Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

KASUS HIV - AIDS

Oleh :
HENGKI SISWO UTOMO
NIM. 211030230210

STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG


PROGRAM PROFESI NERS
TAHUN 2021
BAB I
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Virus Human immunodeficiency virus (HIV) adalah retrovirus yang termasuk dalam
family lentivirus. Retrovirus mempunyai kemampuan menggunakan RNA dan DNA
penjamu untuk membentuk virus DNA dan dikenali selama periode inkubasi yang
panjang, utamanya menyebabkan munculnya tanda dan gejala AIDS. (Nursalam &
Kurniati, 2009).

Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) merupakan salah satu penyakit yang


disebabkan oleh HIV, ditandai dengan adalnya kegagalan progresif system imun
(Irianto, 2014). Kerusakan progresif pada system kekebalan tubuh menyebabkan orang
dengan HIV/AIDS (ODHA) sangat rentan terserang berbagai penyakit. Serangan
penyakit yang biasanya tidak terlalu berbahaya lama kelamaan akan menyababkan
pasien sakit parah bahkan meninggal (Rendi & Margareth, 2012).

B. Etiologi
Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang disebut HIV dari
kelompok virus yang dikenal dengan retrovirus. Retrovirus ditularkan oleh darah melalui
kontak intim dan mempunyai afinitas yang kuat terhadap limfosit T (Desmawati, 2013).
Virus HIV menyerang sel CD4 menjadikannya tempat berkembang biak virus HIV baru dan
menyebabkan kerusakan pada sel darah putih sehingga tidak dapat digunakan lagi. Ketika
seseorang terkena HIV, virus ini tidak langsung menyebabkan penyakit AIDS tapi
memerlukan waktu yang cukup lama (Rimbi, 2014)

C. Patofisiologi
HIV termasuk kelompok retrovirus, virus yang mempunyai enzim (protein) yang dapat
merubah RNA, materi genetiknya, menjadi DNA. Kelompok retrovirus karena
kelompok ini membalik urutan normal yaitu DNA diubah (replikasi) menjadi RNA.
Setelah menginfeksi RNA HIV berubah menjadi DNA oleh enzim yang ada dalam virus
HIV yang dapat mengubah RNA virus menjadi (reversetranscriptas) sehingga dapat
disisipkan ke dalam DNA sel-sel manusia. DNA itu kemudian dapat digunakan untuk
membuat virus baru (virion), yang menginfeksi sel-sel baru, atau tetap tersembunyi
dalam sel-sel yang hidup panjang, atau tempat penyimpanan, seperti limfosit sel-sel CD4
(Sel T-Pembantu) yang istirahat sebagai target paling penting dalam penyerangan virus
ini.

Sel CD4 adalah salah satu tipe dari sel darah putih yang bertanggungjawab untuk
mengendalikan atau mencegah infeksi oleh banyak virus yang lain, bakteri jamur dan
parasit dan juga beberapa jenis kanker. Kemampuan HIV untuk tetap tersembunyi dalam
DNA dari sel-sel manusia yang hidup lama, tetap ada seumur hidup membuat infeksi
menyebabkan kerusakan sel-sel CD4 dan dalam waktu panjang jumlah sel-sel CD4
menurun menjadi masalah yang sulit untuk ditangani bahkan dengan pengobatan efektif.
(Gallant, 2010).

Apabila sudah banyak sel T4 yang hancur, terjadi gangguan imunitas selular, daya
kekebalan penderita menjadi terganggu/cacat sehingga kuman yang tadinya tidak
berbahaya atau dapat dihancurkan oleh tubuh sendiri (infeksi oportunistik) akan
berkembang lebih leluasa dan menimbulkan penyakit yang serius yang pada akhirnya
penyakit ini dapat menyebabkan kematian. Apabila sudah masuk ke dalam darah, HIV
dapat merangsang pembentukan antibody dalam sekitar 3-8 minggu setelah terinfeksi
pada periode sejak seseorang kemasukan HIV sampai terbentuk antibody disebut periode
jendela (Window Period). Periode jendela ini sangat perlu diketahui oleh karena sebelum
antibody terbentuk di dalam tubuh, HIV sudah ada di dalam darah penderita dan keadaan
ini juga sudah dapat menularkan kepada orang lain. (Yayasan Pelita Ilmu, 2012)

Cara pemeriksaan yang umum dipakai ialah dengan pemeriksaan darah serologi dengan
cara ELISA (Enzym Linked Imunosorbent Assay) dan cara pemeriksaan penentu dengan
tekhnik Western blot. Pertama kali dilakukan tes ELISA apabila hasil negatif berarti
tidak terinfeksi HIV walaupun hasil itu negatif bila baru saja terinfeksi belum lama
berselang. Bila tes memberi hasil positif laboratorium melakukan tes kedua dengan
Western blot (WB), bila kedua hasil tes terlihat positif maka penderita disebut seropositif
atau HIV positif. Jika pemeriksaan ELISA Positif dan WB tidak dapat menentukan
dengan pasti atau tidak sepenuhnya negatif namun tidak positif juga ada dua
kemungkinan penyebab tes tidak dapat menentukan dengan pasti yaitu pertama
kemungkinan baru terinfeksi dan dalam masa pengembangan serologi positif
(seroconverting) dan dilakukan tes ulangan tidak lama berselang akan menjadi
sepenuhnya positif dalam waktu 1 bulan. Kedua mungkin negatif tetapi hasil tes tidak
pasti dengan alasan yang tidak akan pernah diketahui dan bila tes tetap tidak pasti
selama 1 sampai 3 bulan berarti tidak terinfeksi, hasil positif 97% dalam waktu 3 bulan
dan 100% dalam waktu 6 bulan. (Gallant J, 2010).

D. Pathway

HIV masuk kedalam tubuh HIV berikatan limfosit T,


Kontak dengan darah monosit, makrofag

Kontak seks Kontak ibu

dan bayi

Neutropenia Netrofil HIV berdifusi dengan CD4

Integrasi DNA virus + prot RNA virusDNA Inti virus masuk kedalam
pada T4 (provirus) sitiplasma

RNA genom dilepas ke mgNA ditransisi


sitoplasma

Prot. virus

Tunas virus

Virion HIV baru terbentuk


(dilimfoid)

AIDS Infeksi sel T lain

Respon imun Defisiensi pengetahuan

Humoral Seluler

Sel B dihasilkan APC diaktifkan CD4*


Intoleransi aktivitas
antibody spesifik
Terinfeksi virus
(sel T Helper)

Diferensiasi dalam Penurunan aktifitas


Penurunan
Penurunanplasma
GM dan IGG
interferon
gamma
gamma
Penurunan IL-12
lawan CD4+ yang Pengaruh ikatan padaTidak
tes mengintensifkan
terinfeksi ELISA system imun

CD4+ menurun

System kekebalan Mudahnya transmisi Isolasi sosial


menurun penularan

Gangguan harga diri


Sel rentanRentan infeksi

Mutasi gen Pengeluaran mediator Aktifkan flora normal


kimia

Pembelahan sel
berlebihan
Peningkatan Resiko infeksi /
sitokinin diare

Picu sel kanker pirogenindogen


Eksudat
Gangguan jalan nafas Inhalasi dan ekshalasi
Demam Peningkatan suhu
terganggu
tubuh oleh
hipotalamus anterior
Hipertermi

Menginfeksi paru- paru Saluran pencernaan

Mukosa teriritasi

Pelepasan asam
amino

Metabolise protein
Ketidakefektifan BB< dari normal
Suplai O2 turun
bersihan jalan nafas
Difusi O2 terganggu Metabolism sel
menurun Devisit nutrisi

Hipoksia

ATP menurun terjadi


kelemahan
Sesak nafas

Ketidakefektifan pola Intoleransi aktivitas


nafas

Gambar 2.1 Pathway HIV/AIDS


(Sumber : Amin & Hardhi, 2015)

E. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis infeksi HIV merupakan gejala dan tanda pada tubuh host
akibat intervensi HIV. Manifestasi gejala dan tanda dari HIV dapat dibagi
menjadi 4 stadium.
1. Stadium pertama : infeksi akut HIV
Sejak HIV masuk ke dalam tubuh akan menimbulkan gejala yang sangat
sulit dikenal karena menyerupai gejala influenza saja, berupa demam, rasa
letih, nyeri otot dan sendi, nyeri telan. Rentang waktu sejak HIV masuk ke
dalam tubuh sampai tes antibody terhadap HIV menjadi positif disebut
periode jendela, lama periode jendela antara 3-8 minggu bahkan ada yang
berlangsung sampai 6 bulan.
2. Stadium kedua
Asimptomatik berarti bahwa di dalam organ tubuh terdapat HIV tetapi
tubuh tidak menunjukan gejala-gejala. Penderita tampak sehat tetapi jika
diperiksa darahnya akan menunjukan sero positif kelompok ini sangat

1
2

berbahaya karena dapat menularkan HIV ke orang lain. Keadaan ini dapat
berlangsung antara 8-10 bahkan 5-10 tahun.
3. Stadium ketiga
Pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata (Persistent
Generalized Lymphadenopathy) tidak hanya muncul pada satu tempat saja
dan berlangsung lebih 1 bulan biasanya disertai demam, diare, berkeringat
pada malam hari, lesu dan berat badan menurun pada kelompok ini sering
disertai infeksi jamur kandida sekitar mulut dan herpes zoster.
4. Stadium keempat : AIDS
Keadaan ini disertai adanya bermacam-macam penyakit antara penyakit
saraf dan penyakit infeksi sekunder. Gejala klinis pada satdium AIDS
dibagi antara lain :
1) Gejala utama atau mayori
a) Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
b) Diare kronis lebih dari 1 bulan berulang maupun terus menerus.
c) Penurunan berat badan lebih dari 10% dalam 1 bulan.
d) Penurunan kesadaran dan gangguan neorologis.
e) Ensepalopati HIV.
2) Gejala tambahan atau minor
a) Batuk kronis selama lebih dari 1 bulan.
b) Infeksi pada mulut dan tenggorokan disebabkan jamur kandida
albicans.
c) Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita.
d) Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap diseluruh
tubuh.
e) Munculnya herpes zoster berulang dan bercak-bercak gatal
diseluruh tubuh. (Nursalam, 2007)
BAB II
TINJAUAN TEORI KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Pengkajian
Meliputi : nama, tempat/ tanggal lahir, jenis kelamin, status kawin, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, No. MR

2. Keluhan utama
Dapat ditemukan pada pasien AIDS dengan manifestasi respiratori ditemui
keluhan utama sesak nafas. Keluhan utama lainnya ditemui pada pasien
HIV AIDS yaitu, demam yang berkepanjangan (lebih dari 3 bulan), diare
kronis lebih dari satu bulan berulang maupun terus menerus, penurunan
berat badan lebih dari 10%, batuk kronis lebih dari 1 bulan, infeksi pada
mulut dan tenggorokan disebabkan oleh jamur Candida Albicans,
pembengkakan kelenjer getah bening diseluruh tubuh, munculnya Harpes
zoster berulang dan bercak-bercak gatal diseluruh tubuh.

3. Riwayat kesehatan sekarang


Dapat ditemukan keluhan yang biasanya disampaikan pasien HIV AIDS
adalah : pasien akan mengeluhkan napas sesak (dispnea) bagi pasien yang
memiliki manifestasi respiratori, batuk-batuk, nyeri dada dan demam,
pasien akan mengeluhkan mual, dan diare serta penurunan berat badan
drastis. Biasanya pasien pernah dirawat karena penyakit yang sama.
Adanya riwayat penggunaan narkotika suntik, hubungan seks bebas atau
berhubungan seks dengan penderita HIV/AIDS, terkena cairan tubuh
penderita HIV/AIDS.

3
4

4. Riwayat kesehatan keluarga


Biasanya pada pasien HIV AIDS adanya anggota keluarga yang menderita
penyakit HIV/AIDS. Kemungkinan dengan adanya orang tua yang
terinfeksi HIV. Pengkajian lebih lanjut juga dilakukan pada riwayat
pekerjaan keluarga, adanya keluarga bekerja di tempat hiburan malam,
bekerja sebagai PSK (Pekerja Seks Komersial).

5. Pola aktivitas sehari-hari (ADL)


a) Pola presepsi dan tata laksanaan hidup sehat
Pola presepsi dan tata laksanaan hidup sehat Biasanya pada pasien
HIV/AIDS akan menglami perubahan atau ganggua, pada personal
hygiene, misalnya kebiasaan mandi, ganti pakaian, BAB dan BAK
dikarenakan kondisi tubuh yang lemah, pasien kesulitan melakukan
kegiatan tersebut dan pasien biasanya cenderung dibantu oleh keluarga
atau perawat.
b) Pola Nutrisi
Biasanya pasien dengan HIV/AIDS mengalami penurunan nafsu
makan, mual, muntah, nyeri menelan, dan juga pasien akan mengalami
penurunan BB yang cukup drastis dalam waktu singkat (terkadang
lebih dari 10% BB).
c) Pola Eliminasi
Biasanya pasien mengalami diare, fases encer, disertai mucus
berdarah.
d) Pola aktivitas dan latihan
Biasanya pasien dengan HIV/AIDS pola istirahat dan tidur mengalami
gangguan karena adanya gejala seperi demam dan keringat pada
malam hari yang berulang. Selain itu juga didukung oleh perasaan
cemas dan depresi pasien terhadap penyakitnya.
e) Pola Istirahat dan tidur
Biasanya pada pasien HIV/AIDS aktivitas dan latihan mengalami
perubahan. Ada beberapa orang tidak dapat melakukan aktifitasnya
5

seperti bekerja. Hal ini disebabkan mereka yang menarik diri dari
lingkungan masyarakat maupun lingkungan kerja, karena depresi
terkait penyakitnya ataupun karena kondisi tubuh yang lemah.

f) Pola presepsi dan konsep diri


Pada pasien HIV/AIDS biasanya mengalami perasaan marah, cemas,
depresi, dan stres.

g) Pola sensori kognitif


Pada pasien HIV/AIDS biasanya mengalami penurunan pengecapan,
dan gangguan penglihatan. Pasien juga biasanya mengalami penurunan
daya ingat, kesulitan berkonsentrasi, kesulitan dalam respon verbal.
Gangguan kognitif lain yang terganggu yaitu bisa mengalami
halusinasi.

h) Pola hubungan peran


Biasanya pada pasien HIV/AIDS akan terjadi perubahan peran yang
dapat mengganggu hubungan interpersonal yaitu pasien merasa malu
atau harga diri rendah.

i) Pola penanggulangan stres


Pada pasaaien HIV AIDS pola reproduksi seksualitas nya terganggu
karena penyebab utama penularan penyakit adalah melalui hubungan
seksual.

j) Pola tata nilai dan kepercayaan


Pada pasien HIV AIDS tata nilai keyakinan pasien awal nya akan
berubah, karena mereka menggap hal menimpa mereka sebagai
balasan akan perbuatan mereka. Adanya perubahan status kesehatan
dan penurunan fungsi tubuh mempengaruhi nilai dan kepercayaan
pasien dalam kehidupan pasien, dan agama merupakan hal penting
6

dalam hidup pasien. Satus mental Marah, pasrah, depresi, ide bunuh
diri, hilang interest pada lingkungan sekitar, gangguan proses pikir,
hilang memori, gangguan antensi dan konsentrasi, halusinasi dan
delusi

h) Neurologis
Gangguan reflek pupil, vertigo, ketidak seimbangan, kaku kuduk,
kejang, paraf legia.

i) Muskuloskletal
Focal motor deficit, lemah, tidak mampu melakukan ADL
j) Kardiovaskuler
Takikardi, sianosis, edema perifer, dizziness.
k) Pernafasan

B. Diagnosa Keperawatan yang muncul (Diagnose keperawatan SDKI)


1. Devisit pengetahuan
2. Intoleransi aktvitas
3. Resiko infeksi
4. Diare
5. Hipertermi
6. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
7. Ketidakefektifan pola nafas
8. Intoleransi aktivitas
BAB III
ARTIKEL TERKAIT

7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam dan Kurniawari. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinveksi.
Jakarta. Salemba Medika.

Irianto K. 2014. Epidemologi Penyakit Menular dan Tidak Menular Panduan


Klinis. Bandung: ALVABETA.

Gallant J, 2010. Tanya jawab mengenai HIV dan AIDS. Jakarta: PT. Index

26

Anda mungkin juga menyukai