Joni, laki-laki 26 tahun, datang ke Puskesmas Baloi dengan keluhan adanya papul merah disertai gatal
disela jari tangan dan kaki, yang muncul 14 hari yang lalu. Gatal dirasakan terutama malam hari. Gatal
dan papul merah ini juga diderita oleh ibu si Joni. Sudah 3 bulan Joni menderita berak-berak encer dan
penurunan berat badan lebih 10 kg. Kadang demam tapi hanya beberapa jam. Penderita mengeluh
sering batuk berlendir, batuk berdarah disertai sesak nafas. Ia mengatakan ada beberapa luka di alat
kelamin yang berulang, nyeri dan tidak gatal. Biasanya dimulai sebagai bentul berair, yang dengan cepat
pecah dan membentuk luka.
Joni seorang lajang yang sebelumnya sehat walafiat, sejak 4 bulan lalu datang ke Batam dan tinggal di
rumah susun perusahaan bersama- sama dengan kawan- kawannya sesama buruh kontrak satu pabrik
perakitan elektronik.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan bercak putih pada lidah joni. Nampak tato pada beberapa bagian
tubuh penderita, dan pembesaran kelenjar di ketiak dan lipat paha. Pada batang dan glands penis
ditemukan beberapa ulkus yang dangkal dan nyeri tekan. Tanda vital dalam batas normal.
KATA SULIT
Papul
Papul adalah tonjolan lesi pada kulit yang kecil, berbatas tegas, dan padat.
Ulkus
Ulkus adalah kerusakan lokal, atau ekskavasi permukaan organ, atau jaringan yang ditimbulkan oleh
terkupasnya jaringan nekrotik radang.
Glands Penis
Glands Penis adalah perluasan korpus spongiosum yang berbentuk topi pada ujung penis.
KALIMAT KUNCI
Laki-laki berumur 26 tahun
Papul merah disertai gatal di sela jari tangan dan kaki
Gatal terutama malam hari
Muncul 14 hari yang lalu
Diderita juga oleh ibu penderita
Sudah 3 bulan menderita berak-berak encer
Penurunan berat badan lebih 10 kg
Kadang demam tapi hanya beberapa jam
Sering batuk berlendir, batuk berdarah, dan disertai sesak napas
Pembesaran kelenjar getah bening hampir di seluruh tubuh
Bercak putih di lidah
Luka di alat kelamin yang berulang, nyeri, dan tidak gatal
Tanda vital dalam batas normal
PERTANYAAN
1. Sebutkan masalah utama dalam skenario!
2. Apakah penyebab utama yang terkait dalam skenario?
3. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis kelainan imunodefisiensi!
4. Jelaskan diagnosis banding dari keluhan utama!
5. Sebutkan pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis!
6. Apa diagnosisnya?
7. Jelaskan etiologi dari diagnosis!
8. Jelaskan patomekanisme dari diagnosis!
9. Jelaskan penatalaksanaan dari kasus tersebut!
10. Jelaskan pencegahan dari kasus tersebut!
11. Apa komplikasi dari penyakit tersebut!
PEMBAHASAN
1. Masalah Utama
Masalah utama dalam skenario antara lain:
Demam
Batuk berdarah, batuk berlendir, dan disertai sesak napas
Ulkus pada glands penis
2. Penyebab Utama yang Terkait dalam Skenario
Imunodefisiensi
Imunodefisiensi merupakan suatu keadaan di mana sistem kekebalan tubuh tidak memiliki kemampuan
untuk melawan penyakit infeksi.
3. Kelainan Imnodefisiensi
Penyakit imunedefisiensi dapat disebabkan oleh kerusakan herediter yang mempengaruhi
perkembangan sistem imun antara lain:
a) Imunodefisiensi Primer
Imunodefisiensi Primer adalah gangguan hadir pada kelahiran atau turun temurun dan jelas pada masa
bayi dan kanak. Imunodefisiensi primer merupakan penyakit kongenital dengan muncul gejala di
kemudian hari. Penyakit Immunodeficiency primer terjadi jika bagian dari sistem kekebalan tubuh
hilang atau tidak berfungsi dengan benar. Penyakit ini disebabkan oleh intrinsik cacat pada sel-sel sistem
kekebalan tubuh dan biasanya disebabkan oleh warisan genetik cacat, yang berarti bahwa mereka
diturunkan dari orang tua kepada keturunannya.
b) Imunodefisiensi sekunder
Imunodefisiensi sekunder adalah gangguan yang berkembang dikemudian hari akibat dari gangguan
obat/ penyakit lain, seperti diabetes atau HIV. Penyakit imunodefisiensi sekunder seperti acquired
immunodeficiency syndrome disebabkan oleh infeksi human immunodeficiency virus. Terutama
penyakit imunodefisiensi primer mengakibatkan peningkatan kerentanan terhadap infeksi tetapi mereka
dapat menyebabkan masalah-masalah lain juga. Penyakit ini bisa memiliki efek yang berbeda-beda dari
ringan sampai serius. Formulir yang serius sering terlihat pada saat lahir atau segera sesudahnya.
