Anda di halaman 1dari 6

Peran Perawat Terhadap Penyakit Skabies

M. ALI YAFI

D-III Keperawatan Lawang

Kelas 1-B

Perawat adalah seseorang yang memiliki kemampuan dan kewenangan


melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang
diperoleh melalui pendidikan keperawatan (UU kesehatan No 23 tahun
1992).Perawat termasuk bagian dari tim kesehatan yang memiliki kesempatan
untuk melakukan intervensi kepada pasien, sehingga fungsi dan peran perawat
dapat dimaksimalkan dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap penderita
seperti memenuhi kebutuhan dasar dan meningkatkan kesehatan fisik.

Kulit merupakan bagian tubuh manusia yang cukup sensitif terhadap


berbagai macam penyakit, salah satunya ialah skabies. Skabies adalah penyakit
kulit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes scabei varian hominis (sejenis kutu,
tungau), ditandai dengan keluhan rasa gatal, terutama pada malam hari dan
penularannya melalui kontak langsung atau tidak langsung melalui pakaian,
handuk dan alas tidur. Peran perawat terhadap penyakit skabies sangatlah penting
hususnya terhadap anak anak, karena penyakit ini perlu diperhatikan agar tidak
menjalar kemana mana.

Perawatan masyarakat adalah lapangan perawatan khusus yang merupakan


gabungan keterampilan ilmu keperawatan. Ilmu keperawatan sendiri adalah
bidang pengetahuan yang didalamnya berisi ilmu sains yang dipadu dengan ilmu
sosial. Menurut Roy pada ilmu keperawatan terdapat 5 objek utama, yaitu;
manusia (individu yang mendapatkan asuhan keperawatan), keperawatan, konsep
sehat, konsep lingkungan, dan aplikasi: tindakan keperawatan (Nursalam dan
Kurniawati, 2007).
Skabies adalah penyakit gatal akibat serangan oleh sejenis tungau yang
berukuran sangat kecil hingga hanya bisa dilihat melalui mikroskop, yang
bernama Sarcoptes scabei var. Hominis. Skabies banyak terjadi pada masyarakat
dengan sosial ekonomi yang rendah, penduduk daerah dengan kebersihan
lingkungan hidup yang buruk, dan daerah padat penduduk. Penyakit ini mudah
menular pada seseorang baik itu penularannya dari orang lain ataupun dari hewan.

Skabies lebih dikenal dengan kata gudhig/kudis, penyakit ini biasanya


banyak terjadi di kalangan pondok pesantren karna kurangnya rasa perhatian
santri terhadap kebersihan tubuhnya. Penyakit skabies adalah penyakit kulit yang
menular sehingga sangat penting sikap dan peranan santri dalam pencegahan
penularan penyakit skabies di lingkungan Pondok Pesantren. Banyak sekali
penyebab dari penyakit scabies dipondok pesantren diantaranya dikarnakan
pakaian, seprai, bantal dan handuk yang dipakai lebih dari satu orang, tinggal
bersama dengan sekelompok orang dan air yang kurang terjaga kebersihannya. itu
semua sangat beresiko mudah tertular berbagai penyakit hususnya pada kulit
seperti scabies. Penyakit scabies menular ketika orang-orang tidur bersama pada
tempat yang sama. Akibat dari penyakit ini menimbulkan lecet pada kulit, rasa
gatal yang panas terutama pada malam hari, dan luka yang disebabkan oleh
garukan.

Faktor faktor perorangan santri yaitu mandi berapa kali dalam sehari,
kebiasaan memotong kuku dalam seminggu, kebiasaan mencuci tangan setelah
melakukan aktivitas, kebiasaan kebiasaan cuci tangan sesudah BAB, berapa kali
mencuci pakaian dalam seminggu, berapa kali mengganti pakaian bersih dalam
seminggu, cara menyimpan dan merawat pakaian, memiliki hubungan yang sangat
kuat terhadap kejadian penyakit kulit yang diderita oleh santri.

Hendrik L. blum (1974) mengatakan bahwa “ada empat factor utama yang
mempengaruhi kesehatan, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan
keturunan”. Lingkungan merupakan factor yang paling dominan mempengaruhi
kesehatan, karena dilingkunganlah manusia mengadakan interaksi dan interelasi
dalam peroses kehidupannya, baik dalam lingkungan fisik, psikologis, social-
budaya , ekonomi, dimana kondisi tersebut dapat dipengaruhi oleh perilaku
individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat. Kemudian ditunjang oleh
tersedianya fasilitas kesehatan yang terjangkau oleh masyarakat, dan yang terakhir
factor keturunan yang dibawa dari sejak lahir yang erat kaitannya dengan gen
yang diturunkan oleh orangtua.

