MAKALAH
KMB II
Oleh
JURUSAN KEPERAWATAN
D3 KEPERAWATAN LAWANG
JANUARI 2020
Kata Pengantar
Assalammuallaikum wr.wb
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Mastoiliditis
Makalah ini telah di susun dengan maksimal sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
Kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata Kami berharap semoga makalah tentang “Mastoiliditis ” dapat
mempermudahkan pembaca.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................................i
Daftar Isi.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................
1.3 Tujuan.......................................................................................................................
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 kesenjangan askep teori dana skep kasus .................................................................
BAB V PENUTUP
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................
3.2 Saran.........................................................................................................................
Daftar Rujukan................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap individu berhak atas taraf hidup yang memadai bagi kesejahteraan dirinya
maupun keluarganya, termasuk diantaranya sandang pangan, perumahan dan perawatan
kesehatan. Pelayanan dirumah sakit diupayakan menuju standar mutu yang telah
ditetapkan. Demakian halnya untuk masing – masing bidang pelayanan, salah satunya
adalah bagian bedah, sehingga komplikasi pasca pembedahan dapat dihindari. Kondisi
kesehatan masyarakat saat ini memungkinkan terjadinya perubahan pada pola penyakit.
Salah satunya adalah penyakit yang menyerang telinga atau bisa disebut mastoiditis
kronis.
Di Amerika Serikat dan negara maju lain, kejadian dari mastoiditis cukup rendah,
sekitar 0,004%, meskipun lebih tinggi di negara-negara berkembang. Usia paling umum
terkena adalah 6-13 bulan, Laki-laki dan perempuan sama-sama terpengaruh dan
beresiko terkena penyakit mastoiditis. Di negara indonesia belum diketahui secara jelas
persentasi kejadian dari pada mastoiditis ini, tetapi negara kita merupakan negara
berkembang menuju negara yang maju yang masih rentan dan beresiko tinggi terhadap
penyakit ini. Pengobatan biasanya diawali dengan pemberian suntikan antibiotik lalu
disambung dengan antibiotic per oral minimal selama 2 minggu. Jika pemberian
antibiotic tidak memberikan hasil untuk mengatasi masalah ini, dilakukan mastoidiktomi
(pengangkatan sebagian tulang dan pembuangan nanah).
Walaupun angka kejadian dari penyakit mastoiditis di Indonesia ini mulai berkurang
dari tahun ketahunnya namun hal ini merupakan sesuatu yang tidak bisa disepelekan
karena apabila tidak ditangani dengan tepat maka klien akan mengalami gangguan
pendengaran yang bersifat kronis dan sangat mengganggu kenyamanan, hal inilah yang
menjadi dasar kenapa penulis mengangkat makalah ini. Dan diharapkan kepada pembaca
untuk bisa memahami secara umum maupun secara khusus tentang penyakit mastoiditis
dan dapat mengaplikasikannya di kehidupan yang nyata.
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, berikut tujuan penulisan makalah ini.
3.1 Untuk mengetahui definisi dari penyakit mastoiditis
3.2 Untuk mengetahui etiologic dari penyakit mastoiditis
3.3 Untuk mengetahui klasifikasi dari penyakit mastoiditis
3.4 Untuk mengathui patofisiologi dari penyakit mstoiditis
3.5 Untuk mengetahui manifestasi klinis dari penyakit mastoiditis
3.6 Untuk mengetahui penatalaksanaan dari penyakit mastoiditis
3.7 Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari [enyakit mastoiditis
3.8 Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan teori mastoiditis
3.9 Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Kasus Mastoiditis
3.10 Untuk mengetahui SOP pmeriksaan fisik telinga
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu infeksi pada
telinga tengah, jika tak diobati dapat terjadi osteomielitis. Mastoiditis adalah segala
proses peradangan pada sel- selmastoid yang terletak pada tulang temporal. Mastoiditis
adalah inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu infeksi pada telinga tengah, jika tak
diobati dapat terjadi osteomielitis.( Brunner dan Suddarth, 2000).