Namun, bentuk-bentuk yang sangat ringan mungkin menjadi nyata di kemudian tahap kehidupan seperti
remaja atau dewasa muda
4. Diagnosis Banding
5. Pemeriksaan Penunjang
Gambar 5.1
Diagnosis laboratorium dapat di lakukan dengan 2 cara yaitu :
Cara langsung yaitu isolasi virus dari sampel umumnya menggunakan mikroskop elektron dan deteksi
antigen virus salah satu cara deteksi anti gen virus adalah dengan polymerase chain reaction {pcr}
penggunaan PCR antara lain untuk :
a) Tes HIV pada bayi karena zat anti dari ibu masih ada bayi sehingga menghambat pemeriksaan
serologis.
b) Menetapkan status infeksi pada individu seronegatif.
c) Tes pada kelompok resiko tinggi sebelum terjadi serokonfersi
d) Tes konfirmasi untuk HIV 2 sebab sensitivitas ELISA untuk HIV 2 rendah.
Cara tidak langsung yaitu dengan melihat respon zat anti spesifik tes misalnya :
a) ELISA, sensitivitasnya tinggi (98,1-100 %) biasanya memberikan hasil positif 2-3 bulan sesudah
infeksi. Hasil positif harus di komfirmasi dengan pemeriksaan western blot.
b) Western blot, spesifitasnya tinggi (99,6-100 %) namun pemeriksaan ini cukup sulit mahal dan
membutuhkan waktu sekitar 24 jam mutlak di perlukan untuk komfirmasi hasil pemeriksaan ELISA
pemeriksaan ELISA positif.
c) Immunofluorescent assay (IFA).
d) Radioimmunopraecipitation assay (RIPA).
Adapun beberapa pemeriksaan tambahan yang diperlukan sesuai riwayat penyakit dan pemeriksaan
klinis yaitu :
1) Foto toraks
2) Pemeriksaan urin rutin dan miksroskopik
3) Serologi virus hepatitis C (HCV) dan virus hepatitis B (HBV)
6. Diagnosis
Berdasarkan diagnosis banding pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa diagnosis sementara dari
skenario adalah AIDS.
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya
sistem kekebalan tubuh secara bertahap yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus
(HIV).
AIDS merupakan stadium akhir infeksi HIV. Pasien dinyatakan sebagai AIDS bila dalam perkembangan
infeksi HIV selanjutnya menunjukkan infeksi dan kanker oportunistik yang mengancam jiwa penderita.
7. Etiologi AIDS
Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus yang disebut Human Immunodeficiency
Virus (HIV). Virus ini pertama kali diisolasi oleh Montagnier dan kawan-kawan di Prancis pada tahun
1983 dengan nama Lymphadenopathy Associated Virus (LAV), sedangkan Gallo di Amerika Serikat pada
tahun 1984 mengisolasi (HIV) III. Kemudian atas kesepakatan internasional pada tahun 1986 nama firus
dirubah menjadi HIV.
Secara morfologis HIV terdiri atas 2 bagian besar yaitu bagian inti (core) dan bagian selubung (envelop).
Bagian inti berbentuk silindris tersusun atas dua untaian RNA (Ribonucleic Acid). Enzim reverce
transcriptase dan beberapa jenis prosein. Bagian selubung terdiri atas lipid dan glikoprotein (gp 41 dan
gp 120). Gp 120 berhubungan dengan reseptor Lymfosit (T4) yang rentan. Karena bagian luar virus
(lemak) tidak tahan panas, bahan kimia, maka HIV termasuk virus sensitif terhadap pengaruh lingkungan
seperti air mendidih, sinar matahari dan mudah dimatikan dengan berbagai disinfektan seperti eter,
aseton, alkohol, jodium hipoklorit dan sebagainya, tetapi telatif resisten terhadap radiasi dan sinar
utraviolet. Virus HIV hidup dalam darah, savila, semen, air mata dan mudah mati diluar tubuh. HIV dapat
juga ditemukan dalam sel monosit, makrotag dan sel glia jaringan otak.
Namun kenyataan bahwa tidak semua orang yang terinfeksi virus HIV ini terjangkit penyakit AIDS
menunjukkan bahwa ada faktor-faktor lain yang berperan di sini. Penggunaan alkohol dan obat bius,
kurang gizi, tingkat stress yang tinggi dan adanya penyakit lain terutama penyakit yang ditularkan lewat
alat kelamin merupakan faktor-faktor yang mungkin berperan.
