Imunologi
Yunita Devianti
2006609954
ANATOMI FISIOLOGI IMMUNE
Timus
Jaringan timus adalah suatu jaringan limfatik yang terletak di seluruh
trakea pada rongga dada atas.
Berfungsi sebagai pematangan limfosit, yakni limfosit T yang bermula
dari limfosit muda. Meurpakan salah satu organ dalam tubuh yang
umumnya di dunia media disebut limfoid.
Bertugas memproduksi sel-sel dalam darah.
Kelenjar timus merupakan organ lembut yang berada diatas jantung
tepat sesudah leher pada rongga dada bagian atas.
Lanjut…
Sumsum Tulang
Yaitu karena hanya terbatas pada satu mikroorganisme dan tidak memberikan
proteksi terhadap mikroorganisme yang tidak berkaitan.
Dalam pertahanan tubuh spesifik, respons imun muncul setelah ada
rangsangan dari antigen tertentu karena tubuh sudah pernah terpapar
sebelumnya. Pertahanan tubuh ini dimulai dari aktivitas marofag atau antigen
precenting sell (APC) yang melakukan pemrosesan pada antigen, sehingga
mampu menimbulkan interaksi dengan sel-sel imun.
Sistem Imun
Lanjut…
Sistem Pertahan Tubuh
Kulit
infeksi kulit : herpes simplex, Papular pruritic eruption (PPE ) pada lengan,
tungkai dan bokong, turgor kulit tidak elastis, sarkoma kaposi
Pemeriksaan fisik
Hidung
Telinga
Mulut
Mata retinitis
Pemeriksaan Fisik
Mulut: adakah lesi pada mulut atau kapossi sarcoma, candidiasis oral
PEMERIKSAAN FISIK
Candidiasis esophagus
Leher
Lymphadenopathy persistent
Abdomen /Gastrointestinal
Anoreksia
Muntah
Diare kronis
Inkontinen alvi
hepatosplenomegali
Dada / Pernafasan
Ataxia
Kurang kordinasi
Kehilangan sensori
Apasia
Kehilangan konsentrasi
Paralisis
depresi
Pemeriksaan Penunjang.....
Uji Imunologi
Uji imunologi untuk menemukan respon antibody terhadap HIV-1 dan digunakan
sebagai test skrining, meliputi enzyme immunoassays atau enzyme – linked
immunosorbent assay (ELISAs) sebaik tes serologi cepat (rapid test). Uji Western
blot atau indirect immunofluorescence assay (IFA) digunakan untuk memperkuat
hasil reaktif dari test krining.
Uji Virologi
Tes virologi untuk diagnosis infeksi HIV-1 meliputi kultur virus, tes amplifikasi
asam nukleat / nucleic acid amplification test (NAATs) , test untuk menemukan
asam nukleat HIV-1 seperti DNA arau RNA HIV-1 dan test untuk komponen virus
(seperti uji untuk proein kapsid virus (antigen p24)).
Lanjutan...
Tes Western blot
Tes Western blot hanya dilakukan untuk menindaklanjuti tes skrining awal yang
menunjukkan hasil positif HIV.
Tes Viral Load
adalah tes untuk mengukur jumlah virus HIV dalam darah.
Tes CD4
adalah tes darah untuk menentukan seberapa baik kondisi sistem imun orang yang telah
didiagnosis terinfeksi HIV (human immunodeficiency virus)
Penatalaksanaan
3. Terapi antriretrovirus
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
Keadaan umu
Masalah Keperawatan
Diare
Risiko infeksi
Bersihan jalan nafas tidah efektif
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Kurang pengetahuan b.d pemahaman penularan HIV
Kekurangan volume cairan
Risiko jatuh
Intoleransi akivitas
Ansietas
Gangguan citra tubuh
Ketegangan peran pemberi asuhan (aktual/risiko)
Lanjut..
Konfusi (akut/kronis)
Ketidak efektifan/ketidakmampuan koping keluarga
Ketidak efektifan koping
Keletihan
Ketakutan
Nyeri (akut)
Defisit perawatan diri
Kerusakan integritas kulit
Ketidakberdayaan
PATOFISIOLOGI DAN
DIAGNOSA PASIEN HIV
DENGAN LIMFADENOPATI
Yunita Devianti
2006609954
PATOFISIOLOGI HIV
Infeksi awal virus HIV, adanya respon normal sel B dan sel T. Sel B menjadi
antibodi HIV yang efektif menurunkan viral load didalam darah, aktivasi sel T
pada imun seluler berespon pada virus di nodul limfe. Virus HIV menginfeksi
sel dengan reseptor CD4, limfosit, monosit, makrofag, astrosit dan
oligodendrosit mencoba melawan virus HIV, namun imunitas dirusak oleh virus
HIV yang menyebabkan rusaknya sel T CD4 (sel T helper atau CD4 sel T
limfosit) (Huether, 2012)
Limfosit T merupakan jenis limfosit (bagian dari sel darah putih untuk
fagositosis) yang mengalami pematangan di Kelenjar Tymus dan memiliki
fungsi dalam memori, sitotoksik terhadap antigen/mikro organisme asing
CD4 merupakan marker yang berada dipermukaan sel-sel darah putih
manusia, terutama sel-sel limfosit
Patofisologi
Manesfestasi klinis
1. Stadium 1 (asimtomatis)
Asimtomatis
Limfadenopati generalisata
2. Stadium 2 (ringan)
Penurunan berat badan <10%
Infeksi herpes zoster
Manifestasi mukokutaneus minor (ulkus oral, prurigo)
Infeksi saluran nafas atas berulang (sinusitis, tonsillitis, faringitis, otitis
media)
Stadium 3 (lanjut, advanced)
▪ Penurunan berat badan >10%
▪ Kandidiasis oral persisten
▪ Demam berkepanjangan , intermiten >1 bulan
▪ Diare tanpa sebab jelas
▪ Oral hairy leukoplakia
▪ Anemia tanpa sebab yang jelas/ trombositopenia
▪ TB paru
▪ Infeksi bakteri berat: pneumonia, meningitis, piomiositis, empyema
cont
1. PENGKAJIAN
✓ Identitas Klien
❑ Nama : Tn. SM
❑ Umur : 38 tahun
❑ Pekerjaan : supir
❑ Alamat : katalia I timur Jakarta selatan
❑ Suku Bangsa : Betawi/Indonesia
❑ Pendidikan : akademi
❑ MRS : 28 Agustus 2021, pukul : 20.17 WIB
❑ Tanggal pengkajian : 15 September 2021, pukul : 21.30 WIB
❑ Diagnosa Medis : HIV + limfadenopati
CONT…
Keluhan utama :
o Saat MRS : Klien dibawa ke rumah sakit oleh keluarga dengan keluhan diare dan
demam tinggi, nyeri sendi, bab 7-8 x/hari
o Saat pengkajian : Klien mengatakan badan terasa lemah dan tidak mampu
melakukan aktivitas harian, mual dan nafsu makan berkurang,tampak ada lesi
dipinggir lidah,ada benjolan di axila dan supra clavicular
Riwayat Penyakit sekarang
Sejak 2 hari yang lalu, klien mengalami diare hebat dengan frekuensi kurang lebih-3
x/hari, makan sedikit (tidak nafsu makan), mual. Klien juga mengatakan demam
sejak 3 hari yang lalu. Pada saat pengkajian klien mengeluhkan badan terasa lemah.
Riwayat Penyakit Dahulu
Sejak 2 (dua) bulan terakhir Tn. SM sering mengalami diare hilang timbul, Klien juga
mengatakan demam tinggi sehingga pernah di bawa ke Puskesmas untuk
mendapatkan perawatan. Dari riwayat 2 (dua) bulan terakhir, Tn. SM pernah
mengalami demam 4-5x, dan diare. Klien juga mengatakan pernah melakukan
hubungan seksual dengan beberapa teman wanita selain istri klien
Riwayat Kesehatan Keluarga
Dari riwayat penyakit kelurga, tidak didapatkan anggota keluarga yang mengalami kelainan,
penyakit kronis ataupun penyakit yang sama dengan Tn.SM.
Riwayat Psikososial
Klien mengatakan bahwa penyakitnya ini merupakan masalah yang mengkhawatirkan. Ketika
ditanya tentang penyakit, pengobatan, komplikasi, Tn.SM. hanya menggelengkan kepala. Klien
mengatakan pernah melakukan hubungan seksual dengan beberapa teman wanita selain istri
klien.
klien merasa menyesal dan takut karena anak klien dua perempuan dan satu laki2
Pola Nutrisi dan Metabolisme
Klien mengatakan masih mual, sariawan sakit bila makan , makan 3x sehari, minum air putih
200cc/jam. BB sebelum sakit 68kg, BB saat ini 67,69kg
Pola Reproduksi dan Seksual
Klien memilik 3 orang anak. Klien mengatakan saat berhubungan seksual memakai kondom tetapi
tidak konsisten.
Pola Tidur dan Istirahat
Klien tidur malam mulai jam 23.00 WIB sampai jam 07.00 WIB. Kebiasaan tidur siang
sekitar 1 jam namun tidak rutin
Pola eliminasi
Klien mengatakan diare 7-8 x/hari dengan konsistensi cair ,warna kuning kecoklatan.
(saat baru datang tanggal 28/08/21). Saat pengkajian klien menggatakan diare 3 x/
hari, cair, ada ampas sedikit, warna kuning, Klien mengatakan BAK 3-4x/hari , warna
kuning, bau khas, tidak ada kesulitan BAK, tidak terdapat darah dalam urin. Klien BAK
tanpa alat bantu.
Pola Aktivitas
Klien dapat beraktivitas secara mandiri tanpa bantuan orang lain dan tidak memiliki
kebiasaan olahraga. Saat pengkajian, klien merasa mudah lelah, tidak kuat untuk
mengangkat beban berat maupun sedang, beberapa aktivitas klien dibantu.
HASIL LAB…
HASIL LAB..
HASIL LAB….
CONT..
Radiologi:
Thorak foto: Cor / pulmo dalam batas normal.
mediastinum,suprahiler kanan tampak lebih memadat DD/ Lymfadenopathy,
sternum
CT scan Leher :
Limfadenopati sebagian dengan central necrosis dan berkonglomerasi
menyangkat pasca kontras di region sub mental, submandibular bilateral,
parotid bilateral DD/ Limfoma, limfadenitis Tb
Sinus kronis maksila kanan.
CONT..
DO :
➢ Porsi makan yang disiapan hanya
habis ½ prosi
➢ Ada lesi di pingir lidah,dan
tampak bercak putih di pinggir
lidah
➢ Bising usus = 32x/menit
➢ Hb 9,3 gr/dl.
➢ BB sebelum sakit 68kg, BB saat
ini 67,69kg
Cont..
NO Data Subyektif dan Data Obyektif Masalah Etiologi
DO :
➢ TD = 110/70 mmHg
➢ Nadi = 96 x/menit
➢ RR = 20x/menit
➢ Feses cair, ada ampas sedikit,
warna kuning kecoklatan.
➢ Bising usus 32x/menit.
➢ BB sebelum sakit 68kg, BB saat
ini 67,69kg
Cont…
NO Data Subyektif dan Data Obyektif Masalah Etiologi
DO :
➢ TD 110/70 mmHg,
➢ suhu = 38,10°C
➢ RR=20x/menit
➢ nadi = 96x/menit
➢ terdapat lesi pingir lidah
➢ terdapat bercak putih di pinggir
lidah
➢ Prokalsitonin 13,12ng/ml
➢ Hasil anti hiv : Positif
➢ Teraba adanya benjolan di axila
dan di supraclavikular
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan HIV
Limfadenopati Menurut Teori Virginia
Handerson
YUNITA DEVIANTI
2006609954
Teori Virginia Handerson
Prinsip dasar model Henderson meliputi fungsi unik dari perawat, upaya
pasien kearah kemandirian, asuhan keperawatan dasar berdasarkan
kebutuhan dasar manusia dan perencanaan yang akan diberikan
Asumsi utama dari teori Virginia Henderson adalah Perawat merawat pasien
sampai pasien dapat merawat dirinya sendiri.
Cont…
Tn. SM datang ke IGD pada tanggal 28 Agustus 2021 pukul 20.17 WIB. Pasien
datang dengan keluhan perut sakit , BAB cair sejak dua hari yang lalu ,mual dan ,
demam sejak 3 hari yang lalu.
Saat ini diruang perawatan (15/9/21 ) pasien mengeluh masih Bab cair 3x/hari,
ada ampas sedikit warna coklat, demam hilang timbul, nyeri pada persendian,
teraba benjolan di axila dan supra clavicular, tampak lesi di pinggir lidah dengan
warna putih. dengan Keadaan umum lemah, GCS 15, E4 M6 V5, Compos mentis,
T/D 110/70 mmHg, Nadi 96 x/menit, Pernafasan 20 x/menit, Suhu 38,10C, O2
Saturasi 98%, HB 9,3, .makan habis ½ porsi,pasien makan pelan2, BB sebelum
sakit 68kg, BB saat ini 67,69kg
Pengkajian 14 Kebutuhan Dasar menurut Virginia
Handerson
1. Bernafas normal
Pasien mengatakan tidak ada keluhan saat bernafas.
Pemeriksaan vital sign : Suhu Suhu 38,10OC ,Nadi 96 x/menit, T/D 110/70 mmHg,,
Pernafasan 20 x/menit, Saturasi oksigen 98 %, CRT < 3 detik.
2. Makan dan minum dengan cukup Sebelum sakit
Pasien biasa makan 3 x sehari, Makanan pokok nasi 1 porsi berisi sayur sayuran, lauk
(terkadang tempe, tahu, telor rebus, daging ayam ),buah (seperti pisang, manga,
papaya ).
Sebelum sakit pasien biasa mengkonsumsi minuman kopi, teh, terkadang minuman
berenergi yang dibeli di warung. Kebiasaan ngopi 2 kali sehari pagi dan sore. Minum air
putih total sehari kurang lebih 1500 ml.
Saat MRS :
Pasien mengatakan tidak ada nafsu makan sejak masuk rumah sakit, porsi makan hanya
habis ½ porsi. Pasien mengeluh nyeri pada lidah karna sariawan, mual tidak ada
muntah, . BB sebelum sakit 68kg, BB saat ini 67,69kg,
3. Eliminasi buangan tubuh
Kebiasaan BAB dan BAK sebelum Sakit :
Pasien mengatakan biasa BAB 1 x sehari di pagi hari konsistensi faeces agak
lembek, warna kekuningan),BAK sekitar 5 x sehari dengan jumlah kurang lebih
250 ml persekali kencing.
BAB dan BAK saat MRS :
Pasien mengatakan sampai saat ini BAB masih cair walau sedikit ada ampas, BAB
3x warna kecoklatan.Kemarin sebelum MRS bab 7-8 x/hari konsistensi cair
warna kecoklatan dengan jumlah kurang lebih 250 ml, bau menyengat, BAK biasa
normal, setiap BAK menggunakan alat urinal diatas tempat tidur, jumlah urin ±
100 ml warna kuning biasa, bau pesing.
4. Bergerak dalam mempertahankan postur tubuh yang didinginkan
kebiasaan bergerak sebelum MRS:
Pasien bekerja sebagai sopir, aktifitas banyak di jalan dan tempat mangkal
Kebiasaan bergerak semenjak MRS :
Pasien mengatakan aktifitas hanya diatas tempat tidur, mengeluh kondisi lemas,
nyeri pada sendi kadang2,, makanya pasien memilih untuk rebahan saja. Aktifitas
sebagian dibantu oleh perawat atau keluarga yang menunggu.
5. Tidur dan istirahat
Kebiasaan tidur dan istirahat sebelum MRS :
Klien tidur malam mulai jam 23.00 WIB sampai jam 07.00 WIB. Kebiasaan tidur
siang sekitar 1 jam namun tidak rutin.
Saat MRS :
Pasien mengeluh tidurnya tidak terlalu nyenyak, hampir setiap dua jam terjaga.
6. Memilih pakaian yang sesuai : memilih antara memakai atau melepaskan
pakaian
Sebelum MRS :
Pasien tidak ada keluhan saat berpakaian.
Saat MRS :
Pasien mengeluh berpaakaian dibantu oleh perawat karena pasien terpasang
infus.
7. Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal dengan cara menyesuaikan
pakaian dan modifikasi lingkungan Pasien mengeluh demam, naik turun suhu
tubuh pasien : 38,10 OC
8. Mempertahankan kebersihan tubuh, berhias dengan pantas, dan melindungi
tubuh
Pasien mengatakan sebelum sakit mempunyai kebiasaan mandi 2 x sehari,
menggosok gigi 3 x sehari, keramas 2 x seminggu.
Saat pengkajian pasien tampak bersih, mengenakan baju pasien rumah sakit,
mandi dibantu oleh perawat tadi pagi, gosok gigi juga sudah
Cont…
9. Mencegah bahaya di lingkungan dan mencegah dari aktifitas membahayakan
orang lain
Pasien hanya tidur dan istirahat ditempat tidur, penglihatan pasien baik,
Pendengaran pasien baik.
10. Berkomunikasi dengan orang lain untuk mengungkapkan perasaan,
kebutuhan, kekhawatiran dan pendapat
Pasien mengatakan khawatir dengan kondisinya sekarang karena telah diedukasi
oleh dokter terdiagnosa HIV, kondisi lemas. Pasien sudah mengerti dengan
penyakit yang di alaminya, pasien bersemangat untuk tetap berobat dan pingin
sembuh. Pasien selalu mendapat dukungan untuk sembuh dari anggota
keluarganya terutama anak dan istri.tidak ditemukan hambatan budaya, Bahasa
dalam proses perawatan selama sakit. Pengambilan keputusan dalam penanganan
penyakitnya pasien selalu diajak berkonsultasi oleh istri Mekanisme koping bila
pasien memiliki permasalahan selalu berkomunikasi dengan istrinya dan anggota
keluarga yang lain. Semua anggota keluargaa mendukung pengobatan yang selama
ini dijalani oleh pasien.
Cont..
11. Beribadah sesuai dengan keyakinan diri
Pasien biasa beribadah sesuai dengan keyakinannya, pasien beragama islam Selama sakit
pasien selalu sholat 5 waktu,dan berdoa dilaksanakan diatas tempat tidur
12. Bekerja sehingga merasa berprestasi
Pasien bekerja sebagai sopir, beratifitas kumpul2 dengan teman saat mangkal agar tidak
bosan dirumah saja. Kegiatan sebagai sopir seperti sebelum sakit.
13. Bermain atau berprestasi dalam berbagai pilihan kegiatan rekreasi Kegiatan
rekreasi sebelum sakit biasanya pasien pergi kepantai Bersama istri dan anaknya.
Rekreasi selama sakit : pasien hanya berusaha menenangkan diri dengan beribadah.
Belajar, menemukan atau memuaskan rasa ingin tahu yang mendukung pengembangan
diri dan kesehatan yang normal, serta menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia.
14. Pasien mengatakan jika mengalami masalah kesehatan pasien selalu berobat ke
puskesmas yang ada di dekat rumahnya. Selama ini pasien belum pernah memiliki
riwayat operasi
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC
2 . Diare berhubungan dengan proses infeksi • Diare dapat dikendalikan • Manajemen diare :
• Pola eliminasi fekal mencegah dan
adekuat. mengurangi diare
• Mempertahankan
• Monitor intake output
keseimbangan elektrolit
dalam batas
cairan
normal.status hidrasi • ajarkan pasien dan
baik (membtran mukosa aggota keluarga
lembab, turgor kulit untuk mencatat
elastis). warna, volume,
frekuensi dan
konsistensi feses,
• anjurkan klien untuk
melapor ke petugas
(setiap kali diare).
• Manajemen medikasi.
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC
3 Risiko Infeksi berhubungan dengan Pasien dan keluarga akan : • Pantau tanda dan gejala
imunodefisiensi • Terbebas dari tanda dan infeksi.
gejala infeksi. • Kaji faktor yang dapat
• Memperlihatkan hygiene meningkatkan
personal yang adekuat. kerentanan terhadap
• Mengindikasikan status infeksi.
gastrointestinal dalam • Pantau hasil
batas normal. laboratorium.
• Melaporkan tanda dan • Amati praktik hygiene
gejala infeksi. personal untuk
perlindungan terhadap
infeksi.
• Instruksikan pasien dan
keluarga untuk menjaga
personal hygiene
(ajarkan cara mencuci
tangan yang benar).
• Terapkan kewaspadaan
universal.
• Batasi jumlah
pengunjung bila
diperlukan.
• Kolaborasi : berikan
terapi Antibiotika (bila
INTERVENSI KEPERAWATAN /KOMPLEMENTER DENGAN
PASIEN HIV LIMFADENOPATI
YINITA DEVIANTI
2006609954
Gambaran kasus
How it works:
How it works:
1
Invasif : Contoh terapi komplementer invasif
adalah akupuntur dan cupping (bekam basah)
yang menggunakan jarum dalam
pengobatannya.
1 Temulawakatau
Curcuma
xanthorrhiza Roxb
Temulawak di temukan di
2 beberapa negara yaitu
Malaysia Thailand,
Filipina, india Indonesia
(madura, jawa, maluku)
Manfaat Temulawak
:
Temulawak terdiri dari beberapa komponen metabolit baik primer maupun sekunder selain memiliki komponen tersebut temelawak juga terdapt
kurkumin. Kurkumin meruakan senyawa aktif yang termasuk kedalam golongan kurkumanoid.
Kurkumin merupakan senyawa fitofarmaka yang memiliki beberapa efek biologis, yaitu efek antidislipidemia, antioksidan, antiinlamasi, antiviral,
antifungal, menghambat pembentukan plak aterosklerosis, menghambat pertumbuhan bakteri Helicobacter pylori, mengikat merkuri dan kadmium,
mencegah kanker, serta dapat melindungi hati.
Menurut Maryani & Kristina. minyak atsiri dari rimpang temulawak berkhasiat dalam memperlancar produksi empedu, menurunkan kolesterol,
analgesik dan antipiretik serta sebagai antibakteri.
penelitian yang dilakukan oleh Retnaningsih. tentang daya hambat rimpang temulawak yang menunjukkan zona hambat air perasan temulawak 15,5
mm setelah waktu inkubasi selama 24 jam dimana dalam penelitian ini aktivitas zat anti bakteri perasan temulawak (Curcuma xanthorrizaRoxb) lebih
kuat di bandingkan dengan ekstrak kunyit (Curcuma domestica Val) dengan diameter zona hambat ekstrak kunyit yaitu 12,1 mm
Temulawak juga memiliki aktivitas antivirus terhadap virus penyebab penyakit penurunan kekebalan tubuh
INTERVENSI KOLABORASI PADA PASIEN HIV
YUNITA DEVIANTI
2006609954
KOLABORASI
Hubungan timbal balik dimana pemberi pelayanan memegang tanggung jawab paling
besar untuk perawatan pasien dalam kerangka kerja bidang perspektif mereka
Praktik keperawatan kolaboratif : menekankan tanggung jawab bersama dalam
manajemen perawatan pasien, dengan proses pembuatan keputusan bilateral
didasarkan pada masing-masing pendidikan dan kemampuan praktisi
(Siegler&Whitney.,2000).
Hubungan kemitraan yang bergantung satu sama lain dan memerlukan perawat, dokter
dengan profesi lain untuk melengkapi satu sama lain;ahli-ahli berperan secara hirarki
(Kemenkes RI.,2012).
Elemen kolaborasi
Mutual trust and respect : meliputi sikap egosentris, tidak terbuka dan perasaan
superior dari salah satu profesi. Rendahnya kepercayaan antar anggota tim terbukti
merupakan hambatan utama dalam keberhasilan kolaborasi
Dalam melakukan asuhan keperawatan berfokus pada pasien → kolaborasi
dengan profesiona;l pemberi asuhan klien
Perawat dengan pengetahuan dan skill dan Teknik komunikasi assertive
berkolaborasi dalam memberikan asuhan kepada pasien
Perawat menjalankan perannya sebagai advokat klien untuk mendapatkan
outcome pasien yang optimal
Manfaat Kolaborasi
Tn. SM datang ke IGD pada tanggal 28 Agustus 2021 pukul 20.17 WIB.
Pasien datang dengan keluhan perut sakit , BAB cair sejak dua hari
yang lalu ,mual dan , demam sejak 3 hari yang lalu.
Saat ini diruang perawatan (15/9/21 ) pasien mengeluh masih Bab cair
3x/hari, ada ampas sedikit warna coklat, demam hilang timbul, nyeri
pada persendian, teraba benjolan di axila dan supra clavicular,
tampak lesi di pinggir lidah dengan warna putih. dengan Keadaan
umum lemah, GCS 15, E4 M6 V5, Compos mentis, T/D 110/70 mmHg,
Nadi 96 x/menit, Pernafasan 20 x/menit, Suhu 38,10C, O2 Saturasi
98%, HB 9,3, .makan habis ½ porsi,pasien makan pelan2, BB sebelum
sakit 68kg, BB saat ini 67,69kg
No Diagnosa keperawatan Noc Nic
Kolaborasi pada ahli gizi pada pasien hiv saangat penting, dimana
menghadirkan konseling gizi adalah suatu pengelolaan intervensi
keperawatan.
Dengan adanya kolaborasi yang berbentuk konseling dan pendidikan
pemberian gizi pada pasien hiv,menyebabkan peningkatan masa tubuh bebas
lemak atau tampa lemak ( Schwenk et al.1999;Berneis et al., 2000;Van
Niekerk et al; tabi & Vogel, 2006 )
Kolaborasi dengan ahli gizi dimana dengan konseling gizi maka di harapkan
dapat membantu mencegah efek buruk dari infeksi HIV terutama pada pasien
HIV dengan jumlah CD4 yang rendah ( Van Niekerk et al.,2000 )