan pada mastoid berupa penebalan mukosa dan terkumpulnya eksudat. Lama
kelamaan terjadi peradangan tulang (osteitis) dan pengumpulan eksudat/nanah yang makin
banyak,yang akhirnya mencari jalan keluar. Daerah yang lemah biasanya terletak di belakang
telinga, menyebabkan abses superiosteum ( Sumber, tahun)

3.2 Saran.
Mastoiditis merupakan penyakit yang rawan menyerang kita. Maka dari itu disarankan
agar setiap individu waspada terhadap timbulnya mastoiditis dengan cara lebih menjaga
kebersihan diri terutama telinga. Jika timbul gejala – gejala mastoiditis segeralah periksa
kedokter.
DAFTAR PUSTAKA

Francis, Mary moorhouse, dkk. 1996. Buku Rencana Asuhan Keperawatan. Buku
Kedokteran EGC. Jakarta

Donna. 1995. Medical Surgical Nursing; 2nd Edition. WB Saunders.

Iskandar, H. Nurbaiti,dkk 1997. Buku Ajar Ilmu Penyakit THT. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta.

Mukmin, Sri; Herawati, Sri. 1999. Teknik Pemeriksaan THT. Laboratorium Ilmu
Penyakit THT, FK UNAIR. Surabaya.

Adams, G.L, 1997, BOIES Buku Ajar Penyakit THT, Jakarta: EGC
Candra, S. P, 2006, Ringkasan Patologi Anatomi, Jakarta: EGC
Smeltzer, S. C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Jakarta:
EGC
Wilkinson, J. M, 2007, Buku Ajar Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC, Jakarta: EGC
PEMERIKSAAN TELINGA Ditetapkan Oleh :
Direktur
No. Dokumen :

No. Revisi :
KLINIK RAWAT INAP PKU SOP
MUHAMMADIYAH Tanggal Terbit : dr. Irfan Rahmanto
KANIGORO NBM. 1.070.676
Halaman :

Pengertian Melakukan pemeriksaan pada telinga

Tujuan Melaksanakan tindakan pengobatan telinga sesuai dengan program pengobatan

Kebijakan

Referensi

Prosedur/Langkah- A. Fase Pra Interaksi :


Langkah Persiapan alat :

a)Lampu kepala
b) Spekulum telinga/otoskop beberapa ukuran (kecil, sedang, besar)
c)Handscun
d) Bengkok
e)Masker
B. Fase Interaksi :
1. Mengucapan salam, menyebutkan nama dan departemen/unit kerja serta
menyebutkan maksud dan tujuan kedatangan.
2. Meminta pasien untuk menyebutkan nama dan tanggal lahir sambil
petugas mencocokkan nama dan tanggal lahir pada gelang identitas
pasien.
3. Bagi pasien yang tidak sadar dan pasien anak-anak petugas mencocokkan
identitas dengan melihat gelang pasien.
4. Petugas mencuci tangan dengan handrub.
5. Menyiapkan posisi pasien, posisi pemeriksa menghadap ke telinga yang
akan diperiksa
6. Pakai masker, handscon, dan lampu kepala
7. Atur pencahayaan lampu kepala atau sumber cahaya lain sehingga tangan
pemeriksa bebas bekerja
8. Lakukan inspeksi telinga luar terhadap posisi, warna, ukuran, bentuk,
hygiene, adanya lesi, massa dan kesimetrisan. Catat bila ada kelainan
pada telinga
9. Untuk inspeksi telinga bagian dalam menggunakan spekulum telinga,
yang akan dilakukan oleh dokter harus dibawah pengawasan instruktur
yang berpengalaman. Dengan cara :
 Pegang pinggir daun telinga dan secara perlahan tarik daun telinga ke
atas dan ke belakang sehingga lubang telinga harus dan mudah
diamati
 Pada anak-anak tarik daun telinga ke bawah
 Dengan hati-hati masukkan otoskop yang menyala kedalam lubang
telinga. Amati adanya kotoran, serumen, peradangan atau adanya
benda asing
10. Lakukan palpasi pada telinga dengan menggunakan jari telunjuk dan jari
jempol. Palpasi kartilago telinga luar secara simetris, yaitu jaringan lunak
ke jaringan keras dan catat jika ada rasa nyeri saat menekan
11. Lakukan penekanan pada area tragus ke dalam dan tulang telinga dibawah
daun telinga
12. Lalu bandingan antaraa telinga kiri dan kananPemeriksaan pendengaran :
a) Atur posisi klien membelakangi pemeriksa pada jarak 4-6 m
b) Instruksikan klien untuk menutup salah satu telinga yang tidak
diperiksa
c) Bisikan suatu bilangan
d) Minta klien untuk mengulagi bilangan yang didengar
e) Periksa telinga lainnya dengan cara yang sama
f) Bandingkan kemauan mendengar telinga kanan dan kiri
13. Pemeriksaan tes Rinne bertujuan untuk membandingkan hantaran udara
dan hantaran tulang, sehingga membantu menegakan diagnosis tuli hantar
(conduktifve hearing loss)
 Pegang garpu tala pada taangkainya dan pukulkan ketelapak tangan
atau buku jaritangan yang berlawanan
 Untuk menilai hantaran udara, ujung lengan panjang garpu tala yang
sudah digetarkan dipasang 1 inchi di depan meatus auditorius
ekstermus
 Tanyakan pada klien apabila sudah tidak mendengar garpu tala
dipindah ke prosesus mastoedea
 Setelah itu prosedur diatas dibalik. Pemeriksaan dimulai dari prosesus
mastoedea kedepan meatus auditorius eksternus
14. Pemeriksaan tes Weher bertujuan untuk membedakan tuli hantar dan tuli
sensorineural
 Pegang garpu tala pada tangkainya dan pukulkan ketelapak taangan
ataau buku jaritangan yang berlawanan
 Garpu tala yang sudah digetarkan diletakkan di verteks atau di tengah
dahi
 Pasien ditanya “ sudah dengar suara keras atau lebih keras disatu sisi
(kanan dan kiri)
 Catat hasil pemeriksaan pendengaran dengan cara auskultasi tersebut.
16 Buka handscoon, masker, dan lampu kepala

17 Jelaskan pada pasien bahwa tindakan sudah selesai

18 Catat hasil pemeriksaan


C. Fase Terminasi :
a) Bersihkan alat..
b) Ucapkan terima kasih.
c) Petugas mencuci tangan dengan handrub.
d) Dokumentasikan tindakan
Diagram Alir (Jika
Dibutuhkan)

Unit Terkait

Anda mungkin juga menyukai