9. Penatalaksanaan AIDS
Penatalaksanaan Pada Orang Dewasa
a. Konseling dan Edukasi
Konseling dan edukasi perlu diberikan segera sesudah diagnosis HIV/AIDS ditegakkan dan dilakukan
secara berkesinambungan. Bahkan, konseling dan edukasi merupakan pilar pertama dan utama dalam
penatalaksanaan HIV/AIDS; karena keberhasilan pencegahan penularan horizontal maupun vertikal,
pengendalian kepadatan virus dengan ARV, peningkatan CD4, pencegahan dan pengobatan IO serta
komplikasi lainnya akan berhasil jika konseling dan edukasi berhasil dilakukan dengan baik. Pada
konseling dan edukasi perlu diberikan dukungan psikososial supaya ODHA mampu memahami, percaya
diri dan tidak takut tentang status dan perjalanan alami HIV/AIDS, cara penularan, pencegahan serta
pengobatan HIV/AIDS dan IO; semuanya ini akan memberi keuntungan bagi ODHA dan lingkungannya.
b. Antiretrovirus (ARV)
Indikasi pemberian ARV yaitu pada infeksi HIV akut, ODHA yang menunjukkan gejala klinis atau ODHA
tanpa gejala klinis yang memiliki CD4 < 500/mm dan atau RNA HIV > 20.000/ml serta pada PPE HIV.
Kombinasi ARV merupakan dasar penatalaksanaan pemberian antivirus terhadap ODHA; karena dapat
mengurangi resistensi, menekan replikasi HIV secara efektif sehingga kejadian penularan/IO/komplikasi
lainnya dapat dihindari, dan meningkatkan kualitas serta harapan hidup ODHA. Dua golongan ARV yang
diakui Food and Drug Administration (FDA) dan World Health Organization (WHO) adalah penghambat
reverse transcriptase (PRT), yang terdiri dari analog nukleosida dan non-analog nukleosida, serta peng-
hambat protease (PP) HIV. Ketiga jenis ini dipakai secara kombinasi dan tidak dianjurkan pada
pemakaian tunggal. Penggunaan kombinasi ARV merupakan farmakoterapi yang rasional; sebab masing-
masing preparat bekerja pada tempat yang berlainan atau memberikan efek sinergis terhadap yang lain.
Preparat golongan PRT analog nukleosida menghambat beberapa proses polimerisasi deoxyribo nucleic
adid (DNA) sel termasuk sintesis DNA yang tergantung pada ribonucleic acid (RNA) pada saat terjadi
reverse transkripsi; sedangkan PRT analog non-nukleosida secara selektif menghambat proses reverse
transkripsi HIV-1. Penghambat protease bekerja dengan cara menghambat sintesis protein inti HIV.
United States Public Health Service (USPHS) dan WHO menganjurkan kombinasi ARV yang dipakai
sebagai peng-obatan pertama kali adalah 2 preparat PRT analog nukleosida dengan PP, atau 2 preparat
PRT analog nukleosida dikom-binasikan dengan analog non-nukleosida. Sedangkan kom-binasi antara
PRT nukleosida, non-nukleosida dengan PP dipertimbangkan sebagai kombinasi pada pengobatan kasus
lanjut.
Perlu diperhatikan kombinasi saquinavir dengan ritonavir akan meningkatkan kadar saquinavir dalam
plasma, karena ritonavir menghambat kerja enzim sitokrom P450. Sedangkan zidovudin (ZDV) dengan
stavudin dan efavirenz dengan saquinavir merupakan kombinasi antagonis satu dengan yang lain.
Nevirapin akan menurunkan berturut-turut kadar dalam plasma saquinavir, ritonavir, indinavir dan
lopinavir jika dikombinasikan, sehingga kombinasi ARV ini jangan dilakukan.
Kombinasi ARV pada pengobatan pertama perlu diubah jika ditemukan hal-hal sebagai berikut :
1. Penurunan RNA HIV plasma < 0,5-0,75 log 10 dalam 4 minggu atau < 1 log10 dalam 8 minggu
setelah pengobatan pertama diberikan.
2. Kegagalan penekanan RNA HIV sampai batas tak ter-deteksi, dalam 4-6 bulan setelah pengobatan
pertarna diberikan.
3. Deteksi ulang RNA HIV plasma setelah kepadatan virus tak terdeteksi, berkembang mengalami
peningkatan walaupun ARV masih terus diberikan.
4. Jumlah CD4 tetap mengalami penurunan.
5. Keadaan klinis yang memburuk.
6. Terdapatnya efek:samping ARV.
KESIMPULAN
Penyebab utama dari gejala yang timbul pada kasus tersebut adalah imunodefiensi. Imunodefisiensi
merupakan suatu keadaan di mana sistem kekebalan tubuh tidak memiliki kemampuan untuk melawan
penyakit infeksi.
Imunodefisiensi terbagi atas dua yaitu imunodefisiensi primer dan imunodefisiensi sekunder. Sesuai
gejala yang ada pada kasus tersebut, maka dapat diketahui bahwa kasus tersebut termasuk ke dalam
imunodefisiensi sekunder yang dimana penderita terjangkit penyakit HIV-AIDS.
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya
sistem kekebalan tubuh secara bertahap yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus
(HIV). Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan sejenis virus yang tergolong Retrovirus.