Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

PARORITIS

A. DEFINISI
Parotitis merupakan penyakit infeksi pada kelenjar parotis akibat virus. Penyakit ini
merupakan penyebab edema kelenjar parotis yang paling sering. Kejadian parotitis saat
ini berkurang karena adanya vaksinasi. Insidens parotitis tertinggi pada anak-anak
berusia antara 4-6 tahun. Onset penyakit ini diawali dengan adanya rasa nyeri dan
bengkak pada daerah sekitar kelenjar. Masa inkubasi berkisar antara 2 hingga 3 minggu.
Gejala lainnya berupa demam, malaise, mialgia, serta sakit kepala (Tamin & Yassi,
2011).

B. ETIOLOGI
Penyebab paroritis adalah anggota dari kelompok Paramyxovirus,yang juga termasuk
didalamnya virus parainfluenza,measles, dan virus Newcastle disease.Ukuran dari
partikel Paramyxovirus sebesar 90-300 mµ.Virus telah diisolasi dari
ludah,darah,urin,otak dari jaringan terinfeksi lain.Virus ini aktif dalam lingkungam yang
kering tapi virus ini hanya dapat bertahan selama 4 hari pada suhu kamar. Paramyxovirus
dapat hancur pada suhu <4℃ ,oleh formalin,eter,serta pemaparan cahaya ultraviolet
selama 30 detik.
Virus masuk dalam tubuh manusia melalui hidung atau mulut.Virus bereplikasi pada
mukosa saluran napas atas kemudian menyebar ka kelenjar limfa local dan diikuti
viremia umum setelah 12-25 hari (masa inkubasi) yang berlangsung selama 3-5 hari.
Selanjutnya lokasi yang dituju virus adalah kelenjar parotis, ovarium, pancreas, tiroid,
ginjal, jantung atau otak. Masa penyebaran virus ini adalah 2-3 minggu melalui
darah,ludah,urin,otak dan jaringan terinfeksi lain.Virus dapat diisolasi dari saliva 6-7 hari
sebelum masuk masa pembengkakan dan 9 hari sesudah munculnya pembengkakan pada
kelenjar ludah.Penularan terjadi 24 jam sebelum pembengkakan kelenjar ludah dan 3 hari
setelah pembengkakan menghilang (Smith & Watson, 2005).

C. PATOFISIOLOGI
Pada umumnya penyebaran paramyxovirus sebagai agen penyebab parotitis
(terinfeksi kelenjar parotis) antara lain akibat:Percikan ludah,Kontak langsung dengan
penderita parotitis lain,Muntah,dan Urin.
Virus tersebut masuk tubuh ke dalam tubuh bisa melalui hidung atau mulut.Biasanya
kelenjar yang terkena adalah kelenjar parotis.Infeksi akut oleh virus paramyxovirus pada
kelenjar parotis dibuktikan dengan adanya kenaikan titer igM dan igG secara bermakna
dari serum akut dan serum konvaselens.Semakin banyak penumpukan virus didalam
tubuh sehingga terjadi profilerasi di parotis kemudian terjadi viremia (ikutnya virus
kedalam aliran darah) dan selanjutnya virus berdiam di jaringan kelenjar yang kemudian
akan menginfeksi glandula parotid.Keadaan ini disebut parotitis.
Akibat terinfeksi kelenjar parotis maka dalam 1-2 hari akan terjadi
demam,anoreksia,sakit kepala dan nyeri otot.Kemudian dalam 3 hsri terjadilah
pembengkakan kelenjar parotis yang mula-mula unilateral kemudian bilateral ,disertai
dari saliva,dan air seni (Smith & Watson, 2005).
Parotitis bacterial akut kebanyakan terjadi pada neonates dan pada orang lanjt usia
atau yang lemah dengan penyakit sistematik atau setelah operasi.Kondisi predisposisi
yang menyebabkan terjadinya parottis meliputi:dehidrasi,malnutrisi,imunosupresi,infeksi
gigi,trakeostami,dan obat-obatan yang menekan aliran saliva (antihistamin,diuretic,obat
antikolinergik).Bakteri menyebar dari rongga mulut ke kelenjar parotis melalui saluran
stensen.Protitis bakteri kronis disebabkan stenosis saluran sekunder akibat cedera,atau
perkembangan infeksi bakteri akut.Dalam kebanyakan kasus,penyakit kronis adalah
autoimun dengan infeksi bakteri superimposed (lake worth, 2004).

D. MANIFESTASI KLINIS
Tidak semua orang yang terinfeksi oleh virus paramyxovirus mengalami
keluhan,bahkan sekitar 30-40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit.Namun
demikian mereka sama dengan penderita lainnya yang megalami keluhan ,yaitu dapat
menjadi sumber penularan penyakit tersebut.Masa inkubasi pada penyakit gondongan
sekitar 17-18 hari.Adapun tanda gejala yang timbul setelah terinfeksi dan
berkembanganya masa inkubasi dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Pada tahap awal (1-2 hari) penderita gondong mengalami gejala:demam (suhu
badan 38,5-40⸰C),sakit kepala,nyeri otot,kehilangan nafsu makan,nyeri rahang
bagian belakang saat mengunyah dan adakalanya disertai kaku rahang.
2. Terjadi pembengkakan kelenjar parotis yang diawali dengan pembengkakan salah
satu sisi kelenjar kemudian kedua kelenjar mengalami pembengkakan.
Pembengkakan biasanya berlangung sekitar 3 hari kemudian berangsur
mengempis.
3. Kadang terjadi pembengkakan kelenjar di bawah rahang (submandibula) dan
kelenjar di bawah lidah (sublingual).Pada pria dewasa adakalanya terjadi
pembengkakan buah zakar (testis) karena penyebaran aliran darah.
4. Penatalaksanaan parotitis
Hidrasi dan terapi antimikroba adalah keperawatan utama yanga harus
dijalani.Antibiotik harus diberikan secara intravena pada parotitis bakterial akut
setelah mendapatkan kultur darah. Staphylococcus aureus adalah organisme yang
paling umum pada parotitis yang didapat masyarakat dan terapi antibiotic ini
pertama harus mencakup antibiotik antistaphylococcal (nafcilin, oxacillin,
cefazolin). Pengobatan harus disesuaikan berdasarkan hasil kultur dan ada tidaknya
bacteremia.
Terapi standar adalah 10-14 hari kemungkinan lebih lama apabila lebih apabila
ditemukan bacteremia.Terapi untuk parotitis kronis awalnya harus
konservatif.Kebersihan mulut yang baik,hidrasi yang adekuat ,dan terapi dini untuk
infeksi bakteri pada orofaring adalah langkah-langkah yang bermanfaat untuk
mencegah parotitis bakteri akut (lake worth, 2004).
E. POHON MASALAH (PATH WAY)

Penyebaran anggota paramyxovirus

Titer IgM&IgG

Poliferasi di parotis

Viremia

Glandula Parotid Terinfeksi

PAROTITIS

B2 B3 B5 B6 Psikososial

Masuknya Proses inflamasi Pembengkakan Proses inflamasi


virus ketubuh kelenjar parotis
Gelisah Informasi (-)

Pembengkakan Pembekakan dan


Demam kelenjar parotis Sulit mengunyah & kaku pada otot
nyeri telan Proses Kurang
terjadinya pengetahuan
MK: Nyeri rahang MK: gangguan
Hipertermia spontan, nyeri Anoreksia rasa nyaman
kepala,&kaku pada
kepala dan leher
MK: Ansietas
MK:
Perubahan
MK: Nyeri nutrisa kurang
akut dari kebutuhan
tubuh

(Smith & Watson, 2005).


F. KOMPLIKASI

1.Radang otak

Infeksi virus gondongan atau parotitis dapat menyebabkan radang otak


(ensefalitis). Kondisi ini akan memunculkan gejala demam tinggi, leher kaku, sakit
kepala, mual, dan muntah, mengantuk, serta kejang. Biasanya gejala akan dimulai
pada minggu pertama setelah kelenjar air liur membengkak. Kondisi ini sangat
membahayakan hidup pasien.

2. Pankreatitis

Infeksi virus dapat menyebabkan pankreas meradang atau disebut juga dengan
pankreatitis. Gejalanya meliputi gejala penyakit gondongan disertai sakit perut di
bagian atas serta mual dan muntah.

3. Orchitis

Laki-laki yang sudah puber bisa mengalami komplikasi dari penyakit


pembengkakan pada kelenjar air liur. Pembengkakan bisa menyerang satu atau dua
buah zakar (orchitis). Rasanya sangat menyakitkan, tapi jarang menyebabkan
kemandulan pada pria.

4. Meningitis

Infeksi virus dapat menyebar melalui aliran darah dan menginfeksi membran
dan cairan yang ada pada sumsum tulang belakang. Kondisi ini dikenal dengan
meningitis.

5. Ooforitis dan mastitis

Perempuan yang sudah puber bisa mengalami komplikasi parotitis. Peradangan


akan menyebar ke area indung telur (ooforitis) dan payudara (mastitis). Akan
tetapi, kondisi ini jarang memengaruhi kesuburan wanita.

6. Komplikasi lainnya

Walaupun jarang terjadi, infeksi virus dapat menyebar ke area koklea dan bisa
menyebabkan gangguan pendengaran permanen pada satu atau kedua telinga.
Selain itu, penyakit gondongan dapat meningkatkan risiko wanita hamil mengalami
keguguran dibanding wanita yang hamil sehat.

Dilansir dari Medicine Net, parotitis ini juga bisa menyebabkan komplikasi
seperti peradangan pada sendi (arthritis), infeksi otot jantung (miokardium), dan
kondisi gangguan pada saraf, seperti sindrom Guillain-Barré (penyakit autoimun
yang menyerang saraf tubuh) atau bell’s palsy (kelemahan otot-otot wajah) (Hayes
& Mackay, 1997).
G. PENATALAKSANAAN

Tidak ada terapi antivirus yang spesifik pada mumps karena merupakan penyakit self
limited. Penatalaksanaannya ditujukan untuk mengurangi nyeri dengan memberikan
paracetamol atau ibuprofen, dan menjaga hidrasi tetap adekuat dengan rehidrasi.

Antipiretik dapat diberikan bila terdapat demam. Hindari makanan dan minuman yang
asam seperti tomat, cuka, atau jus jeruk, karena dapat menyulitkan proses menelan dan
menimbulkan iritasi pada lambung. Kompres hangat atau dingin dapat meringankan
gejala pada kelenjar yang membengkak.

Analgesik yang lebih kuat mungkin diperlukan untuk pasien orchitis, disarankan
untuk tirah baring, scrotal support dan kompres dingin. Konsultasi pada dokter spesialis
dapat dilakukan pada kasus yang melibatkan banyak organ.

Antibiotik hanya diberikan bila curiga parotitis supuratif. Antibiotik spektrum luas
yang efektif terhadap S. aureus, Streptococcus spp, organisme gram negatif, dan anaerob
dapat diberikan secara empirik. Misalnya golongan penicilin resisten penicilinase,
sefalosporin generasi pertama, dan klindamisin yang dikombinasi dengan
aminoglikosida. Insisi dan drainase diindikasikan bila respon pengobatan lambat dan
fluktuasi bertambah.

Vaksinasi (Measles Mumps Rubela) MMR merupakan usaha untuk mencegah terjadi
parotitis akibat infeksi mumps. Vaksin MMR berisi virus hidup dan diberikan pada anak
usia 12-15 bulan dosis pertama, dan 4-6 tahun untuk dosis kedua. MMR tidak diberikan
pada anak dibawah 12 tahun karena dapat terjadi serokonversi dengan antibodi maternal.

Seseorang yang tidak yakin dengan status imunisasinya, ataupun riwayat penyakit
mumps sebelumnya perlu divaksin. Pemberiannya adalah dengan injeksi subkutan atau
intramuskular. Vaksin ini dikontraindikasikan pada ibu hamil karena virus hidup dapat
menginfeksi janin, walau blum ada bukti infeksi tersebut dapat menimbulkan kelainan
kongenital. Pemberian vaksin juga harus hati-hati pada seseorang dengan rieayat alergi
telur atau neomycin karena terkandung dalam vaksin (Hayes & Mackay, 1997)
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Aspirasi pus, terutama dalam kasus parotitis supuratif akut. Sampel tersebut
kemudian dapat dilakukan pemeriksaan kultur atau pewarnaan Gram.
 Pencitraan –seperti pemeriksaan CT-scan atau MRI, sialography, ultrasonografi
(USG).
 Biopsi dan pemeriksaan jaringan di bawah mikroskop
 Isolasi virus
 Complement fixing antibody test
 Uji intra dermal (dr.sara elise, 2020).

I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


 DIAGNOSIS
1. Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidak adekuatan intake
nutrisi sekunder dari nyeri,ketidaknyamanan oral nyeri akut b.d respon.
2. Sensitivitas saraf local sekunder dari respon inflamasi local hipermetri
b.d respon sensitive.
3. Saraf local sekunder dari inflamasi local.
 INTERVENSI

1.Diagnosa keperawatan :Risiko Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidak adekuatan intake nutrisi
sekunder dari nyeri,ketidaknyamanan oral
Status nutrisi terpenuhi
 Nafsu makan klien timbul kembali
 Berat badan normal
 Berat badan normal

Itervensi Rasional
Kaji status nutrisi pasien Untuk mengetahui status nutrisi pasien
Beri nutrisi dalam keadaan lunak,porsi sedikit tapi sering
Makanan yang lunak meminimalkan kerja
mulut dalam mengunyah
Pantau berat badan tiap hari Mengevaluasi berat badan yang menurun
ataupun meningkat,nutrisi meningkat akan
meningkatkan berat badan
Kolaborasikan dengan ajli gizi dalam pemberian nutrisi Adanya kalori (sumber energi) akan
mempercepat proses penyembuhan
Berikan makanan dengan lingkungan yang nyaman dan tena Pasien dapat berkonsentrasi pada
ng mekanisme makan tanpa adanya
distraksi /gangguan luar
Berikan informasi tentang zat-zat makanan yang sangat Dengan memberikan informasi maka klien
penting bagi keseimbangan metabolism tubuh akan mengetahui bagaimana cara untuk
tetap memenuhi kebutuhan gizi dan
nutrisinya setiap hari agar proses
penyembuhan berjalan dengan cepat
Kolabaorasi dengan medis:penghambat H2(seperti Untuk menurunkan asam gaster dan
cimetidine/ranitidine menurunkan iritasi pada mukosa gaster
2.Diagnosa keperawatan :Nyeri akut b.d respon sensitivitas saraf local sekunder dari respon inflamasi local
Tujuan :dalam waktu 1 X 24 jam terjadi penurunan skala nyeri

Kriteria hasil:

 Skala nyeri berkurang


 Lesi berkurang dan berangsur sembuh
 Membrane mukosa oral lembab
 Tidak bengkak dan hiperemi
 Suhu badan normal

Intervensi Rasional
Kaji nyeri dengan PQRST Untuk mengidentifikasi penyebab,penyebab derajat
keparahan dan waktu terjadinya nyeri
Kaji kemampuan klien mengontrol nyeri Banyak faktor fisiologi(motivasi,afektif,kognitif dan
emosional yang mempengaruhi persepsi nyeri
Lakukan manajemen nyeri : Istirahat dapat menurunkan kebutuhan oksigen yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan metabolism
 Istirahatkan pasien basal
 Ajarkan teknik pernafasan pada saat
nyeri muncul Relaksasi untuk meningkangkatkan intake oksigen
 Ajarkan teknik distraksi saat nyeri timbul distraksi dapat menurunkan stimulasi nyeri

Menganjurkan klien untuk mempeerbanyak Sayuran,vitamin B12,vitamin C dan zat besi dapat
mengkonsumsi buah dan sayuran terutama mencegah terjadinya sariawan dan nutrisi yang
vitamin B12,vitamin C dan zat besi meningkat akan mempercepat proses penyembuhan
Beri penjelasan keluarga terhadap pentingnya Keluarga pasien mengetahui akan pentingnya
kebersihan oral kebersihan oral sehingga tidak terjadi stomatiris terjadi
kembali
Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga nyeri
berkurang
3.Diagnosis keperawatan:Hipertermi b.d respon sensitivitas saraf local sekunder dari respon inflamasi local
Tujuan :dalam waktu 1 X 24 jam terjadi penurunan suhu

Kriteria hasil:

 Tidak bengkak dan hiperemi


 Suhu badan normal
Intervensi Rasional
Observasi tanda-tanda vital Pemeriksaan tanda-tanda vital untuk meonitor kondisi
klien
Beri kompres dengan air dingin (air biasa) pada Secara konduksi dan konveksi panas tubuh akan
daerah aksila,lipat paha dan temporal bila terjadi berpindah dari tubuh ke matrial yang dingin
panas
Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian Pengeluaran suhu tubuh dengan cara evaporasi berkisar
yang dapat menyerap keringat seperti katun 22% dari pengeluaran suhu tubuh.Pakaian yang mudah
menyerap keringat sangat efektif meningkatkan efek
meningkatkan efek dan evaporasi
Kolaborasi dengan dokter pemberian antipiretik Antipiretik bertujuan memblok respon panas sehingga
sehingga suhu tubuh pasien data lebih cepat menurun

(nuaria, 2015).
DAFTAR PUSTAKA

dr.sara elise. (2020). Parotitis - Klikdokter.com.


https://www.klikdokter.com/penyakit/parotitis
Hayes, P. C., & Mackay, T. W. (1997). Diagnosis dan Terapi.
http://dokterpost.com/diagnosis-dan-terapi-parotitis/
lake worth. (2004). baurmash hd. 62(8). https://doi.org/10.1016/j.joms.2003.08.041
nuaria, na. (2015). asuhan keperawatan pada gangguan gastrointestinal dengan pendekatan
mind mapping (Vol. 21cm). cv.trans info media.
Smith, G. D., & Watson, R. (2005). Gastrointestinal Nursing ( john wiley and Sons (ed.)).
Wiley. https://doi.org/10.1002/9780470774359
Tamin, S., & Yassi, D. (2011). Penyakit kelenjar saliva dan peran sialoendoskopi untuk
diagnostik dan terapi. Oto Rhino Laryngologica Indonesiana, 41(2), 95.
https://doi.org/10.32637/orli.v41i2.45

Anda mungkin juga menyukai