Anda di halaman 1dari 49

KAJIAN KASUS

HIV/AIDS
TB Paru
Samrotul Fuadah
TABLE OF CONTENTS
Anatomi Fisiologi HIV VS TB
01 Sistem Imun dan Respirasi
04 Kaitan HIV dan TB

Gangguan Pada Sistem Imun Pemeriksaan Diagnostik


02 AIDS (Acquired Immunodeficiency 05
Pemeriksaan diagnostil HIV dan TB
Syndrome)

Gangguan Pada Sistem Respirasi Pemeriksaan Fisik


03 Tuberculosis Paru
06 Pemeriksaan Fisik Sesuai dengan
Kasus Temuan: HIV+TB
TABLE OF CONTENTS
Masalah Keperawatan Intervensi Keperawatan
07 Patofisiologis Kasus dengan 10 Sesuai dengan teori Virginia
diagnosa HIV dan TB Paru Henderson

Teori Keperawatan Intervensi Komplementer


08 By Virginia Henderson
11 Intervensi keperawatan sesuai
dengan EBN

Diagnosa Keperawatan Intervensi Kolaboratif


09 Sesuai dengan teori Virginia 06 Intervensi kolaboratif sesuai dengan
Henderson kasus: Pemenuhan kebutuhan nutrisi
Anatomi & Fisiologi Sistem Imun
Fungsi Non Spesifik Spesifik

• Melindungi tubuh dari • Pertahanan yang • Limfosit dan Antibodi


serangan benda terdapat di • Respon Humoral dan
asing atau bibit permukaan tubuh Selular
penyakit yang masuk • Respons • Kekebalan aktif dan
ke dalam tubuh. Peradangan kekebalan pasif
• Menghilangkan (Inflamasi)
jaringan atau sel • Fagositosis
yang mati atau rusak • Interferon
untuk perbaikan
jaringan.
• Mengenali dan
menghilangkan sel
yang abnormal.
DEFINISI HIV &
AIDS
HIV (Human Immunodeficiency Virus) Virus yang menyerang
sistem kekebalan tubuh.

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)  Kumpulan


gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan
tubuh akibat infeksi oleh virus HIV.

AIDS  Tahap akhir dari infeksi HIV


Hubungan seksual dengan pasangan yang Transfusi darah yang Tertusuk jarum bekas Ibu hamil
berganti-ganti, dengan yang terinfeksi HIV terinfeksi HIV penderita HIV penderita HIV

Virus masuk dalam tubuh lewat luka berdarah

Sperma terinfeksi masuk kedalam tubuh


pasangan lewat membran mukosa vagina, Virus Masuk Dalam Peredaran Darah Dan Invasi Sel Target Hospes
anus yang lecet atau luka

Peningkatan gp120 HIV Fusi/pelebaran Enzim reverse Enzim Integrase Transkipsi mRNA dan Enzim Protease
dengan reseptor membran membranvirus dengan transcriptase cDNA masuk ke inti translasi  protein Merangkai RNA virus dgn
T Helper + CD4 membran T Helper + CD4 RNA HIV  cDNA sel T Helper strutural virus protein2 yg baru dibentuk

Terbentuk virus2 HIV yang


baru dalam tubuh

Fungsi CD4 terganggu  induksi: mengaktivasi makrofag, sel T sitotoksik, sel Replikasi perkembangan HIV dalam cairan tubuh
natural killer (NK), sel B, sekresi faktor pertumbuhan dari sel darah dan sel limfoid

Immunosupresi
Anatomi & Fisiologi Sistem Respirasi

Fungsi Struktur Utama Struktur Pelengkap

• Mengambil oksigen yang • Saluran Pernapasan • Otot Pernapasan


kemudian dibawa oleh Atas, • Pleura
darah keseluruh tubuh • Saluran Pernapasan
(sel-selnya) untuk Bawah
mengadakan • Paru
metabolisme
• Mengeluarkan karbon
dioksida yang terjadi
sebagai sisa dari
metabolisme, kemudian
dibawa oleh darah ke
paru-paru untuk dibuang
TB PARU

Tuberculosis (TB) adalah suatu penyakit penyakit infeksi menular


yang disebabkan bakteri mycobacterium tuberculosis, yang dapat
menyerang berbagai organ, terutama paru-paru.
Terbentuk virus2 HIV yang
baru dalam tubuh

Fungsi CD4 terganggu  induksi: mengaktivasi makrofag, sel T sitotoksik, sel


natural killer (NK), sel B, sekresi faktor pertumbuhan dari sel darah dan sel limfoid

Paparan M. Tuberculosa Immunosupresi

Tidak terjadi fagositosis oleh


makrofag

M. Tuuberculosa bermultiplikasi
di dalam makrofag

sel T CD4 pada nodus limfatikus akan mulai bergerak


Respon imun adaptif di nodus
menuju paru. Proses yang tertunda inilah yang membantu
limfatikus di mediastinal
perluasan populasi M. tuberculosis di paru

Pasien HIV terpapar dengan M. Tuberculosa, biasanya di


paru krn sifat bakteri yang merupakan bakteri aerob
.
respon imun tubuh terhadap TBC lebih bergantung dan
terbukti lebih efektif pada limfosit T cluster of differentiation 4
(CD4)
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
HIV TB

Enzyme-linked
Pemeriksaan
immunosorbent
Radiologis
assay (ELISA)

Western Pemeriksaan
Blotting Laboratorium

Polymerase
Chain Reaction Tes Tuberculin
(PCR)
LAPORAN
KASUS
PENGKAJIAN
PENGKAJIAN
● Identitas Pribadi
● Nama : FM
● Umur : 31 tahun
● Jenis Kelamin : Perempuan
● Status Kawin : Belum Menikah
● Agama / Suku : Islam/jawa
● Pekerjaan : Pengacara
● Masuk RS : 8 September 2021
● Diagnosa Medis : HIV + TB paru on OAT + Low intake
Anamnesa

Keluhan Utama : Mual dan nyeri ulu hati


Riwayat Kesehatan Saat ini:
Nyeri ulu hati, mual dan tidak nafsu makan sejak 1 bulan yang lalu. Nyeri hilang timbul,
memberat saat beraktifitas dan berkurang jika istirahat. Skala nyeri 6-7. Sejak didiagnosa
HIV pada 12 Agustus 2021 dan Pengobatan TB paru pasien mengatakan tidak dapat
menghabiskan porsi makan karena tdk nafsu makan, nyeri ulu hati dan mual. Pasien
telah mengkonsumsi OAT hari ke 25. Pasien tidak meminum obat ARV Pasien tampak
kurus, berat badan turun 8 kg dalam 1 bulan.
Riwayat penyakit terdahulu : Pada tgl 10 Agustus 2021 pasien masuk
dengan batuk dan sesak dan terdiagnosa TB paru + HIV.
Pengobatan dilanjutkan ke poli bougenfil.
Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada
Riwayat Penggunaan Obat :
- OAT (obat anti tuberculosis) hari ke-25
- ARV (anti retro virus) tidak diminum
Riwayat alergi obat/makanan : Tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Sensorium : Compos mentis
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Temperatur : 37⁰ C
Pernafasan : 20 x/ menit, reguler, abdominalthoracal
Nadi : 96x/ menit, equal, kuat
Keadaan Penyakit
Anemi : Tidak Eritema: Tidak
Ikterus : Ya Sianosis: Tidak
Dispnoe : Tidak
Keadaan Gizi
BB : 48 Kg
TB : 166 cm
RBW : 48 X 100% = 72,2% (Underweight)
166-100
IMT : 48 = 17,41 kg/m² (Underweight) (1 bulan yang lalu BB 56 kg)
(166/100)²

Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
Pertumbuhan rambut : Normal
Sakit kalau dipegang : Tidak
Perubahan lokal : Tidak
a. Wajah
- Sembab : Tidak
- Parese : Tidak
- Pucat : Ya
- Kuning : Tidak
b. Mata
Stand Mata : Normal - Ikterus : Ya
Gerakan : Kesegala arah - Anemia : Tidak
Reaksi pupil : RC +/+, isokor - Eksoftalmos :Tidak
Ptosis : Tidak
c. Telinga
Sekret : Tidak - Bentuk :Normal
Radang : Tidak - Atrofi :Tidak
d. Hidung
Sekret : Tidak - Benjolan-benjolan : Tidak
Bentuk : Normal
e. Bibir
Sianosis : Tidak - Kering : Ya
Pucat : Ya - Radang : Tidak
f. Gigi
Karies : Tidak
Jumlah : Tidak di hitung
Pertumbuhan : Normal
Pyorroe alveolaris : Tidak
g. Lidah
Kering : Tidak - Jamur : Tidak
Pucat : Tidak
h. Tonsil
Merah : Tidak - Membran : Tidak
Bengkak : Tidak - Angina lacunaris : Tidak
Beslag : Tidak
2. Leher
Inspeksi :
- Struma : Tidak
- Torticolis : Tidak
- Kelenjar bengkak : Tidak
- Venektasi : Tidak
- Pulsasi Vena : Tidak
Palpasi
Posisi trachea : Medial
TVJ : R-2 cm H2O
Sakit/ nyeri tekan : Tidak
Kosta servikalis : Tidak
3. Torax depan
Inspeksi
Bentuk : Fusiformis
Simetris/asimetris : Simetris - Pembengkakan : Tidak
Bendungan Vena : Tidak - Pulsasi verbal : Tidak
Ketinggalan bernafas : Tidak - Mammae : Normal

Palpasi
Nyeri tekan : Tidak - Iktus : Tidak teraba
Fremitus suara : Sulit dinilai (Pasien lemas, sulit mengeluarkan suara yang terdengar)
Perkusi
Suara perkusi paru : Sonor memendek di lapang atas paru kiri

Auskultasi
Paru –paru
Suara pernafasan : Bronchial di lapang paru kiri atas
Suara Tambahan paru: Tidak
Krepirtasi : Tidak
Gesek Pelura : Tidak
Suara tambahan jantung: Tidak ada
5. Abdomen Palpasi
Inspeksi - Defens muskular : Tidak
- Bengkak : Tidak - Nyeri tekan : Ya
- Venektasi : Tidak - Lien : Tidak teraba
- Gembung : Tidak - Ren : Tidak teraba
-Sirkulasi Collateral : Tidak - Hepar : Tidak teraba
- Pulsasi : Tidak
  Auskultasi
Perkusi Peristaltik usus : Normal (9 x/
- Pekak hati : Ya menit)
6. Genitalia
-Luka : Tidak di lakukan pemeriksaan
-Sikatrik : Tidak di lakukan pemeriksaan
-Nanah: Tidak di lakukan pemeriksaan
Pemeriksaan Penunjang
PATOFISIOLOGI

BERDASARKAN KASUS
Terbentuk virus2 HIV yang
baru dalam tubuh

Fungsi CD4 terganggu  induksi: mengaktivasi makrofag, sel T sitotoksik, sel


natural killer (NK), sel B, sekresi faktor pertumbuhan dari sel darah dan sel limfoid Gangguan
proses keluarga
Perubahan Distress
Paparan M. Tuberculosa Immunosupresi status kesehatan spiritual
Ansietas

Pasien HIV terpapar dengan Gangguan Hambatan


M. Tuberculosa di paru konsep diri interaksi sosial

Terapi OAT Infeksi pd sistem


gastrointestinal ?

diabsorbsi melalui pembuluh Kerusakan membran


darah menuju ke hati Penurunan Ketidakseimbangan mukosa GI  Lesi
Peningktan
kreatinin massa otot nutrisi: kurang dari
molekul obat akan dimetabolisme dan energi kebutuhan tubuh
di hati  metabolit aktif Mengenai ujung Lesi Asam
saraf nyeri pada lambung
Mudah lelah Penurunan BB lambung meningkat
Hepatotoksis
Saraf aferen 
Penurunan hipoalbuminemia kornu dorsalis
Kerusakan hati Keletihan intake nutrisi Otak  saraf eferen

SGOT dan SGPT konsentrasi kolesistokinin Mual: Penurunan nafsu Nyeri akut Persepsi nyeri
Meningkat dan bombesin meningkat Nausea makan

Jaundice intra hepatik


ASUHAN KEPERAWATAN;
MODEL VIRGINIA HENDERSON

● Henderson berfokus pada peningkatan kualitas hidup karena melihat manusia sebagai
individu yang membutuhkan bantuan untuk meraih kesehatan, kebebasan, atau kematian
yang damai, serta bantuan untuk meraih kemandirian. Penatalaksanaan pasien dengan
HIV terfokus pada peningkatan kualitas hidup sepanjang hidupnya mengingat dampak
dari HIV pada pasien.

● Menurut Henderson, kebutuhan dasar manusia terdiri atas 14 komponen yang


merupakan komponen penanganan perawatan.
Pengkajian Keperawatan
Bernapas secara normal,
• Tidak ada tanda kesulitan bernafas, penggunaan otot bantu bernafas, RR: 20 x/ menit, reguler, abdominalthoracal
• Tidak ada keluhan saat bernapas.

Makan dan minum dengan cukup


• Pasien mengatakan dirumah makan 2x perhari, nasi¸ sayur, lauk (ikan,tahu, tempe). Makan sering tidak habis. Minum air putih 5-6 gelas perhari pada saat setelah
makan dan minum atau merasa mual, sering merasa nyeri ulu hati
• Pasien mengatakan setelah di rumah sakit makan 3x perhari, sering tdk habis, lebih banyak minum air hangat karena merasa mual saat makan, terkadang terasa
nyeri ulu hati
Membuang kotoran tubuh
• Pasien mengatakan di RS BAB 1x , BAK 3-5x perhari, tidak ada keluhan baik saat di rumah dan di RS.

Bergerak dan menjaga posisi yang diinginkan


• Pasien terlihat lebih sering berbaring, pasien mengatakan lemas untuk bergerak dan mudah Lelah.

Tidur dan istirahat


• Pasien mengatakan sering terbangun saat di RS, sepanjang hari hanya tertidur, mudah terbangun saat ada orang datang.

Memilih pakaian yang sesuai


• Pasien bisa memakai baju secara mandiri.

Menjaga suhu tubuh tetap dalam batas normal dengan menyesuaikan pakaian dan mengubah lingkungan
• Tidak ada kesulitan bagi pasien untuk menggunakan pakaian atau selimut. Pasien dapat mengatasi rasa tidak nyaman akrn lingkungan. Tidak ada demam, S: 37

Menjaga tubuh tetap bersih dan terawat serta melindungi integument


• Pasien dapat melakukan kebersihan diri secara mandiri. Pasien mengatakan tidak ingin ada yang membantu untuk mandi atau seka, jika tidak kuat utk mandi pasien
akan melakukan cuci muka dan sikat gigi saja
Menghindari bahaya lingkungan yang bisa melukai
• Pasien sangat berhati-hati saat berpindah, ke kamar mandi atau melakukan aktivitas lainnya

Berkomunikasi dengan orang lain dalam menungkapkan emosi, kebutuhan, rasa takut, atau pendapat
• Pasien tidak menceritakan perasaan yang dirasakan, tidak ada keluarga yang berkunjung karena sibuk, pasien hanya mengatakan
tentang cerita saat dia aktif sebagai pengacara.

Beribadah sesuai dengan keyakinan


• Pasien mengatakan tidak paham soal agama.

Bekerja dengan tata cara yang mengandung prestasi


• Semenjak sakit semua pekerjaan yg terkait profesinya sulit untuk ditangani.

Bermain atau terlibat dalam berbagai kegiatan rekreasi


• Tidak terkaji

Belajar mengetahui atau memuaskan atau rasa penasaran yang menuntun pada perkembangan normal dan
kesehatan serta menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia.
• Pasien akan selalu bertanya kepada dokter saja.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

● Nyeri akut di ulu hati b.d Proses inflamasi (Lesi ulu hati)
● Defisit nutrisi b.d Penurunan nafsu makan, mual
● Keletihan b.d malnutrisi
Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
D.0077 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan Observasi:
keperawatan 3x24 jam diharapkan tingkat  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
nyeri menurun intensitas nyeri
Pengertian : Kriteria Hasil:  Identifikasi skala nyeri
Pengalaman sensorik 1. Frekuensi nadi dalam batas normal  Identifikasi respons nyeri non verbal
atau emosional yang 60-100x/mnt  Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
berkaitan dengan 2. Keluhan nyeri berkurang atau tidak  Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
kerusakan jaringan ada  Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
aktual atau fungsional, 3. Meringis tidak ada  Monitor efek samping penggunaan analgetik
dengan onset 4. Kesulitan tidur tidak ada Terapeutik:
mendadak atau lambat  Berikan teknik nonfarmakologi: napas dalam untuk mengurangi
dan berintensitas rasa nyeri
ringan hingga berat  Fasilitasi istirahat dan tidur
 Posisikan semifowler untuk mengurangi nyeri di ulu hati
yang berlangsung
Edukasi
kurang dari 3 bulan.
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Ajarkan teknik napas dalam untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetic dan antasida
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Defisit Nutrisi Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
D.0019 Tujuan: Setelah Observasi:
dilakukan tindakan  Identifikasi status nutrisi, pengalaman mual, dampak mual terhadap kualitas hidup (mis,nafsu makan,
aktivitas, kinerja, tanggung jawab peran, dan tidur)
keperawatan 3x24 jam
 Identifikasi factor penyebab mual (mis.pengobatan dan procedure), alergi dan intoleransi makanan
status nutrisi terpenuhi.  Monitor asupan makanan, mual (mis, frekuensi, durasi, dan tingkat keparahan)
Pengertian : Kriteria Hasil:  Monitor berat badan, asupan nutrisi dan kalori
Asupan nutrisi 1. Porsi makanan Terapeutik:
tidak cukup yang dihabiskan  Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai selera pasien
untuk bertambah  Berikan makanan dalam jumlah kecil
memenuhi 2. BB atau IMT  Berikan kompres hangat di area ulu hati
kebutuhan naik dari BB atau Edukasi
IMT saat masuk  Anjurkan posisi duduk atau semi fowler
metabolisme.
 Ajarkan diet yang tinggi kalori, protein dan rendah lemak
3. Frekuensi makan
 Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
> 2 kali
 Anjurkan makanan tinggi karbohidrat, tinggi protein dan rendah lemak
4. Nafsu makan ada  Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi terapi relaksasi.
atau bertambah Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan
 Kolaborasi pemberian antiemetic, antasida
Promosi Berat Badan
Observasi
 Identifikasi kemungkinan penyebab BB kurang
 Monitor adanya mual dan muntah
 Monitor porsi makan pasien
Terapeutik
 Berikan pujian kepada pasien untuk peningkatan yang dicapai
Edukasi
 Jelaskan jenis makanan yg tinggi kalori, protein dan rendah lemak
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Keletihan Tingkat Keletihan Edukasi Aktivitas/Istirahat
D.0057 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam Observasi:
diharapkan tingkat keletihan membaik.  Monitor kelelahan fisik dan emosional
Pengertian : Kriteria Hasil:  Monitor pola dan jam tidur
Penurunan 1. Menyatakan secara verbal bahwa keletihan berkurang  Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
kapasitas kerja fisik atau perasan energi yang bertambah melakukan aktivitas
dan mental yang 2. Kemampuan melakukan aktifitas rutin meningkat Terapeutik
tidak pulih dengan 3. Pola istirahat membaik  Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
istirahat stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan)
 Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
 Anjurkan menghubungi perawat jika tanda
dan gejala kelelahan tidak berkurang
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
INTERVENSI
KEPERAWATAN
TEKNIK RELAKSASI UNTUK MENURUNKAN
PERASAAN MUAL PADA ODHA
Studi review ini menyatakan bahwaself
management berpotensi untuk
mengontrol rasa sakit atau gejala lain
yang dirasakan ODHA namun, sebagian
penelitian memiliki perbedaan dalam
beberapa aspek termasuk pengaturan
klinis, ukuran hasil dan penilai, jenis
intervensi, durasi studi dan jenis gejala.
Sehingga kehati-hatian diperlukan saat
menafsirkan studi ini karena kualitas
bukti relatif buruk karena metodologis
kelemahan beberapa desain terkait
dengan ukuran sampel kecil dan
penggunaan instrumen tanpa psikometri
yang baik
Dalam penelitian ini gejala mual dan gejala lainnya
yang disebakan “kecemasan” pada ODHA
dapat diatasi dengan self care strategy, salah
satu yang paling efektif adalah dengan
“Meditasi” yang mengedepankan perasaan
relaks
Relaxtaion techniques yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kualitas hidup ODHA dengan berbagai keluhannya salah
satunya adalah dengan Teknik relaksasi napas dalam…
Intervensi ini untuk meningkatkan self care ODHA yang
terangkum dalam program Self- and Family Management
Intervention ( SAFMI )

Peneilitian di china membuat suatu aplikasi untuk symptom


management ODHA dan salah satunya menggunakan Teknik
napas dalam yang hasilnya signifikan untuk menurunkan
gejala yang dirasakan ODHA seperti nyeri, mual, kecemasan
dsb.
?
Referensi dalam
Pembuatan Video
https://www.youtube.com/watch?v=zs3LwxwLG0Q

Video Terapi Relaksasi


Napas Dalam
https://drive.google.com/file/d/15i1O8fcQ12PtofAuX2txUK7BilWRWpLz/view?usp=sharing
INTERVENSI
KOLABORATIF
PERAWAT DAN AHLI GIZI
PENINGKATAN STATUS NUTRISI PASIEN
● Banyak peneilitian yang sepakat bahwa peningkatan kualitas hidup ODHA (Orang
dengan HIV/AIDS) sangat penting untuk menjaga kesehatan dan memperpanjang umur
mereka. Salah satu factor penunjang kualitas hidup ODHA adalah dengan Pangan yang
cukup gizi baik kuantitas maupun kualitas
● Nutrisi yang optimal dapat membantu meningkatkan fungsi kekebalan tubuh,
memaksimalkan efektivitas terapi antiretroviral, mengurangi risiko penyakit
kronis seperti diabetes dan penyakit kardiovaskular.
● Pencapaian pemenuhan Nutrisi yang optimal perlu kerja sama antar tenaga Kesehatan
(Interdisipliner); Perawat dan Ahli gizi

Angela Dwi Putri, Suhartini Ismail, M. E. (2019). Good Nutrition for Quality of Life of PLWHA ( People Living with HIV / AIDS ). 29–34.
Pitri, A. D., Ismail, S., & Erawati, M. (2019). Eksplorasi Peran Perawat Dan Ahli Gizi Dalam Pemberian Nutrisi Pada Pasien Kritis. Jurnal
Perawat Indonesia, 3(2), 109. https://doi.org/10.32584/jpi.v3i2.316
Rouleau, G., Richard, L., Côté, J., Gagnon, M. P., & Pelletier, J. (2019). Nursing Practice to Support People Living with HIV with
Antiretroviral Therapy Adherence: A Qualitative Study. Journal of the Association of Nurses in AIDS Care, 30(4), E20–E37.
https://doi.org/10.1097/JNC.0000000000000103
PERAWAT VS AHLI GIZI
Perawat memandang tiga dasar penting dalam Ahli gizi merupakan profesional medis yang
memenuhi kebutuhan nutrisi pasien yaitu (Marjory, berfokus pada aspek kebutuhan gizi:
2018):

kemampuan memasukan meliputi fungsi


1 digesti mekanis seperti mengunyah dan 1 pemberian diet yang tepat
menelan;

kemampuan mencerna meliputi fungsi enzim


2 pencernaan dalam tubuh untuk membantu
pemecahan molekul nutrien menjadi lebih kecil
2 mencegah komplikasi dengan diet yang
sesuai
agar bisa diserap oleh usus;

Kemampuan mengabsopsi yaitu dimulai dari


3 penyerapan sampai menghantarkan zat nutrien 3 membantu proses penyembuhan dengan
ketersediaan gizi yang cukup
ke sel

Perawat dan ahli gizi merupakan tenaga profesional yang berasal dari disiplin ilmu berbeda
namun, saling bersinggungan dalam tugas pengelolaan nutrisi.
PERAN PERAWAT DAN AHLI GIZI
● Perawat sebagai first line dalam dukungan nutrisi

○ First line didefinisikan sebagai manager yang memiliki otonomi untuk melakukan
care maintenance selama proses mengelola nutrisi pasien (Bloomer Melissa J,
2017)
● Perawat memaksimalkan asupan makan dengan modifikasi lingkungan

○ Kehadiran perawat dalam membantu proses makan hingga motivasi dalam proses
makan

○ Melibatkan keluarga dalam memaksimalkan asupan makan


● Ahli gizi sebagai konselor dan perawat sebagai asesor

○ Peran ahli gizi sebagai konselor ditekankan pada peran pendampingan pasien
dalam menentukan atau memilih jenis makanan yang disukai pasien hingga upaya
melibatkan keluarga dalam konseling untuk menjelaskan strategi diet seperti
pantangan atau makanan yang dihindari, sehingga mereka tahu bagaimana
mendukung pasien

○ Peran asesor merupakan tugas mengkaji atau assesment, perawat melakukannya


berulang-ulang serta terus menerus dan tercatat didalam catatan perawat untuk
mengidentifikasi adanya perubahan status nutrisi atau resiko mengalami malnutrisi
Defisit nutrisi b.d Penurunan nafsu
makan, mual
Perawat Ahli Gizi

• Memastikan kuantitas dan • Ahli gizi mengkaji • Diskusi dengan Ahli gizi
kualitas makanan yang kebutuhan makro dan untuk mengurangi mual
masuk mikro nutrient yang dan meningkatkan nafsu
• Strategi untuk mengelola dibutuhkan oleh pasien makan
lingkungan: Perawat • Ahli gizi menyiapkan • Diskusi untuk waktu
menemani pasien saat pilihan menu yang sesuai pemberian makan setiap
makan, memotovasi untk dengan kebutuhan nutrisi 20 sampai 30 menit.
makan pasien • Diskusi cara penyajian
• Mengkaji hal yang • Ajli gizi mendampingi untuk meningkatkan nafsu
membuat nafsu makan pasien dalam menentukan makan dan menurunkan
berkurang dan mual menu dan strategi untuk mual.
• Perawat mengkaji diet • Diskusi hambatan dan
perkembangan status • Ahli gizi mengkaji kondisi solusi yang ditemui dalam
nutrisi pasien penyakit pasien agar tidak menjalankan stretegi
ada komplikasi akibat pemenuhan diet.
pemberian diet yang salah
KESIMPULAN HUBUNGAN
INTERDISIPLINER (KOLABORASI)
● Perawat bertanggungjawab agar target nutrisi tercapai yang meliputi kualitas dan
kuantitas
● Perawat berperan sebagai first line/seorang manager yang memiliki otonomi dalam
mengatur pengelolaan nutrisi.
● Perawat memaksimalkan asupan nutrisi dengan memodifikasi lingkungan membuat
pasien senyaman mungkin serta melibatkan keluarga.
● Perawat bernegosiasi dengan ahli gizi dalam penentuan jenis makanan lain yang
mungkin aman untuk meningkatkan status nutrisi pasien. Proses konsultasi dan negosiasi
ini menunjukan peran ahli gizi sebagai konselor.
● perawat dan ahli gizi saling berinteraksi dan saling membutuhkan untuk mencapai satu
tujuan yaitu kesejahteraan nutrisi pasien
THANKS!

CREDITS: This presentation template was created by


Slidesgo, including icons by Flaticon, infographics &
images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai