MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Keperawatan Medikal Bedah yang dibina oleh
Nurul Hidayah, S.Kep, Ns, M.Kep
Oleh :
1. Rizqi Alrian (P17220183049)
2. Eva Tusinadyah (P17220183053)
3. Erna Mujiati (P17220184057)
4. Cahyo Dwi Rachmawan (P17220184061)
5. Lavenia Arlina Kusumawardhani (P17220184086)
Dengan menyebut Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
segala puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ””. Makalah ini kami
susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbgai pihak sehingga
dapat memperlancar pembuatan makalah ini untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya
bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kaliamat maupun tata
bahanya oleh karea itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami
berharap semoga makalah ini ada manfaatnya untuk masyarakat ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pemabaca.
Penulis
i
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................................i
Daftar Isi.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Rawat luka.................................................................................................4
2.2 Jenis – Jenis Rawat Luka.............................................................................................4
2.3 Mekanisme Rawat Luka..............................................................................................6
2.4 Penyembuhan Rawat Luka..........................................................................................7
2.5 Factor Yang Mempengaruhi Luka.............................................................................11
2.6 Komplikasi Penyembuhan Rawat Luka....................................................................13
2.7 Perkembangan Rawat Luka.......................................................................................14
2.8 Tujuan Perawatan Luka.............................................................................................15
2.9 SOP............................................................................................................................17
Daftar Rujukan............................................................................................................19
ii
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, berikut tujuan penulisan makalah
ini.
1. Memahami Pengertian Rawat luka
2. Memahami Jenis – Jenis Rawat Luka
3. Memahami Mekanisme Rawat Luka
4. Memahami Penyembuhan Rawat Luka
5. Memahami Factor Yang Mempengaruhi Luka
6. Memahami Komplikasi Penyembuhan Rawat Luka
7. Memahami Perkembangan Rawat Luka
8. Memahami Tujuan Perawatan Luka
3
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit ( Taylor,
1997). Luka adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang
atau organ tubuh lain (Kozier, 1995).
Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian Sel
2.2 Jenis – Jenis sel
Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan
luka itu dan menunjukkan derajat luka (Taylor, 1997).
1. Berdasarkan tingkat kontaminasi
a. Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana tidak
terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan,
pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan
luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup (misal; Jackson –
Pratt). Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%.
b. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka
pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam
kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya
infeksi luka adalah 3% - 11%.
c. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh, luka
akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau
kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut,
inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% - 17%.
d. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya
mikroorganisme pada luka.
2. Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka
4
5
a.
6
b. Luka akut : yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep
penyembuhan yang telah disepakati.
a. Fase Inflamatori
Fase ini terjadi segera setelah luka dan berakhir 3 – 4 hari. Dua proses
utama terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan pagositosis. Hemostasis
(penghentian perdarahan) akibat fase konstriksi pembuluh darah besar di daerah
luka, retraksi pembuluh darah, endapan fibrin (menghubungkan jaringan) dan
pembentukan bekuan darah di daerah luka. Bekuan darah dibentuk oleh platelet
yang menyiapkan matrik fibrin yang menjadi kerangka bagi pengambilan sel.
Scab (keropeng) juga dibentuk dipermukaan luka. Bekuan dan jaringan mati, scab
membantu hemostasis dan mencegah kontaminasi luka oleh mikroorganisme.
Dibawah scab epithelial sel berpindah dari luka ke tepi. Epitelial sel membantu
sebagai barier antara tubuh dengan lingkungan dan mencegah masuknya
mikroorganisme
b. Fase Proliferatif
Fase kedua ini berlangsung dari hari ke-3 atau 4 sampai hari ke-21 setelah
pembedahan. Fibroblast (menghubungkan sel-sel jaringan) yang berpindah ke
daerah luka mulai 24 jam pertama setelah pembedahan. Diawali dengan
mensintesis kolagen dan substansi dasar yang disebut proteoglikan kira-kira 5 hari
setelah terjadi luka. Kolagen adalah substansi protein yang menambah tegangan
permukaan dari luka. Jumlah kolagen yang meningkat menambah kekuatan
permukaan luka sehingga kecil kemungkinan luka terbuka. Selama waktu itu
sebuah lapisan penyembuhan nampak dibawah garis irisan luka
2. Nutrisi
Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh. Klien
memerlukan diit kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan mineral
seperti Fe, Zn. Klien kurang nutrisi memerlukan waktu untuk memperbaiki status
nutrisi mereka setelah pembedahan jika mungkin. Klien yang gemuk
meningkatkan
12
resiko infeksi luka dan penyembuhan lama karena supply darah jaringan
adipose tidak adekuat.
3. Infeksi
Infeksi luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber penyebab infeksi.
4. Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi
Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Adanya
sejumlah besar lemak subkutan dan jaringan lemak (yang memiliki sedikit
pembuluh darah). Pada orang-orang yang gemuk penyembuhan luka lambat
karena jaringan lemak lebih sulit menyatu, lebih mudah infeksi, dan lama untuk
sembuh. Aliran darah dapat terganggu pada orang dewasa dan pada orang yang
menderita gangguan pembuluh darah perifer, hipertensi atau diabetes millitus.
Oksigenasi jaringan menurun pada orang yang menderita anemia atau gangguan
pernapasan kronik pada perokok.
Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan
menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.
5. Hematoma
Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara
bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat
bekuan yang besar hal
tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga
menghambat proses penyembuhan luka.
6. Benda asing
Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan
terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari
serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang membentuk
suatu cairan yang kental yang disebut dengan nanah (“Pus”).
7. Iskemia
Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah
pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi
akibat dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal
yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.
13
8. Diabetes
Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula
darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi
penurunan protein-kalori tubuh.
9. Keadaan Luka
Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas
penyembuhan luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.
10. Obat
Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti
neoplasmik mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang lama
dapat membuat seseorang rentan terhadap infeksi luka.
a. Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh
terhadap cedera
b. Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan
(dan luka di bawah balutan) jika mungkin harus sering dilihat selama 48 jam
pertama setelah
14
2.9 SOP
STANDARD
OPERSIONAL PERAWATAN LUKA
PROSEDUR
GAMBAR
Perawat
PETUGAS
1. Pinset anatomis
2. Pinset chirurgis
3. Gunting debridemand / gunting jaringan.
4. Kassa steril.
5. Kom kecil 2 buah.
6. Peralatan lain terdiri dari :
a. Sarung tangan.
PERALATAN b. Gunting plester.
c. Plester.
d. Desinfektan (Bethadin).
e. Cairan NaCl 0,9%
f. Bengkok
g. Perlak / pengalas.
h. Verband.
i. Obat luka sesuai kebutuhan.
PROSEDUR A. Tahap pra interaksi
PELAKSANAAN 1. Cek catatan keperawatan
2. Siapkan alat-alat
3. Cuci tangan
17
B. Tahap orientasi
1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya.
2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan
pada klien dan keluarga.
C. Tahap kerja
1. Dekatkan alat-alat dengan klien
2. Menjaga privasy pasien.
3. Mengatur posisi pasien sesuai kebutuhan.
4. Pasang perlak / pengalas di bawah daerah luka.
5. Membuka peralatan.
6. Memakai sarung tangan.
7. Basahi kasa dengan bethadin kemudian dengan
menggunakan pinset bersihkan area sekitar luka
bagian luar sampai bersih dari kotoran. (gunakan
teknik memutar searah jarum jam)
8. Basahi kasa dengan cairan NaCl 0,9% kemudian
dengan menggunakan pinset bersihkan area luka
bagian dalam. (gunakan teknik usapan dari atas
ke bawah)
9. Keringkan daerah luka dan Pastikan area daerah
luka bersih dari kotoran.
10. Beri obat luka sesuai kebutuhan jika perlu.
11. Pasang kasa steril pada area luka sampai tepi
luka.
12. Fiksasi balutan menggunakan plester atau
balautan verband sesuai kebutuhan.
13. Mengatur posisi pasien seperti semula.
14. Alat-alat dibereskan.
15. Buka sarung tangan.
D. Tahap terminasi
1. Evaluasi hasil tindakan.
2. Catat tindakan.
3. Berpamitan.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit ( Taylor,
1997). Luka adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang
atau organ tubuh lain (Kozier, 1995).
Luka mempunyai penggolongan yaitu derajat I,II,dan III. Perawatan luka
yang dilakukan harus memegang prinsip steril dan bersih agar tidak terjadi infeksi
atau peradangan.
3.2 Penutup
Sebaiknya perawatan luka harus sesuai dengan standar operasional
prosedur dari institusi tempat bekerja untuk menghindari masalah yang timbul
dikemudian hari.
18
18
Daftar Pustaka
Agustina, T. (2009). Gambaran Sikap Pasien Diabetes Melitus Di Poli Penyakit
Dalam Rsud Dr. Moewardi Surakarta Terhadap Kunjungan Ulang
Konsultasi Gizi (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Surakarta).
Bryant, A., & Charmaz, K. (Eds.). (2007). The Sage handbook of grounded
theory. Sage.
Frail, D. A., Kulkarni, S. R., Nicastro, L., Feroci, M., & Taylor, G. B. (1997). The
radio afterglow from the γ-ray burst of 8 May 1997. Nature, 389(6648),
261-263.
https://www.academia.edu/17365438/SOP_Perawatan_Luka?auto=download
Kozier, B., & Erb, G. Blas, k., 1995. Fundamental of Nursing; Concepts Process
Practise.
Moffatt, C. J., Morison, J. M., & Pina, E. (2007). Wound bed preparation for
venous leg ulcers. In Leg ulcers: a problem-based learning approach (pp.
391-398). Edinburgh: Mosby Elsevier.
Perry, A. G., & Potter, P. A. (1998). Clinical nursing skills and techniques (4"
ed.). St. Louis, Mosby.
19