Mastoiditis kronis adalah suatu infeksi bakteri pada prosesus mastoideus (tulang
yang menonjol dibelakang telinga)yang berlangsung cukup lama. Mastoiditis marupakan
peradangan kronik yang mengenai rongga mastoid dan komplikasi dari otitis media
kronis. Lapisan epitel dari telinga tengah adalah sambungan dari lapisan epitel sel – sel
mastoid udara yang melekat ditulang temporal.(Reeves, 2001 )
Mastoiditis adalah sel-sel udara mastoid sering kali
terlibat,menimbulkan peradangan dan nekrosis tulang yang terlokalisasi dan
ekstensif (osteomyelitis).(Parakrama, 2006)
2.2 Etiologi
Mastoiditis terjadi karena Streptococcus ß hemoliticus / pneumococcus. Selain itu
kurang dalam menjaga kebersihan pada telinga seperti masuknya air ke dalam telinga
serta bakteri yang masuk dan bersarang yang dapat menyebabkan infeksi .Menyebarnya
infeksi dari telinga bagian tengah, infeksi dan nanah mengumpul di sel-sel udara mastoid
Penyebab lain dari Mastoiditis adalah:
1. terjadi 2-3 minggu setelah otitis media akut
2. Kelainan imunosupresi atau orang yang menelantarkan otitis media akut yang
dideritanya. Berkaitan dengan virulensi dari organisme penyebab otitis media
akut yaitu streptococcus pnemonieae.
3. Bakteri lain yang sering ditemukan adalah adalah branhamella catarrhalis,
streptococcus group-A dan staphylococcusaureus,streptococcus aureus.Bakteri
yang biasanya muncul pada penderita mastoiditis anak-anak adalah streptococcus
pnemonieae.
2.3 . Klasifikasi
Klasifikasi dari mastoiditis antara lain:
Acute mastoiditis, biasa terjadi pada anak-anak, sebagai komplikasi dari otitis media
akut suppurative.
Chronic mastoiditis, biasanya berkaitan dengan cholesteatome dan penyakit telinga
kronis.
Incipient mastoiditis, inflamasi yang terjadi akibat langsung di bagian mastoid.
Coalescent mastoiditis, inflamasi yang terjadi akibat komplikasi dari infeksi di organ
tubuh yang lain.
Kuman aerob
Gram negative :
Gram positif : proteus,
Bakterioides spp
pseudomonas spp E
s pyogenes dan s colli, kuman an
aerob
Mastoiditis
Gangguan rasa
nyaman Nyeri Cemas Hiperemi push
2.6 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi bila mastoiditis tidak ditangani dengan baik adalah
1. Petrositis yaitu infeksi pada tulang disekitar tulang telinga tengah peforasi gendang
telingadengan cairan yang terus menerus keluar.
2. Labyrintitis yaitu peradangan labyrint ini dapat disertai dengan kehilangan
pendengaran atau vertigo disebut juga otitis imtema
3. Meningitis yaitu peradangan meningen (ragdang membran pelindung sistem saraf)
biasanya penyakit ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme.
4. Abses otak yaitu kumpulan nanah setempat yang terkumpul dalam jaringan otak
2.7 Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis klien dengan mastoiditis antara lain:
1. Pemberian antibiotik sistemik
Diberikan beberapa minggu sebelum operasi dapat mengurangi atau menghentikan
supurasi aktif dan memperbaiki hasil pembedahan.
2. Pembedahan
a. Timponoplasti
Adalah rekonstruksi bedah pada mekanisme pendengaran ditelinga
tengah, dengan memperbaiki membrana tympanica melindungi finestra
cochlease dari tekanan suara. Tujuan dari tindakan ini adalah untuk
menyelamatkan dan memulihkan pendengaran, dengan congkok membran
timpani dengan rekonstruksi telinga tengah. Sedangkan tujuan skundernya
adalah untuk mempertahankan atau memperbaiki pendengaran (timpanoplasti)
bilamana mungkin. Terdapat berbagai teknik timpanoplasti yang berbeda yaitu
pencangkokan (kulit, fasia, membran timpani homolog) dan rekonstruksi
(osikula homolog, kartilago dan aloplastik).
b. Mastoidektomi
Adalah pembedahan pada tulang mastoid. Tujuan dilakukan mastoidektomi
adalah untuk menghilangkan jaringan infeksi, menciptakan telinga yang kering
dan aman.
B. Diagnosa keperawatan
No Intervensi Rasional
1. Pantau input dan output Untuk mengetahui balance cairan
pasien
2. Ukur suhu tiap 4-8 jam Untuk mengetahui perkembangan
klien
3. Ajarkan kompres hangat dan Untuk menurunkan panas tubuh
banyak minum dan mengganti cairan tubuh yang
hilang
4. Kolaborasi dengan pemberian Untuk menurunkan panas
3. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
mendengar petunjuk auditoris
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien dapat
berkomunikasi dengan baik
Kriteria Hasil :
a. Pasien terlibat dalam proses komunikasi
b. Pasien menunjukkan kemampuan untuk membaca gerak bibir
c. Pasien dapat berkomunikasi dengan orang lain dengan cara yang diajarkan
No Intervensi Rasional
1. Berbicara jelas dan tegas tanpa Membantu pasien merangsang
bergerak komunikasi verbal
2. Kurangi kegaduhan lingkungan Mempermudah pasien dalam
mendengar
3. Ajari keluarga dan orang lain yang Untuk merangsang komunikasi
terlibat dengan pasien tentang verbal
perilaku yang memudahkan
membaca gerak bibir
4. Bila menggunakan alat bantu Mempermudah pasien mendengar
dengar, kenakan pada telinga yang sehingga dapat lancar dalam
tidak dioperasi berkomunikasi
No Intervensi Rasional
1. Kaji ulang skala nyeri, lokasi, Mengetahui ketidakefektifan
intensitas intervensi
2. Berikan posisi yang nyaman Mengurangi nyeri
5. Risiko infeksi berhubungan dengan pemasangan graft, trauma bedah terhadap
jaringan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam risiko infeksi
dapat hilang atau teratasi
Kriteria Hasil : a. Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
No Intervensi Rasional
1. Observasi keadaan umum Mengetahui keadaan umum
pasien selama 24 jam pasien
2. Anjurkan pentingnya cuci Mencegah penularan penyakit
tangan dan mencuci telinga luar
3. Lakukan perawatan graft Mencegah infeksi
4. Kolaborasi pemberian antibiotik Agar dapat membunuh kuman,
profilaksis sehingga tidak menularkan
penyakit terus-menerus
No Intervensi Rasional
1. Cegah infeksi telinga tengah Agar kerusakan pendengaran
tidak meluas
2. Meminimalkan tingkat berhubungan dengan kehilangan
kebisingan di unit perawatan pendengaran
intensif
3. Lakukan upaya keamanan Untuk mencegah pasien jatuh
seperti ambulasi terbimbing akibat vertigo/ gangguan
keseimbangan
4. Kolaborasi dengan pemberian Mengurangi nyeri kepala sehingga
obat antiemetika dan terhindar dari jatuh
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan
A. Pengkajian
NamaPerawat : Viktorinus
1. Biodata
Pasien
Nama :Ny. s
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SD
DiagnosaMedis :mastoiditis
Penanggungjawab
Nama :Tn, P
Umur : 50 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :wiraswata
Hubungandenganpasien :Suami
2. Keluhan utama
3. RiwayatKesehatan
Riwayat penyakit keluarga :
Sebelum:
Selama sakit:
Scale : 6
d. Nutrisi
Sebelum sakit:
2) BB/TB : 50kg/155cm
Selama sakit:
4) BB dalam satu bulan terakhir : tidak ada penurunan berat badan
5) Jenis makanan : Padat
Sebelum sakit:
Selama sakit:
f. Oksigenasi
Batuk : Tidak
Sputum : Tidak
RR : 24x/mnit
g. Eliminasi urin
Sebelum sakit:
2) Warna : Bening
Selama sakit:
h. Eliminasi fekal
Sebelum dirawat:
Selama dirawat :
Klien mengatakan BAB lancar sebelum sakit dan tidak diare
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Kesadaran : Composmetis
Respirasi : 24x/mnit
Irama : teratur
Suhu : 38,80C
b. Kepala
Hidung : Simetris Kiri kanan, tidak ada sumbatan
c. Leher
d. Dada
Cor :
e. Abdomen
Inspeksi : simetris
h. Ekstremitas
Atas
ROM Kanan : derajat 5 (normal)
Bawah
Akral : hangat
Psikologi:
Sosio :
Budaya :
Spiritual:
7. Pemerikasaan penunjang
Foto Ro: Mastoiditis bilateral tipe sklerotik.
Ct scant : ada kelainan telinga tengah, mastoid dan telinga dalam.
Yang memperlihatkan penebalan mukosa dalam rongga telinga tengah
di samping dalam rongga mastoid.
Otoskopi: terlihat infeksi telinga tengah
8. Terapi/Pengobatan
Infus RL 20 tts/mnt.
Klindamycin 3x300 mg.
Mefenamat acid 3x500 mg k/p
ANALISA DATA
DO:
- Keluarnya cairan dari
kedua telinga klien baik bening
maupun berupa lendir dan pus
- TTV: TD 130/80 mmHg,
nadi 84x/mnt,RR 24x/menit,
suhu 38,8oC,
- Hasil pemerikasaan
penunjang didapatkan:
· Ct scant : ada
kelainan telinga tengah,
mastoid dan telinga dalam.
Yang memperlihatkan
penebalan mukosa dalam
rongga telinga tengah di
samping dalam rongga mastoid.
· Foto Ro: Mastoiditis
bilateral tipe sklerotik.
· Otoskopi: terlihat infeksi
telinga tengah
18 agust DS: proses Hipertermi
2011 - klien mengatakan badannya inflamasi
09.15 wib terasa demam
DO:
- badan klien terasa panas,
TTV: TD 130/80mmHg, N
110x/mnt, Suhu 38,8oC
Prioritas Diagnosa
RENCANA TINDAKAN
CATATAN PERKEMBANGAN 1
NO TGL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI NAMA/
TTD
1. 18 Agustus 1. Mengkaji skla 18 Agustus 2011
2011 nyeri klien 13.00 WIB
09.15 wib
S: klien mengatakan nyeriS: Klien mengatakan sudah tidak
berkurang merasa nyeri lagi
skala nyeri 3 klien tampak
rileks O: Skala nyeri klien 3, klien
2. Melakukan tampak rileks
pemeriksaan fisik telinga
S:- A: Tujuan tercapai
O: klien mau untuk
dilakukan pemeriksaan P: Intervensi dihentikan
fisik
3. Mengajarkan
tekhnik relaksasi
S: klien mengatakan mau
diajarkan tehnik relaksasi
O: klien tampak mengerti
semua yang diajarkan
4. Berkolaborasikan
dengan dokter pemberian
analgetik
S:-
O: klien mau menerima
terapi analgesik
2. 18 Agustus1. Memantau dan 18 Agustus 2011
2011 dokumentasikan 13.00 WIB
09.30 wib perubahan statusS: Klien sudah dapat mendengar
neurologis pasien walaupun belum bisa mendengar
S:- secara efektif
O: status gizi klien baik
2. Melakukan O: Telinga klien sedikit kemerahan
pemeriksaan fisik telinga dan masih ada oedema
S:-
O: Telinga klien sedikit
kemerahan dan masih ada A: Tujun belum tercapai
oedema
3. Berkolaborasi untuk P: Intervensi 1,2 dilanjutkan
pemberian alat bantu
pendengaran.
