KELOMPOK I
1. Pengertian
Sifilis adalah salah satu penyakit menular seksual. Penyakit tersebut ditularkan
melalui hubungan seksual, penyakit ini bersifat Laten atau dapat kambuh lagi
sewaktu-waktu selain itu bisa bersifat akut dan kronis. Penyakit ini dapat cepat
diobati bila sudah dapat dideteksi sejak dini. Kuman yang dapat menyebabkan
penyakit sifilis dapat memasuki tubuh dengan menembus selaput lendir yang
normal dan mampu menembus plasenta sehingga dapat menginfeksi janin.
( Soedarto, 1990 ).
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponema
pallidum. Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui
hubungan seksual. Penyakit ini sangat kronik, bersifat sistemik dan menyerang
hampir semua alat tubuh dapat menyerupai banyak penyakit, mempunyai masa
laten dan dapat ditularkan dari ibu ke janin.
2. Faktor predisposisi
3. Penyebab/etiologi
4. Patofisiologi
5. Pathway
PATHWAY SIFILIS
Sex beresiko tinggi Pajanan Orang tua yg sifilis
Masuk ke mukosa
- Keluarnya cairan dari vagina, penis, atau dubur yang berbeda dari biasanya.
Dapat berwana putih susu, kekuningan, kehijauan, atau disertai berak darah dan
bau yang tidak enak.
- Perih, nyeri, atau panas saat BAK atau setelah BAK atau menjadi sering BAK.
- Adanya luka terbuka (luka basah disekitar alat kemaluan atau mulut). Dapat
terasa nyeri atau tidak.
Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 1-13 minggu setelah terinfeksi; rata-
rara 3-4 minggu. Infeksi bisa menetap selama bertahun-tahun dan jarang
menyebabkan kerusakan jantung, kerusakan otak maupun kematian.
2. Fase sekunder
Fase sekunder biasanya dimulai dengan suatu ruam kulit, yang muncul dalam
waktu 6-12 minggu setelah terinfeksi. Ruam ini bisa berlangsung hanya sebentar
atau selama beberapa bulan. Meskipun tidak diobati, ruam ini akan menghilang.
Tetapi beberapa minggu atau bulan kemudian akan muncul ruam yang baru. Pada
fase sekunder sering ditemukan luka di mulut. Sekitar 50% penderita memiliki
pembesaran kelenjar getah bening di seluruh tubuhnya dan sekitar 10% menderita
peradangan mata. Peradangan mata biasanya tidak menimbulkan gejala, tetapi
kadang terjadi pembengkakan saraf mata sehingga penglihatan menjadi kabur.
Sekitar 10% penderita mengalami peradangan pada tulang dan sendi yang disertai
nyeri. Peradangan ginjal bisa menyebabkan bocornya protein ke dalam air kemih.
Peradangan hati bisa menyebabkan sakit kuning (jaundice).
Sejumlah kecil penderita mengalami peradangan pada selaput otak (meningitis
sifilitik akut), yang menyebabkan sakit kepala, kaku kuduk dan ketulian. Di
daerah perbatasan kulit dan selaput lendir serta di daerah kulit yang lembab, bisa
terbentuk daerah yang menonjol (kondiloma lata). Daerah ini sangat infeksius
(menular) dan bisa kembalimendatar serta berubah menjadi pink kusam atau abu-
abu. Rambut mengalami kerontokan dengan pola tertentu, sehingga pada kulit
kepala tampak gambaran seperti digigit ngengat. Gejala lainnya adalah merasa
tidak enak badan (malaise), kehilangan nafsu makan, mual, lelah, demam dan
anemia.
3. Fase laten
Setelah penderita sembuh dari fase sekunder, penyakit akan memasuki fase laten
dimana tidak nampak gejala sama sekali. Fase ini bisa berlangsung bertahun-tahun
atau berpuluh-puluh tahun atau bahkan sepanjang hidup penderita. Pada awal fase
laten kadang luka yang infeksius kembali muncul .
4. Fase tersier
Pada fase tersier penderita tidak lagi menularkan penyakitnya. Gejala bervariasi
mulai ringan sampai sangat parah. Gejala ini terbagi menjadi 3 kelompok utama :
- Sifilis tersier jinak. Pada saat ini jarang ditemukan. Benjolan yang disebut
gumma muncul di berbagai organ; tumbuhnya perlahan, menyembuh secara
bertahap dan meninggalkan jaringan parut. Benjolan ini bisa ditemukan di hampir
semua bagian tubuh, tetapi yang paling sering adalah pada kaki dibawah lutut,
batang tubuh bagian atas, wajah dan kulit kepala. Tulang juga bisa terkena,
menyebabkan nyeri menusuk yang sangat dalam yang biasanya semakin
memburuk di malam hari.
- Sifilis kardiovaskuler. Biasanya muncul 10-25 tahun setelah infeksi awal. Bisa
terjadi aneurisma aorta atau kebocoran katup aorta. Hal ini bisa menyebabkan
nyeri dada, gagal jantung atau kematian.
- Neurosifilis. Sifilis pada sistem saraf terjadi pada sekitar 5% penderita yang
tidak diobati. 3 jenis utama dari neurosifilis adalah neurosifilis meningovaskuler,
neurosifilis paretik dan neurosifilis tabetik.
7. Penatalaksanaan
Penderita sifilis diberi antibiotik penisilin (paling efektif). Bagi yang alergi
penisillin diberikan tetrasiklin 4×500 mg/hr, atau eritromisin 4×500 mg/hr, atau
doksisiklin 2×100 mg/hr. Lama pengobatan 15 hari bagi S I & S II dan 30 hari
untuk stadium laten. Eritromisin diberikan bagi ibu hamil, efektifitas meragukan.
Doksisiklin memiliki tingkat absorbsi lebih baik dari tetrasiklin yaitu 90-100%,
sedangkan tetrasiklin hanya 60-80%.
Obat lain adalah golongan sefalosporin, misalnya sefaleksin 4×500 mg/hr selama
15 hari, Sefaloridin memberi hasil baik pada sifilis dini, Azitromisin dapat
digunakan untuk S I dan S II.
1. Medikamentosa
- penisilin benzanit 6 dosis 4,8 juta unit secara IM, diberikan 1 X seminggu.
- penisilin prokain dosis 600.000 unit secara IM, diberikan 1 x sehari selama
10 hari.
Sifilis tersier :
- Penisilin benzait 6 dosis 49,6 juta unit secara IM, diberikan 1 x seminggu
2. non medikamentosa
8. Asuhan keperawatan
A. Pengkajian
1. Data subjektif
2. Data objektif
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi keperawatan
Kriteria hasil :
Intervensi
Kriteria hasil :
Intervensi :
Kriteria hasil :
Intervensi
- Timbang berat badan dengan baju, jam dan timbangan yang sama.
Kriteria hasil :
Intervensi:
Kriteria hasil :
Intervensi :
Kriteria hasil :
Intervensi :
Kriteria hasil :
Intervensi :
- Diskusikan dengan ps sifat seksualitas dan reaksi bila ini berubah, berikan
informasi tentang normalitas masalah-masalah ini dan bahkan banya
orang menemukan bantuan untu proses adaptasi.
R : pengakuan legtimasi tentang masalah seksualitas cara pria dan wanita
memandang mereka dan setiap area kehidupan.
- Berikan waktu tersendiri untuk ps yang dirawat, ketuk pintu dan dapatkan
ijin sebelum masuk.
8. Kurang pengetahuan
Intervensi :
D. Evaluasi