2. Respon imun spesifik, menyerang antigen tertentu dan dapat mengenali kembali jika sewaktu-
sewaktu antigen yang sama menyerang kembali.
System imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang dianggap asing bagi
dirinya.
benda asing yang pertama kali terpajan dengan tubuh segera dikenal oleh system imun spesifik.
Untuk menghancurkan benda asing yang berbahaya bagi tubuh, system imun spesifik dapat
bekerja tanpa bantuan imun nonspesifik. Namun pada umumnya terjalin kerjasama yang baik
antara system imun non spesifik dan spesifik.
Komponen utama sistem imun yang paling utama adalah bagian lapisan pertahanan ketiga, yaitu leukosit.
4. Sistem limfatik adalah suatu sistem sirkulasi sekunder yang berfungsi mengalirkan limfa
atau getah bening di dalam tubuh. Limfa (bukan limpa) berasal dari plasma darah yang
keluar dari sistem kardiovaskular ke dalam jaringan sekitarnya. Cairan ini kemudian
dikumpulkan oleh sistem limfa melalui proses difusi ke dalam kelenjar limfa dan
dikembalikan ke dalam sistem sirkulasi
Sistem limfatik terdiri dari dua bagian penting, yaitu pembuluh llimfa serta berbagai macam
jaringan dan organ limfoid di seluruh tubuh. Pembuluh limfa berfungsi untuk mengangkut cairan
kembali ke peredaran darah. Organ limfoid berfungsi sebagai tempat hidup sel fagositik dan
limfosit yang berperan penting untuk melawan penyakit.
Limfa berasal dari plasma darah yang merembes keluar dari pembuluh kapiler di sistem
peredaran darah. Cairan yang keluar tersebut menjadi cairan intersisial yang mengisi ruang
antara sel-sel di jaringan. Setelah beredar ke seluruh tubuh, cairan tersebut dikumpulkan dan
dikembalikan ke sistem peredaran darah melalui sistem limfa.
1. Pembuluh Limfatik
Struktur pembuluh limfe serupa dengan vena kecil, tetapi memiliki lebih banyak katup sehingga
pembuluh limfe tampaknya seperti rangkaian petasan atau tasbih. Pembuluh limfe yang terkecil
atau kapiler limfe lebih besar dari kapiler darah dan terdiri hanya atas selapis endotelium.
Pembuluh limfe bermula sebagai jalinan halus kapiler yang sangat kecil atau sebagai rongga-
rongga limfe di dalam jaringan berbagai organ. Pembuluh limfe khusus di vili usus halus yang
berfungsi sebagai absorpsi lemak (kilomikron), disebut lacteal villi.
Pembuluh limfa berfungsi untuk mengangkut cairan untuk kembali ke peredaran darah. Limfa
sebenarnya merupakan cairan plasma darah yang merembes keluar dari pembuluh kapiler di
sistem peredaran darah dan kemudian menjadi cairan intersisial ruang antarsel pada jaringan.
Pembuluh limfa dibedakan menjadi:
1. Pembuluh limfa kanan (duktus limfatikus dekster) : Pembuluh limfa kanan terbentuk dari
cairan limfa yang berasal dari daerah kepala dan leher bagian kanan, dada kanan, lengan
kanan, jantung dan paru-paru yang terkumpul dalam pembuluh limfa. Pembuluh limfa
kanan bermuara di pembuluh balik (vena) di bawah selangka kanan.
2. Pembuluh limfa kiri (duktus limfatikus toraksikus) : Pembuluh limfa kiri disebut juga
pembuluh dada. Pembuluh limfa kiri terbentuk dari cairan limfa yang berasal dari kepala
dan leher bagian kiri dan dada kiri, lengan kiri, dan tubuh bagian bawah. Pembuluh limfa
ini bermuara di vena bagian bawah selangka kiri.
Peredaran limfa merupakan peredaran yang terbuka. Peredaran ini dimulai dari jaringan tubuh
dalam bentuk cairan jaringan. Cairan jaringan ini selanjutnya akan masuk ke dalam kapiler limfa.
