HIV/AIDS
TB Paru
Samrotul Fuadah
TABLE OF CONTENTS
Anatomi Fisiologi HIV VS TB
01 Sistem Imun dan Respirasi
04 Kaitan HIV dan TB
Peningkatan gp120 HIV Fusi/pelebaran Enzim reverse Enzim Integrase Transkipsi mRNA dan Enzim Protease
dengan reseptor membran membranvirus dengan transcriptase cDNA masuk ke inti translasi protein Merangkai RNA virus dgn
T Helper + CD4 membran T Helper + CD4 RNA HIV cDNA sel T Helper strutural virus protein2 yg baru dibentuk
Fungsi CD4 terganggu induksi: mengaktivasi makrofag, sel T sitotoksik, sel Replikasi perkembangan HIV dalam cairan tubuh
natural killer (NK), sel B, sekresi faktor pertumbuhan dari sel darah dan sel limfoid
Immunosupresi
Anatomi & Fisiologi Sistem Respirasi
M. Tuuberculosa bermultiplikasi
di dalam makrofag
Enzyme-linked
Pemeriksaan
immunosorbent
Radiologis
assay (ELISA)
Western Pemeriksaan
Blotting Laboratorium
Polymerase
Chain Reaction Tes Tuberculin
(PCR)
LAPORAN
KASUS
PENGKAJIAN
PENGKAJIAN
● Identitas Pribadi
● Nama : FM
● Umur : 31 tahun
● Jenis Kelamin : Perempuan
● Status Kawin : Belum Menikah
● Agama / Suku : Islam/jawa
● Pekerjaan : Pengacara
● Masuk RS : 8 September 2021
● Diagnosa Medis : HIV + TB paru on OAT + Low intake
Anamnesa
Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
Pertumbuhan rambut : Normal
Sakit kalau dipegang : Tidak
Perubahan lokal : Tidak
a. Wajah
- Sembab : Tidak
- Parese : Tidak
- Pucat : Ya
- Kuning : Tidak
b. Mata
Stand Mata : Normal - Ikterus : Ya
Gerakan : Kesegala arah - Anemia : Tidak
Reaksi pupil : RC +/+, isokor - Eksoftalmos :Tidak
Ptosis : Tidak
c. Telinga
Sekret : Tidak - Bentuk :Normal
Radang : Tidak - Atrofi :Tidak
d. Hidung
Sekret : Tidak - Benjolan-benjolan : Tidak
Bentuk : Normal
e. Bibir
Sianosis : Tidak - Kering : Ya
Pucat : Ya - Radang : Tidak
f. Gigi
Karies : Tidak
Jumlah : Tidak di hitung
Pertumbuhan : Normal
Pyorroe alveolaris : Tidak
g. Lidah
Kering : Tidak - Jamur : Tidak
Pucat : Tidak
h. Tonsil
Merah : Tidak - Membran : Tidak
Bengkak : Tidak - Angina lacunaris : Tidak
Beslag : Tidak
2. Leher
Inspeksi :
- Struma : Tidak
- Torticolis : Tidak
- Kelenjar bengkak : Tidak
- Venektasi : Tidak
- Pulsasi Vena : Tidak
Palpasi
Posisi trachea : Medial
TVJ : R-2 cm H2O
Sakit/ nyeri tekan : Tidak
Kosta servikalis : Tidak
3. Torax depan
Inspeksi
Bentuk : Fusiformis
Simetris/asimetris : Simetris - Pembengkakan : Tidak
Bendungan Vena : Tidak - Pulsasi verbal : Tidak
Ketinggalan bernafas : Tidak - Mammae : Normal
Palpasi
Nyeri tekan : Tidak - Iktus : Tidak teraba
Fremitus suara : Sulit dinilai (Pasien lemas, sulit mengeluarkan suara yang terdengar)
Perkusi
Suara perkusi paru : Sonor memendek di lapang atas paru kiri
Auskultasi
Paru –paru
Suara pernafasan : Bronchial di lapang paru kiri atas
Suara Tambahan paru: Tidak
Krepirtasi : Tidak
Gesek Pelura : Tidak
Suara tambahan jantung: Tidak ada
5. Abdomen Palpasi
Inspeksi - Defens muskular : Tidak
- Bengkak : Tidak - Nyeri tekan : Ya
