Anda di halaman 1dari 108

Anatomi Dan Fisiologi Sistem

Imunologi

Yunita Devianti
2006609954
ANATOMI FISIOLOGI IMMUNE

 Imunitas adalah : resisten terhadap penyakit Infeksi,dikarnakan adanya


gabungan sel, molekul dan jaringan yang resisten dalam infeksi.
 Sistem imun di perlukan tubuh untuk mempertahankan ke utuhan terhadap
bahaya yang di timbulkan oleh berbagai faktor.
 Respon imun di perlukan untk melindungi tubuh
yaitu:pertahanan,hemeostasis, dan pengawasan.
ANATOMI SISTEM IMMUNE
Immune Cell
SISTEM IMUN

INNATE: Respon cepat ,pertahanan tubuh non spesifik

ADAPTIVE : Respon lambat untuk mengenali kuman, spesifik


Pertahanan pertama

 Sistem pertahanan pada kekebalan tubuh adalah


 a. FISIK: kulit, kelenjar air mata,kelenjar air
ludah, kelenjar mucus, silia dan urine
 b. KIMIA: sebum, lesozim , dan PH
 c. Mikroba : E. coli
Immune adaptive

 Limfosit di bagi 2 jenis :

Sel B diproduksi di dalam sel induk dari sumsum tulang, lalu


memproduksi anti body serta mengawasi kekebalan humoral

Sel T yaitu limfosit yang memproduksi non antibody dan juga


memproduksi dalam sum sum tulang tetapi di sensitasi
dalam timus. Dan merupakan dasar dari imunitas yang di
perantaikan sel
RESPON IMUN SELULER

 Cell T pembunuh (CD 8+ ) melepaskan lymphotoxins yang


penyebabkan lisis sel
 Sel T pembantu (CD 4+ ) yang mengarahkan respon imun, dan
mengeluarkan bahan kimia yang di sebut limfokin, sehingga dapat
merangsang sel T sitotoksik dan sel B untuk tumbuh dan membelah
lalu menarik neutropil, dan meningkatkan kemampuan magrofag
untuk menghancurkan mikroba
 Sel T supresor menghambat produksi sel T sitotoksik, karna dapat
merusak
 Memori T sel yaitu untuk merespon pathogen setelah menyerang.
Organ limfatik primer

Timus
 Jaringan timus adalah suatu jaringan limfatik yang terletak di seluruh
trakea pada rongga dada atas.
 Berfungsi sebagai pematangan limfosit, yakni limfosit T yang bermula
dari limfosit muda. Meurpakan salah satu organ dalam tubuh yang
umumnya di dunia media disebut limfoid.
 Bertugas memproduksi sel-sel dalam darah.
 Kelenjar timus merupakan organ lembut yang berada diatas jantung
tepat sesudah leher pada rongga dada bagian atas.
Lanjut…

 Jaringan timus dibagi menjadi 2 lobus yang dikelilingi oleh kapsul


fibrosa.
 kelenjar ini mempunyai panjang sekitar 5 mm, lebar 4 mm dan tebal
6 mm. Masing-masing lobus ini bisa disusun oleh lobulus-lobulus yang
dibataskan oleh sebuah jaringan areolar.
 Kelenjar timus terdiri atas 2 bagian utama yakni: korteks dan
medula.
Organ limfatik primer

Sumsum Tulang

 Tulang belakang memeiliki fungsi yang sangat


penting yaitu untuk memproduksi sel sel darah
yang baru.
 Sumsum tulang belakang Merupakan jaringan
limfatik yang berfungsi memproduksi limfosit
muda yang akan diproses menuju timus ataupun
tempat lainnya untuk menghasilkan limfosit T dan
B.
Organ Limfatik skunder

▪ Tonsil :jaringan limpatik yang terdiri dari jaringan limposit, berfungsi


memproduksi linpatik dan antibody yang akan masuk kedalam cairan
limph
▪ Nodus linfa : Memproduksi limfosit baru untuk aliran darah, Nodus
dapat memproduksi beberapa antibodi dan antitoksin untuk mencegah
infeksi
▪ Limpa : sebuah kelenjar berwarna ungu tua yang terletak di sebelah
kiri abdomen di daerah hipogastrium kiri di bawah iga kesembilan,
sepuluh, dan sebelas. Limpa berdekatan pada fundus dan permukaan
luarnya menyentuh diaphragm, Limpa menyentuh ginjal kiri, kelokan
kolon di kiri atas, dan ekor pankreas
Sistem Pertahan Tubuh

 pertahanan tubuh non spesifik


 Pertahanan tubuh non spesifik(Natural / Imunitas Bawaan) Dikatakan tidak spesifik
karena berlaku untuk semua organis medan memberikan perlindungan umum
terhadap berbagai jenis agent.
 Secara umum pertahanan tubuh non spesifik ini terbagi menjadi pertahanan fisik,
mekanik dan kimiawi.
 Lapisan pertahanan tubuh non spesifik dibagi menjadi dua
 Lapisan Pertama:
 1. Kulit yang utuh dapat menjadi pertahanan karna sifatnya yang permeable
terhadap infeksi.
 2. asamlaktat,dalam keringat dan sekresi sebasea dalam mempertahankan PH kuli
tetap rendah,sehinggasebagian besar mikroorganisme tidak mampu bertahan hidup
dalam kondi siini
Lanjut

 3. Cilia, mikroorganisme yang masuk saluran nafas diangkut keluar


oleh gerakan silia yang meleka tpada selepitel
 4.Mukus,membrane mukosa,mensekresi mucus untuk menjebak mikro
badan partikelasing lainnya serta menutup masuk jalurnya
bakteri/virus
 5.Granulosit,mengenali mikroba organisme sebagai musuh dan
menelan serta menghancurkan mereka
 6. Prosesin flamasi,invasi jaringan oleh mikroorganisme merangsang
respon inflamasi pada tubuh dengan tanda inflamasi,yaitu
kemerahan,panas,pembengkakan,nyeri, hilangnya fungsi dan
granulosit dan mikroorganisme nosit keluar
Pertahanan mekanik

 Pertahanan mekanik adalah Pertahanan tubuh non spesifik dengan


cara pertahanan mekanik antara lain adalah:
 a.Bersin, reaksi tubuh karenaada benda asing (bakteri, virus, benda
dan lain-lainya yang masuk ke hidung) reaksi tubuh untuk
mengeluarkan denga nbersin
 b.Bilasan air mata,saat ada benda asing produksi air mata berlebih
untuk mengeluar kan benda tersebut.
 c.Bilasan saliva, kalauadazatberbahayaproduksi saliva berlebih untuk
menetralkan
 .d.Urin dan feses, jika berlebih maka respon tubuh untuk segera
mengeluarkannya
Pertahanan tubuh spesifik (Pertahanan Tubuh
Didapat)

 Yaitu karena hanya terbatas pada satu mikroorganisme dan tidak memberikan
proteksi terhadap mikroorganisme yang tidak berkaitan.
 Dalam pertahanan tubuh spesifik, respons imun muncul setelah ada
rangsangan dari antigen tertentu karena tubuh sudah pernah terpapar
sebelumnya. Pertahanan tubuh ini dimulai dari aktivitas marofag atau antigen
precenting sell (APC) yang melakukan pemrosesan pada antigen, sehingga
mampu menimbulkan interaksi dengan sel-sel imun.
Sistem Imun
Lanjut…
Sistem Pertahan Tubuh

• Struktur HIV terdiri dari Envelope dan Core.


(1) Envelope HIV berbentuk bulat seperti bola bergaris
tengah 1/10.000 mm. Terdiri dua lapisan yang
diambil dari sel manusia ketika partikel virus yang
baru terbentuk dengan membentuk tonjolan dan
lepas dari sel tersebut.
(2) Inti (Core) HIV berbentuk peluru yang disebut
capsid. Capsid mengelilinduagi helaian tunggal RNA
HIV dan tiga buah enzim yang berperan dalam
proses replikasi, yaitu: Reverse Transciptase,
Integrase, Protease.
Lanjut..
Replikasi HIV
Pemeriksaan Fisik
Kepala

sebhorroic dermatitis, adakah pneumocystis cranii, nyeri kepala menetap


Pemeriksaan Fisik

 Kulit
infeksi kulit : herpes simplex, Papular pruritic eruption (PPE ) pada lengan,
tungkai dan bokong, turgor kulit tidak elastis, sarkoma kaposi
Pemeriksaan fisik

 Hidung
 Telinga
 Mulut
 Mata retinitis
Pemeriksaan Fisik

 Mulut: adakah lesi pada mulut atau kapossi sarcoma, candidiasis oral
PEMERIKSAAN FISIK

 Candidiasis esophagus
Leher

 Lymphadenopathy persistent
Abdomen /Gastrointestinal

 Anoreksia
 Muntah
 Diare kronis
 Inkontinen alvi
 hepatosplenomegali
Dada / Pernafasan

 Sesak nafas ,dispneu,takipneu


 Batuk produktif dan batuk non produktif dengan Sao2 <80 %
 Retraksi Intercostalis
 Infeksi saluran nafas atau TBC
Sistem Reproduksi

Adanya lesi atau adanya


keluaran dari genital ( herpes
simplek )
Ekstrimitas atas /bawah

 Wasting sindrom /penuruna berat badan 10 % dari berat badan awal


NEUROLOGIS

 Ataxia
 Kurang kordinasi
 Kehilangan sensori
 Apasia
 Kehilangan konsentrasi
 Paralisis
 depresi
Pemeriksaan Penunjang.....

Uji Imunologi
Uji imunologi untuk menemukan respon antibody terhadap HIV-1 dan digunakan
sebagai test skrining, meliputi enzyme immunoassays atau enzyme – linked
immunosorbent assay (ELISAs) sebaik tes serologi cepat (rapid test). Uji Western
blot atau indirect immunofluorescence assay (IFA) digunakan untuk memperkuat
hasil reaktif dari test krining.
Uji Virologi
Tes virologi untuk diagnosis infeksi HIV-1 meliputi kultur virus, tes amplifikasi
asam nukleat / nucleic acid amplification test (NAATs) , test untuk menemukan
asam nukleat HIV-1 seperti DNA arau RNA HIV-1 dan test untuk komponen virus
(seperti uji untuk proein kapsid virus (antigen p24)).
Lanjutan...
Tes Western blot
Tes Western blot hanya dilakukan untuk menindaklanjuti tes skrining awal yang
menunjukkan hasil positif HIV.
Tes Viral Load
adalah tes untuk mengukur jumlah virus HIV dalam darah.
Tes CD4
adalah tes darah untuk menentukan seberapa baik kondisi sistem imun orang yang telah
didiagnosis terinfeksi HIV (human immunodeficiency virus)
Penatalaksanaan

1. Pemeriksaan setelah diagnose HIV ditegakkan


▪ Pemeriksaan stadium klInis setiap kunjungan
▪ Pemeriksaan CD4+
▪ Pemeriksaan Laboratorium (Darah Lengkap, SGOT/SGPT, kreatinin serum,
urinalisis, HBsAg, Anti HCV, profil Lipid serum, gula darah, Rontgen
thoraks, tes kehamilan pada perempuan yang produktif, PAP smear, viral
load RNA HIV)
2. Pencegahan infeksi oportunistik
Kotrimoksazol diberikan sebagai profilaksis primer maupun sekunder
Penatalaksanaan

3. Terapi antriretrovirus
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan

4. Kegagalan terapi ARV dan terapi ARV lini kedua


 kegagalan klinis: terjadi manifestasi klinis baru atau rekuren yang
menandatakan kondisi immunodefisiensi berat (stadium 4) setelah 6 bulan
ARV
 Kegagalan imunologis: nilai CD4+ turun atau CD4+ persisten <100 sel/mm3
 Kegagalan virologis, jumlah viral load > 1000 kopi/ml berdasarkan 2 x
pemeriksaan nerurutan setelah 3 bulan terapi ARV
Anjuran linin kedua, berupa kombinasi NRTIs dan PI
5. Profilaksis pasca pajanan
▪ Diberikan sebelum 4 jam dan maksimal 48-72 jam pasca pajanan
▪ Tes HIV dilakukan ulang pada bulan ke 3 dan ke 6
PEMERIKSAAN FISIK

 Keadaan umu
Masalah Keperawatan
 Diare
 Risiko infeksi
 Bersihan jalan nafas tidah efektif
 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
 Kurang pengetahuan b.d pemahaman penularan HIV
 Kekurangan volume cairan
 Risiko jatuh
 Intoleransi akivitas
 Ansietas
 Gangguan citra tubuh
 Ketegangan peran pemberi asuhan (aktual/risiko)
Lanjut..

 Konfusi (akut/kronis)
 Ketidak efektifan/ketidakmampuan koping keluarga
 Ketidak efektifan koping
 Keletihan
 Ketakutan
 Nyeri (akut)
 Defisit perawatan diri
 Kerusakan integritas kulit
 Ketidakberdayaan
PATOFISIOLOGI DAN
DIAGNOSA PASIEN HIV
DENGAN LIMFADENOPATI

Yunita Devianti
2006609954
PATOFISIOLOGI HIV

Hiv menginfeksi sel T pembantu (T4 Limposit ), makrofag, dan sel B.


Sel T pembantu lebih mudah terinfeksi dari pada sel sel lain.
Setelah masuk pejamu, hiv melekat pada membrane sel target dengan cara
melekat pada molekul reseptor yaitu CD4.
Virus tidak terlapisi dan RNA masuk ke sel .
Enzim yang di ketahui transcriptase yang terbalik di keluarkan, dan Rna virus di
traskripsi kedalam DNA, Dna yang baru terbentuk bergerak kedalam inti dan DNA
sel.
Target utama bagi hiv adalah sel T4 pembantu yang menyebabkan HIV tertarik
karna adanya molekul CD4, yang bertindak sebagai reseptor bagi HIV pada sel T4.
CONT…

 Infeksi awal virus HIV, adanya respon normal sel B dan sel T. Sel B menjadi
antibodi HIV yang efektif menurunkan viral load didalam darah, aktivasi sel T
pada imun seluler berespon pada virus di nodul limfe. Virus HIV menginfeksi
sel dengan reseptor CD4, limfosit, monosit, makrofag, astrosit dan
oligodendrosit mencoba melawan virus HIV, namun imunitas dirusak oleh virus
HIV yang menyebabkan rusaknya sel T CD4 (sel T helper atau CD4 sel T
limfosit) (Huether, 2012)
 Limfosit T merupakan jenis limfosit (bagian dari sel darah putih untuk
fagositosis) yang mengalami pematangan di Kelenjar Tymus dan memiliki
fungsi dalam memori, sitotoksik terhadap antigen/mikro organisme asing
 CD4 merupakan marker yang berada dipermukaan sel-sel darah putih
manusia, terutama sel-sel limfosit
Patofisologi
Manesfestasi klinis

 Infeksi primer : preode awal seseorang mengidap HIV.


 Lamanya waktu infeksi primer bervariatif. banyak klinisi tidak menyadari
bahwa infeksi primer adalah inaktif, di samping gejala gejala sistemik (
demam, letih, limfadenopati, mual, muntah )seseorang yang terinfeksi HIV
juga mengalami sakit kepala adanya ulkus pada mulut, genital faringitis diare
hepatomegaly myalgia, anemia.
 Infeksi Akut: Terjadi 2-4 minggu setelah infeksi awal bahkan sampai beberapa
bulan. Di fase ini CD4 sudah mulai menurun tetapi kembali pada tingkat
normal, viral load tinggi dalam darah menjadi catatan khusus (cohen &Shaw,
2011 )
Cont..

1. Stadium 1 (asimtomatis)
 Asimtomatis
 Limfadenopati generalisata
2. Stadium 2 (ringan)
 Penurunan berat badan <10%
 Infeksi herpes zoster
 Manifestasi mukokutaneus minor (ulkus oral, prurigo)
 Infeksi saluran nafas atas berulang (sinusitis, tonsillitis, faringitis, otitis
media)
Stadium 3 (lanjut, advanced)
▪ Penurunan berat badan >10%
▪ Kandidiasis oral persisten
▪ Demam berkepanjangan , intermiten >1 bulan
▪ Diare tanpa sebab jelas
▪ Oral hairy leukoplakia
▪ Anemia tanpa sebab yang jelas/ trombositopenia
▪ TB paru
▪ Infeksi bakteri berat: pneumonia, meningitis, piomiositis, empyema
cont

Stadium 4 (berat, severe)


▪ pneumonia akibat (pnemotcystis carinii)
▪ Kandidiasis esophagus. Trakea, bronkus
▪ Infeksi herpes simpleks mukokutan
▪ Toksoplasmosis serebral
▪ Pneumonia bacterial berat rekuren
▪ Kriptosporodiosis dengan diare >1 bulan
▪ Sitomegalovirus (CMV)
▪ Leukoenselopati multifocal progresif
▪ TB ekstrapulmonal
▪ Limfoma tumor terkait HIV seperti Sarkoma Kaposis, karsinoma serviks invasif
Gambaran kasus

Tn. SM datang ke IGD pada tanggal 28 Agustus 2021 pukul 20.17


WIB. Pasien datang dengan keluhan perut sakit , BAB cair sejak
dua hari yang lalu ,mual dan , demam sejak 3 hari yang lalu.
Saat ini diruang perawatan (15/9/21 ) pasien mengeluh masih
Bab cair 3x/hari, ada ampas sedikit warna coklat, demam
hilang timbul, nyeri pada persendian, teraba benjolan di axila
dan supra clavicular, tampak lesi di pinggir lidah dengan warna
putih. dengan Keadaan umum lemah, GCS 15, E4 M6 V5,
Compos mentis, T/D 110/70 mmHg, Nadi 96 x/menit,
Pernafasan 20 x/menit, Suhu 38,10C, O2 Saturasi 98%, HB 9,3,
. BB sebelum sakit 68kg, BB saat ini 67,69kg
CONT..

1. PENGKAJIAN
✓ Identitas Klien
❑ Nama : Tn. SM
❑ Umur : 38 tahun
❑ Pekerjaan : supir
❑ Alamat : katalia I timur Jakarta selatan
❑ Suku Bangsa : Betawi/Indonesia
❑ Pendidikan : akademi
❑ MRS : 28 Agustus 2021, pukul : 20.17 WIB
❑ Tanggal pengkajian : 15 September 2021, pukul : 21.30 WIB
❑ Diagnosa Medis : HIV + limfadenopati
CONT…
 Keluhan utama :
o Saat MRS : Klien dibawa ke rumah sakit oleh keluarga dengan keluhan diare dan
demam tinggi, nyeri sendi, bab 7-8 x/hari
o Saat pengkajian : Klien mengatakan badan terasa lemah dan tidak mampu
melakukan aktivitas harian, mual dan nafsu makan berkurang,tampak ada lesi
dipinggir lidah,ada benjolan di axila dan supra clavicular
 Riwayat Penyakit sekarang
Sejak 2 hari yang lalu, klien mengalami diare hebat dengan frekuensi kurang lebih-3
x/hari, makan sedikit (tidak nafsu makan), mual. Klien juga mengatakan demam
sejak 3 hari yang lalu. Pada saat pengkajian klien mengeluhkan badan terasa lemah.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Sejak 2 (dua) bulan terakhir Tn. SM sering mengalami diare hilang timbul, Klien juga
mengatakan demam tinggi sehingga pernah di bawa ke Puskesmas untuk
mendapatkan perawatan. Dari riwayat 2 (dua) bulan terakhir, Tn. SM pernah
mengalami demam 4-5x, dan diare. Klien juga mengatakan pernah melakukan
hubungan seksual dengan beberapa teman wanita selain istri klien
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Dari riwayat penyakit kelurga, tidak didapatkan anggota keluarga yang mengalami kelainan,
penyakit kronis ataupun penyakit yang sama dengan Tn.SM.
 Riwayat Psikososial
Klien mengatakan bahwa penyakitnya ini merupakan masalah yang mengkhawatirkan. Ketika
ditanya tentang penyakit, pengobatan, komplikasi, Tn.SM. hanya menggelengkan kepala. Klien
mengatakan pernah melakukan hubungan seksual dengan beberapa teman wanita selain istri
klien.
klien merasa menyesal dan takut karena anak klien dua perempuan dan satu laki2
Pola Nutrisi dan Metabolisme
Klien mengatakan masih mual, sariawan sakit bila makan , makan 3x sehari, minum air putih
200cc/jam. BB sebelum sakit 68kg, BB saat ini 67,69kg
 Pola Reproduksi dan Seksual
Klien memilik 3 orang anak. Klien mengatakan saat berhubungan seksual memakai kondom tetapi
tidak konsisten.
 Pola Tidur dan Istirahat
Klien tidur malam mulai jam 23.00 WIB sampai jam 07.00 WIB. Kebiasaan tidur siang
sekitar 1 jam namun tidak rutin
 Pola eliminasi
Klien mengatakan diare 7-8 x/hari dengan konsistensi cair ,warna kuning kecoklatan.
(saat baru datang tanggal 28/08/21). Saat pengkajian klien menggatakan diare 3 x/
hari, cair, ada ampas sedikit, warna kuning, Klien mengatakan BAK 3-4x/hari , warna
kuning, bau khas, tidak ada kesulitan BAK, tidak terdapat darah dalam urin. Klien BAK
tanpa alat bantu.
 Pola Aktivitas
Klien dapat beraktivitas secara mandiri tanpa bantuan orang lain dan tidak memiliki
kebiasaan olahraga. Saat pengkajian, klien merasa mudah lelah, tidak kuat untuk
mengangkat beban berat maupun sedang, beberapa aktivitas klien dibantu.
HASIL LAB…
HASIL LAB..
HASIL LAB….
CONT..

 Radiologi:
Thorak foto: Cor / pulmo dalam batas normal.
mediastinum,suprahiler kanan tampak lebih memadat DD/ Lymfadenopathy,
sternum
CT scan Leher :
 Limfadenopati sebagian dengan central necrosis dan berkonglomerasi
menyangkat pasca kontras di region sub mental, submandibular bilateral,
parotid bilateral DD/ Limfoma, limfadenitis Tb
 Sinus kronis maksila kanan.
CONT..

 Terapi oral terapi injeksi


 Curcuma 2 tab clanexi = 1 grm
 Sukralfat = 15ml OMZ = 40 mg
 INH = 600 mg ceftriaxone 2x2 gram
 rimfampisin=300 mg lefofloxacin=750
 Etambutol =1000 mg
 New diatab setiap kali diare tranfusi prc = 500 /2 kantong
ANALISA DATA
NO Data Subyektif dan Data Obyektif Masalah Etiologi

1. DS : Ketidak seimbangan kehilangan nafsu


klien mengatakan nafsu makan nutrisi : Kurang dari makan,Mual
berkurang, makanan yang disiapkan kebutuhan tubuh
tidak dapat dihabiskan. mual

DO :
➢ Porsi makan yang disiapan hanya
habis ½ prosi
➢ Ada lesi di pingir lidah,dan
tampak bercak putih di pinggir
lidah
➢ Bising usus = 32x/menit
➢ Hb 9,3 gr/dl.
➢ BB sebelum sakit 68kg, BB saat
ini 67,69kg
Cont..
NO Data Subyektif dan Data Obyektif Masalah Etiologi

2. DS : Diare Proses infeksi


Klien mengatakan diare dengan
frekuensi 3x/hari.

DO :
➢ TD = 110/70 mmHg
➢ Nadi = 96 x/menit
➢ RR = 20x/menit
➢ Feses cair, ada ampas sedikit,
warna kuning kecoklatan.
➢ Bising usus 32x/menit.
➢ BB sebelum sakit 68kg, BB saat
ini 67,69kg
Cont…
NO Data Subyektif dan Data Obyektif Masalah Etiologi

3 DS : klien mengeluh demam. Risiko Infeksi Imunodefisinesi

DO :
➢ TD 110/70 mmHg,
➢ suhu = 38,10°C
➢ RR=20x/menit
➢ nadi = 96x/menit
➢ terdapat lesi pingir lidah
➢ terdapat bercak putih di pinggir
lidah
➢ Prokalsitonin 13,12ng/ml
➢ Hasil anti hiv : Positif
➢ Teraba adanya benjolan di axila
dan di supraclavikular
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan HIV
Limfadenopati Menurut Teori Virginia
Handerson
YUNITA DEVIANTI
2006609954
Teori Virginia Handerson

 Teori dan Model Konseptual Keperawatan Virginia Henderson memandang kesehatan


dalam kaitan dengan kemampuan pasien untuk memenuhi 14 komponen kebutuhan
dasar hidup untuk memandirikan pasien.
 Dalam model konsep Henderseon menerapkan rencana keperawatan, skema metode
pengawasan asuhan.
 Perencanaan keperawatan mempertimbangkan beberapa hal seperti: urutan aktifitas
yang harus dilakukan, aktifitas perawat yang harus dan tidak boleh dilakukan dan
perubahan-perubahan yang telah dibuat
Cont….

 Prinsip dasar model Henderson meliputi fungsi unik dari perawat, upaya
pasien kearah kemandirian, asuhan keperawatan dasar berdasarkan
kebutuhan dasar manusia dan perencanaan yang akan diberikan
 Asumsi utama dari teori Virginia Henderson adalah Perawat merawat pasien
sampai pasien dapat merawat dirinya sendiri.
Cont…

 Henderson menegaskan pentingnya seni dalam keperawatan dan mengenalkan


14 (empat belas) kebutuhan dasar manusia yang menjadi dasar asuhan
keperawatan, yaitu :
1. Bernafas normal
2. Makan dan minum dengan cukup
3. Eliminasi buangan tubuh
4. Bergerak dalam mempertahankan postur tubuh yang didinginkan
5. Tidur dan istirahat
6. Memilih pakaian yang sesuai : memilih antara memakai atau
melepaskan pakaian
7. Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal dengan cara
menyesuaikan pakaian dan modifikasi lingkungan
8. Mempertahankan kebersihan tubuh, berhias dengan pantas, dan
melindungi tubuh
9. Mencegah bahaya di lingkungan dan mencegah dari aktifitas
membahayakan orang lain
10. Berkomunikasi dengan orang lain untuk mengungkapkan perasaan,
kebutuhan, kekhawatiran dan pendapat
11. Beribadah sesuai dengan keyakinan diri
12. Bekerja sehingga merasa berprestasi
13. Bermain atau berprestasi dalam berbagai pilihan kegiatan rekreasi
14. Belajar, menemukan atau memuaskan rasa ingin tahu yang
mendukung pengembangan diri dan kesehatan yang normal, serta
menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia
Gambaran kasus

Tn. SM datang ke IGD pada tanggal 28 Agustus 2021 pukul 20.17 WIB. Pasien
datang dengan keluhan perut sakit , BAB cair sejak dua hari yang lalu ,mual dan ,
demam sejak 3 hari yang lalu.
Saat ini diruang perawatan (15/9/21 ) pasien mengeluh masih Bab cair 3x/hari,
ada ampas sedikit warna coklat, demam hilang timbul, nyeri pada persendian,
teraba benjolan di axila dan supra clavicular, tampak lesi di pinggir lidah dengan
warna putih. dengan Keadaan umum lemah, GCS 15, E4 M6 V5, Compos mentis,
T/D 110/70 mmHg, Nadi 96 x/menit, Pernafasan 20 x/menit, Suhu 38,10C, O2
Saturasi 98%, HB 9,3, .makan habis ½ porsi,pasien makan pelan2, BB sebelum
sakit 68kg, BB saat ini 67,69kg
Pengkajian 14 Kebutuhan Dasar menurut Virginia
Handerson
1. Bernafas normal
Pasien mengatakan tidak ada keluhan saat bernafas.
Pemeriksaan vital sign : Suhu Suhu 38,10OC ,Nadi 96 x/menit, T/D 110/70 mmHg,,
Pernafasan 20 x/menit, Saturasi oksigen 98 %, CRT < 3 detik.
2. Makan dan minum dengan cukup Sebelum sakit
 Pasien biasa makan 3 x sehari, Makanan pokok nasi 1 porsi berisi sayur sayuran, lauk
(terkadang tempe, tahu, telor rebus, daging ayam ),buah (seperti pisang, manga,
papaya ).
 Sebelum sakit pasien biasa mengkonsumsi minuman kopi, teh, terkadang minuman
berenergi yang dibeli di warung. Kebiasaan ngopi 2 kali sehari pagi dan sore. Minum air
putih total sehari kurang lebih 1500 ml.
 Saat MRS :
 Pasien mengatakan tidak ada nafsu makan sejak masuk rumah sakit, porsi makan hanya
habis ½ porsi. Pasien mengeluh nyeri pada lidah karna sariawan, mual tidak ada
muntah, . BB sebelum sakit 68kg, BB saat ini 67,69kg,
3. Eliminasi buangan tubuh
Kebiasaan BAB dan BAK sebelum Sakit :
Pasien mengatakan biasa BAB 1 x sehari di pagi hari konsistensi faeces agak
lembek, warna kekuningan),BAK sekitar 5 x sehari dengan jumlah kurang lebih
250 ml persekali kencing.
BAB dan BAK saat MRS :
Pasien mengatakan sampai saat ini BAB masih cair walau sedikit ada ampas, BAB
3x warna kecoklatan.Kemarin sebelum MRS bab 7-8 x/hari konsistensi cair
warna kecoklatan dengan jumlah kurang lebih 250 ml, bau menyengat, BAK biasa
normal, setiap BAK menggunakan alat urinal diatas tempat tidur, jumlah urin ±
100 ml warna kuning biasa, bau pesing.
4. Bergerak dalam mempertahankan postur tubuh yang didinginkan
kebiasaan bergerak sebelum MRS:
Pasien bekerja sebagai sopir, aktifitas banyak di jalan dan tempat mangkal
Kebiasaan bergerak semenjak MRS :
Pasien mengatakan aktifitas hanya diatas tempat tidur, mengeluh kondisi lemas,
nyeri pada sendi kadang2,, makanya pasien memilih untuk rebahan saja. Aktifitas
sebagian dibantu oleh perawat atau keluarga yang menunggu.
5. Tidur dan istirahat
Kebiasaan tidur dan istirahat sebelum MRS :
Klien tidur malam mulai jam 23.00 WIB sampai jam 07.00 WIB. Kebiasaan tidur
siang sekitar 1 jam namun tidak rutin.
Saat MRS :
Pasien mengeluh tidurnya tidak terlalu nyenyak, hampir setiap dua jam terjaga.
6. Memilih pakaian yang sesuai : memilih antara memakai atau melepaskan
pakaian
Sebelum MRS :
Pasien tidak ada keluhan saat berpakaian.
Saat MRS :
Pasien mengeluh berpaakaian dibantu oleh perawat karena pasien terpasang
infus.
7. Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal dengan cara menyesuaikan
pakaian dan modifikasi lingkungan Pasien mengeluh demam, naik turun suhu
tubuh pasien : 38,10 OC
8. Mempertahankan kebersihan tubuh, berhias dengan pantas, dan melindungi
tubuh
Pasien mengatakan sebelum sakit mempunyai kebiasaan mandi 2 x sehari,
menggosok gigi 3 x sehari, keramas 2 x seminggu.
Saat pengkajian pasien tampak bersih, mengenakan baju pasien rumah sakit,
mandi dibantu oleh perawat tadi pagi, gosok gigi juga sudah
Cont…
9. Mencegah bahaya di lingkungan dan mencegah dari aktifitas membahayakan
orang lain
Pasien hanya tidur dan istirahat ditempat tidur, penglihatan pasien baik,
Pendengaran pasien baik.
10. Berkomunikasi dengan orang lain untuk mengungkapkan perasaan,
kebutuhan, kekhawatiran dan pendapat
Pasien mengatakan khawatir dengan kondisinya sekarang karena telah diedukasi
oleh dokter terdiagnosa HIV, kondisi lemas. Pasien sudah mengerti dengan
penyakit yang di alaminya, pasien bersemangat untuk tetap berobat dan pingin
sembuh. Pasien selalu mendapat dukungan untuk sembuh dari anggota
keluarganya terutama anak dan istri.tidak ditemukan hambatan budaya, Bahasa
dalam proses perawatan selama sakit. Pengambilan keputusan dalam penanganan
penyakitnya pasien selalu diajak berkonsultasi oleh istri Mekanisme koping bila
pasien memiliki permasalahan selalu berkomunikasi dengan istrinya dan anggota
keluarga yang lain. Semua anggota keluargaa mendukung pengobatan yang selama
ini dijalani oleh pasien.
Cont..
11. Beribadah sesuai dengan keyakinan diri
Pasien biasa beribadah sesuai dengan keyakinannya, pasien beragama islam Selama sakit
pasien selalu sholat 5 waktu,dan berdoa dilaksanakan diatas tempat tidur
12. Bekerja sehingga merasa berprestasi
Pasien bekerja sebagai sopir, beratifitas kumpul2 dengan teman saat mangkal agar tidak
bosan dirumah saja. Kegiatan sebagai sopir seperti sebelum sakit.
13. Bermain atau berprestasi dalam berbagai pilihan kegiatan rekreasi Kegiatan
rekreasi sebelum sakit biasanya pasien pergi kepantai Bersama istri dan anaknya.
Rekreasi selama sakit : pasien hanya berusaha menenangkan diri dengan beribadah.
Belajar, menemukan atau memuaskan rasa ingin tahu yang mendukung pengembangan
diri dan kesehatan yang normal, serta menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia.
14. Pasien mengatakan jika mengalami masalah kesehatan pasien selalu berobat ke
puskesmas yang ada di dekat rumahnya. Selama ini pasien belum pernah memiliki
riwayat operasi
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC

1 • . Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan • Memperlihatkan status • Manajemen nutrisi


tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan nutrisi yang adekuat (asupan (pantau kandungan
menelan, kehilangan nafsu makan gizi, asupan makanan, asupan nutrisi dan kalorii,
cairan dan energi).
berikan informasi yang
• Melaporkan tingkat energi
yang adekuat.
tepat tentang kebutuhan
• Mentoleransi diet yang nutrisi).
diberikan. • Kolaborasi dengan ahli
• Memiliki nilai laboratorium gizi. Untuk pemberian
elektrolit dan albumin dalam makanan lunak
batas normal • Ciptakan lingkungan
yang menyenangkan
untuk makan
• Tawarkan buah-buahan
segar atau jus.
• Berikan makanan tinggi
kalori.
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC

2 . Diare berhubungan dengan proses infeksi • Diare dapat dikendalikan • Manajemen diare :
• Pola eliminasi fekal mencegah dan
adekuat. mengurangi diare
• Mempertahankan
• Monitor intake output
keseimbangan elektrolit
dalam batas
cairan
normal.status hidrasi • ajarkan pasien dan
baik (membtran mukosa aggota keluarga
lembab, turgor kulit untuk mencatat
elastis). warna, volume,
frekuensi dan
konsistensi feses,
• anjurkan klien untuk
melapor ke petugas
(setiap kali diare).
• Manajemen medikasi.
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC

3 Risiko Infeksi berhubungan dengan Pasien dan keluarga akan : • Pantau tanda dan gejala
imunodefisiensi • Terbebas dari tanda dan infeksi.
gejala infeksi. • Kaji faktor yang dapat
• Memperlihatkan hygiene meningkatkan
personal yang adekuat. kerentanan terhadap
• Mengindikasikan status infeksi.
gastrointestinal dalam • Pantau hasil
batas normal. laboratorium.
• Melaporkan tanda dan • Amati praktik hygiene
gejala infeksi. personal untuk
perlindungan terhadap
infeksi.
• Instruksikan pasien dan
keluarga untuk menjaga
personal hygiene
(ajarkan cara mencuci
tangan yang benar).
• Terapkan kewaspadaan
universal.
• Batasi jumlah
pengunjung bila
diperlukan.
• Kolaborasi : berikan
terapi Antibiotika (bila
INTERVENSI KEPERAWATAN /KOMPLEMENTER DENGAN
PASIEN HIV LIMFADENOPATI

YINITA DEVIANTI
2006609954
Gambaran kasus

 Tn. SM datang ke IGD pada tanggal 28 Agustus 2021 pukul 20.17


WIB. Pasien datang dengan keluhan perut sakit , BAB cair sejak dua
hari yang lalu ,mual dan , demam sejak 3 hari yang lalu.
 Saat ini diruang perawatan (15/9/21 ) pasien mengeluh masih Bab
cair 3x/hari, ada ampas sedikit warna coklat, demam hilang timbul,
nyeri pada persendian, teraba benjolan di axila dan supra
clavicular, tampak lesi di pinggir lidah dengan warna putih. dengan
Keadaan umum lemah, GCS 15, E4 M6 V5, Compos mentis, T/D
110/70 mmHg, Nadi 96 x/menit, Pernafasan 20 x/menit, Suhu
38,10C, O2 Saturasi 98%, HB 9,3, .makan habis ½ porsi,pasien
makan pelan2, BB sebelum sakit 68kg, BB saat ini 67,69kg
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang • Memperlihatkan status • Manajemen nutrisi (pantau


dari kebutuhan tubuh berhubungan nutrisi yang adekuat kandungan nutrisi dan kalorii,
dengan ketidakmampuan menelan, (asupan gizi, asupan berikan informasi yang tepat
kehilangan nafsu makan makanan, asupan tentang kebutuhan nutrisi).
cairan dan energi). • Kolaborasi dengan ahli gizi.
• Melaporkan tingkat Untuk pemberian makanan
energi yang adekuat. lunak ( nasi tim,berkuah )
• Mentoleransi diet yang • Ciptakan lingkungan yang
diberikan. menyenangkan untuk makan
• Memiliki nilai • Tawarkan buah-buahan segar
laboratorium elektrolit atau jus.
dan albumin dalam • Berikan makanan tinggi kalori.
batas normal
PENGERTIAN NUTRISI

Nutrisi adalah: bahan organik dan anorganik yang


terdapat dalam makanan dan dibutuhkan oleh tubuh
agar dapat berfungsi dengan baik.

Nutrisi adalah faktor fisiologis untuk kebutuhan


metabolisme bassal, faktor patologis seperti adanya
penyakit tertentu yang mengganggu pencernaan atau
meningkatkan kebutuhan nutrisi, faktor sosio-ekonomi
seperti adanya kemampuan individu dalam memenuhi
kebutuhan nutrisi. (Tarwoto & Wartonah, 2015)
JALUR PEMBERIAN NUTRISI
 pemberian nutrisi melalui jalur orall : Pemberian nutrisi
oral merupakan pilihan pertama setelah pembedahan.
Apabila asupan belum adekuat dapat diberikan oral
nutritional supplementation hingga asupan optimal.
 Pemberian nutrisi enteral( dilakukan jika 10-14 hari
asupan melalui oral kurang dari 60% dari kebutuhan)
.pemberian nutrisi ini dengan pemasangan NGT, atau PEG
(percutaneus endoscopic gastrostomy)
 Pemberian nutrisi melalui parenteral : digunakan apabila
nutrisi oral dan enteral tidak memenuhi kebutuhan nutrisi
pasien atau bila saluran cerna tdk berfungsi normal. Misal
adanya perdarahan massif pada saluran cerna , diare berat
abstruksi usus total atau malabsorsi berat
Macam Macam Nutrisi

How it works:

1 • Karbohidrat: merupakan sumber energi


yang utama dalam diet

• Protein: Protein sangat penting untuk


pembentukan dan pemeliharaan jaringan
2 tubuh

• Lemak: Lemak adalah senyawa yang


mengandung unsur karbon ,

• Vitamin: Vitamin adalah bahan organik yang tidak


3 dapat dibentuk oleh tubuh dan berfungsi sebagai
katalisator proses metabolisme tubuh

4 • Mineral :Mineral merupakan unsur esensial bagi


fungsi normal sebagai enzim dan sangat penting
dalam mengendalikan system cairan tubuh
TERAPI KOMPLEMENTER

 Adalah cabang ilmu yang menerapkan pengobatan


non konvensional yang di tujukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
meliputi upaya promotif, preventive, kuratif dan
rehabilitative.yang berfungsi sebagai terapi suportif
untuk mengontrol gejala dan meningkatkan kualitas
hidup dan berkontribusi terhadap penatalaksanaan
pasien secara keseluruhan
 Ilmu komplementer di peroleh melaui pendidikan
terstruktur dengan kwalitas keamanan dan efektifitas
yang tinggi berdasarkan ilmupengetahuan
biomeiktapi, namun kelemahannya belum di terima
dalam kedokteran konvensional
Jenis-Jenis Terapi Komplementer

How it works:

1
Invasif : Contoh terapi komplementer invasif
adalah akupuntur dan cupping (bekam basah)
yang menggunakan jarum dalam
pengobatannya.

Non-invasif seperti terapi energi (reiki, chikung,


tai chi, prana, terapi suara), terapi biologis
2 (herbal,terapi aroma, terapi nutrisi, food
combining, terapi jus, terapi urin, hidroterapi
colon dan terapi sentuhan modalitas; akupresur,
pijat bayi, refleksi, reiki, rolfing, dan terapi
lainnya.
Temulawak Untuk Daya Tahan Imunitas

1 Temulawakatau
Curcuma
xanthorrhiza Roxb

Temulawak di temukan di
2 beberapa negara yaitu
Malaysia Thailand,
Filipina, india Indonesia
(madura, jawa, maluku)
Manfaat Temulawak
:

1 Pengobatan gangguan 2 Untuk meningkatkan daya 3 penambah nafsu


pencernaan tahan tubuh makan.
SENYAWA KIMIA PADA TEMULAWAK

 Temulawak terdiri dari beberapa komponen metabolit baik primer maupun sekunder selain memiliki komponen tersebut temelawak juga terdapt
kurkumin. Kurkumin meruakan senyawa aktif yang termasuk kedalam golongan kurkumanoid.

 Kurkumin merupakan senyawa fitofarmaka yang memiliki beberapa efek biologis, yaitu efek antidislipidemia, antioksidan, antiinlamasi, antiviral,
antifungal, menghambat pembentukan plak aterosklerosis, menghambat pertumbuhan bakteri Helicobacter pylori, mengikat merkuri dan kadmium,
mencegah kanker, serta dapat melindungi hati.

 Menurut Maryani & Kristina. minyak atsiri dari rimpang temulawak berkhasiat dalam memperlancar produksi empedu, menurunkan kolesterol,
analgesik dan antipiretik serta sebagai antibakteri.

 penelitian yang dilakukan oleh Retnaningsih. tentang daya hambat rimpang temulawak yang menunjukkan zona hambat air perasan temulawak 15,5
mm setelah waktu inkubasi selama 24 jam dimana dalam penelitian ini aktivitas zat anti bakteri perasan temulawak (Curcuma xanthorrizaRoxb) lebih
kuat di bandingkan dengan ekstrak kunyit (Curcuma domestica Val) dengan diameter zona hambat ekstrak kunyit yaitu 12,1 mm

 Temulawak juga memiliki aktivitas antivirus terhadap virus penyebab penyakit penurunan kekebalan tubuh
INTERVENSI KOLABORASI PADA PASIEN HIV
YUNITA DEVIANTI
2006609954
KOLABORASI

 Hubungan timbal balik dimana pemberi pelayanan memegang tanggung jawab paling
besar untuk perawatan pasien dalam kerangka kerja bidang perspektif mereka
 Praktik keperawatan kolaboratif : menekankan tanggung jawab bersama dalam
manajemen perawatan pasien, dengan proses pembuatan keputusan bilateral
didasarkan pada masing-masing pendidikan dan kemampuan praktisi
(Siegler&Whitney.,2000).
 Hubungan kemitraan yang bergantung satu sama lain dan memerlukan perawat, dokter
dengan profesi lain untuk melengkapi satu sama lain;ahli-ahli berperan secara hirarki
(Kemenkes RI.,2012).
Elemen kolaborasi

 Komunikasi : aspek penting dalam kolaborasi interprofesi. Tanpa komunikasi


yang efektif dan tepat, perawatan pasien seperti kehilangan hubungan
manusia dan hanya mengandalkan dugaan semata. Komunikasi efektif sebagai
upaya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
 Koordinasi : masih kurang adanya pertemuan rutin antar profesi yang
melibatkan semua anggota profesi → pertukaran pengetahuan dan hubungan
interpersonal antar profesi menjadi terbatas. Pentingnya koordinasi :
meningkatkan interaksi antar anggota satu disiplin atau anggota beberapa
disiplin.
Next…

 Mutual trust and respect : meliputi sikap egosentris, tidak terbuka dan perasaan
superior dari salah satu profesi. Rendahnya kepercayaan antar anggota tim terbukti
merupakan hambatan utama dalam keberhasilan kolaborasi
 Dalam melakukan asuhan keperawatan berfokus pada pasien → kolaborasi
dengan profesiona;l pemberi asuhan klien
 Perawat dengan pengetahuan dan skill dan Teknik komunikasi assertive
berkolaborasi dalam memberikan asuhan kepada pasien
 Perawat menjalankan perannya sebagai advokat klien untuk mendapatkan
outcome pasien yang optimal
Manfaat Kolaborasi

1. sebagai pendekatan dalam pemberian asuhan keperawatan klien


dengan tujuan memberikan kualitas pelayanan yang terbaik bagi
klien.
2. Sebagai penyelesaian konflik untuk menenmukan penyelesaian
masalah atau isu.
Gambaran kasus

 Tn. SM datang ke IGD pada tanggal 28 Agustus 2021 pukul 20.17 WIB.
Pasien datang dengan keluhan perut sakit , BAB cair sejak dua hari
yang lalu ,mual dan , demam sejak 3 hari yang lalu.
 Saat ini diruang perawatan (15/9/21 ) pasien mengeluh masih Bab cair
3x/hari, ada ampas sedikit warna coklat, demam hilang timbul, nyeri
pada persendian, teraba benjolan di axila dan supra clavicular,
tampak lesi di pinggir lidah dengan warna putih. dengan Keadaan
umum lemah, GCS 15, E4 M6 V5, Compos mentis, T/D 110/70 mmHg,
Nadi 96 x/menit, Pernafasan 20 x/menit, Suhu 38,10C, O2 Saturasi
98%, HB 9,3, .makan habis ½ porsi,pasien makan pelan2, BB sebelum
sakit 68kg, BB saat ini 67,69kg
No Diagnosa keperawatan Noc Nic

Ketidak seimbangan nutrisi • Memperlihatkan ●. Manajemen nutrisi (pantau


kurang dari kebutuhan tubuh status nutrisi yang kandungan nutrisi dan kalorii,
berhubungan dengan ketidak adekuat (asupan berikan informasi yang tepat tentang
mampuan menelan, gizi, asupan kebutuhan nutrisi).
kehilangan nafsu makan makanan, asupan ●. Kolaborasi dengan ahli gizi.
cairan dan Untuk pemberian makanan lunak (
energi). nasi tim,berkuah, buah ).
• Melaporkan ●. Ciptakan lingkungan yang
tingkat energi menyenangkan untuk makan
yang adekuat. ●. Tawarkan buah-buahan segar atau
• Mentoleransi diet jus.
yang diberikan. ●. Berikan makanan tinggi kalori.
• Memiliki nilai
laboratorium
elektrolit dan
albumin dalam
batas normal
Peran perawat dalam kolaborasi

Kolaborasi dengan ahli gizi:


Pasien Bab cair, mual,makan tidak habis, tampak ada lesi di pinggir lidah , nyeri
pada sariawan. diit perlu diganti dengan yang lunak atau cair?
Hb klien 9,8, albumin 2.5 perlu extra putih telur rasionalnya: Putih telur dapat
meningkatkan protein dan albumin pasien)
kemungkinan bisa diganti diit rendah serat untuk mencegah diare.
EVALUASI
• Setelah kolaborasi dengan gizi maka diet di ganti dengan diit lunak makan
habis 1 porsi walau pelan2.
• Sebelum makan pasien minum air putih agan luka lesi di lidah tidak terlalu
sakit ketika masuk makanan.
• Pasien di berikan oleh gizi jus buah, dan buah yang lunak seperti papaya
semangka, pisang , jus dan buah habis.
• Diberikan endah serat tinggi protein , Bab pasien sudah ada ampasnya.
Reviuw jurnal

 Strategi kolaborasi Nutrisi dan HIV, membentuk mekanisme kolaborasi yaitu


pentingnyaPendidikan dan konseling gizi sebagai intervensi strategis untuk
meningkatkan kesehatan pada pasien HIV, yang dapat menurunkan malnutrisi
yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh serta berdampak pada asupan,
penyerapan, metabolisme, (Piwoz & Preble, 2000).
 Malnutrisi sangat menimbulkan resiko yang signifikan bagi orang yang hidup dengan HIV
dan kondisi ini sangan mempercepat perkembangan penyakit.oleh karna itu nutrisi yng
cukup sangat penting untuk fungsi kekebalan tubuh yang optimal.
 Hubungan infeksi hiv dengan nutris, sangat komplek, dan sampai saat ini pemenuhan
nutrisi pada hiv masih sangat di abaikan secara pencatatannya masih kurang ( WHO,
2004 ).
.

 Kolaborasi pada ahli gizi pada pasien hiv saangat penting, dimana
menghadirkan konseling gizi adalah suatu pengelolaan intervensi
keperawatan.
 Dengan adanya kolaborasi yang berbentuk konseling dan pendidikan
pemberian gizi pada pasien hiv,menyebabkan peningkatan masa tubuh bebas
lemak atau tampa lemak ( Schwenk et al.1999;Berneis et al., 2000;Van
Niekerk et al; tabi & Vogel, 2006 )
 Kolaborasi dengan ahli gizi dimana dengan konseling gizi maka di harapkan
dapat membantu mencegah efek buruk dari infeksi HIV terutama pada pasien
HIV dengan jumlah CD4 yang rendah ( Van Niekerk et al.,2000 )

Anda mungkin juga menyukai