Kemudian kapiler limfa akan bergabung dengan kapiler limfa yang membentuk pembuluh limfa
yang lebih besar dan akhirnya bergabung menjadi pembuluh limfa besar yaitu pembuluh limfa
kanan dan kiri. Kurang lebih 100 mil cairan limfa akan dialirkan oleh pembuluh limfa menuju
vena dan dikembalikan ke dalam darah.
1. Sumsum Tulang Merah : merupakan jaringan penghasil limfosit. Sel-sel limfosit yang
dihasilkan tersebut akan mengalami perkembangan. Limfosit yang berkembang di dalam
sumsum tulang akan menjadi limfosit B. Sedangkan limfosit yang berkembang di dalam
kelenjar timus akan menjadi limfosit T. Limfosit-limfosit ini berperan penting untuk
melawan penyakit.
2. Kelenjar Timus : memiliki fungsi spesifik, yaitu tempat perkembangan limfosit yang
dihasilkan dari sumsum merah untuk menjadi limfosit T. Timus tidak berperan dalam
memerangi antigen secara langsung seperti pada organorgan limfoid yang lain. Untuk
memberikan kekebalan pada limfosit T ini, maka timus mensekresikan hormon
tipopoietin.
1. Nodus Limfe : berbentuk kecil lonjong atau seperti kacang dan terdapat di sepanjang
pembuluh limfe. Nodus limfa terbagi menjadi ruangan yang lebih kecil yang disebut
nodulus. Nodulus terbagi menjadi ruangan yang lebih kecil lagi yang disebut sinus. Di
dalam sinus terdapat limfosit dan makrofag. Fungsi nodus limfa adalah untuk menyaring
mikroorganisme yang ada di dalam limfa. Kelompok-kelompok utama terdapat di dalam
leher, axial, thorax, abdomen, dan lipatan paha.
2. Limpa : Limpa merupakan organ limfoid yang paling besar. Kelenjar yang dihasilkan
dari limpa berwarna ungu tua. Limpa terletak di belakang lambung. Fungsi limpa antara
lain: membunuh kuman penyakit; membentuk sel darah putih (leukosit) dan
antibodi; menghancurkan sel darah merah yang sudah tua.
3. Nodulus Limfatikus : merupakan sekumpulan jaringan limfatik yang tersebar di
sepanjang jaringan ikat yang terdapat pada membran mukus yang membatasi dinding
saluran pencernaan, saluran reproduksi, saluran urin, dan saluran respirasi. Beberapa
bentuk nodulus limfatikus yaitu tonsil dan folikel limfatik. Tonsil terdapat di
tenggorokan. Folikel limfatik terdapat di permukaan dinding usus halus. Letak nodulus
limfatikus sangat strategis untuk berperan dalam respon imun melawan zat asing yang
masuk dalam tubuh melalui pencernaan atau pernafasan.
Fisiologi Sistem Limfatik
Sirkulasi limfe merupakan proses yang rumit dan sulit dipahami. Satu fungsi utama sistem limfe
adalah untuk berpartisipasi dalam pertukaran kontinyu cairan interstial merupakan filtrat plasma
yang menyilang dinding kapiler dan kecepatan pembentukannya tergantung pada perbedaan
tekanan di antara membran ini. Pappenhimer dan soto-rivera mendukung konsep bahwa pori-pori
kapiler adalah kecil dan hanya permeabel sebagian bagi molekul besar seperti protein plasma.
Molekul besar ini yang tertangkap di dalam kapiler menimbulkan efek osmotik yang cenderung
menjaga volume cairan di dalam ruang kapiler. Sehingga pertukaran cairan antara kapiler dan
ruang interstiasial tergantung pada empat faktor : tekanan hidrostatik di dalam kapiler dan di
dalam ruang interstiasial serta tekanan osmotik di dalam dua ruangan ini. Tekanan onkotik
plasma normal sekitar 25 mmHg, sementara tekanan onkotik cairan interstisial hanya kira-kira 1
mmHg. Tekanan hidrostatik pada ujung arteiola kapiler diperkirakan 37 mmHg. Dan pada ujung
vena 17 mmHg. Tekanan Hidrostatik cairan interstisial bervariasi dalam jaringan yang berbeda
sebesar –2mmHg dalam jaringan subkutis dan +6 mmHg di dalam ginjal. Ada aliran bersih
cairan keluar dari kapiler ke dalam ruang interstisial pada ujung arteriola yang bertekanan tinggi
dari suatu kapile, dan aliran bersih ke dalam pada ujung venula ( gambar 1 ). Normalnya aliran
keluar bersih melebihi aliran masuk bersih dan cairan tambahan ini kembali ke sirkulasi melalui
pembuluh limfe. Aliran limfe noramal 2 samapi 4 liter perhari. Kecepatan aliran sangat
dipengaruhi oleh sejumlah faktor lokal dan sistemik, yang mencakup konsentrasi protein dalam
plasma dan cairan interstisial, hubungan tekanan arteri dan vena lokal, serta ukuran pori dan
keutuhan kapiler.
Tenaga pendorong limfe juga merupakan proses yang rumit. Saat istirahat, kontraksi intrinsik
yang berirama dari dinding duktus pengumpul dianggap mendorong limfe ke arah duktus
torasikus dalam bentuk peristeltik. Kontraksi otot rangka aktif , menekan saluran limfe dan
karena adanya katup yang kompeten dalam saluran limf, maka limfe di dorong ke arah kepala.
Peningkatan tekan intra-abdomen akibat batuk atau mengejan, juga menekan pembulu limfe,
mempercepat aliran limfe ke atas. Perubahan fasik dalam tekanan intratoraks yang berhubungan
dengan pernafasn, membentuk mekanisme pompa lain untuk mendoong limfe melalui
mediastitinum. Aliran darah yang
cepat dalam vena subklavia bisa menimbulkan efek siphon pada duktus torasikus.
Kekebalan Diturunkan
Kekebalan diturunkan (innate immunity) adalah kekebalan yang ada sejak lahir, dan melakukan respon
imun non-spesifik dalam waktu cepat.
Komponen-komponen kekebalan diturunkan:
1. Kulit (fisik dan mekanik)
Tersusun atas keratin yang sulit ditembus antigen. Selain itu, terdapat rambut dan pada saluran
pernapasan terdapat silia.
2. Membran mukosa (kimiawi)
Membran mukosa menghasilkan enzim lisozim yang mengkatalisis penghancuran antigen yang masuk ke
tubuh.
Enzim lisozim terkandung dalam:
Antigen adalah segala bentuk molekul yang dianggap oleh tubuh sebagai benda asing.
Limfosit mengetahui asing atau tidaknya suatu molekul melalui protein penanda yang disebut MHC
(Major Histocompatibility Complex).
Molekul MHC adalah protein yang terdapat pada membran sel di tubuh yang dianggap tidak asing. Suatu
antigen yang tidak mengandung molekul MHC akan dianggap asing.
2) Molekul MHC kelas II, ditemukan di sel limfosit T, limfosit B dan makrofag.
KEKEBALAN DIDAPATI
Kekebalan didapati (acquired immunity) adalah kekebalan yang dibentuk tubuh setelah mengenali suatu
antigen, dan melakukan respon imun spesifik dalam waktu lambat.
Komponen-komponen kekebalan didapati dilakukan oleh sel-sel limfosit B (antibody-mediated
immunity) dan sel-sel limfosit T (cell-mediated immunity).
Pembentukan kekebalan humoral (antibody-mediated immunity) dilakukan setelah respon imun non-
spesifik berhasil dilakukan.
Kekebalan humoral dibentuk dari pembentukan antibodi oleh sel limfosit B.
1. Fragmen antigen yang telah difagositosis tidak dicerna oleh sel fagosit.
2. Fragmen tersebut kemudian ditampilkan pada sel fagosit untuk diambil pesannya oleh sel T helper
melalui molekul MHC kelas II.
3. Pesan mengenai fragmen antigen kemudian dikirimkan oleh sel T helper kepada sel B.
Sel limfosit B akan membentuk kekebalan humoral dengan membelah diri.
Macam-macam sel limfosit B:
1. Sel B plasma, mensekresikan antibodi.
2. Sel B memori, mengingat antigen spesifik yang pernah menyerang tubuh.
3. Sel B pembelah, menambah jumlah sel-sel limfosit B dari pembelahan.
Respon imun pada kekebalan humoral:
1. Respon imun primer
Dilakukan dengan aktivasi sel B ke tempat yang terinfeksi, lalu membelah membentuk populasi (klon),
dan mensekresikan antibodi bersama-sama, yang kemudian mati ketika infeksi berakhir.
2. Respon imun sekunder
Dilakukan sewaktu infeksi ulang dengan aktivasi satu sel B memori yang membentuk klon, dan
mensekresikan antibodi spesifik
Pembentukan kekebalan diperantarai sel dilakukan jika respon imun non-spesifik gagal menahan
antigen masuk ke tubuh. Kekebalan diperantarai sel dibentuk dari mekanisme penghancuran antigen oleh
sel limfosit T.
1. Antigen yang lolos dari sel fagosit akan difagositosis oleh sel-sel tubuh.
2. Fragmen yang telah difagositosis tidak dicerna oleh sel-sel tubuh.
3. Fragmen tersebut kemudian ditampilkan pada sel tubuh untuk diambil pesannya oleh sel T sitotoksik
melalui molekul MHC kelas I.
Sel limfosit T akan membentuk kekebalan diperantarai sel dengan melisis sel tubuh yang diserang
sehingga mengalami apoptosis. Kekebalan ini tidak menghasilkan antibodi.
Macam-macam sel limfosit T:
1. Sel T memori, diprogram untuk mengingat dan mengenali antigen spesifik apabila menyerang tubuh
sewaktu-waktu.
2. Sel T helper, mengontrol pembelahan sel B, pembentukan antibodi dan aktivasi sel T.
3. Sel T killer (sitotoksik), melisis sel tubuh yang diserang antigen.
4) Sel T supresor, menurunkan respon imun yang lebih dari cukup.
Respon imun primer dan sekunder yang dilakukan limfosit T sama dengan cara yang dilakukan
limfosit B, namun tidak menggunakan antibodi.
Vaksinasi atau imunisasi adalah pemberian vaksin yang disuntikkan ke dalam tubuh.
Vaksin adalah antigen yang telah lemah atau hilang patogenitasnya dan dapat merangsang ingatan
imunologis dan antibodi secara alami.
Vaksin dibuat dari:
1. Mikroorganisme yang dimatikan.
Contoh: bakteri penyebab batuk rejan.
2. Strain antigen yang dilemahkan.
Contoh: virus Rubella yang dilemahkan, vaksin BCG, vaksin sabin.
3. Strain antigen yang hilang patogenitasnya karena diisolasi.
Contoh: virus influenza.
4. Fragmen antigen yang direkayasa genetik.
Contoh: penyisipan gen virus hepatitis B ke dalam plasmid bakteri yang selanjutnya menghasilkan
antigen.
5. Toksin antigen yang dimodifikasi.
Contoh: vaksin dipteri dan tetanus.
Hubungan timbal balik yang sangat teregulasi antara limfosit-limfosit, sel-sel tubuh, dan zat-zat
asing membangkitkan respon kekebalanyang memberiikan perlindungan luar biasa terhadap banyak
patogen.Ketika kelainan alergi, autoimun atau imunodefisiensi mengganggu keseimbangan yang rapuh
ini, efek-efek yang timbul seringkali parah dan terkadang mengancam jiwa.
Baratawidjaja, Karnen Garna & Rengganis, Iris. 2009. Imunologi Dasar. (jilid 8). Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.
OLEH :
KELOMPOK 10
JURUSAN BIOLOGI