- Venektasi : Tidak - Lien : Tidak teraba
- Gembung : Tidak - Ren : Tidak teraba
-Sirkulasi Collateral : Tidak - Hepar : Tidak teraba
- Pulsasi : Tidak
Auskultasi
Perkusi Peristaltik usus : Normal (9 x/
- Pekak hati : Ya menit)
6. Genitalia
-Luka : Tidak di lakukan pemeriksaan
-Sikatrik : Tidak di lakukan pemeriksaan
-Nanah: Tidak di lakukan pemeriksaan
Pemeriksaan Penunjang
PATOFISIOLOGI
BERDASARKAN KASUS
Terbentuk virus2 HIV yang
baru dalam tubuh
SGOT dan SGPT konsentrasi kolesistokinin Mual: Penurunan nafsu Nyeri akut Persepsi nyeri
Meningkat dan bombesin meningkat Nausea makan
● Henderson berfokus pada peningkatan kualitas hidup karena melihat manusia sebagai
individu yang membutuhkan bantuan untuk meraih kesehatan, kebebasan, atau kematian
yang damai, serta bantuan untuk meraih kemandirian. Penatalaksanaan pasien dengan
HIV terfokus pada peningkatan kualitas hidup sepanjang hidupnya mengingat dampak
dari HIV pada pasien.
Menjaga suhu tubuh tetap dalam batas normal dengan menyesuaikan pakaian dan mengubah lingkungan
• Tidak ada kesulitan bagi pasien untuk menggunakan pakaian atau selimut. Pasien dapat mengatasi rasa tidak nyaman akrn lingkungan. Tidak ada demam, S: 37
Berkomunikasi dengan orang lain dalam menungkapkan emosi, kebutuhan, rasa takut, atau pendapat
• Pasien tidak menceritakan perasaan yang dirasakan, tidak ada keluarga yang berkunjung karena sibuk, pasien hanya mengatakan
tentang cerita saat dia aktif sebagai pengacara.
Belajar mengetahui atau memuaskan atau rasa penasaran yang menuntun pada perkembangan normal dan
kesehatan serta menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia.
• Pasien akan selalu bertanya kepada dokter saja.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
● Nyeri akut di ulu hati b.d Proses inflamasi (Lesi ulu hati)
● Defisit nutrisi b.d Penurunan nafsu makan, mual
● Keletihan b.d malnutrisi
Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
D.0077 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan Observasi:
keperawatan 3x24 jam diharapkan tingkat Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
nyeri menurun intensitas nyeri
Pengertian : Kriteria Hasil: Identifikasi skala nyeri
Pengalaman sensorik 1. Frekuensi nadi dalam batas normal Identifikasi respons nyeri non verbal
atau emosional yang 60-100x/mnt Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
berkaitan dengan 2. Keluhan nyeri berkurang atau tidak Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
kerusakan jaringan ada Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
aktual atau fungsional, 3. Meringis tidak ada Monitor efek samping penggunaan analgetik
dengan onset 4. Kesulitan tidur tidak ada Terapeutik:
mendadak atau lambat Berikan teknik nonfarmakologi: napas dalam untuk mengurangi
dan berintensitas rasa nyeri
ringan hingga berat Fasilitasi istirahat dan tidur
Posisikan semifowler untuk mengurangi nyeri di ulu hati
yang berlangsung
Edukasi
kurang dari 3 bulan.
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Ajarkan teknik napas dalam untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetic dan antasida
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Defisit Nutrisi Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
D.0019 Tujuan: Setelah Observasi:
dilakukan tindakan Identifikasi status nutrisi, pengalaman mual, dampak mual terhadap kualitas hidup (mis,nafsu makan,
aktivitas, kinerja, tanggung jawab peran, dan tidur)
keperawatan 3x24 jam
Identifikasi factor penyebab mual (mis.pengobatan dan procedure), alergi dan intoleransi makanan
status nutrisi terpenuhi. Monitor asupan makanan, mual (mis, frekuensi, durasi, dan tingkat keparahan)
Pengertian : Kriteria Hasil: Monitor berat badan, asupan nutrisi dan kalori
Asupan nutrisi 1. Porsi makanan Terapeutik:
tidak cukup yang dihabiskan Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai selera pasien
untuk bertambah Berikan makanan dalam jumlah kecil
memenuhi 2. BB atau IMT Berikan kompres hangat di area ulu hati
kebutuhan naik dari BB atau Edukasi
IMT saat masuk Anjurkan posisi duduk atau semi fowler
metabolisme.
Ajarkan diet yang tinggi kalori, protein dan rendah lemak
3. Frekuensi makan
Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
> 2 kali
Anjurkan makanan tinggi karbohidrat, tinggi protein dan rendah lemak
4. Nafsu makan ada Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi terapi relaksasi.
atau bertambah Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan
Kolaborasi pemberian antiemetic, antasida
Promosi Berat Badan
Observasi
Identifikasi kemungkinan penyebab BB kurang
Monitor adanya mual dan muntah
Monitor porsi makan pasien
Terapeutik
Berikan pujian kepada pasien untuk peningkatan yang dicapai
Edukasi
Jelaskan jenis makanan yg tinggi kalori, protein dan rendah lemak
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Keletihan Tingkat Keletihan Edukasi Aktivitas/Istirahat
D.0057 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam Observasi:
diharapkan tingkat keletihan membaik. Monitor kelelahan fisik dan emosional
Pengertian : Kriteria Hasil: Monitor pola dan jam tidur
Penurunan 1. Menyatakan secara verbal bahwa keletihan berkurang Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
kapasitas kerja fisik atau perasan energi yang bertambah melakukan aktivitas
dan mental yang 2. Kemampuan melakukan aktifitas rutin meningkat Terapeutik
tidak pulih dengan 3. Pola istirahat membaik Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
istirahat stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan)
Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
Anjurkan tirah baring
Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Anjurkan menghubungi perawat jika tanda
dan gejala kelelahan tidak berkurang
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
INTERVENSI
KEPERAWATAN
TEKNIK RELAKSASI UNTUK MENURUNKAN
PERASAAN MUAL PADA ODHA
Studi review ini menyatakan bahwaself
management berpotensi untuk
mengontrol rasa sakit atau gejala lain
yang dirasakan ODHA namun, sebagian
penelitian memiliki perbedaan dalam
beberapa aspek termasuk pengaturan
klinis, ukuran hasil dan penilai, jenis
intervensi, durasi studi dan jenis gejala.
Sehingga kehati-hatian diperlukan saat
menafsirkan studi ini karena kualitas
bukti relatif buruk karena metodologis
kelemahan beberapa desain terkait
dengan ukuran sampel kecil dan
penggunaan instrumen tanpa psikometri
yang baik
Dalam penelitian ini gejala mual dan gejala lainnya
yang disebakan “kecemasan” pada ODHA
dapat diatasi dengan self care strategy, salah
satu yang paling efektif adalah dengan
“Meditasi” yang mengedepankan perasaan
relaks
Relaxtaion techniques yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kualitas hidup ODHA dengan berbagai keluhannya salah
satunya adalah dengan Teknik relaksasi napas dalam…
Intervensi ini untuk meningkatkan self care ODHA yang
terangkum dalam program Self- and Family Management
Intervention ( SAFMI )
Angela Dwi Putri, Suhartini Ismail, M. E. (2019). Good Nutrition for Quality of Life of PLWHA ( People Living with HIV / AIDS ). 29–34.
Pitri, A. D., Ismail, S., & Erawati, M. (2019). Eksplorasi Peran Perawat Dan Ahli Gizi Dalam Pemberian Nutrisi Pada Pasien Kritis. Jurnal
Perawat Indonesia, 3(2), 109. https://doi.org/10.32584/jpi.v3i2.316
Rouleau, G., Richard, L., Côté, J., Gagnon, M. P., & Pelletier, J. (2019). Nursing Practice to Support People Living with HIV with
Antiretroviral Therapy Adherence: A Qualitative Study. Journal of the Association of Nurses in AIDS Care, 30(4), E20–E37.
https://doi.org/10.1097/JNC.0000000000000103
PERAWAT VS AHLI GIZI
Perawat memandang tiga dasar penting dalam Ahli gizi merupakan profesional medis yang
memenuhi kebutuhan nutrisi pasien yaitu (Marjory, berfokus pada aspek kebutuhan gizi:
2018):
Perawat dan ahli gizi merupakan tenaga profesional yang berasal dari disiplin ilmu berbeda
namun, saling bersinggungan dalam tugas pengelolaan nutrisi.
PERAN PERAWAT DAN AHLI GIZI
● Perawat sebagai first line dalam dukungan nutrisi
○ First line didefinisikan sebagai manager yang memiliki otonomi untuk melakukan
care maintenance selama proses mengelola nutrisi pasien (Bloomer Melissa J,
2017)
● Perawat memaksimalkan asupan makan dengan modifikasi lingkungan
○ Kehadiran perawat dalam membantu proses makan hingga motivasi dalam proses
makan
○ Peran ahli gizi sebagai konselor ditekankan pada peran pendampingan pasien
dalam menentukan atau memilih jenis makanan yang disukai pasien hingga upaya
melibatkan keluarga dalam konseling untuk menjelaskan strategi diet seperti
pantangan atau makanan yang dihindari, sehingga mereka tahu bagaimana
mendukung pasien
• Memastikan kuantitas dan • Ahli gizi mengkaji • Diskusi dengan Ahli gizi
kualitas makanan yang kebutuhan makro dan untuk mengurangi mual
masuk mikro nutrient yang dan meningkatkan nafsu
• Strategi untuk mengelola dibutuhkan oleh pasien makan
lingkungan: Perawat • Ahli gizi menyiapkan • Diskusi untuk waktu
menemani pasien saat pilihan menu yang sesuai pemberian makan setiap
makan, memotovasi untk dengan kebutuhan nutrisi 20 sampai 30 menit.
makan pasien • Diskusi cara penyajian
• Mengkaji hal yang • Ajli gizi mendampingi untuk meningkatkan nafsu
membuat nafsu makan pasien dalam menentukan makan dan menurunkan
berkurang dan mual menu dan strategi untuk mual.
• Perawat mengkaji diet • Diskusi hambatan dan
perkembangan status • Ahli gizi mengkaji kondisi solusi yang ditemui dalam
nutrisi pasien penyakit pasien agar tidak menjalankan stretegi
ada komplikasi akibat pemenuhan diet.
pemberian diet yang salah
KESIMPULAN HUBUNGAN
INTERDISIPLINER (KOLABORASI)
● Perawat bertanggungjawab agar target nutrisi tercapai yang meliputi kualitas dan
kuantitas
● Perawat berperan sebagai first line/seorang manager yang memiliki otonomi dalam
mengatur pengelolaan nutrisi.
● Perawat memaksimalkan asupan nutrisi dengan memodifikasi lingkungan membuat
pasien senyaman mungkin serta melibatkan keluarga.
● Perawat bernegosiasi dengan ahli gizi dalam penentuan jenis makanan lain yang
mungkin aman untuk meningkatkan status nutrisi pasien. Proses konsultasi dan negosiasi
ini menunjukan peran ahli gizi sebagai konselor.
● perawat dan ahli gizi saling berinteraksi dan saling membutuhkan untuk mencapai satu
tujuan yaitu kesejahteraan nutrisi pasien
THANKS!