S:-
O: klien menerima alat
bantu pendengaran
3. 18 Agustus1. Memonitoring suhu 18 Agustus 2011
2011 tubuh klien 13.00 WIB
09.50 wib S:
O: suhu tubuh klien S: Klien mengatakan sudah tidak
dalam rentang normal demam lagi
(37,5oC)
2. Melakukan kompresO: Suhu tubuh klien sudah kembali
hangat normal (36,5 – 37,50 C)
S: klien mengatakan mau
dikompres hangat A: Tujuan tercapai
O: klien menerima
kompres hangat P: Intervensi dihentikan
3. Menganjurkan klien
menggunakan pakaian
yang tipis
S:-
O: klien melakukan
semua yang dikatakan
perawat
4. Berkolaborasihan
dengan dokter untuk
pemberian antipiretik
S:-
O: klien menerima
analgesik
CATATAN PERKEMBANGAN II
Ny. S berusia 40 tahun opname di RS respati yogyakarta sejak 1 hari yang lalu klien
datang dengan keluhan pendengaran telinga kiri dan kanan menurun/tidak mendengar sejak 2
tahun yang lalu, klien juga mengatakan terasa nyeri pada kedua tulang telinga bagian
belakang, skala nyeri 6, dan klien mengeluh telinga kanan dan kiri 1 bulan terakhir sering
basah karena keluar cairan dari dalam telinga, dari hasil pengkajian didapatkan TTV: TD
130/80 mmHg, nadi 84x/mnt,RR 24x/menit, suhu 38,8oC, klien mengatakan badannya terasa
demam dan kepalanya kadang- kadang pusing Kemerahan pada kompleks mastoid,
Keluarnya cairan baik bening maupun berupa lendir dan pus.
Teori
Pengkajian yang dilakukan antara lain:
1. Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri pada telinga bagian belakang dengan sekala nyeri 6
2. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya diawali adanya otitis media akut setelah 2-3 minggu tanpa penanganan
yang baik nanah dan infeksi menyebar ke sel udara mastoid. Dapat muncul atau
keluar cairan yang berbau dari telinga, timbul nyeri di telinga dan demam hilang
timbul.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya otitis media kronik karena adanya episode berulang.
4. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang didapat:
a. Suhu tubuh meningkat, denyut nadi meningkat (takikardi)
b. Kemerahan pada kompleks mastoid
c. Keluarnya cairan baik bening maupun berupa lendir
d. Matinya jaringan keras (tulang, tulang rawan)
e. Adanya abses (kumpulan jaringan mati dan nanah)
f. Proses peradangan yang tetap melebar ke bagian dan organ lain
Riwayat infeksi pada telinga tengah sebelumnya
Dari askep teori dana skep kasus diatas memiliki kesamaan dari keluhan pasien, skala nyeri
BAB V
PENUTUP
3.1 Kesimpulan.
Mastoiditis adalah penyakit pada telinga yang bias berupa push penyakit ini diderita oleh
orang dewasa tetapi juga bias derita oleh anak. Penyakit ini bisa dicegah dengan cara
menjaga kebersihan.
Mastoiditis merupakan peradangan tulang mastoid, biasanya berasal dari kavum timpani.
Perluasan infeksi telinga bagian tengah yang berulang ulang dapat menyebabkan timbulnya
perubahan pada mastoid berupa penebalan mukosa dan terkumpulnya eksudat. Lama
kelamaan terjadi peradangan tulang (osteitis) dan pengumpulan eksudat/nanah yang makin
banyak,yang akhirnya mencari jalan keluar. Daerah yang lemah biasanya terletak di belakang
telinga, menyebabkan abses superiosteum ( Sumber, tahun)
3.2 Saran.
Mastoiditis merupakan penyakit yang rawan menyerang kita. Maka dari itu disarankan
agar setiap individu waspada terhadap timbulnya mastoiditis dengan cara lebih menjaga
kebersihan diri terutama telinga. Jika timbul gejala – gejala mastoiditis segeralah periksa
kedokter.
DAFTAR PUSTAKA
Francis, Mary moorhouse, dkk. 1996. Buku Rencana Asuhan Keperawatan. Buku
Kedokteran EGC. Jakarta
Iskandar, H. Nurbaiti,dkk 1997. Buku Ajar Ilmu Penyakit THT. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta.
Mukmin, Sri; Herawati, Sri. 1999. Teknik Pemeriksaan THT. Laboratorium Ilmu
Penyakit THT, FK UNAIR. Surabaya.
Adams, G.L, 1997, BOIES Buku Ajar Penyakit THT, Jakarta: EGC
Candra, S. P, 2006, Ringkasan Patologi Anatomi, Jakarta: EGC
Smeltzer, S. C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Jakarta:
EGC
Wilkinson, J. M, 2007, Buku Ajar Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC, Jakarta: EGC
PEMERIKSAAN TELINGA Ditetapkan Oleh :
Direktur
No. Dokumen :
No. Revisi :
KLINIK RAWAT INAP PKU SOP
MUHAMMADIYAH Tanggal Terbit : dr. Irfan Rahmanto
KANIGORO NBM. 1.070.676
Halaman :
Kebijakan
Referensi
a)Lampu kepala
b) Spekulum telinga/otoskop beberapa ukuran (kecil, sedang, besar)
c)Handscun
d) Bengkok
e)Masker
B. Fase Interaksi :
1. Mengucapan salam, menyebutkan nama dan departemen/unit kerja serta
menyebutkan maksud dan tujuan kedatangan.
2. Meminta pasien untuk menyebutkan nama dan tanggal lahir sambil
petugas mencocokkan nama dan tanggal lahir pada gelang identitas
pasien.
3. Bagi pasien yang tidak sadar dan pasien anak-anak petugas mencocokkan
identitas dengan melihat gelang pasien.
4. Petugas mencuci tangan dengan handrub.
5. Menyiapkan posisi pasien, posisi pemeriksa menghadap ke telinga yang
akan diperiksa
6. Pakai masker, handscon, dan lampu kepala
7. Atur pencahayaan lampu kepala atau sumber cahaya lain sehingga tangan
pemeriksa bebas bekerja
8. Lakukan inspeksi telinga luar terhadap posisi, warna, ukuran, bentuk,
hygiene, adanya lesi, massa dan kesimetrisan. Catat bila ada kelainan
pada telinga
9. Untuk inspeksi telinga bagian dalam menggunakan spekulum telinga,
yang akan dilakukan oleh dokter harus dibawah pengawasan instruktur
yang berpengalaman. Dengan cara :
Pegang pinggir daun telinga dan secara perlahan tarik daun telinga ke
atas dan ke belakang sehingga lubang telinga harus dan mudah
diamati
Pada anak-anak tarik daun telinga ke bawah
Dengan hati-hati masukkan otoskop yang menyala kedalam lubang
telinga. Amati adanya kotoran, serumen, peradangan atau adanya
benda asing
10. Lakukan palpasi pada telinga dengan menggunakan jari telunjuk dan jari
jempol. Palpasi kartilago telinga luar secara simetris, yaitu jaringan lunak
ke jaringan keras dan catat jika ada rasa nyeri saat menekan
11. Lakukan penekanan pada area tragus ke dalam dan tulang telinga dibawah
daun telinga
12. Lalu bandingan antaraa telinga kiri dan kananPemeriksaan pendengaran :
a) Atur posisi klien membelakangi pemeriksa pada jarak 4-6 m
b) Instruksikan klien untuk menutup salah satu telinga yang tidak
diperiksa
c) Bisikan suatu bilangan
d) Minta klien untuk mengulagi bilangan yang didengar
e) Periksa telinga lainnya dengan cara yang sama
f) Bandingkan kemauan mendengar telinga kanan dan kiri
13. Pemeriksaan tes Rinne bertujuan untuk membandingkan hantaran udara
dan hantaran tulang, sehingga membantu menegakan diagnosis tuli hantar
(conduktifve hearing loss)
Pegang garpu tala pada taangkainya dan pukulkan ketelapak tangan
atau buku jaritangan yang berlawanan
Untuk menilai hantaran udara, ujung lengan panjang garpu tala yang
sudah digetarkan dipasang 1 inchi di depan meatus auditorius
ekstermus
Tanyakan pada klien apabila sudah tidak mendengar garpu tala
dipindah ke prosesus mastoedea
Setelah itu prosedur diatas dibalik. Pemeriksaan dimulai dari prosesus
mastoedea kedepan meatus auditorius eksternus
14. Pemeriksaan tes Weher bertujuan untuk membedakan tuli hantar dan tuli
sensorineural
Pegang garpu tala pada tangkainya dan pukulkan ketelapak taangan
ataau buku jaritangan yang berlawanan
Garpu tala yang sudah digetarkan diletakkan di verteks atau di tengah
dahi
Pasien ditanya “ sudah dengar suara keras atau lebih keras disatu sisi
(kanan dan kiri)
Catat hasil pemeriksaan pendengaran dengan cara auskultasi tersebut.
16 Buka handscoon, masker, dan lampu kepala
Unit Terkait