Skabies ini tergolong penyakit yang dipengaruhi oleh lingkungan dan


perilaku. lingkungan sangat berpengaruh terhadap berbagai macam penyakit
seperti skabies. Salah satu factor lingkungan ialah kamar mandi yang airnya kotor
dan kondisi kamar yang kurang bersih. Perilaku adalah suatu kegiatan atau
aktivitas organisme yang bersangkutan, yang dapat di amati secara langsung
maupun tidak langsung Factor perilaku yang mempengaruhi skabies ialah
tindakan dan kebiasaan dalam memakai pakain, handuk secara bergantian dengan
orang lain.

Untuk mencapai asuhan perawatan yang tinggi dan hubungan dengan


berbagai pihak yang harmonis, maka loyalitas harus dipertahankan oleh setiap
perawat. Perawat harus mempunyai rasa tanggung jawab terhadap tugasnya. Peran
perawat sebagai penasehat pasien adalah perawat harus memberikan informasi
dan memberikan bantuan kepada pasien. Perawat perlu bersosialisasi tentang
kesehatan dan memberi pengobatan diberbagai daerah hususnya di kalangan yang
sering terkena penyakit, seperti halnya penyakit skabies yang sering terjadi
dikalangan santri dipondok pesantren, maka perawat perlu bersosialisasi tentang
kesehatan dipondok pesantren dan memberikan pengobatan terhadap santri yang
terkena skabies (gudig).

Salah satu upaya dalam meningkatkan derajat kesehatan yang optimal


adalah budaya hidup bersih. Budaya hidup bersih merupakan cerminan sikap dan
perilaku masyarakat dalam menjaga dan memelihara kebersihan pribadi dan
lingkungan dalam kehidupan sehari-hari (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur,
2001). Pencegahan terhadap penyakit tidak harus diserahkan kepada perawat,
melainkan masyarakat sendiri pun bisa melakukan pencegahan terhadap penyakit,
dengan cara selalu hidup sehat, merawat dan menjaga kebersihan lingkungan
sekitar.
Pencegahan penyakit adalah upaya mengarahkan sejumlah kegiatan untuk
melindungi klien dari ancaman kesehatan potensial, dengan kata lain pencegahan
penyakit adalah upaya pengekangan perkembangan penyakit, memperlambat
kemajuan penyakit dan melindungi tubuh dari berlanjutnya pengaruh yang lebih
membahayakan. Peran perawat sangatlah penting dalam kesembuhan pasien dan
perawat harus memeberikan pengarahan dan pengobatan terhadap pasien. Perawat
juga harus mengetahui sebab dan akibat dari penyakit pasien dengan cara
melakukan pengkajian terhadap pasien hingga kondisi pasien membaik atu
sembuh. Kriteria Sembuh Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pakai obat
serta cara pengobatannya dan menghilangkan faktor predisposisi, maka penyakit
ini dapat diberantas dan memberi prognosis yang baik (Al-Falakh, 2009)

Daftar Rujukan

Akmal, S. C., Semiarty, R., & Gayatry, G. (2013). Hubungan Personal Hygiene
Dengan Kejadian Skabies Di Pondok Pendidikan Islam Darul Ulum,
Plarak Air Pacah, Kecamatan Koto Tengah Padang Tahun 2013. Jurnal
Kesehatan Andalas, 2(3), 164-167.

Azizah, U. (2013, 12 06). Digital Repository. Retrieved 10 16, 2018, from


unej.ac.id: http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/5588

Catartika, V. R. (2018, 07 03). masyarakat sehat. Retrieved 10 16, 2018, from


masyarakatsehat.id: http://masyarakatsehat.id/2018/03/27/scabies-
penyakit-gatal-yang-wajib-diderita-anak-pesantren/

Effendy, N. (1998). Dasar Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta:


EGC.

Handayani, E. (2010, 11 16). lektronik Theses and Dissertation. Retrieved 10 16,


2018, from ums.ac.id: http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/4470

Indonesia, K. R. (2011). Burnout Pada Perawat Yang Bertugas di Ruang Rawat


Inap dan Rawat Jalan RSAB Harapan Kita. Jurnal Psikologi, Volume,
9(2), 48.
Ismihayati, S. N. (2015). Hubungan Perilaku Pencegahan Penyakit Skabies
Santriwati Dengan Kejadian Skabies Di Asrama Al-Kholiliyah Pondok
Pesantren Darul Ulum Peterongan Jombang. Jurnal Metabolisme, Vol, 2
No. 2 April 2013. 2(2).

Mellifera, A. (2009). Hubungan higiene perorangan santri dan sanitasi pondok


pesantren dengan kejadian penyakit scabies . Surabaya: Universitas
Airlangga.

Mulyati, T. (2010, 12 10). Elektronic Theses and Dissertations. Retrieved 10 16,


2018, from ums.ac.id: http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/9272

Nursalam, & Kurniawati, N. D. (2007). Asuhan Keperawatan Pasien Terinfeksi


HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika.

Priharjo, R. (1995). Pengantar Etika Keperawatan. Yogyakarta: Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai